Nim : 0613521028
A. Pendahuluan
Jumlah penduduk yang memiliki jaminan kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah sebesar
55,61%. Dimana penduduk di wilayah Kota Mataram dan Kabupaten Sumbawa Barat adalah wilayah
dengan persentase penduduk terbanyak yang memiliki jaminan kesehatan (Profil Kesehatan Provinsi NTB,
2018). Provinsi NTB memiliki 10 kabupaten/kota, dan indeks kapasitas fiskal daerah ini dinilai rendah
(Kemenkeu, 2019). Sementara menurut peta jalan JKN, seluruh penduduk harus telah menjadi peserta
program JKN pada tahun 2019. Menurut Perpres No. 82/2018, pemerintah daerah wajib mendukung
penyelenggaraan program JKN melalui peningkatakan capaian kepesertaan, kepatuhan pembayaran
iuran, peningkatan layanan kesehatan, dsb. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi aspek tata kelola
dalam pencapaian peta jalan program JKN 2014-2019 di Provinsi NTB, sebagai daerah penerima hibah
karena memiliki kemampuan keuangan daerah yang tidak tinggi.
B. Tujuan
1. Apakah capaian Peta Jalan JKN 2014-2019 sasaran 1, 5 dan 8 dapat tercapai di NTB?
2. Bagaimana koordinasi dalam kesesuaian data PBI (masyarakat miskin dan tidak mampu) antara
pemerintah provinsi NTB dengan BPJS Kesehatan?
3. Bagaimana transparansi dan partisipasi penyelenggaraan program JKN di provinsi NTB dalam
mencapai sasaran Peta Jalan JKN 2014-2019?
C. Hasil
Untuk mengevaluasi apakah capaian tata kelola program JKN dalam sasaran-1,5 dan 8 peta jalan JKN telah
tercapai, ditelusuri dengan ketersediaan akses data kepesertaan, akses data iuran, akses data pembiayaan
layanan kesehatan era JKN dan riwayat kebijakan pemerintah Provinsi NTB dalam mengoptimalkan JKN
di wilayahnya.
1. Akses data
Akses data kepesertaan yang berhasil dikumpulkan dari pemerintah Provinsi NTB adalah persentase
penduduk yang memiliki jaminan kesehatan dengan yang tidak memiliki pada tahun 2018 dan capaian
kepesertaan berbagai segmen per.kabupaten tahun 2019. Komposisinya diuraiakan lebih lanjut berikut :
Tabel 1. Persentase Penduduk Menurut Kepemilikan Jaminan Kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan tabel di atas, Kabupaten Sumbawa Barat dan Kota Mataram adalah wilayah
yang cakupan kepesertaannya di atas 90%, sedangkan Kabupaten Lombok Tengah, Bima,
dan Lombok Timur adalah wilayah dengan cakupan kepesertaan jaminan kesehatannya di
bawah 50%.
Berdasarkan tabel di atas, Provinsi NTB mengalami kenaikan capaian UHC dari 2018 ke 2020.
Capaian UHC NTB saat ini sebesar 83,8%. Proporsi terbanyak adalah peserta PBI sebesar
78,9%, yakni masyarakat miskin atau tidak mampu. Sedangkan proporsi yang rendah adalah
pada peserta Bukan Pekerja (BP) sebesar 1,3%.
Cakupan kepesertaan JKN di Provinsi NTB belum optimal disinyalir dikarenakan cleansing data
peserta PBI yang dilakukan pemerintah pusat (Kementerian Sosial), mengalami kendala dalam
verifikasi dan validasi di tingkat daerah, sebagaimana situasinya dalam kuotasi wawancara
berikut:
“kalau kita melihat fakta memang masih banyak kendala-kendala karena datanya masih
data lama. Apalagi basis yang digunakan adalah data yang tidak menggunakan NIK.
Waktu itu kan belum menggunakan KTP elektronik. Salah satunya adalah di tahun ini
PUSDATIN itu menonaktifkan 170 ribu peserta JKN untuk NTB yang dicoba di Dinas
Sosial ini untuk dipantau, apakah orang-orang ini masih ada atau tidak, apakah orang-
orang ini orang mampu atau tidak. Iya, jadi kan di musyawarah desa itu bukan hanya
aparat desa saja yang diturunkan. Dusun-dusun lain juga bekerjasama untuk melakukan
penilaian bersama, apakah orang ini layak atau tidak. Jadi kalau yang menentukan orang
bahwa layak atau tidak, tentu tidak akan ada kepuasan juga oleh masyarakat. Nah
sebaliknya begitu. Jadi coba sekarang kita mencoba di tingkat bawah untuk menilai secara
arif bahwa mana sih masyarakat yang dinilai layak untuk mendapatkan bantuan PBI itu”.
(Dinas Sosial Provinsi NTB)
Dinas Sosial menyatakan bahwa proses verifikasi dan validasi dilakukan melalui musyawarah
desa atau lapisan bawah, namun masih mengalami kendala karena terdapat data yang tidak
menggunakan NIK.
Akses Data Biaya Pelayanan Kesehatan era JKN
Akses data pelayanan kesehatan program JKN yang didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi ,
berasal dari data susenas 2018, yang diuraiakan seperti dibawah ini:
Tabel 3 Persentase Penduduk Menurut Jenis Jaminan Kesehatan yang Digunakan dalam
Berobat Jalan di Provinsi NTB, 2018
Penggunaan Jaminan Kesehatan Laki-laki Perempuan Laki-laki+
perempuan
BPJS Kesehatan PBI Ya 14,85 18,28 16,74
Tidak 85,15 81,72 83,26
BPJS Kesehatan Non PBI Ya 6,80 6,98 6,90
Tidak 93,20 93,02 93,10
Jamkesda Ya 3,59 5,10 4,43
Tidak 96,41 94,90 95,57
Asuransi Swasta Ya 0,00 0,03 0,02
Tidak 100,00 99,97 99,98
Perusahaan/Kantor Ya 0,56 0,51 0,53
Tidak 99,44 99,49 99,47
Tidak Mengunakan Ya 74,67 69,86 72,01
Tidak 25,33 30,14 27,99
Sumber: Susenas, 2018
Berdasarkan tabel di atas, penduduk provinsi NTB lebih banyak yang membayar tagihan sendiri
(out of pocket) dibanding memanfaatkan jaminan kesehatan. Jumlah penduduk yang berobat
jalan tanpa jaminan kesehatan sebanyak 72,01%. Pasien yang berobat jalan terbanyak ada di
Puskesmas menurut Profil Kesehatan NTB, ada yang menggunakan BPJS Kesehatan dan ada
yang membayar tagihan. Hal ini mungkin terjadi karena pelayanan kesehatan yang diterima
pasien tidak tercover BPJS Kesehatan atau puskesmas bukan faslitas kesehatan pertama yang
dimiliki penduduk yang berobat disana. Sehingga layanan itu harus membayar (Profil Kesehatan
NTB, 2018).
Akses biaya layanan kesehatan dari BPJS Kesehatan hanya berupa perbandingan antara biaya
pelayanan, dan pendapatan di Kota Mataram, akses untuk seluruh kabupaten/kota di Provinsi
NTB belum bisa diakses. Data tersebut diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4. Rasio Klaim s/d Desember 2019
Kantor Cabang Biaya Pelayanan Pendapatan Rasio
Kota Mataram 619.074.722.800 205.238.498.832 301,64
%
Sumber: Beban Biaya dari Laporan BPJS Kota Mataram Per 31 Desember 2019
Tabel di atas menunjukkan bahwa total klaim biaya pelayanan JKN lebih besar, daripada total
pendapatan (iuran) yang berhasil dikumpulkan di Kantor Cabang Kota Mataram yang memiliki
area pelayanan yakni Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, dengan rasio klaim mencapai
301,64%.
DaSK (Dashboard Sistem Kesehatan) adalah website yang memvisualisasikan data sampel 2014-
2015 BPJS Kesehatan dalam bentuk yang atraktif dan komunikatif. Dari DaSK diperoleh
persentase pembiayaan per.wilayah (kabupaten/kota) di Provinsi NTB, disajikan sebagai berikut:
Wilayah Peserta
Bukan Pekerja PBI APBD PBI APBN PBPU PPU Total
KAB. BIMA 22,18% 0,00% 0,00% 77,82% 0,00% 100,00%
KAB. DOMPU 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00%
KAB. LOMBOK BARAT 17,22% 0,00% 82,78% 0,00% 0,00% 100,00%
KAB. LOMBOK TENGAH 33,16% 0,00% 42,01% 7,81% 17,03% 100,00%
KAB. LOMBOK TIMUR 20,64% 1,24% 48,50% 14,60% 15,03% 100,00%
KAB. LOMBOK UTARA 0,00% 0,00% 0,00% 93,31% 6,69% 100,00%
KAB. SUMBAWA 1,00% 17,56% 0,00% 68,29% 13,15% 100,00%
KAB. SUMBAWA BARAT 0,00% 0,00% 4,68% 8,38% 86,94% 100,00%
KOTA BIMA 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00%
KOTA MATARAM 68,75% 6,90% 5,03% 11,67% 7,64% 100,00%
Grand Total 33,60% 3,69% 20,33% 16,78% 25,60% 100,00%
Sumber: Data Sampel BPJS Kesehatan 2016 diolah dalam DaSK
Tabel di atas menunjukkan bahwa segmen PBI APBD adalah kelompok peserta yang paling sedikit
mengakses layanan kardivoaskular, sedangkan kelompok BP (Bukan Pekerja) adalah kelompok peserta yang
menempati posisi terbanyak dalam mengakses layanan kardiovaskular. BPJS Kesehatan telah
menginformasikan data pembiayaan pelayaan kesehatan JKN di Provinsi NTB. Namun, data atau informasi
tersebut diberikan secara agregat atau nasional. Data tidak disajikan per-wilayah kabupaten/kota yang ada di
NTB, dan tidak pula disajikan per-segmentasi peserta. Sehingga, informasi persentase klaim ini belum
digunakan dalam perencanaan dan pengganggaran kebijakan sector kesehatan. Sebagaimana dalam kuotasi
berikut:
“..jadi kita tau bahwa sebetulnya jumlah dana yang masuk dengan yang di keluarkan
masih besar yang di keluarkan, itu di sharing. Ndak hapal saya, karena itu BPJS yang
punya, karena itu data bergerak bu, jadi itu ndak bisa karena itu data bergerak setiap
bulan akan berubah di BPJS”. (Dinas Kesehatan Provinsi NTB)
“Secara umum saja, kita melakukan rapat koordinasi jadi berapa pemasukannya dan
beban-bebannya yang dibahas secara umum saja. Secara Nasional ya.” (Dinas Sosial
Provinsi NTB)
Data-data JKN yang penting belum terintegrasi pada proses pengambilan kebijakan. Hal
ini sangat disayangkan, dan apabila tidak diperbaiki dapat berakibat inefisiensi pada
anggaran kesehatan baik yang dikelola oleh BPJS Kesehatan maupun pemerintah daerah.
“…saya minta tambahan dukcapil, kalau di tempat lain kan disana hanya gubernur dan
BPJS, kalau disini ndak, kita selain ada gubernur dan BPJS kita ada lagi PKS yang lebih
teknis yang menyangkut dinas-dinas terkait yang perannya nanti menyelesaikan masalah-
masalah BPJS saya minta tambahan dukcapil, nah itu satu-satunya di indonesia itu”.
(Dinas Kesehatan Provinsi NTB)
“Jadi sebenarnya PKS ini perjanjian kerjasama ya dilakukan dengan dasar karena ingin
mempergunakan uang APBD ini sebagai pedoman terkait untuk mempertanggung
jawabkan keuangan APBD. Siapapun nanti yang hendak bertanya ini lah dasar. Dasar
ekskusif APBD yang tadi 62 miliar ini dasarnya ada PKS-nya mestinya memang ada MOU.
MOU kan pak gubernur dengan pihak minimal mungkin pucuk pimpinannya BPJS yang
ada di Jakarta.” (Bappeda Provinsi NTB)
Pemerintah Provinsi NTB memasukan enam OPD dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) bersama
BPJS Kesehatan. Hal demikian dilakukan agar pelaksanaan teknis dalam program JKN dapat
dipahami semua dinas-dinas karena semuanya saling terkait. Selain itu, PKS ini dijadikan dasar
penggunaan dana dalam APBD. Kebijakan yang lainnya adalah Peraturan Walikota Mataram
Provinsi Nusa Tenggara Barat No.37 Tahun 2019 tentang Pedoman Verifikasi dan Validasi Data
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Mataram menjelaskan mengenai
permasalahan krusial penetapan kelayakan warganya menerima bantuan iuran.
Pembahasan
Penelitian ini membawa sejumlah bukti terkait komitmen untuk menyukseskan universal
coverage melalui koordinasi antar instansi pemerintahan dan BPJS Kesehatan. Adanya kemauan
pemerintah daerah tersebut menjadi mekanisme yang bertemu dengan konteks dimana
penyelenggaraan layanan kesehatan dilaksanakan di daerah. Provinsi kepulauan ini juga
mencatat lebih tingginya penggunaan dana JKN tiga kali lipat di Ibukota Provinsi. Meskipun
telah ada komitmen pemerintah, data penyelenggaraan JKN seperti data peserta PBI APBN dan
APBD yang komprehensif tidak belum diterima oleh Pemerintah daerah. Data agregat tentang
jumlah layanan telah diberikan, namun data rinci belum disediakan oleh BPJS Kesehatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi capaian sasaran tata kelola dalam dokumen Peta
Jalan JKN 2014-2019 di Provinsi NTB. Sasaran tata kelola berada padal sasaran-1, sasaran-5,
dan sasaran-8, lebih jelas diuraikan pada Tabel 6 , berikut ini.
Tabel 6.Peta Jalan menuju JKN 2014-2019
Bushman, R., Chen, Q., Engel, E., & Smith, A. (2004). Financial accounting
information, organizational complexity and corporate governance
systems. Journal of Accounting and Economics, 37, 167-201.