0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan5 halaman
Berikut ringkasan dari dokumen analisa jurnal nasional dan internasional:
1. Jurnal nasional membahas perspektif keadilan lingkungan dalam pengelolaan hutan dan moratorium kehutanan di Indonesia serta konstitusionalisasi keadilan lingkungan.
2. Jurnal internasional membahas ketidakadilan dan kerusakan lingkungan akibat industri ekstraktif di Indonesia dan Bangladesh, serta upaya dekriminalisasi praktek tebas bakar tradisional.
3. Ked
Berikut ringkasan dari dokumen analisa jurnal nasional dan internasional:
1. Jurnal nasional membahas perspektif keadilan lingkungan dalam pengelolaan hutan dan moratorium kehutanan di Indonesia serta konstitusionalisasi keadilan lingkungan.
2. Jurnal internasional membahas ketidakadilan dan kerusakan lingkungan akibat industri ekstraktif di Indonesia dan Bangladesh, serta upaya dekriminalisasi praktek tebas bakar tradisional.
3. Ked
Berikut ringkasan dari dokumen analisa jurnal nasional dan internasional:
1. Jurnal nasional membahas perspektif keadilan lingkungan dalam pengelolaan hutan dan moratorium kehutanan di Indonesia serta konstitusionalisasi keadilan lingkungan.
2. Jurnal internasional membahas ketidakadilan dan kerusakan lingkungan akibat industri ekstraktif di Indonesia dan Bangladesh, serta upaya dekriminalisasi praktek tebas bakar tradisional.
3. Ked
1. Perspektif Keadilan Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Tata Kelola Hutan
Dan Moratorium Kehutanan a. Peneliti (Tahun) : Bambang Prabowo Soedarso (2015). b. Variabel penelitian : perspektif keadilan lingkungan. c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif. d. Hasil penelitian tata kelola hutan dalam perspektif UU Kehutanan masih jauh dari konsepsi keadilan lingkungan (environmental justice), sekalipun secar tekstual menempatkan asas-asas pengelolaan hutan berdasar keterbukaan, partisipasif, keadilan, visi strategis, efektif dan efisien, akuntabilitas dan penegakan hukum. Pada aspek partisipasi masyarakat, tata kelola hutan sebagaimana UU Kehutanan masih belum menempatkan masyarakat sebagai subyek hukum yang seharusnya turut serta dalam penyusunan rencana peruntukan, penggunaan dan persediaan kawasan hutan. Pada aspek lain, Kebijakan moratorium hutan adalah perwujudan atas ketidakmampuan pemerintah dalam menciptakan tata kelola hutan yang berasaskan keterbukaan, partisipasif, keadilan, visi strategis, efektif dan efisien, akuntabilitas dan environmental sustainability 2. Konstitusionalisasi Keadilan Lingkungan di Indonesia sebagai Keadilan Eko- Sosial berciri Ekosentrisme a. Peneliti (Tahun) : Elly Kristiani Purwendah (2018). b. Variabel penelitian : konstitusionalisasi keadilan lingkungan. c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif. d. Hasil ditemukan Konstitusionalisasi norma hukum lingkungan dapat dilihat pada : pengakuan subjective right dalam pengelolaan lingkungan sebagaimana diatur Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945 dan pengakuan bahwa elemen berwawasan lingkungan merupakan merupakan elemen penting dalam perekonomian nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 Ayat (4) UUD 1945. Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945, secara tegas menyatakan pengakuan Indonesia atas hak-hak lingkungan sebagai bagian dari hak-hak dasar (hak asasi manusia) masyarakat Indonesia. 