INDONESIA
ABSTRAK
Konstitusi RI mengamanatkan adanya hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Namun dalam praktiknya, dengan masih banyaknya kasus lingkungan yang
terjadi dewasa ini, tentunya dapat menjadi kritik bagi Pemerintah sebagai organ
yang bertanggung jawab penuh terhadap pemenuhan hak tersebut. Berbagai
masalah lingkungan yang terjadi, baik kerusakan maupun pencemaran tidak
berbanding lurus dengan mekanisme penegakan hukum yang diterapkan oleh
Pemerintah. Lahirnya UU No. 32/2009 (UU PPLH) rupanya juga belum mampu
menjawab segala problematika penegakan hukum lingkungan di Indonesia. Oleh
karenanya dalam tulisan ini akan diuraikan mengenai mekanisme penegakan
hukum lingkungan yang berlaku di Indonesia, dan dilakukan perbandingan pula
dengan beberapa negara, diantaranya Amerika Serikat, Belanda, Jepang dan
Singapura.
A. PENDAHULUAN
B. PEMBAHASAN
1
Rene Seerden and Michiel Heldeweg, “Comparative Environmental Law in Europe: An
Introduction to Public Environmental Law in the EU Member States” dalam G.H. Addink,
Environmental Law in a Comparative Perspective: National, European and International Law,
Literature, Institute of Constitutional and Administrative Law, Utrecht University, Utrecht, 2002,
h. 61.
2
Jo Gerardu and Cheryl Wasserman, Fifth International Conference on Environmental
Compliance and Enforcement: Conference Proceedings, Vol. 1 and 2, Monterey, California, USA,
1998, h. 3.
3
G.A. Biezeveld, “Course on Environmental Law Enforcement”, Syllabus, Surabaya,
January 9-14, 1995, h. 7.
4
Joseph M. Schilling and James B. Hare, Code Enforcement: A Comprehensive Approach,
Solano Press Books, Point Arena, California, 1995, h. 32. A.B. Blomberg, Integrale Handhaving
van Milieurecht, Boom Juridische Uitgevers, de Vrije Universiteit te Amsterdam, 2000.
5
W. Brussaard et al., Milieurecht, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, 1991, h. 426-506. D.
Schaffmesiter, Kekhawatiran Masa Kini, terjemahan Tristam P. Moeliono, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1994, h. 1-30. F.P.C.L. Tonnaer, Het Nederlands Milieurecht in Ontwikkeling, Samson
H.D. Tjeenk Willink, Alphen aan den Rijn, 1990.
6
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Edisi
Kedua, Airlangga University Press, Surabaya, 2000, h. 208-210. Soerjono Soekanto, Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, CV Rajawali, Jakarta, 1986, h. 5-51.
7
Siti Sundari Rangkuti, “Penegakan Hukum Lingkungan Administratif di Indonesia”, Pro
Justitia, Tahun XVII, No, 1 Januari 1999, h. 3-4. Baca pula Van Dijk, J., “Public Influence on the
Supervision and Enforcement of Environmental Law in The Netherlands”, dalam Jo Gerardu and
Cheryl Wasserman (ed.), op.cit. h. 193-201.
8
Nancy K. Kubasek and Gary S. Silverman, Environmental Law, Prentice Hall, Upper
Saddle River, New Jersey, 1997, h. 36.
9
Ibid., h. 36 dan 58.
a. Pengawasan
Pengawasan secara periodik dilakukan terhadap kegiatan yang memiliki
izin lingkungan sebagai upaya pemantauan penaatan persyaratan perizinan oleh
instansi yang berwenang memberi izin lingkungan.12 Rosa Uylenburg
mengungkapkan: “The competent authority for the enforcement (administrative
enforcement of environmental law) is the authority that is also competent to grant
a license”.13
G.H. Addink menyatakan: “The competent authority is responsible for the
supervision of the compliance with the environmental provisions by the owner of
each installation …”.14 Dijelaskan oleh Foo Kim Boon, Lye Lin Heng dan Koh
Kheng Lian: “Lincensing ensures the monitoring of an activity on a continuous
basis …”.15
10
Siti Sundari Rangkuti, Penegakan Hukum … op.cit., h. 5. K.M. Clayton (ed.), Pollution
Abatement, David & Charles, Newton Abbot, IBM Press Roman, Devon, 1973.
11
J.B.J.M. ten Berge, Recent Development in General Administrative Law in the
Netherlands, Course Book, Utrecht, 1994, h. 1. Peter Cane, An Introduction to Administrative
Law, Clarendon Press, Oxford, 2001, h. 241-250.
12
Siti Sundari Rangkuti, “Izin Lingkungan Sebagai Instrumen Pencegahan Pencemaran
Lingkungan”, Kursus Perizinan Lingkungan Sebagai Instrumen Pencegahan Pencemaran
Lingkungan, Komisi Kerja Hukum Lingkungan BKPSL-Indonesia dan Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup (PPLH), Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, Surabaya, 6-7 Juni 2000.
13
Rosa Uylenberg, General Principles of Administrative Enforcement, Centre for
Environmental Law, University of Amsterdam, CELA, 2001, h. 1. A.Q.C. Tak, De Algemene Wet
Bestuursrecht: Het Nieuwe Bestuurs-procesrecht, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, 1993, h. 242.
14
G.H. Addink, Environmental Law … op.cit., h. 123. G.H. Addink, Enforcement of
Environmental Law … op.cit., h. 147.
15
Foo Kim Boon, Lye Lin Heng and Koh Kheng Lian, “Environmental Protection: The
Legal Framework” dalam IUCN/APCEL/UNEP Programme, Teaching Environmental Law at
University Level, National University of Singapore, Singapore, 11 June 1997, h. 113.
16
EPA, Sources Self-Monitoring, Reporting, and Recordkeeping Requirements:
International Comparison – Environmental Compliance and Enforcement Capacity Building
Resource Document, August, 1998, h. 1-2.
17
Ministry of Housing, Spatial Planning and the Environment, Environmental Management
Act, The Netherlands, 1997, h. 113. Koninklijke Vermande, Milieuwetgeving Teksten 1999/2000,
Lelystad, 1999, h. 4-87.
18
J.G. Brouwer and A.E. Schilder, A Survey of Dutch Administrative Law, Ars Aequi Libri,
Nijmegen, 1998, h. 49.
19
G.H. Addink, Algemene beginselen van behoorlijk bestuur, Kluwer, Deventer, 1999, h. v.
20
Environment Agency, Environmental Laws and Regulations in Japan (II) Air, Japan,
1987, h. 19-20.
21
Ong Teng Cheong, Environmental Pollution Control Act: Republic of Singapore No. 9 of
1999, Singapore, 1999, h. 145-146.
22
Lye Lin Heng, “The Enforcement of Environmental Law in Singapore” dalam Institute of
Developing Economics, Environmental Law in Asia – Issues of Enforcement, Tokyo, Japan, 1997,
h. 81.
23
F.X. Endro Susilo, Suparto Wijoyo and Ibrahim, An Overview of Indonesian
Environmental Law and Comparative Aspects, Institute of Constitutional and Administrative Law,
Utrecht University, Utrecht, 2002, h. 40.
24
Ibid. G.H. Addink, Enforcement of Environmental Law … op.cit., h. 148.
25
Siti Sundari Rangkuti, Inovasi Hukum Lingkungan: Dari Ius Constitutum Ke Ius
Constituendum, Airlangga University Press, Surabaya, 1991, h. 8.
26
D. van der Meijden, Praktisch Milieurecht, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, 1996, h. 186.
Hal ini juga mendapatkan perhatian serius dalam Th.G. Drupsteen et al., De Toekomst van de Wet
Milieubeheer, Schoordijk Instituut Centrum voor Wetgevingsvraagstukken, Rijksuniversiteit
Leiden, W.E.J. Tjeenk Willink, Deventer, 1998.
27
Takdir Rahmadi, Pengaturan Hukum Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Airlangga, Surabaya, 1998, h.
282-283.
28
Siti Sundari Rangkuti et al., Penyusunan Pedoman … op.cit., h. 110-111. Siti Sundari
Rangkuti et al., Implementasi UUPLH Tentang Pengawasan dan Sanksi Administrasi Dalam
Pengelolaan Lingkungan di Daerah, Proyek Pendayagunaan Sistem dan Pelaksanaan Pengawasan
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan PPLH Lembaga Penelitian Universitas Airlangga,
Jakarta-Surabaya, 2000, h. 50-69.
29
Julian Grasser, Koichiro Fujikura and Akio Morishima, Environmental Law in Japan, The
MIT Press, Cambridge, Massachusetts, 1981, h. 259.
30
Lye Lin Heng, op.cit., h. 80-81. Foo Kim Boon, Lye Lin Heng and Koh Kheng Lian,
op.cit., h. 112-113.
31
Koh Kheng-Lian, Sustainable Singapore: A Model for Urban Cities?, Ministry for the
Environment, Singapore, 1997. David Turberfield, “ISO 14000: The Asia Pacific Perspective”,
Seminar on Environmental Management Systems – The Industrial Context, Singapore, 8
November 1995.
32
Jawa Pos, Kebakaran Hutan Jadi Bencana Internasional, 23 September 1997.
33
Suara Pembaruan, Kabut Asap Jauh Lebih Berbahaya Dari Polusi Udara Perkotaan, 2
Oktober 1997. Lihat pula: Kompas, Kebakaran Hutan Meluas: Uni Eropa Dukung Kampanye
Pencegahan Kebakaran, 7 Juni 2003. Kompas, 90 Persen Kebakaran Hutan di Riau Disebabkan
Manusia, 7 Juni 2003.
34
Suara Pembaruan, Kerugian Rp. 11 Triliun Akibat Kebakaran Hutan, 23 Oktober 1997.
35
Suara Pembaruan, 176 Perusahaan Diindikasikan Sebagai Sumber Asap, 16-17
September 1997. Edisi ini secara khusus memuat nama-nama 176 perusahaan termaksud.
36
Suara Pembaruan, Daftar 29 Perusahaan yang Dicabut IPK-nya, 3 Oktober 1997. Suara
Pembaruan, Pembakar Hutan Bisa Dipenjara 15 Tahun dan Denda Rp 750 Juta, 22 Januari 1998.
37
Bustanul Arifin, “Kepadatan Penduduk dan Kerusakan Hutan”, Suara Pembaruan, 27
Maret 1997. Soni Sisbudi Harsono, “Etiskah Pembukaan Lahan Dengan Pembakaran?”, Jawa
Pos, 1 Oktober 1997. Kompas, Kebakaran HTI di Jambi Belum Berhasil Dipadamkan, 7 Juni
2003. Kompas, Asap Tebal Selimuti Kota Pontianak, 3 Juli 2002. Kompas, Udara di Pontianak
Makin Buruk, 5 Juli 2002. Kompas, Di Tengah Kepentingan Ekologi, Duit, dan Perut Rakyat, 13
Juli 2003.
38
Pustaka yang relevan dengan pengkajian ini adalah Lien van Walle, “De Implicaties van
de Wet op de Strafrechtelijke Verantwoordelijkheid van de Rechtspersoon op de Vervolging van
Milieudelicten”, Tijdschrift voor Milieurecht, Mys & Breesch, Uitgevers-Gent, 2001, h. 116-144.
39
Schaffmeister, M. Keijzer dan E.P.H. Sutarius, Hukum Pidana, Editor J.E. Sahetapy,
Liberty, Yogyakarta, 1995, h. 31.
40
Ibid., h. 330.
41
G.A. Biezeveld, Criminal enforcement of environmental law: general introduction,
investigation and prosecution (Dutch Side): Part one: General introduction on environmental
criminal law enforcement, CELA Course on Environmental Law and Administration, Sukabumi,
19-24 February 2001.
by Richard L. Gage and Susan B. Murata, with a foreword by Lester R. Brown, Kosei Publishing
Co., Tokyo, 1992.
45
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan … op.cit., h. 331-332. Environment Agency,
Environmental Laws and Regulations in Japan (I) General, Japan, 1987, h. 11.
46
Siti Sundari Rangkuti, Inovasi Hukum … op.cit., h. 20-21.
47
Kompas, Depkeh Siapkan 25 RUU Untuk Diserahkan Ke DPR, 17 Juni 2002.
48
Muladi, “Prinsip-prinsip Dasar Hukum Pidana Lingkungan Dalam Kaitannya Dengan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997”, Jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi, Vol. 1 No.
1/1998, h. 1-2.
49
Ibid., h. 7. Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan
Penanggulangan Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, h. 33, 83-116.
50
Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1984,
h. 3.
51
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, St. Paull, Minn., West Publishing Co.,
1991, h. 261.
52
Goran Persson, “Organization and Operation of National Air Pollution Control Programs”
dalam Arthur C. Stern, Air Pollution, Vol. V Air Quality Management, Academic Press, New
York, 1970, h. 403-406.
53
G.H. Addink, Enforcement of Environment … op.cit., h. 150. G.A. Biezeveld, Criminal
Enforcement … loc.cit.
54
erbert L. Packer, The Limits of the Criminal Sanction, Standford University Press,
Standford, California, t.th., h. 189.
55
Michael Faure and Gunter Heine, Environmental Criminal Law in The European Union,
Course in Environmental Law and Administration for Indonesia Jurist, METRO Institute for
Transnational Legal Research, Maastricht, 14 August-25 September 1998, h. 12. Bakx R.C., Spel
A. and Wabeka J.W., Cooperation Among The Police, The Judiciary, and Government to Control
Against The Environment dalam Jo. Gerardu and Chery Wasserman, op.cit., h. 348.
56
Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991, h. 18-21. S.W. van der Meer,
Corporate Law, W.E.J. Tjeenk Willink, B.V., Zwolle-Holland, 1973, h. 3. A.L.J. Van Strien,
“Badan Hukum Sebagai Pelaku Tindak Pidana Lingkungan” dalam M.G. Faure, J.C. Oudijk dan
D. Schaffmeister, op.cit., h. 226.
57
Takdir Rahmadi, op.cit., h. 374. Muladi dan Barda Nawawi A., op.cit., h. 141.
58
Louise Rayar and Stafford Wadsworth (Translators), The Dutch Penal Code, in
collaboration with Mona Cheung et al. and revision by Hans Lensing, Rothman & Co., Littleton,
Colorado, 1997, h. 78. Kluwer, Wetgevingseditie … op.cit., h. 3099 dan 3118.
59
G.H. Addink, Environmental Law … op.cit., h. 125.
60
Takdir Rahmadi, op.cit., h. 372-373. D. Schaffmeiter, “Environmental Criminal Law”
dalam Michael Faure and Gunter Heine, op.cit., h. 11. Kris Lulofs, “Schonere Afvalverbranding:
Zijn de Europese Richtlijn en de Nationale Regimes Kosten Effectief”, Beleidswetenschap, 2/01/4,
2001, h. 333-355.
61
Environment Agency Japan, op.cit., h. 112.
62
Ong Teng Cheong, op.cit., h. 164.
63
Henry Campbell Black, op.cit., h. 327. Willem L. Ury, Jeanne M. Brett and Stephen B.
Goldberg, Getting Disputes Resolved, Jossey-Bass Publisher, Sn Fransisco, 1988, h. 4.
64
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan … op.cit., h. 265.
65
Siti Sundari Rangkuti, “Reformasi Bidang Hukum Lingkungan”, Suara Pembaruan, 26
Maret 1999.
66
Suparto Wijoyo, Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Settlement of Environmental
Disputes), Cetakan Kedua, Airlangga University Press, Surabaya, 2003, h. 55-61.
67
Takdir Rahmadi, op.cit., h. 289-290.
68
Ibid., h. 290-292. Paulus Effendie Lotulung, Beberapa Sistem Tentang Kontrol Segi
Hukum Terhadap Pemerintahan, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 1986, h. 54-64.
69
G.H. Addink, Environmental Law in a Comparative Perspective: National, European and
International Law: Legislation Part 1: Dutch Law, Institute of Constitutional and Administrative
Law, Utrecht University, Utrecht, 2002, h. 4-70 dan 73-162.
70
Julian Gresser, Koichiro Fujikura and Akio Morishima, op.cit., h. 201-225.
71
Disarikan dari berbagai uraian kasus lingkungan yang tertuang dalam Ibid., h. 202-218.
Takdir Rahmadi, op.cit., h. 295.
72
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan … op.cit., h. 252-254. Koesnadi
Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994, h.
120-121.
73
Kasus ini selengkapnya dapat dibaca dalam publikasi Supreme Court Report Annotated,
Oposa vs. Factoran, Jr., Vol. 224, July 20, 1993, h. 792-818.
74
Ibid. Suparto Wijoyo, Penyelesaian Sengketa … op.cit., h. 81.
75
Takdir Rahmadi, “Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa Lingkungan”, Penataran
Hukum Lingkungan, Proyek Kerjasama Hukum Indonesia-Belanda, Fakultas Hukum Universitas
Airlangga, Surabaya, 4-12 Januari 1996, h. 7. Henry Campbell Black, op.cit., h. 34.
76
Nancy K. Kubasek and Gary S. Silverman, Environmental Law, Prentice Hall, Upper
Saddle River, New York, 1997, h. 36-37. Stephen B. Goldberg, Frank E.A. Sander and Nancy H.
Rogers, Dispute Resolution, Little, Brown and Company, Boston, 1992, h. 241-246.
77
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian
Sengketa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, h. 154-161.
78
Ibid., h. 243. T.M. Lutfi Yazid, “Penyelesaian Sengketa Lingkungan Melalui ADR”,
Jurnal Hukum Lingkungan, Tahun III No. I/1996, h. 96. Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian
Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi & Arbitrase), PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2001.
79
Ibid.
80
Ibid. Peter Lovenheim, Mediate, Don’t Litigate: How to Resolve Disputes Quickly,
Privately, and Inexpensively Without Going to Court, McGraw-Hill, Inc. New York, 1989, h. 3.
81
Jawa Pos, Menkeh Akui Ada Kolusi Pengadilan, 26 Juni 1997. Jawa Pos, Yang Alami
Masalah Tak Lagi Lari Ke PN, 16 Juli 1997. Surabaya Post, Potret Suram Citra Hakim dan Jaksa,
2 Januari 1998. Majalah Berita Mingguan Tempo, Saatnya Berbenah Diri, 20 April 2003. Henry
P. Panggabean, Fungsi Mahkamah Agung Dalam Praktik Sehari-hari: Upaya penanggulangan
tunggakan perkara dan pemberdayaan fungsi pengawasan Mahkamah Agung, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 2001. Benjamin Mangkoedilaga, “Sebuah Catatan Untuk Mahkamah Agung”,
Kompas, 16 Juli 2003.
82
Koesnadi Hardjasoemantri, Sebuah Studi Tentang Kankyo Kihon Ho 1993 (Undang-
undang Lingkungan Hidup Jepang 1993), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1996, h. 6.
Hiroshi Wagatsuma and Arthur Roset, “The Implications of Apology: Law and Culture in Japan
and The United States”, Law & Sosiety Review, Vol. 20, Nr. 4, 1988, h. 461-496.
Internet Sites
http://www.epa.gov/oar/caa/contents.html
http://europa.eu.int/comm/dg01
http://europa.eu.int/eurostat.html
http://europa.eu.int/euro
http://www.tempointeraktif.com
http://www.tempointeractive.com
http://www.kompas.com