Anda di halaman 1dari 12

Qawanin Jurnal Ilmu Hukum

Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020) 1 – 40


e-ISSN: xxxx-xxxx || p-ISSN: xxxx-xxxx

ANALISIS HUKUM TINDAK PIDANA


LINGKUNGAN HIDUP (STUDI PUTUSAN
NOMOR 548/PID.B/LH/2020/PN.GS)

Muhammad Aldi1, Lauddin Marsuni2, Sutiawati2


1Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Muslim Indonesia
2Fakultas Hukum, Universitas Muslim Indonesia

Surel Koresponden: maldi692@gmail.com

Abstract:
This study aims to determine and analyze the Matrix and Formal Law, Judge's
Legal Considerations Against Decision No. 548/Pid.B/LH/2020/PN.GS and to
find out more deeply the flow of criminal cases, the benefits of this research are
expected to be useful input for the community and for students to be used as
research material in writing thesis in the future. The research method used in
writing this thesis is the normative method, with secondary and primary data
coverage. The results of this study indicate that the matrilineal criminal law in
the case of decision no. 548/Pid.B/LH/2020/PN.GS has complied with
applicable law and balanced judge's legal considerations, namely objective and
subjective. every hospital construction should pay more attention to the
availability of waste disposal that can disturb the surrounding community or
public which has been strengthened by (PP) No. 29 of 2008 Licensing for
Utilization of Ionizing Radiation Sources and Nuclear Materials. Given the
public awareness of the importance of environmental management, the
government must be more firm in what sanctions are given to the community
so that it can prevent environmental destruction and pollution.

Keywords: B3 ; Environmental Law ; Judge's consideration ;

Submit : hh-bb-tttt Accept : hh-bb-tttt


Doi: http://~

PENDAHULUAN

Lingkungan hidup merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib
dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber
penunjang hidup bagi manusia dan makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan
peningkatan kualitas hidup itu sendiri Lingkungan hidup adalah ruang yang
ditempati oleh manusia bersama makhluk hidup lainnya. Manusia dan makhluk
hidup lainnya tentu tidak berdiri sendiri dalam proses kehidupan, saling
berinteraksi, dan membutuhkan satu sama lainnya. Kehidupan yang ditandai
dengan interaksi dan saling ketergantungan secara teratur merupakan tatanan

Lisensi CC BY-4.0 1
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)

ekosistem yang di dalamnya mengandung esensi penting, dimana lingkungan hidup


sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dibicarakan secara terpisah.1

Lingkungan hidup dianggap sebagai objek. Sudut pandang ini memandang dan
menempatkan lingkungan hidup sebagai objek yang juga berarti kekayaan dan
dapat dimanfaatkan untuk semata menunjang pembangunan, akibatnya keadaan
alam dan lingkungan saat ini telah menjadi kian parah dari masa ke masa.Saat ini,
terdapat isu global tentang pemanasan global yang melanda bumi. Indonesia sendiri
sebagai negara berkembang saat ini tercatat sebagai negara penghancur hutan
tercepat di dunia. Eksploitasi alam dan lingkungan di Indonesia untuk kepentingan
modal dengan dalih pembangunan dapat dirasakan sejak rezim Orde Baru berkuasa,
wilayah peruntukan Indonesia telah dibagi berdasarkan kepentingan modal. Hal ini
dapat dilihat dari perencanaan dan luasan peruntukan lahan daratan Indonesia. 2

Dimulai dengan lahirnya UU No 32 Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup yang memuat prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan
hidup yang berfungsi memberikan arahan (direction) bagi sistem hukum lingkungan
nasional, dan setelah 15 tahun akhirnya undang-undang ini pun dicabut karena
dianggap kurang sesuai agar terwujud pembangunan berkelanjutan seperti apa yang
dicitakan.3 Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UU. No 4 Tahun
1982 yang telah diganti oleh UU No 23 Tahun 1997 lalu digantikan oleh UU No 32 Tahun
2009 dengan alasan menyesuaikan perkembangan zaman demi terciptanya sustainable
development, hingga ke peraturan daerah masing-masing propinsi maupun kabupaten
seluruh Indonesia mengatur mengenai masalah lingkungan, tidak tanggung-tanggung
bahkan terdapat pula penjatuhan sanksi pidana yang cukup berat di dalamnya, pidana
yang seharusnya merupakan ultimum remedium dalam penegakan hukum dalam kasus
hukum lingkungan ini pun dikedepankan fungsinya menjadi primum remedium karena
dianggap paling efektif dalam menangkal kasus-kasus perusakan lingkungan.4

Penegakan hukum di bidang lingkungan menurut Keith Hawkin, sebagaimana dikutip


oleh Koesnadi Hardjasoemantri, bahwa penegakan hukum lingkungan pada dasarnya

1 Danusaputro, St. Munadjat, 1980 Hukum Lingkungan, Buku I: Umum, Bina Cipta, Bandung
2 Hamdan, 2000,Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup, Mandar Maju, Bandung.
3
Nina Herlina, 2018. Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Penegakan Hukum Lingkungan di
Indonesia, Jurnal, Fakultas Hukum Universitas Galuh
4 Husein, M. Harun, 1993, Lingkungan Hidup, Masalah, Pengelolaan, dan Penegakan Hukumnya, Bumi

Aksara, Jakarta.

2
Analisis Hukum Tindak Pidana Lingkungan Hidup (Studi Putusan Nomor
548/Pid.B/Lh/2020/Pn.Gs)

dapat dilihat dari dua sistem atau strategi yang berkarakter pembenahan peraturan dan
pemberian sanksi (sanctioning dengan penal style).5 Oleh karena itu merupakan suatu
keharusan dalam pengaturan mengenai lingkungan dimasukkan ketentuan pidana di
dalamnya agar penegakan hukum lingkungan itu sendiri dapat berjalan secara efektif.
Walaupun sanksi Pidana telah dimasukkan, namun penegakan hukum di bidang
lingkungan ini belum juga mencapai hasil yang optimal. Potret penegakan hukum
lingkungan di Indonesia pada kenyataannnya tidak menunjukkan kecenderungan
semakin membaik, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya.

Berdasarkan laporan ICEL (Indonesian Centre of Environmental Law) indikator makin


suramnya penegakan hukum lingkungan, antara lain, diperlihatkan dengan gagalnya
berbagai upaya penegakan hukum lingkungan yang diprakarsai pemerintah ataupun
mayarakat. Krisis ekonomi yang terjadi serta kebijakan investasi yang tidak dilengkapi
dengan upaya perwujudan prinsip-prinsip good sustainable development governannce
justru melahirkan kebijakan yang mendukung dilakukannya eksploitasi sumber daya
alam. Kebijakan pertambangan di areal hutan lindung misalnya, justru melahirkan
prinsip transgenetik yang mengabaikan ‘prinsip kehati-hatian’.6

Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang kompleks dan menarik untuk


dikaji mendalam, berdasarkan hal tersebutlah penulis berkeinginan untuk menulis
penelitian ini mengenai kebijakan pidana yang ada dalam upayanya untuk menegakkan
hukum lingkungan hidup di Indonesia. Titik anjak penulis dalam penulisan Penelitian ini
adalah pengkajian UU Nomor 32 Tahun 2009 secara mendalam membahas tentang
Lingkungan hidup sebagaimana dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 1 yang Berbunyi
(Butir 1) Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain, (Butir 2) Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi

5 Koeswadji, Hermien Hadiati, 1993. Hukum Pidana Lingkungan, Citra Aditya Bhakti, Bandung.
6
Anika Ni’matun Nisa, 2020. Penegakan Hukum Terhadap Permasalahan Lingkungan Hidup Untuk
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal

3
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan


hukum.7

Penulis juga menemukan salah satu contoh kasus yang terkait dengan penulisan ini,
salah satunya yaitu Terdapat kasus pada hari Senin tanggal 14 Oktober 2019 sekira
pukul 15.00 wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan Oktober
tahun 2019, bertempat di Klinik Pratama Rawat Inap Niramaya Medical Centre yang
beralamat di Jln. KH. Ahmad Dahlan, Kamp. Sendang Agung, Kec. Sendang Agung, Kab.
Lampung Tengah atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang termasuk dalam
kewenangan mengadili Pengadilan Negeri Gunung Sugih, setiap orang yang melakukan
pengelolaan limbah B3 tanpa izin sebagaimana yang dimaksud Pasal 59 ayat (4) UU No
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perbuatan
tersebut dilakukan oleh Terdakwa dengan cara Klinik Niramaya Medical Center
membuang atau meletakkan limbah sisa aktifitas medisnya di media lingkungan hidup
berupa tanah yang berada di belakang klinik di dekat tempat pembakaran. Ditempat
pembuangan sampah atau ditempat pembakaran ditemukan beberapa limbah sisa
aktivitas medis (limbah infeksius) yaitu 2 (dua) Botol Infus Bekas, 2 (dua) Botol Obat
Bekas/Ampul Bekas, 2 (dua) Selang Infus Bekas dan 1 (satu) selang Infus bekas
sepanjang ± 20 cm sisa terbakar berada dikotak sampah yang dibakar. Adapun rumusan
masalah pada penulisan ini yaitu Bagaimana Penegakan Hukum tindak pidana terhadap
pencemaran lingkungan pada putusan 548/PID.B/LH/2020/PN.GS, Bagaimana
Pertimbangan Hakim dalam memutuskan tindak pidana lingkungan hidup pada putusan
548/PID.B/LH/2020/PN.GS. Penelitian dilakukan melalui Website Resmi PN Gunung
Sugih. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
Normatif, dengan cakupan data skunder dan primer.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif.
Penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji norma
norma hukum yang bertentangan terhadap masala penelitian. Penelitian dilakukan
melalui Website Resmi PN Gunung Sugih. Jenis dan sumber bahan hukum yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum

7
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tengtang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

4
Analisis Hukum Tindak Pidana Lingkungan Hidup (Studi Putusan Nomor
548/Pid.B/Lh/2020/Pn.Gs)

primer adalah bahan hukum yang bersumber dari perundang undangan dalam
penelitian ini peneliti akan mengkaji lebih dalam pada Undang-Undang nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Bahan hukum
sekunder adalah bahan hukum yang bersumber dari buku hukum, jurnal hukum, kamus
hukum.

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Bahan
hukum primer yakni dengan melakukan penelusuran terhadap semua peraturan
perundang undangan yang dimaksud yaitu Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Bahan hukum
sekunder yakni dengan cara menyimak bahan hukum yang bersumber dari buku
hukum, jurnal hukum, kamus hukum. Bahan hukum tersier yakni dengan cara
melakukan penelusuran terhadap artikel online yang berhubungan dengan lingkungan
hidup. Selanjutnya bahan yang telah diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya
dianalisis secara kualitatif. Yaitu memberikan gambaran dalam bentuk narasi tentang
masalah penelitian dengan menggambarkan secara khusus ke umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penegakan Hukum Tindak Pidana Terhadap Pencemaran Lingkungan Pada


Putusan 548/PID.B/LH/2020/PN GS
1. Duduk Kasus
Pengadilan Negeri Gunung Sugih yang mengadili perkara pidana dengan acara
pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut
dalam perkara Terdakwa : Nama lengkap : Dr. USWATUN HASANAH Binti
SUDIRJO (alm) Tempat lahir Trikoyo Tugu MulyoUmur/tgl.lahir 32 tahun / 16
September 1988 Jenis kelaminLaki-laki Kebangsaan : Indonesia 6.Tempat tinggal
Dusun V Rt/Rw: 10/05 Kampung Sendang Agung, Kecamatan Sendang Agung
Kabupaten Lampung Tengah Agama Islam Pekerjaa PNS (Dokter Puskesmas
Sendang Agung) Terdakwa tersebut tidak dilakukan penahanan; Terdakwa di
Persidangan menolak untuk didampingi oleh Penasehat Hukum meski haknya
untuk itu sudah ditawarkan kepada diri Terdakwa;

Pengadilan Negeri tersebut; Setelah membaca Penetapan Ketua Pengadilan


Negeri Gunung Sugih tertanggal 18 Desember 2020 Nomor :
548/Pen.Pid.Sus/2020/PN Gns tentang Penunjukan Majelis Hakim untuk
mengadili perkara Terdakwa tersebut; -Penetapan Ketua Majelis Hakim tanggal
18 Desember 2020 Nomor : 548/Pen.Pid.Sus/2020/PN Gns tentang Penentuan

5
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)

Hari sidang; - Telah membaca berkasa perkara beserta surat-surat lainnya yang
berhubungan dengan perkara ini; Setelah mendengar keterangan Saksi-saksi dan
Terdakwa serta memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di
persidangan; Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh
Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut: Menyatakan Terdakwa dr.
USWATUN HASANAH Binti SUDIRJO (alm) terbukti bersalah melakukan tindak
pidana “ Tanpa Ijin Dumping/Membuang Limbah ke Media Lingkungan Hidup
dan Tanpa Izin Memanfaatkan Tenaga Nuklir” sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 104 Jo Pasal 60 UU RI No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia. putusan Lingkungan Hidup dan Pasal 43 ayat (1) Jo Pasal 17 ayat (1)
UU RI No 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran sebagaimana dalam dakwaan
ketiga dan keempat; Menjatuhkan pidana terhadap dr. USWATUN HASANAH
Binti SUDIRJO (alm) bertindak atas nama Klinik Pratama Rawat inap NIRAMAYA
dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan dengan masa percobaan selama 1
(Satu) tahun dan denda sebesar Rp5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) Subsidiar 3
(tiga) kurungan; 3

Dalam Proses pengangkutan limbah B3 Pihak Kedua menyatakan tidak akan


mengeluarkan / menyimpan sementara limbah B3 diluar areal izin operasional
Pihak Kedua (sesuai keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kab. Lampung Tengah No 503/013/KPTS-
IPSLB3/D.b.V.18/2019) yang berlaku selama operasional kegiatan sejak tanggal
ditetapkan dan Pihak Kedua bertanggung jawab untuk melakukan registrasi /
daftar ulang izin tersebut setiap 2 (dua) tahun sekali. Bahwa dalam kenyataannya
Limbah B3 milik Klinik Niramaya Medical Center masih ada yang berada di dalam
Klinik Niramaya Medical Center dan dikelola sendiri oleh pihak Klinik Niramaya
Medical Center, seperti apa yang ditemukan oleh Saksi AMBARI Bin A. SIDIQ dan
Saksi RIDWAN Bin ROHMAT selaku Anggota Kepolisian Resor Lampung Tengah
hari Senin tanggal 14 Oktober 2019 sekira pukul 15.00 wib, dengan hasil
pemeriksaan: Klinik Pratama Rawat Inap “Niramaya Medical Centre” tidak
memiliki tempat penyimpanan sementara (TPS) Limbah B3 dan pihak Klinik
tidak dapat menunjukan Izin dari Menteri sebagaimana yang diatur dalam Pasal
176 Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Klinik Niramaya Medical Center membuang atau meletakkan limbah sisa aktifitas
medisnya di media lingkungan hidup berupa tanah yang berada di belakang
klinik di dekat tempat pembakaran. Ditempat pembuangan sampah atau
ditempat pembakaran ditemukan beberapa limbah sisa aktivitas medis (limbah
infeksius) yaitu 2 (dua) Botol Infus Bekas , 2 (dua) Botol Obat Bekas/Ampul
Bekas, 2 (dua) Selang Infus Bekas dan 1 (satu) selang Infus bekas sepanjang ± 20
cm sisa terbakar berada dikotak sampah yang dibakar. Perbuatan Terdakwa
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 102 Jo Pasal 59 ayat (4) UU
RI No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
ATAU KEDUA: Bahwa Terdakwa dr. USWATUN HASANAH Binti SUDIRJO (alm)

6
Analisis Hukum Tindak Pidana Lingkungan Hidup (Studi Putusan Nomor
548/Pid.B/Lh/2020/Pn.Gs)

pada hari Senin tanggal 14 Oktober 2019 sekira pukul 15.00 wib atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan Oktober tahun 2019, bertempat di
Klinik Pratama Rawat Inap “Niramaya Medical Centre” yang beralamat di Jln. KH.
Ahmad Dahlan, Kamp. Sendang Agung, Kec. Sendang Agung, Kab. Lampung
Tengah atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang termasuk dalam
kewenangan mengadili Pengadilan Negeri Gunung Sugih, “setiap orang yang
menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan Pengelolaan sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 59”.
Berawal Anggota Kepolisian Resor Lampung Tengah mendapatkan informasi
bahwa Klinik Pratama Rawat Inap “Niramaya Medical Centre” melakukan tindak
pidana lingkungan hidup dan tindak pidana ketenaga nukliran; Bahwa Klinik
Pratama Rawat Inap “Niramaya Medical Centre” berbadan hukum berdasar
Keputusan Menteri Hukum dan Ham Republik Indonesia No: AHU-
0013814.AH.01.04 Tahun 2015 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum
Yayasan NIRAMAYA tanggal 19 September 2015. Dan memperoleh Izin
Operasional berdasar Keputusan Bupati Lampung Tengah No:
336/KPTS/D.2/2016 tentang Izin Operasional Klinik Pratama Rawat Inap
“Niramaya Medical Centre” Kampung Sendang Agung Kecamatan Sendang Agung
tertanggal 26 Juli 2016; Bahwa dr. USWATUN HASANAH diangkat sebagai
Direktur dan Penanggung Jawab Klinik berdasar Surat Pengangkatan Direktur
Klinik yang ditandatangani oleh Yudi Septiawan selaku Ketua Yayasan Niramaya
tanggal 10 Januari 2018 dan masih menjabat sampai dengan sekarang;
2. Analisis penulis
Menurut Posisi Kasus pada kasus dengan nomor putusan
548/Pid.B/LH/2020/PN Gns terdakwa Dr. USWATUN HASANAH Binti
SUDIRJO dinyatakan melanggar ketetapan hukum pada Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 dan dipertegas pada pasal 12 Peraturan Pemerintah (PP) No. 29
Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan
Nuklir dimana yang dimaksud dengan identitas Pemohon adalah Perorangan,
Pimpinan, Pejabat Instansi Pemerintah, Direksi atau Pengurus yang berwenang
untuk mewakili dan bertanggung jawab atas suatu Badan di dalam atau diluar
pengadilan.8
Dalam hal penggunaan 1 (satu) unit Pesawat Rontgen dengan Tabung Insersi
Merk Meditronics Diagnox-100-R, Tipe : XD-55, Nomor Seri :6042617 yang
berada di Ruangan Radiologi Klinik NIRAMAYA MEDICAL CENTER yang berada
di Jln KH. Ahmad Dahlan Kamp. Sendang Agung Kec. Sendang Agung Kab.
Lampung Tengah, maka yang bertanggung jawab adalah Direktur Klinik
Pratama Niramaya Medicall Center karena sesuai Peraturan Pemerintah (PP)
No. 29 tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan
Bahan Nuklir yang bertanggung jawab adalah Ketua Yayasana Nirama selaku
Badan Usaha Yang membawahi Klinik Niramaya Medical Center. Perbuatan

8
Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2008 tengtang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi
Pengion dan Bahan Nuklir

7
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)

Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 59 ayat (4) UU No 32


tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Menurut Penjelasan di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa hakim
memutuskan perkara tanpa menjatuhkan pidana pada terdakwa dan
mengembalikan semua barang bukti kepada terdakwa dengan landasan alasan
pemberat yaitu Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Ketenaganukliran, Perbuatan Terdakwa dapat merusak dirinya sendiri, namun
Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya, Terdakwa bersikap sopan
dipersidangan, Terdakwa belum pernah menjalani hukuman. Menimbang,
bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani pula
untuk membayar biaya perkara. Memperhatikan, Pasal 104 Jo Pasal 60 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 43 ayat (1) Jo Pasal 17 ayat (1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran dan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta ketentuan hukum lain yang
berkaitan dengan perkara ini maka hakim memutus dengan mementingkan
keadilan dan tetap berjalannya fasilitas kesehatan yang terdakwa jalankan.
B. Pertimbangan Hakim dalam memutuskan tindak pidana lingkungan hidup
pada putusan 548/PID.B/LH/2020/PN.GS

Bahwa Merujuk definisi B3, limbah dan limbah B3 serta tata cara penetapan limbah B3,
maka dapat Ahli jelaskan bahwa limbah dari hasil aktivitas medis yang ditemukan oleh
penyidik/penyidik pembantu Unit II Tipidter Sat Reskrim Polres Lampung Tengah
tersebut diduga kuat merupakan limbah B3 atau dikategorikan sebagai limbah B3
kategori bahaya 1 berdasarkan daftar limbah B3 dari sumber spesifik umum
sebagaimana Lampiran I tabel 3 Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 dengan
kode limbah B3 A337-1, yaitu limbah klinis yang memiliki karakteristik infeksius yang
berasal dari kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan dan juga berdasarkan Pasal 4 ayat
(1) Permen LHK No. P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata cara dan persyaratan teknis
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan,
yang mana Limbah B3 dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah limbah B3 yang salah
satunya memiliki karakteristik infeksius.

Bahwa limbah dari hasil aktivitas medis dari fasilitas pelayanan kesehatan (klinik) yang
sudah termuat dalam daftar limbah B3 sebagaimana Lampiran I Peraturan Pemerintah
Nomor 101 tahun 2014 tidak perlu lagi dilakukan uji ke laboratorium untuk penetapan
limbah B3- nya karena sudah jelas merupakan limbah B3 berdasarkan Lampiran I
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tersebut. Uji laboratorium seperti uji
infeksius dan uji karakteristik lainnya hanya dilakukan terhadap limbah di luar daftar
Limbah B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah No 101
tahun 2014 yang terindikasi memiliki karakteristik Limbah B3.

8
Analisis Hukum Tindak Pidana Lingkungan Hidup (Studi Putusan Nomor
548/Pid.B/Lh/2020/Pn.Gs)

Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah B3 secara tegas mengatur bahwa limbah B3 adalah limbah yang tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2014 tersebut Bahwa perbuatan
Klinik Niramaya Medical Center tersebut yaitu memperlakukan sisa dari hasil aktifitas
medis dengan cara membuangnya di tempat pembuangan sampah dan membakarnya
dan terdapat juga limbah medis telah dikubur adalah sebagai bentuk pengelolaan
limbah B3 yang tidak benar dan melanggar peraturan perundangan-undangan yang
berlaku, karena berdasarkan Pasal 59 Ayat 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 3 Peraturan
Pemerintah No 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 menyatakan bahwa
Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkan dengan tata cara pengelolaan untuk limbah klinis dari fasyankes
merujuk pada Permen LHK No. P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata cara dan
persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas
pelayanan kesehatan. Dengan demikian, sisa dari hasil aktifitas medis dengan cara
membuangnya di tempat pembuangan sampah dan membakarnya dan terdapat juga
limbah medis telah dikubur melanggar peraturan yang berlaku sebagaimana dijelaskan
di atas.

Bahwa dampak yang terjadi akibat dari pengelolaan limbah sebagaimana yang
dilakukan oleh Klinik Pratama Niramaya Medical Center tersebut adalah terjadinya
potensi pencemaran terhadap lingkungan dan makhluk hidup disekitar lokasi Klinik
Pratama Niramaya Medical Center mengingat limbah bahan berbahaya dan beracun
mempunyai potensi yang cukup besar untuk menimbulkan dampak negative.

Bahwa Limbah B3 dari sisa aktivitas klinik yang memiliki karakteristik infeksius yang
dibuang langsung ke lingkungan dan ditimbun pada areal terbuka (dumping) tidak
dapat dibenarkan. Dampak jangka pendek akibat pembuangan limbah B3 tersebut akan
mencemari tanah dan air tanah sehingga lingkungan tersebut tidak lagi sesuai dengan
peruntukannya, sedangkan efek jangka panjang maka jika hujan, air hujan akan
melarutkan limbah tersebut ke lingkungan. Maksudnya limbah B3 tersebut tersebut
akan terakumulasi di konsumen tingkat tinggi seperti manusia melalui jalur rantai
makanan, misalnya jika manusia mengkonsumsi air yang tercemar, ikan atau tumbuhan
yang menyerap pencemar atau terkontaminasi limbah B3 tersebut. Pada kondisi inilah
akan mulai dirasakan dampaknya oleh manusia seperti Sakit kepala, pusing-pusing,
muntah-muntah dan diare, darah tinggi, kanker, gagal ginjal, gangguan hati, dan lain-lain
Terhadap keterangan Ahli, Terdakwa memberikan pendapat membenarkan dan tidak
keberatan.

Menurut Penjelasan di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa hakim


memutuskan perkara tanpa menjatuhkan pidana pada terdakwa dan mengembalikan
semua barang bukti kepada terdakwa dengan landasan alasan pemberat yaitu
Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah di Bidang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Ketenaganukliran, Perbuatan Terdakwa dapat

9
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)

merusak dirinya sendiri, namun Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya,


Terdakwa bersikap sopan dipersidangan, Terdakwa belum pernah menjalani hukuman.
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani
pula untuk membayar biaya perkara. Memperhatikan, Pasal 104 Jo Pasal 60 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 43 ayat (1) Jo Pasal 17 ayat (1) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana serta ketentuan hukum lain yang berkaitan dengan perkara ini maka hakim
memutus dengan mementingkan keadilan dan tetap berjalannya fasilitas kesehatan
yang terdakwa jalankan.

Pada dasarnya unsur pertimbangan hukum hakim ada dua yaitu pertimbangan yuridis
dan non yuridis, pertimbangan hakim adalah argument atau alasan yang dipakai oleh
hakim dalam memutus keputusan. Berikut penjelasan unsur pertimbangan hakim

1. Pertimbangan yuridis
Pertimbangan Yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan pada fakta-
fakta yuridis yang terungkap dalam persidangan dan oleh Undang-undang
ditetapkan sebagaimana yangharus dimuat dalam putusan misalnya dakwaan
jaksa penuntut umum, keterangan terdakwa, keterangan saksi, barang-barang
buktidan pasal-pasal dalam peraturan hukum pidana. Pertimbangan yuridis
dari delik yang didakwakan juga harus sesuai dengan aspekteoritik, pandangan
doktrin, yurisprudensi, dan posisi kasus yang ditangani, barulah kemudian
secara limitatif ditetapkan pendirinya. Setelah pencantuman unsur-unsur
tersebut, dalam praktek putus hakim, selanjutnya dipertimbangan hal-hal yang
dapat meringankan atau memperberatkan terdakwa. Hal-hal yang
memberatkan misalnya terdakwa sudah pernah dipidana sebelumnya, karena
jabatannya, dan menggunakan bendera kebangsaan. 9
2. Pertimbangan Non- Yuridis
Pertimbangan non-yuridis dapat dilihat dari latar belakang terdakwa, kondisi
terdakwa dan agama terdakwa atau bisa dibilang dilihat dari unsur subjektif 10

KESIMPULAN DAN SARAN

Putusan 548/Pid.B/LH/2020/PN Gns terdakwa Dr. USWATUN HASANAH Binti


SUDIRJO dinyatakan melanggar ketetapan hukum pada Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 dan dipertegas pada pasal 12 (PP) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun
2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir dimana
yang dimaksud dengan identitas Pemohon adalah Perorangan, Pimpinan, Pejabat
9
https://media.neliti.com diakses pada Senin 23 Agustus 2021 pukul 12.57
10
https://media.neliti.com diakses pada Senin 23 Agustus 2021 pukul 12.59

10
Analisis Hukum Tindak Pidana Lingkungan Hidup (Studi Putusan Nomor
548/Pid.B/Lh/2020/Pn.Gs)

Instansi Pemerintah, Direksi atau Pengurus yang berwenang untuk mewakili dan
bertanggung jawab atas suatu Badan di dalam atau diluar pengadilan. Dalam hal ini
putusan nomor 548/Pid.B.LH/2020/PN termasuk pidana hukum lingkunganHakim
bersifat adil dalam putusan kasus nomor 548/Pid.B/LH/2020/PN dengan menimbang
faktor objektif dan subjektifnya. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan
lingkungan hidup meliputi bahwa peraturan perundang-undangan mengenai
pengelolaan lingkungan hidup yang ada, perlu lebih tegas lagi dan penerapan sanksi bagi
siapa saja yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan hidup harus
lebih ditegakkan lagi. Begitupun dengan kesadaran masyarakat, dalam hal ini pelaku
rumah sakit menjalankan kewajiban menjaga pelestarian fungsi lingkungan hidup
sehingga dapat mencegah terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan. Saran dari
penulis, setiap pembangunan rumah sakit sebaiknya lebih memperhatikan ketersiadaan
pembuangan limbah yang dapat mengganggu masyarakat atau publik disekitarnya
dimana telah di perkuat oleh (PP) No. 29 Tahun 2008 Perizinan Pemanfaatan Sumber
Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir. Mengingat kesadaran masyarakat akan arti
pentingnya pengelolaan lingkungan hidup maka pemerintah harus lebih tegas akan
sanksi apa yang diberikan kepada masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya
perusakan dan pencemaran lingkungan hidup

UNGKAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada Universitas Muslim Indonesia yang telah membantu


memperlancar kegiatan penelitian dalam rangka pembuatan jurnal.

REFERENSI
Anika Ni’matun Nisa, 2020. Penegakan Hukum Terhadap Permasalahan Lingkungan
Hidup Untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal
Danusaputro, St. Munadjat, 1980 Hukum Lingkungan, Buku I: Umum, Bina Cipta,
Bandung
Hamdan, 2000, Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup, Mandar Maju,
Bandung.
Husein, M. Harun, 1993, Lingkungan Hidup, Masalah, Pengelolaan, dan Penegakan
Hukumnya, Bumi Aksara, Jakarta.

11
Qawanin, Vol. 1, No. 1 (Agustus 2020)

Koeswadji, Hermien Hadiati, 1993. Hukum Pidana Lingkungan, Citra Aditya


Bhakti, Bandung.
media.neliti.com diakses pada Senin 17 Agustus 2021
Nina Herlina, 2018. Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Penegakan Hukum
Lingkungan di Indonesia, Jurnal, Fakultas Hukum Universitas Galuh
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tengtang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2008 tengtang Perizinan Pemanfaatan
Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir

12

Anda mungkin juga menyukai