3. Penegakkan Hukum Lingkungan Menuju Tercapainya Keadilan Lingkungan a. Peneliti (Tahun) : Indah Sari (2015). b. Variabel penelitian : Penegakkan Hukum Lingkungan. c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif d. Hasil menunjukan Penegakan hukum lingkungan harus segera dilaksanakan dalam bentuk pencegahan, pengawasan, perlindungan, pengelolaan, penerapan regulasi yang tegas, penyelesaian sengketa lingkungan serta memberikan sanksi yang berat bagi siapa-siapa saja yang melanggar ketentuan Undang-Undang. Inilah makna sesungguhnya dari penegakan hukum lingkungan bukan hanya memberikan sanksi yang tegas saja tetapi juga melakukan upaya-upaya pencegahan sebelun pengrusakan dan pencemaran lingkungan terjadi. 4. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia Dalam Aspek Kepidanaan a. Peneliti (Tahun) : Eric Rahmanul Hakim (2020). b. Variabel penelitian : Penegakkan Hukum Lingkungan. c. Jenis penelitian dogmatik dengan jenis pendekatan yuridis-normatif d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah merupakan salah satu faktor yang sangat kuat untuk dapat mengurangi terjadi kerusakan pada lingkungan, karena pemerintah sendiri merupakan bagian dari penduduk yang ada di Indonesia. Pemerintah perlu memaksimalkan program, agar kerusakan yang terjadi pada lingkungan dapat berkurang. Sebagaimana amanat UUPPLH Nomor 23 tahun 1997, yang diperbarui dengan UUPPLH no 32 tahun 2009. 5. Eksistensi Keadilan Dalam Konstitusi Terhadap Hutan Dan Lingkungan a. Peneliti (Tahun) : Adhitya Widya Kartika (2018). b. Variabel penelitian : Eksistensi Keadilan Dalam Konstitusi. c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif d. Hasil menunjukan bahwa lingkungan merupakan subjek vital dalam kehidupan. Eksistensinya mempengaruhi seluruh komponen kehidupan lain. Apabila lingkungan baik, maka aktifitas-aktifitas mahluk hidup termasuk manusia dapat berjalan dengan baik. Apabila lingkungan terganggu oleh ketidak teraturan tatanan lingkungan serta hadirnya predator terlihat jelas dan nyata, namun tidak dapat dilakukannya penegakan terhadapnya. Indonesia sebagai Negara hukum yang termaktub dalam konstitusi mengatur keberadaan dan kondusifitas lingkungan agar tetap terjaga. Namun kondisi riil, peraturan perundang-undangan tentang lingkungan atau yang memiliki korelasi mengatur kestabilan lingkungan tidak berjalan optimal.
ANALISA JURNAL INTERNASIONAL
1. Injustice and Environmental Harm in Extractive Industries and Solar Energy
Policies in Indonesia a. Peneliti (Tahun) : Dinita Setyawati (2021). b. Variabel penelitian : Ketidakadilan dan Kerusakan Lingkungan. c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif. d. Hasil ditemukan dari studi pustaka ini yaitu menanggapi kelangkaan kasus yang menerapkan teori keadilan energi dan kriminologi hijau selatan di Global South (Lacey-Barnacle et al., 2020; Carrington et al., 2019), artikel ini menunjukkan bagaimana ketidakadilan dan marginalisasi masyarakat pedesaan telah diperkuat sejak kolonialisme dan meningkat oleh tuntutan Global Utara. Artikel ini juga menambahkan pemahaman yang lebih bernuansa tentang konteks dan bentuk kejahatan dan keadilan lingkungan di Global South dengan menerapkan perspektif tersebut pada beberapa industri ekstraktif di sektor energi dan kebijakan energi surya di Indonesia. Artikel ini menunjukkan bagaimana perhatian utama keadilan energi dan kriminologi hijau selatan yaitu marginalisasi dan viktimisasi mempengaruhi satu sama lain dalam berbagai cara. Ini termasuk peluang yang tidak merata untuk akses energi dan distribusi risiko lingkungan yang tidak proporsional, manfaat ekonomi, dan dampak sosial yang terkait dengan beberapa aspek sektor energy. 2. Water Pollution and Environmental Injustices in Bangladesh a. Peneliti (Tahun) : Sarker Faroque and Nigel South (2022). b. Variabel penelitian : Polusi Air dan Ketidakadilan Lingkungan. c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif. d. Hasil ditemukan masa depan air untuk Bangladesh tidak terlihat cerah dan jernih. Menurut studi yang dirangkum oleh Molla (2018), sementara pengelolaan limbah buruk di seluruh Asia Selatan, yang menyebabkan pencemaran sungai di seluruh wilayah, Bangladesh, khususnya, menderita, karena merupakan penerima hilir; juga, ketergantungan berat pada air tanah dapat menyebabkan penurunan tanah di masa depan, yang, bersama dengan perubahan iklim, dapat berkontribusi pada kenaikan permukaan laut lokal, memasukkan salinitas ke dalam sistem air. Tindakan di seluruh Asia Selatan, inovasi global dan investasi dalam teknologi air, dan komitmen untuk memastikan hak atas air dan keadilan lingkungan diperlukan bagi Bangladesh untuk menanggapi dan mengurangi masalah air yang ada dan tantangan baru. 3. Environmental Harm and Decriminalization of Traditional Slash-and-Burn Practices in Indonesia a. Peneliti (Tahun) : Rika Fajrini (2021). b. Variabel penelitian : Kerusakan Lingkungan dan Dekriminalisasi Praktek Tebas-bakar. c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif. d. Hasil ditemukan yaitu penggunaan api penting untuk mata pencaharian dan budaya, khususnya di masyarakat adat. Itu bisa, dalam beberapa keadaan yang sangat spesifik, ramah lingkungan. Oleh karena itu, kita harus secara jelas mendefinisikan ruang lingkup praktik tebas bakar yang dikecualikan sebagai tindak pidana. Untuk praktik tebang-dan-bakar yang tidak berkelanjutan yang berhubungan dengan mata pencaharian subsisten, sanksi pidana tidak selalu merupakan respons yang memadai terhadap kerugian tersebut. Sebaliknya, masalah penggunaan api dapat diatasi dengan cara lain, seperti restorasi lahan dan pengenalan metode alternatif pembukaan lahan atau mata pencaharian alternatif. Ketika perubahan diperlukan untuk mengatasi kerusakan, itu tidak boleh dianggap sebagai serangan terhadap tradisi; harus dilihat sebagai kemampuan kearifan lokal itu sendiri untuk terus beradaptasi dengan dunia yang terus berubah. 4. Initiating The Utilization Of Restorative Justice In Completing Of The Environmental Crime Cases a. Peneliti (Tahun) : Ufron dan Armindo D’Amaral (2019). b. Variabel penelitian : pemanfaatan restoratif keadilan dalam penyelesaian kasus kejahatan lingkungan. c. Jenis penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan restorative justice. d. Hasil ditemukan bahwa anggota masyarakat yang mewakili masyarakat mengungkapkan dampak yang ditimbulkan dari tindakan atau kelambanan korporasi tersebut. Selain mengungkapkan pandangan-pandangan ini, para peserta akan mencari konsensus mengenai langkah-langkah restoratif untuk meminimalkan kerugian. Dialog keadilan restoratif terjadi di tempat hukuman yudisial dan jika tidak ada kesepakatan tercapai atau pelaku memilih untuk tidak berpartisipasi, hukuman akan dilakukan dengan cara konvensional. 5. Policing Environmental Injustice a. Peneliti (Tahun) : Andrea Brock dan Nathan Stephens-Griffin (2020). b. Variabel penelitian : memelihara ketidakadilan lingkungan. c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif. d. Hasil ditemukan bahwa keadilan lingkungan dan iklim pendekatan harus memahami peran kepolisian dalam memproduksi hierarki sosial-ekologis yang berbahaya dan mengakar. Ini harus dipahami dalam konteks kontemporer hubungan historis kepolisian dan perkembangannya dari pemolisian ekstraksi kolonial, perbudakan, dan perkebunan. Pemolisian secara historis menjadi pusat untuk mengamankan hierarki dominasi, subordinasi, dan eksploitasi manusia, non-manusia, dan ekosistem.
Peran Masayarakat Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup