Anda di halaman 1dari 5

ANALISA JURNAL NASIONAL

1. Perspektif Keadilan Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Tata Kelola Hutan


Dan Moratorium Kehutanan
a. Peneliti (Tahun) : Bambang Prabowo Soedarso (2015).
b. Variabel penelitian : perspektif keadilan lingkungan.
c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif.
d. Hasil penelitian tata kelola hutan dalam perspektif UU Kehutanan masih
jauh dari konsepsi keadilan lingkungan (environmental justice), sekalipun
secar tekstual menempatkan asas-asas pengelolaan hutan berdasar
keterbukaan, partisipasif, keadilan, visi strategis, efektif dan efisien,
akuntabilitas dan penegakan hukum.
Pada aspek partisipasi masyarakat, tata kelola hutan sebagaimana UU
Kehutanan masih belum menempatkan masyarakat sebagai subyek hukum
yang seharusnya turut serta dalam penyusunan rencana peruntukan,
penggunaan dan persediaan kawasan hutan.
Pada aspek lain, Kebijakan moratorium hutan adalah perwujudan atas
ketidakmampuan pemerintah dalam menciptakan tata kelola hutan yang
berasaskan keterbukaan, partisipasif, keadilan, visi strategis, efektif dan
efisien, akuntabilitas dan environmental sustainability
2. Konstitusionalisasi Keadilan Lingkungan di Indonesia sebagai Keadilan Eko-
Sosial berciri Ekosentrisme
a. Peneliti (Tahun) : Elly Kristiani Purwendah (2018).
b. Variabel penelitian : konstitusionalisasi keadilan lingkungan.
c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif.
d. Hasil ditemukan Konstitusionalisasi norma hukum lingkungan dapat
dilihat pada : pengakuan subjective right dalam pengelolaan lingkungan
sebagaimana diatur Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945 dan pengakuan bahwa
elemen berwawasan lingkungan merupakan merupakan elemen penting
dalam perekonomian nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33
Ayat (4) UUD 1945. Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945, secara tegas
menyatakan pengakuan Indonesia atas hak-hak lingkungan sebagai bagian
dari hak-hak dasar (hak asasi manusia) masyarakat Indonesia.
3. Penegakkan Hukum Lingkungan Menuju Tercapainya Keadilan Lingkungan
a. Peneliti (Tahun) : Indah Sari (2015).
b. Variabel penelitian : Penegakkan Hukum Lingkungan.
c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif
d. Hasil menunjukan Penegakan hukum lingkungan harus segera
dilaksanakan dalam bentuk pencegahan, pengawasan, perlindungan,
pengelolaan, penerapan regulasi yang tegas, penyelesaian sengketa
lingkungan serta memberikan sanksi yang berat bagi siapa-siapa saja yang
melanggar ketentuan Undang-Undang. Inilah makna sesungguhnya dari
penegakan hukum lingkungan bukan hanya memberikan sanksi yang tegas
saja tetapi juga melakukan upaya-upaya pencegahan sebelun pengrusakan
dan pencemaran lingkungan terjadi.
4. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia Dalam Aspek Kepidanaan
a. Peneliti (Tahun) : Eric Rahmanul Hakim (2020).
b. Variabel penelitian : Penegakkan Hukum Lingkungan.
c. Jenis penelitian dogmatik dengan jenis pendekatan yuridis-normatif
d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah merupakan salah
satu faktor yang sangat kuat untuk dapat mengurangi terjadi kerusakan
pada lingkungan, karena pemerintah sendiri merupakan bagian dari
penduduk yang ada di Indonesia. Pemerintah perlu memaksimalkan
program, agar kerusakan yang terjadi pada lingkungan dapat berkurang.
Sebagaimana amanat UUPPLH Nomor 23 tahun 1997, yang diperbarui
dengan UUPPLH no 32 tahun 2009.
5. Eksistensi Keadilan Dalam Konstitusi Terhadap Hutan Dan Lingkungan
a. Peneliti (Tahun) : Adhitya Widya Kartika (2018).
b. Variabel penelitian : Eksistensi Keadilan Dalam Konstitusi.
c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif
d. Hasil menunjukan bahwa lingkungan merupakan subjek vital dalam
kehidupan. Eksistensinya mempengaruhi seluruh komponen kehidupan
lain. Apabila lingkungan baik, maka aktifitas-aktifitas mahluk hidup
termasuk manusia dapat berjalan dengan baik. Apabila lingkungan
terganggu oleh ketidak teraturan tatanan lingkungan serta hadirnya
predator terlihat jelas dan nyata, namun tidak dapat dilakukannya
penegakan terhadapnya. Indonesia sebagai Negara hukum yang termaktub
dalam konstitusi mengatur keberadaan dan kondusifitas lingkungan agar
tetap terjaga. Namun kondisi riil, peraturan perundang-undangan tentang
lingkungan atau yang memiliki korelasi mengatur kestabilan lingkungan
tidak berjalan optimal.

ANALISA JURNAL INTERNASIONAL

1. Injustice and Environmental Harm in Extractive Industries and Solar Energy


Policies in Indonesia
a. Peneliti (Tahun) : Dinita Setyawati (2021).
b. Variabel penelitian : Ketidakadilan dan Kerusakan Lingkungan.
c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif.
d. Hasil ditemukan dari studi pustaka ini yaitu menanggapi kelangkaan kasus
yang menerapkan teori keadilan energi dan kriminologi hijau selatan di
Global South (Lacey-Barnacle et al., 2020; Carrington et al., 2019), artikel
ini menunjukkan bagaimana ketidakadilan dan marginalisasi masyarakat
pedesaan telah diperkuat sejak kolonialisme dan meningkat oleh tuntutan
Global Utara. Artikel ini juga menambahkan pemahaman yang lebih
bernuansa tentang konteks dan bentuk kejahatan dan keadilan lingkungan
di Global South dengan menerapkan perspektif tersebut pada beberapa
industri ekstraktif di sektor energi dan kebijakan energi surya di Indonesia.
Artikel ini menunjukkan bagaimana perhatian utama keadilan energi dan
kriminologi hijau selatan yaitu marginalisasi dan viktimisasi
mempengaruhi satu sama lain dalam berbagai cara. Ini termasuk peluang
yang tidak merata untuk akses energi dan distribusi risiko lingkungan yang
tidak proporsional, manfaat ekonomi, dan dampak sosial yang terkait
dengan beberapa aspek sektor energy.
2. Water Pollution and Environmental Injustices in Bangladesh
a. Peneliti (Tahun) : Sarker Faroque and Nigel South (2022).
b. Variabel penelitian : Polusi Air dan Ketidakadilan Lingkungan.
c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif.
d. Hasil ditemukan masa depan air untuk Bangladesh tidak terlihat cerah dan
jernih. Menurut studi yang dirangkum oleh Molla (2018), sementara
pengelolaan limbah buruk di seluruh Asia Selatan, yang menyebabkan
pencemaran sungai di seluruh wilayah, Bangladesh, khususnya, menderita,
karena merupakan penerima hilir; juga, ketergantungan berat pada air
tanah dapat menyebabkan penurunan tanah di masa depan, yang, bersama
dengan perubahan iklim, dapat berkontribusi pada kenaikan permukaan
laut lokal, memasukkan salinitas ke dalam sistem air. Tindakan di seluruh
Asia Selatan, inovasi global dan investasi dalam teknologi air, dan
komitmen untuk memastikan hak atas air dan keadilan lingkungan
diperlukan bagi Bangladesh untuk menanggapi dan mengurangi masalah
air yang ada dan tantangan baru.
3. Environmental Harm and Decriminalization of Traditional Slash-and-Burn
Practices in Indonesia
a. Peneliti (Tahun) : Rika Fajrini (2021).
b. Variabel penelitian : Kerusakan Lingkungan dan Dekriminalisasi Praktek
Tebas-bakar.
c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif.
d. Hasil ditemukan yaitu penggunaan api penting untuk mata pencaharian
dan budaya, khususnya di masyarakat adat. Itu bisa, dalam beberapa
keadaan yang sangat spesifik, ramah lingkungan. Oleh karena itu, kita
harus secara jelas mendefinisikan ruang lingkup praktik tebas bakar yang
dikecualikan sebagai tindak pidana. Untuk praktik tebang-dan-bakar yang
tidak berkelanjutan yang berhubungan dengan mata pencaharian subsisten,
sanksi pidana tidak selalu merupakan respons yang memadai terhadap
kerugian tersebut. Sebaliknya, masalah penggunaan api dapat diatasi
dengan cara lain, seperti restorasi lahan dan pengenalan metode alternatif
pembukaan lahan atau mata pencaharian alternatif. Ketika perubahan
diperlukan untuk mengatasi kerusakan, itu tidak boleh dianggap sebagai
serangan terhadap tradisi; harus dilihat sebagai kemampuan kearifan lokal
itu sendiri untuk terus beradaptasi dengan dunia yang terus berubah.
4. Initiating The Utilization Of Restorative Justice In Completing Of The
Environmental Crime Cases
a. Peneliti (Tahun) : Ufron dan Armindo D’Amaral (2019).
b. Variabel penelitian : pemanfaatan restoratif keadilan dalam penyelesaian
kasus kejahatan lingkungan.
c. Jenis penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan restorative justice.
d. Hasil ditemukan bahwa anggota masyarakat yang mewakili masyarakat
mengungkapkan dampak yang ditimbulkan dari tindakan atau kelambanan
korporasi tersebut. Selain mengungkapkan pandangan-pandangan ini, para
peserta akan mencari konsensus mengenai langkah-langkah restoratif
untuk meminimalkan kerugian. Dialog keadilan restoratif terjadi di tempat
hukuman yudisial dan jika tidak ada kesepakatan tercapai atau pelaku
memilih untuk tidak berpartisipasi, hukuman akan dilakukan dengan cara
konvensional.
5. Policing Environmental Injustice
a. Peneliti (Tahun) : Andrea Brock dan Nathan Stephens-Griffin (2020).
b. Variabel penelitian : memelihara ketidakadilan lingkungan.
c. Jenis penelitian studi pustaka dengan jenis pendekatan yuridis-normatif.
d. Hasil ditemukan bahwa keadilan lingkungan dan iklim pendekatan harus
memahami peran kepolisian dalam memproduksi hierarki sosial-ekologis
yang berbahaya dan mengakar. Ini harus dipahami dalam konteks
kontemporer hubungan historis kepolisian dan perkembangannya dari
pemolisian ekstraksi kolonial, perbudakan, dan perkebunan. Pemolisian
secara historis menjadi pusat untuk mengamankan hierarki dominasi,
subordinasi, dan eksploitasi manusia, non-manusia, dan ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai