Anda di halaman 1dari 63

PENINGKATAN NILAI D-DIMER PADA PASIEN DEWASA

DAN LANSIA YANG TERKONFIRMASI COVID-19

TUGAS AKHIR

Oleh:

YUSTINA JANDORI
NIM. 441219048

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM


MEDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MAARIF HASYIM LATIF
SIDOARJO
2023
PENINGKATAN NILAI D-DIMER PADA PASIEN DEWASA
DAN LANSIA YANG TERKONFIRMASI COVID-19

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
Sebagai Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan.

Oleh:
YUSTINA JANDORI
NIM. 441219048

PROGAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MAARIF HASYIM LATIF
SIDOARJO
2023

PENINGKATAN NILAI D-DIMER PADA PASIEN DEWASA


DAN LANSIA YANG TERKONFIRMASI COVID-19

i
TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
Sebagai Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan

Oleh:

YUSTINA JANDORI
NIM.441219048

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

M. Sungging Pradana, S.Pi., S.Tr.Kes., M.Si. Dr. Evy Ratnasari E., S.Si., M.Si.
NIDN. 0722028902 NIDN. 0706038301

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : Peningkatan Nilai D-dimer pada pasien dewasa dan lansia
yang terikonfirmasi COVID-19.
Judul : Penyusun: Yustina Jandori
NIM : 441219048

Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui


isi serta susunannya sehingga dapat diajukan
pada Sidang Tugas Akhir yang diselenggarakan
oleh Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo

Sidoarjo, ………….
Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

M.Sungging Pradana, S.Pi., S.Tr.Kes., M.Si. Dr. Evy Ratnasari Ekawati., S.Si., M.Si.
NIDN. 0722028902 NIDN. 0706038301

Mengetahui:
Dekan,

Dr. Evy Ratnasari Ekawati, S.Si., M.Si.


NIDN. 0706038301

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Dengan Judul:

PENINGKATAN NILAI D-DIMER PADA PASIEN DEWASA


DAN LANSIA YANG TERKONFIRMASI COVID-19

Disusun Oleh:

YUSTINA JANDORI
NIM 441219048

Tugas Akhir ini telah dipertahankan di hadapan Tim penguji Tugas Akhir
Program Studi D4 Teknologi laboratorium Medik
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasym Latif

Sidoarjo, ………………
Tim Penguji
Nama Penguji Tanda Tangan
Penguji I: M.Sungging Pradana, S.Pi,. S.Tr.Kes,. M.Si.
NIDN. 0722028902 …………………….

Penguji II: Dr. Evy Ratnasari Ekawati, S.Si., M.Si.


NIDN. 0706038301 …………………….

Penguji III: Nadiah Al Batati,. S.Si.


NIDN. 0727059405 …………………….

Mengetahui:
Dekan,

Dr. Evy Ratnasari Ekawati, S.Si., M.Si.


NIDN. 0706038301

iv
KATA PENGATAR

Segala puji dan syukur hanya bagi ALLAH yang telah melimpahkan

anugerah hikmat, kasih dan karunia bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

Tugas Akhir dengan judul Peningkatan Nilai D-dimer Pada Pasien dewasa dan

lansia yang terkonfirmasi COVID-19. Pada proses penelitian sampai dengan

penyusunan laporan Tugas Akhir tidak terlepas dari bimbingan, bantuan banyak

pihak lewat doa dan support. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Evy Ratnasari Ekawati, S.Si., M.Si. Selaku dekan FIKES

UMAHA.

2. Bapak Muhammad Sungging Pradana, S.Pi,. S.Tr.Kes., M.Si. Selaku

kaprodi FIKES UMAHA.

3. Bapak Muhammad Sungging Pradana, S.Pi,. S.Tr.Kes., M.Si. Selaku

dosen pembimbing I, Dan Ibu Dr. Evy Ratnasari Ekawati, S. Si., M.Si.

Selaku dosen pembimbing II. Yang sudah dengan sabar dalam

membimbing, memberikan masukan bagi penulis selama penyusunan

Tugas Akhir sehingga dapat menyelesaikan dengan baik.

4. Ibu Nadiah Al Batati, S.Si., M.Si. Selaku penguji siding Tugas Akhir III

tetapi juga pembimbing revisi hasil sidang yang telah membimbing

penulis dengan baik dan sabar sampai penulisan Tugas Akhir selesai

dengan baik.

5. Seluruh dosen dan staf beserta mahasiswa/i FIKES UMAHA.

v
6. Yayasan Klinik Abdi Mulia, sebagai instansi tempat penulis bekerja dan

menempuh pendidikan sampai pada tahap Tugas Akhir penelitian.

7. Dr. Hermanto Swatan, Sp.S., FINS., FINA. Selaku Direktur Utama Klinik

Abdi Mulia.

8. Dr. Victor S.Tandean,Sp.M. Selaku Kepala Klinik Abdi Mulia Jl.Darmo

Permai Timur E No.19D.

9. Dr. IGM. Antara H, Sp.PK. Selaku Penanggung Jawab Laboratorium

Klinik Abdi Mulia.

10. Ibu Yurike Nale AMd. AK. Selaku Koordinator Laboratorium, beserta

Senior ATLM Laboratorium Klinik Abdi Mulia (Dominikus, Retno, Hilda,

Dionisimus). Dan seluruh staf Dokter, Perawat, Radiologi, Fisio Terapi,

Accounting Klinil Abdi Mulia.

11. Kedua orang tua, bapak Jonas Jandori (Alm), ibu Helena I Ronsumbre dan

juga bapak George Y. Jandori sebagai kakak juga orang tua wali selama

pendidikan penulis.

12. Keluarga besar Jandori, Ronsumbre di Papua. Dan bapak, ibu, kakak,

sahabat, teman, adik, keponakan, sepupu, dan semua pihak yang tidak

penulis sebutkan satu persatu.

13. Kepada diri sendiri. Terima kasih sudah sabar, semangat, iklas dan tetap

optimis sampai saat ini, dan akan terus optimis.

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari penelitian ini jauh dari kata

sempurna, oleh sebab itu penulis akan terus belajar dan semua ilmu yeng telah

penulis dapat semasa pendidikan akan diimplementasikan dalam melayani

vi
masyarakat di dunia medis khususnya bagian laboratorium sebagai Ahli

Teknologi Laboratorium Medik yang profesional.

Harapan dan doa dari penulis bagi segenap pihak yang telah berkontribusi dalam

proses penyelesaian Tugas Akhir ini. Kiranya ALLAH sumber segala berkat, dan

rahmat anugerah-Nya senantiasa memberkati kita semua. Akhir kata, burung irian

burung cenderawasih, cukup sekian dan terima kasih.

Sidoarjo, 22 Juli 2023

Penulis

vii
ABSTRAK
PENINGKATAN NILAI D-DIMER PADA PASIEN DEWASA
DAN LANSIA YANG TERKONFIRMASI COVID-19

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV-2) adalah virus


penyebab penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19). Sejak akhir tahun 2019 di
Wuhan, Tiongkok mewabah secara global. Di Indonesia kasus pertama ditemukan
pada 2 Maret 2020. COVID-19 sering disebut memicu hiperinflamasi sistemik
yang mendorong peningkatan aktivitas faktor koagulasi sehingga terjadi
hiperkoagulasi (William atal, 2020). Salah satu pemeriksaan yang menjadi marker
untuk mengetahui adanya trombus yaitu nilai D-dimer. D-dimer adalah suatu
protein yang merupakan hasil produk dari degradasi cross linked, yang menjadi
tahap akhir pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem fibrinolitik.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi nilai D-dimer pada pasien dewasa
dan lansia. Jenis penelitian ini deskriptif, sampel penelitian yang diambil dari 36
pasien terkonfirmasi COVID-19 di Klinik Abdi Mulia Jl. Raya Darmo Permai
Timur, E, No. 19D, Sonokwijenan, Kec. Sukomanunggal, Surabaya, Jawa Timur.
Pengelolaan data dengan SPSS statistik deskriptif dari hasil pemeriksaan nilai D-
dimer 36 pasien dengan karakteristik wanita memiliki peningkatan nilai D-dimer
42,86%, sedangkan pria 37,50%. Karakteristik usia dewasa 30-55 terdapat
66,67%, hasil normal, 33,33% hasil tidak normal. Responden usia 56-80 tahun
terdapat hasil normal 47,62% sedangkan yang tidak normal 52,38%. Pada
penelitian ini berdasarkan karakteristik jenis kelamin peningkatan nilai D-dimer
pada wanita lebih banyak dibandingkan pria tetapi tidak signifikan. Walau pun
persentase nilai hasil D-dimer yang tidak normal pada usia lansia lebih banyak
57,38% akan tetapi penulis melihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.
Peningkatan nilai D-Dimer tidak hanya berdasarkan pada infeksi virus SARS-
CoV-2 tetapi dapat juga dipertimbangkan dengan etiologi-etiologi lain, usia lansia
lebih rentan terhadap peningkatan nilai D-dimer akibat kurangnya aktivitas fisik.
Kata Kunci: COVID-19, D-dimer, pada lansia dan dewasa.

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................iv
KATA PENGATAR........................................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xiii
BAB I..............................................................................................................................13
PENDAHULUAN..........................................................................................................13
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................13
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah....................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................................3
1.4.1 Tujuan Umum.................................................................................................3
1.4.2 Tujuan Khusus................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................4
1.5.1 Bagi Peneliti....................................................................................................4
1.5.3 Bagi Pelayanan Kesehatan..............................................................................4
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................4
2.1 Tinjauan Teori.......................................................................................................4
2.1.1 Pengertian SARS-CoV-2................................................................................4
2.1.2 Etiologi...........................................................................................................6
2.1.4 Penularan........................................................................................................9
2.1.5 Gejala Klinis.................................................................................................10
2.1.6 Faktor Resiko................................................................................................10
2.1.7 Diagnosa.......................................................................................................11
2.1.8 Pencegahan...................................................................................................12
2.2.1 Pengertian D-dimer...........................................................................................13
2.2.2 Struktur dan Sintesis D-dimer...........................................................................14

ix
2.2.3 Fungsi Pemeriksaan D-dimer............................................................................15
2.2.4 Metode Pemeriksaan D-dimer...........................................................................17
2.2.5 Faktor-faktor Peningkatan Nilai D-dimer.........................................................19
2.2.6 Hubungan antara Pemeriksaan D-dimer pada penderita COVID-19.................22
BAB III...........................................................................................................................20
METODE PENELITIAN..............................................................................................20
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................................20
3.2 Populasi dan Sampel............................................................................................20
3.2.1 Populasi.........................................................................................................20
3.2.2 Sampel..........................................................................................................20
3.2.3 Besar Sampel................................................................................................21
3.3 Teknik Pengambilan Sampel................................................................................21
3.4 Tempat Dan Waktu Penelitian.............................................................................22
3.5 Instrument Penelitian Alat dan Bahan..................................................................22
Alat: 22
3.6 Prosedur Penelitian..............................................................................................23
a. Pra Analitik........................................................................................................23
b. Analitik..............................................................................................................26
Pasca Analitik........................................................................................................28
3.7. Penyajian Data....................................................................................................30
3.8 Kerangka Alur Penelitian.....................................................................................30
BAB IV............................................................................................................................32
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................32
4.1 Data Hasil Penelitian............................................................................................32
4.2 Pembahasan.........................................................................................................36
BAB V.............................................................................................................................40
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................40
Kesimpulan................................................................................................................40
Saran 41
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................42
LAMPIRAN..............................................................................................................45

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Hasil pemeriksaan D-dimer berdasarkan jenis kelamin.................40


Tabel 4.1.2.1 Data nilai D-dimer berdasarkan karakteristik usia dewasa 30-55
tahun................................................................................................................. 42
Tabel 4.1.2.2 Data nilai D-dimer berdasarkan karakteristik usia lansia 56-80 tahun
...........................................................................................................................43

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2 Kerangka Alur Penelitian .............................................................39

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat-alat yang digunakan dan proses pengambilan sampel Na Citrate


3.2%
Lampiran 2 Proses sentrifugasi sampel, pengerjaan gunakan mikropipet 100uL
Lampiran 3 Proses pengerjaan sampel menghunakan alat Edan CT3 Immunoassay
System

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kasus pandemik Virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus

(SARS CoV-2) adalah virus penyebab penyakit Coronavirus Disease 2019

(COVID-19). Coronavirus adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan

pada manusia dengan gejala yang berbeda-beda, mulai dari asimtomatik sampai

dengan simtomatik yang dapat menyebabkan kematian. Kasus covid-19 mewabah

mulainya dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, dan pada bulan Desember 2019

virus ini menyebar di beberapa negara termasuk Indonesia. Kasus pertama

ditemukan penderita COVID-19 pada 2 Maret 2020 di Indonesia (Baiturrahmah

Medical Journal, 2021).

Gejala-gejala umum yang muncul ketika seseorang terpapar virus COVID-

19 adalah, demam, batuk kering, rasa lelah. Gejala lain dialami beberapa orang

yaitu; Diare, pusing, mual, hidung tersubat, nyeri dan sakit pada seluruh tubuh,

sakit kepala, sakit tenggorokan, kehilangan indra perasa dan penciuman.

Sedangkan ada beberapa orang yang terpapar COVID-19 tetapi tidak mengalami

atau memiliki gejala sama sekali. Pada 13 Juli Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia membagi orang-orang terduga terpapar COVID-19 kedalam beberapa

tingkat status dengan sebuah istilah baru yaitu; Pasien dalam pengawasan (PDP),

Orang dalam pemantauan (ODP), Orang tanpa gejala (OTG), dan kasus

konfirmasi. Sebuah penelitian juga mendapatkan bahwa penderita dengan gejala

xiv
klinis dalam waktu singkat dapat memburuk. Salah satu parameter pemeriksaan

laboratorium yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat keparahan

penyakit secara efektif yaitu D-dimer (Global Journal for Research Analysis).

D-dimer adalah suatu protein yang dihasilkan selama proses penghancuran

bekuan fibrin. D-dimer digunakan untuk deteksi cross linked fibrin dari fragmen

protein yang dihasilkan aktivitas proteolitik plasmin terhadap fibrin atau

fibrinogen. Meningkatnya kadar D-dimer merupakan gambaran meningkatnya

aktivitas dari sistem koagulasi. Deteksi adanya fibrin ikat silang, FDP dari D-

dimer menunjukan adanya reaksi fibrinolisis. Hasil ini menunjukan adanya

hubungan antara pemeriksaan D-dimer pada diagnosis tromboemboli. Kenaikan

konsentrasi D-dimer menunjukan adanya trombus, dan hal tersebut ditemukan

pada keadaan TVD, emboli pulmo dan DIC (Kusuma, 2017)

D-dimer sangat berkaitan erat dengan faktor inflamasi. COVID-19 sering

dihubungkan dengan terjadinya hiperkoabilitas yang menyebabkan komplikasi

pada sistem neurovascular, salah satunya adalah stroke. D-dimer merupakan salah

satu pemeriksaan yang dapat digunakan untuk melihat adanya koagulopati. Proses

apoptosis sel-sel endotel dari struktur vaskular mengakibatkan terjadinya

koagulopati dan peningkatan D-dimer yang lebih tinggi pada kondisi COVID-19

berat atau COVID-19 dengan gangguan serebrovaskular. Mekanisme gangguan

serebrovaskular sebelumnya diduga berasal dari kondisi hiperkoagulasi yang

menyebabkan pembentukan trombus dalam pembuluh darah. D-dimer meningkat

pada 36% pasien dengan COVID-19 di Wuhan, yang dikaitkan dengan risiko

kematian yang lebih tinggi. Maka dapat dikatakan bahwa kadar D-dimer

xv
berkorelasi dengan keparahan penyakit dan merupakan suatu penanda prognostik

tingkat keparahan pada penderita. (Callosum Neurology, 2022).

1.2 Rumusan Masalah

Terkait paparan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan peningkatan nilai D-dimer antara pasien dewasa

dan lansia yang terkonfirmasi COVID-19?

1.3 Batasan Masalah

Pemeriksaan D-dimer dalam penelitian ini berfokus pada pasien dewasa

dan lansia yeng terkonfirmasi COVID-19.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Secara umum untuk mengetahui resiko meningkatnya nilai D-dimer yang

mengakibatkan pembekuan darah berlebihan akibat infeksi Virus SARS-CoV-2.

1.4.2 Tujuan Khusus

Secara khusus untuk mengetahui korelasi antara nilai D-dimer pada

pasien dewasa dan lansia yang terkonfirmasir COVID-19 di Klinik Abdi Mulia

Jl.Raya Darmo Permai Timur, E, No. 19D, Sonokwijenan, Kec. Sukomanunggal,

Surabaya, Jawa Timur.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti


- Sebagai sarana pembelajaran bagi peneliti dalam bidang resert.

xvi
1.5.2 Bagi Institusi

- Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5.3 Bagi Pelayanan Kesehatan


- Sebagai acuan bagi klinisi untuk menentukan dignosa pasien agar dapat
memberikan pelayanan yang lebih optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengertian SARS-CoV-2

Virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV-2) merupakan

virus RNA tunggal yang merupakan bagian dari keluarga coronaviridae (OIE,

2020) virus ini bisa menginfeksi manusia juga beberapa hewan. Manifestasi dari

virus SARS-CoV-2 muncul sejak 2019 di Hubai, Provinsi Wuhan, Tiongkok,

yang kemudian mewabah secara cepat ke beberapa negara termasuk Indonesia

(Parwanto, 2021).

SARS-CoV-2 berdasarkan filogenetik analisis di percayai berasal dari sel

inang hewan, tetapi para peneliti masih terus meneliti asal-usul virus SARS-CoV-

2. Penyebaran dari hewan ke manusia dianggap rendah dibandingkan penyebaran

virus dari manusia pada hewan telah di dokumentasikan (OIE,2020).

Virus SARS-CoV-2 disebut sebagai penyebab sindrom pernafasan akut.

Yang terus berkembang dengan sangat cepat sampai pada 1 Maret 2020 jumlah

xvii
kasus 79.968 orang yang telah terunfeksi Sars-CoV-2, yang sembuh 41.681, data

yang meninggal 2.873. (NCBI, 2020)

Sehingga pada 1 Januari 2020, WHO menyatakan bahwa Covid-19 sebagai

(PHEIC) Public Health Emergency of International Concern. (Kementrian

Kesehatan, 2020).

2.1.2 Etiologi

Pandemik COVID-19 yang berawal dari kota Wuhan, China laporan dari

Hubai dan Provinsi-provinsi di seluruh Tiongkok terus meningkat hingga 7.736

kasus terkonfirmasi Positif COVID-19. 86 kasus dilaporan dari beberapa negara.

Kamboja, Jepang, Singapur, Taiwan, Thailand, Kanada, Prancis, Jerman.

Kasus pertama COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, kasus tersebut

diduga ditularkan oleh dua turis asing asal jepang yang masuk di Indonesia.

Hingga 31 Maret kasus COVID-19 semakin meningkat menjadi 1.528 kasus

terinfeksi, dan 136 kasus kematian dengan tingkat mortilotas yang yaitu mencapai

8,9% khusus ini merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara. 30 Maret 2020

ditemukan 693.224 kasus dengan kematian 33.106 kasus di seluruh Dunia.

Amerika Utara dan Eropa telah menjadi center pandemi COVID-19 dengan

jumlah kasus yang melebihi kasus di China. Di Tiongkok, Wuhan merupakan

provinsi terbesar ke 7 dengan populasi penduduk 11 juta orang. Pada Desember

2019 di temukan kasus pasien yang terdoagnosa menderita pneumonia yang tidak

seperti biasa. 31 Desember, kantor Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

di Beijing telah mendapatkan informasi bahwa sekelompok pasien yang

xviii
terdiagnosa pneumonia tanpa diketahui gejalanya di kota yang sama. Prawanto,

(M. L. E, 2020)

Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit AS 2019 novel coronavirus

(nCoV-2019). Virus COVID-19 termasuk superdomain biota, kingdom virus.

Coronavirus termasuk kelompok virus terbesar dalam ordo Nidovirales. Non

segmented positive RNA viruses bagi semua virus dalam ordo Nidovirales. Virus

corona termasuk familia Coronaviridae, subfamilia Coronavirinae genus

Betacoronavirus, subgenus Sarbecovirus. Awalnya pengelompokan virus

berdasarkan serologi tetapi sekarang menggunakan filogenetik. Dijelaskan lebih

jauh bahwa subgenus Sarbecovirus meliputi Bat-SL-CoV, SARS-CoV dan 2019-

nCoV. Bat-SL-CoV yang awalnya ditemukan di Zhejiang, Yunan, Guizhong,

Guangxi, Shaanxi dan Hubai, China.

Pada pengelompokan yang lain memperlihatkan bahwa coronavirus grup

beta meliputi Batcoronavirus (BcoV), Porcine hemaglutinating encephalomyelitis

virus (HEV), Murine hepatitis virus (MHV), Human coronavirus 4408 (HCOV-

4408), Human coronavirus OC43 (HCoV-OC43), Human coronavirus HKUI

(HCoV-HKUI), Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-COV)

dan Middle Eastern Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS).

Coronavirus yang berdiameter 125 nm dan berbentuk bulat seperti yang

digambarkan pada penelitian menggunakan cryo-electron microscopy. Partikel

coronavirus mengandung empat protein struktural utama, yaitu Protein S (spike

protein) yang berbentuk seperti paku, Protein M (membranne protein), Protein E

xix
(envelope protein), dan Protein N (nucleocapside protein). Protein S (~150 kDa),

protein M (~25-30 kDa), protein E (~8-12 kDa), sedangakan protein N terdapat di

dalam nukleokapsid.

Analisis filogenetik telah mengukapkan bahwa coronavirus dalam

subgenus Sarbecovirus dari genus Betacoronavirus dengan panjang yang relatif

panjang untuk sesama gen bat-SL-CoVZC45 dan bat-SL-CoVZXC21, dan secara

genetik berbeda dengan SARS-CoV. Secara khusus pemodelan homologi telah

mengungkapkan bahwa coronavirus memili struktur reseptor binding domain

yang sama dengan SARS-CoV, walaupun terdapat kesamaan asam amino pada

beberapa residu utama. Meskipun coronavirus lebih dekat pada bat-SL-CoVZC45

dan bat-SL-CoVZXC21 di tingkat keseluruhan genom, akan tetapi pada analisis

filogenetik dari respiratory-binding domain ditemukan bahwa virus corona

memiliki garis keturunan yang lebih dekat dengan SARS-CoV. Pada akhirnya

WHO memberi nama severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-

CoV-2) yang menyebabkan penyakit COVID-19 (MLE Parwanto, 2020).

2.1.3 Epidemiologi

Secara genetik kemiripan antara SARS-CoV-2 dan SARS yang ditemukan

pada tahun 2020. Coronavirus bisa menjadi infeksi ketika berada pada lingkungan

yang membantu dalam proses perkembangan dan mutasi virus. Hasil penelitian

dengan analisis fologenetik menunjukan bahwa virus yang termasuk dalam genus

betacoronavirus. Penelitian lain juga dilakukan dan menyebutkan bahwa

xx
morfologi virus memiliki protein spike atau protein S dengan ukuran 9-12 (Zhu

etal., 2020).

Pada coronavirus terdapat messenger RNA (mRNA) yang membantu

translasi pada replikasi/transkripsi. Ada 16 protein non struktural yang di kode

oleh ORF. Bagian 1/3 dari rangkaian RNA virus yang tidak mempunyai peran

pada proses replikasi/transkripsi, berperan dalam menngkode yaitu, Protein S,

Protein E, Protein M, dan Protein N. Hal yang paling mendasar untuk terjadinya

replikasi/transmisi adalah pintu masuk sel. Glikoprotein permukaan di kode oleh

seluruh coronavirus, yaitu protein S yang berikatan dengan reseptor inang dan

menjadi jalan masuk virus kedalam sel (Letko, 2020).

2.1.4 Penularan

Terbagi dalam beberapa jenis penularan COVID-19 yaitu sebagai berikut :

a. Kontak dan droplet

Penularan secara kontak langsung dengan orang yang terinfeksi COVID-19 pada

saat berjabat tangan dengan tangan yang terkontaminasi droplet, berbicara, batuk,

bernyanyi, dengan jarak 1 meter (WHO, 2020).

b. Udara

Agen infeksius penularan virus lewat udara melalui penyebaran droplet yang

melayang lewat udara dan bisa bergerak hingga jauh (WHO,2020).

xxi
c. Fomit

Merupakan penularan COVID-19 yang disebabkan oleh kontaminasi permukaan

benda yang terkena droplet oleh orang yang terinfeksi COVID-19 (WHO,2020).

2.1.5 Gejala Klinis

Gejala yang timbul saat seseorang terinfeksi COVID-19 mulai dari

asimtomatik, mulai dari gejala yang ringan hingga berat yang diharuskan

mendapat penanganan kusus, seperti contoh kasus kegagalan pernapasan akut

(Huang etal., 2020).

Gejala yang umum terjadi pada kasus COVID-19 adalah, demam, batuk kering,

hingga sesak napas. Rata-rata gejala yang muncul demam (98%), batuk (76%),

myalgia (44%), sakit kepala (8%), batuk darah (5%) dan diare (3%) (Huang etal.,

2020).

Hasil beberapa penelitian menemukan bahwa gejala penyakit COVID-19 juga

menyerang sistem pencerahan dengan kasus 2,7% kasus abdominal, 7,8% kasus

diare, dan 5,6% kasus mual dan muntah. (Kumar etal, 2020).

2.1.6 Faktor Resiko

Berdasarkan penenitian yang di lakukan pada pasien dengan penyakit

kormobid hipertensi, diabetes melitus, dengan berjenis kelamin laki-laki yang

perokok mempunyai resiko Covid-19 lebih besar, oleh karena kebiasaan merokok

pada laki-laki lebih tinggi (Cai,2020).

WHO juga menyebutkan bahwa usia sangat mempengaruhi terjadinya infeksi

COVID-19 karna sistem imun tubuh yang mulai melemah.

xxii
Faktor komorbid seperti diabetes, hipertensi, kelainan jantung, asma, tuberkulosis.

(Medical Journal, 2020).

Resiko penyakit COVID-19 juga pada pasien kanker yang dikaitkan dengan reaksi

Imunosupresif, pada penyakit hati kronik mengalami penurunan respon imun

sehingga beresiko terinfeksi COVID-19 (Fang,2020).

2.1.7 Diagnosa

Pemeriksaan Laboratorium untuk penegakan diagnosa COVID-19 yaitu sebagai

berikut.

a. Pemeriksaan dengan hasil yang tidak membutuhkan waktu lama bahkan

berhari-hari Antigen-Antibodi akan tetapi pemeriksaan ini tidak bisa sebagai

acuan utama dalam penegakan diagnosa pasien karna hanya untuk melihat ada

tidaknya respon imun tubuh terhadap virus (Guo etal., 2020).

b. Pemeriksaan RT-PCR

Pemeriksaan yang menjadi gold standard untuk penegakan diagnosa COVID-19

dengan menggunakan spesimen swab nasofaring atau orofaring sputum. Gen E,

N, S dan RdRp merupakan gen target dalam mendeteksi SARS-CoV-2. Hasil

pemeriksaan dinyatakan positif ketika didapatkan urutan RNA virus yang unik

(WHO, 2020)

2.1.8 Pencegahan

Berikut adalah beberapa upaya dalam mencegah COVID-19

xxiii
a. (Sosial distancing) Hindari berpergian ke tempat-tempat umum yang ramai

pengunjung.

b. Gunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.

c. Rutin mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer yang mempunyai

kandungan alkohol minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau tempat

umum.

d. Meningkatkan pola hidup sehat dengan olahraga, makan dan minum vitamin

yang teratur.

e. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.

f. Hindari kontak dengan hewan terutama hewan liar. Jika terjadi kontak dengan

hewan segera mencuci tangan setelahnya.

h. Masak daging dengan matang sebelum dikonsumsi.

i. (Etika batuk dan bersin), Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin,

kemudian buang tissue pada tempat sampah.

j. Hindari kontak atau interaksi dengan orang yang sedang demam, batuk atau flu.

k. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan.

Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan bagi orang yang

terinfeksi COVID-19.

a. Jangan keluar rumah kecuali untuk keperluan pengobatan.

xxiv
b. Periksa ke dokter apabila terjadi demam disertai gangguan pada pernapasan

yang termasuk dalam kriteria PDP (Pasien Dalam Pengawasan).

c. Usahakan tinggal terpisar dari orang lain yang tidak terinfeksi COVID-19, jika

perlu gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda.

d. Tidak menerima kunjungan orang lain yang sehat sampai benar-benar sembuh.

e. Usahakan tidak bertemu orang lain yang sakit.

f. Hindari pemakaian alat makan, minum, mandi, dan tidur dengan orang lain.

g. Gunakan masker dan sarung tangan bila sedang di tempat umum atau berada

dengan orang lain.

h. Gunakan tissue untuk menutupi ulut dan hidung saat bersin atau batuk,

kemudian segera buang di tempat sampah (Kedubes RI, 2020).

2.2.1 Pengertian D-dimer

D-dimer merupakan hasil produk dari degradasi cross linked yang

merupakan tahap akhir pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem

fibrinolitik. Nilai plasma D-dimer menunjukan indikasi fibrinolisis. Sudah sejak

tahun 1990, pemeriksaan D-dimer sangat penting dalam menentukan penderita

yang diduga mengalami trombosis. Pada beberapa hasil pemeriksaan yang

menunjukan D-dimer yang rendah dapat mengesampingkan kecurigaan akan

adanya trombosis, Tetapi sebaliknya jika hasil D-dimer tinggi dari nilai normal

xxv
dapat bertanda adanya trombus, namun tidak dapat mengesampingkan etiologi-

etiologi potensial lainnya (Erlando, 2012).

2.2.2 Struktur dan Sintesis D-dimer

Secara normal proses pembekuan fibrin terbentuk di tahap akhir dari

proses koagulasi. Fibrin merupakan hasil dari aktivitas trombin yang memecah

fibrinogen menjadi fibrin monomer. Fibrinogen adalah glikoprotein dengan

formula A alfa, B beta, Gama. Terdiri dari 3 pasang rantai polipeptida yang tidak

identik dan saling beranyaman yaitu 2 rantai A alfa, 2 B beta dan 2 Gama.

Molekul fibrinogen yaitu dimer yang diikat oleh ikatan disulfida pada bagian

terminal end. Pasangan dari rantai A alfa dan B beta mempunyai

fibrinopolipeptida berukuran kecil pada bagian terminal yang disebut sebagai

fibrinopolipeptida A dan B.

Proses perubahan fibrinogen menjadi fibrin terdiri dari 3 tahap yaitu.

Tahap yang pertama enzimatik terjadi pemecahan 2 molekul fibrinopeptida A dan

2 molekul fibrinopeptida B dan fibrinogen dirubah oleh trombin menjadi

monomer fibrin yang telah larut.

Tahap ke 2 polimerasi, pada tahap polimerasi terjadi pelepasan fibrinopolipeptida

A yang menimbulkan agregasi side to side disusul dengan pelepasan

Fibrinopolipeptida B yang membuat kontak dengan unit-unit monomer dengan

lebih kuat membentuk bekuan yang tidak stabil. Tahap yang ke 3 adalah

stabilisasi. Pada tahap ini terjadi penambahan trombin, Faktor XIIIa dan ion

kalsium (Ca2+) sehingga terbentuk unsoluble fibrin yang stabil. Trombin

xxvi
menyebabkan aktivasi faktor XIII menjadi XIIIa yang berperan sebagai

transamidinase. Faktor XIIIa menyebabkan ikatan silang (cross-linked) fibrin

monomer yang seling berkaitan dengan membentuk ikatan kovalen yang stabil.

(Fibrin Mesh). Rantai alfa dan beta berperan dalam pembentukan unsoluble fibrin

yang stabil. Plasminogen yang secara normal terdapat dalam plasma akan di serap

oleh fibrin. Saat dalam fibrin plasminogen diubah oleh tissue-plasminogen

activator (tPA) menjadi plasmin. Plasmin merupakan enzim fibrinolitik utama

yang fungsinya memecah fibrinogen dan fibrin yang akan menghasilkan

bermacam-macam produk degenerasi fibrinogen (Fibrin Degradation

Product/FDP). Maka ketika plasmin meliliskan unsoluble fibrin, maka akan

meningkatkan jumlah produk degradasi fibrin yang terlaru. Fibrin Degradation

Product (FDP) yang dihasilkan berupa fragmen X, Y, D dan E. Dua fragmen D

dan satu fragmen E akan berikatan sangat untuk membentuk D-dimer. D-dimer

yang adalah hasil dari degradasi fibrin, fungsinya untuk mengetahui abnormalitas

trombotik atau pembentukan bekuan darah juga sebagai penilaian terhadap adanya

pecahan bekuan atau proses fibrinolitik (Zainal etal., 2012)

2.2.3 Fungsi Pemeriksaan D-dimer

D-dimer merupakan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang dignosa

adanya bekuan darah yang tidak normal atau adanya trombotik (indirek) dan

untuk mengetahui adanya lisis bekuan yang terjadi atau proses fibrinolitik (direk).

Hasil pemeriksaan nilai D-dimer memiliki sensivisitas nilai deteksi negatif yang

tinggi terhadap dua keadaan tersebut. Dari penelitian yang dilakukan oleh (Ota.

etal, 2005). Menemukan bahwa pemeriksaan D-dimer merupakan marker untuk

xxvii
membantu penegakan diagnosa deep embolism (PE) dengan sensivisitas 95% dan

spesivisitas 69,5%. Nilai D-dimer berkorelasi dengan keparahan penyakit dan

merupakan suatu penanda prognostik tingkat keparahan pada pasien. 2022,

Callosum Neurology. Oleh sebab itu pemeriksaan D-dimer sangat berperan

penting untuk melihat tingkat keparahan penyakit salah satunya penderita covid-

19.

Pemeriksaan laboratorium yang terkait dengan D-dimer adalah produk

degrasi fibrin (FDP), fibrin degradation products, waktu protombin (PT)

protombin time, waktu tromboplastin parsial (PTT) partial thromboplastin time

(aPTT), fibrinogen dan hitung plasma. Banyak kasus terjadi bekuan terjadi hanya

di pembulu darah vena tetapi juga ada beberapa pada pembulu darah arteri.

Kombinasi dari dua trombosis ini sering disebut dengan istilah tromboembolisme

vena (VTE) venous thromboembolism. Jika terjadi penyumbatan pada aliran

darah ke organ-organ vital seperti ginjal, jantung, otak, dapat menyebabkan

kerusakan yang tidak bisa disembuhkan dan dapat menyebabkan kegagalan pada

organ tersebut.

Pemeriksaan D-dimer sering dipakai sebagai monitor menjaga supaya

tingkat pembekuan darah tidak meningkat. Test D-dimer digunakan dokter untuk

meniadakan gejala DVT, PE, VT, dan AT. Test D-dimer juga digunakan untuk

kepentingan diagnosis DIC (Disseminated Intravascular Coagulation). Pada

kasus yang komplex seperti penyakit hati kronis, setelah kelahiran. Dengan DIC

faktor-faktor pembekuan darah diaktifkan secara serempak di sekujur tubuh

xxviii
sehingga hal ini menyebabkan pembekuan darah di bagian tubuh dan dapat

beresiko pendarahan berlebihan (Fariza Khansa Yuan, 2017)

2.2.4 Metode Pemeriksaan D-dimer

Pemeriksaan D-dimer dengan metode Human D-dimer Quantitative Assay

Kit. Alat Edan CT3 Immunoassay System yang digunakan dalam analisis ini

dengan prinsip kerja inspeksi Kit ini menggunakan reaksi antibodi antigen

spesifik dan imunokromatografi emas koloid untuk mendeteksi kandungan D-

dimer dalam sampel plasma manusia. Bantalan emas pada kartu deteksi D- dimer

mengandung koloid emas berlabel antibodi monoklonal D- dimer. Antibodi

monoklonal D- dimer dilapisi pada garis deteksi dan Goat anti mouse IgG dilapisi

pada garis kontrol kualitas.

Selama pengujian, ketika sampel yang mengandung D- dimer

ditambahkan ke lubang penambahan sampel pada kartu deteksi, di bawah aksi

kromatografi, sampel bergerak ke ujung kertas penyerap, pertama melewati

bantalan label emas, secara khusus digabungkan dengan antibodi label emas, dan

terus bergerak ke ujung kertas penyerap. Ketika sampel dipindahkan ke garis- T,

D- dimer dalam sampel dengan antibodi berlabel emas secara khusus berikatan

dengan antibodi yang dilapisi di garis- T dengan cara sandwich ganda, dan tetap

pada posisi garis- T, sehingga membentuk strip emas koloid merah ungu.

Antibodi berlabel emas yang tidak berikatan dengan D- dimer melanjutkan

kromatografi ke atas. Ketika pindah ke garis C, itu secara khusus terikat pada IgG

anti tikus Kambing di garis C dan membentuk pita emas koloid merah ungu.

xxix
Konsentrasi D- dimer dalam sampel dapat dihitung dengan penganalisis

immunoassay emas koloid (Guard,Panduan pemeriksaan Colloidal Gold)

Menurut American Associationetode pemeriksaan D-dimer berprinsip pada

penggunaan antibodi monoklonal yang mengenali epitop pada fragmen D-dimer.

Ada beberapa metode pemeriksaan D-dimer yaitu Enzyme Linked

Immunosorbent Assay (ELISA), Latex Aglutination (LA) dan Whole Blood

Aglutination. (WBA).

Metode ELISA dianjurkan dipakai sebagai panduan emas pemeriksaan

karna mempunyai nilai Sensivisitas deteksi negatif yang tinggi untuk D-dimer

berkisar 90%. Antibodi dengan afinitas tinggi terhadap D-dimer dilapiskan pada

sebuah dinding atau microliter well dan mengikat protein dalam plasma. Antibodi

kedua ditambahkan dengan jumlah substansi berlabel yang terkait secara langsung

dan sepadan dengan D-dimer yang diukur. Test rapid ELISA menunjukan

sensivisitas mirip metode ELISA konvemsional (American Association, 2006).

Metode Latex Aglutination menggunakan antibodi yang dipisahkan pada

partikel latex. Aglutinasi secara makroskopik dilihat bila ada peningkatan nilai D-

dimer dalam plasma. Namun cara ini kurang sensitif terhadap uji saring. Latex

Aglutination dimodifikasi menggunakan Analyzer Automatik yang dapat dipakai

untuk mengukur nilai D-dimer secara kuantitatif dengan nilai sensivisitas 98-

100%. Contohnya adalah Latex Enhanced Turbidimetri Test. Prinsip dari metode

pemeriksaan ini adalah terbentuknya ikatan kovalen partikel polystyrene pada

suatu antibodi monoklonal terhadap cross-linkageregion dari D-dimer. Cross-

xxx
linkage tersebut memiliki struktur sterosimetrik. Reaksi aglutinasi yang terjadi

dideteksi dengan menggunakan turbidimetri. Hasil metode pemeriksaan ini

sebanding dengan metode ELISA konvensional (America Association, 2006).

2.2.5 Faktor-faktor Peningkatan Nilai D-dimer

D-dimer merupakan hasil produk pemecahan ikatan silang dari fibrin yang

sering digunakan sebagai penanda adanya respon inflamasi yang berlebihan dalam

membantu diagnostik pada kasus trombosis vena, terutama ketika terjadi

kerusakan pada jaringan yang mengakibatkan aktivasi kaskade koagulasi dan

trombosit. Aktivasi tersebut akan mengubah fibrinogen menjadi monomer fibrin

oleh bantuan enzim trombin. Monomer fibrin akan kumpul untuk membentuk

fibrin protofibrin melalui aktivitas non enzimatik, kemudian akan

dikonsolidasikan oleh Faktor XIIIa untuk membentuk polimer fibrin yang akan

didegradasi. Pemecahan ikatan silang/degradasi fibrin merupakan suatu proses

yang akan terus berulang dengan bantuan plasmin. Produk degradasi akan

membentuk degradasi terminal dengan domain D-D-E yang disebut-D-dimer.

Peningkatan Nilai D-dimer sering dikaitkan dengan kejadian

trombus/hiperkoagulabilitas dalam darah oleh pemecahan trombus yang

menghasilkan fibrin. Secara normal nilai D-dimer dapat menyingkirkan

trombosis, tetapi juga bisa meningkat dalam beberapa faktor lain seperti usia tua,

penyakit keganasan, strok, kehamilan (Neurona, 2020).

Penelitian dari Akila menyimpulkan bahwa ada hubungan antara nilai D-

dimer dengan sinus vena serebral multiple yang terdapat pada penderita CVT. Hal

xxxi
ini dikaitkan dengan perluasan dari trombosis pada sinus vena serebral multiple

dengan teori terkait sumbatan besar pada kasus CVT yang mengacu peningkatan

nilai dari D-dimer (Neurosains, 2020).

Peningkatan nilai D-dimer dikaitkan dengan penyakit tumor ganas. Dalam

sebuah penelitian di dapatkan penderita penyakit ganas mengalami peningkatan

nilai palasma D-dimer pada kasus Karsinoma sel ginjal dan tumor neurondokrin

juga pada penderita limfoma non-hodgin (NCBI, 2021).

Faktor usia merupakan salah satu resiko terjadinya trombosis vena dan

arteri akibat kerusakan dinding. pembulu darah karena penurunan aktivitas fisik

yang menyebabkan statis vena dan meningkatkan aktivasi faktor koagulasi darah.

Faktor sindrom metabolik dan obesitas dapat terjadi trombosis vena karena

kurangnya aktivitas yang menimbulkan statis aliran darah. Pada jaringan maligna

yang berdegenerasi ditemukan tissue trombo plastin-like activity dan factor X

activiting yang menyebabkan aktifasi koagulasi meningkat. akibat dari

menurunnya aktivitas fibrinolitik dan infiltrasi pada dinding vena.

Faktor kehamilan dengan penurunan aktivitas fibrinolitik statis vena ketika

trisemester usia kehamilan. Akibat dari meningkatnya faktor VII, VIII dan IX.

Pada awal persalinan terjadi pelepasan plasenta yang mengakibatkan lepasnya

plasminogen jaringan ke dalam aliran darah sehingga terjadi peningkatan

koagulasi darah.

Faktor infeksi juga mempengaruhi. Akibat dari infeksi yang akut juga

dapat beresiko meningkatnya trombosis vena atau pun arteri. Karna adanya

xxxii
mekanisme hiperkoagulabilitas sistemik dan proses imobilisasi. Contoh pada

penderita HIV yang terdapat resiko terjadinya trombosis arteri dan vena karen

efek dari terapi antiretroviral.

Demikian sama halnya dengan infeksi virus COVID-19. Pandemik yang

melanda dunia mendesak para peneliti untuk terus mencari tahu apa penanda baru

dari kasus COVID-19 untuk mengetahui keparahan penyakit. D-dimer merupakan

produk pemecahan serat fibrin, dimana konsentrasi D-dimer dalam darah

menunjukan pembentukan dari benang fibrin yang telah berlangsung dan proses

fibrinolisis selanjutnya dan merupakan gambaran dari tromboemboli vena dan

penyakit lain yang terkait dengan hiperkoagulasi (Shau. etal). Peningkatan kadar

D-Dimer pada infeksi COVID-19 tidak dipengaruhi usia melainkan respon

inflamasi sistemik yang menyebabkan gangguan koagulasi (JREC, 2022)

Faktor peningkatan nilai D-dimer secara umum dikelompokan sebagai

berikut.

1. Trauma, pasca tindakan bedah.

2. Infeksi.

3. Kehamilan, eklampsia.

4. Penggunaan obat antikoaguan.

5. Pengambilan sampel terlalu dini.

Sampel lipemik (karna asupan tinggi lemak sebelum diperiksa) dan sampel

hemolisis.

xxxiii
7. Penundaan pemeriksaan setelah beberapa hari.

2.2.6 Hubungan antara Pemeriksaan D-dimer pada penderita COVID-19

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kejadian COVID-19

berkaitan dengan meningkatnya risiko terjadinya trombosis. Koagulopati menjadi

salah satu penyebab terjadinya trombosis. Proses koagulopati yang terjadi pada

pasien COVID-19 memiliki peran dominan dalam mortalitas dan morbiditas,

prognosis yang kurang baik dan ditimbulkan dari berbagai jalur mekanisme

koagulopati yang cukup kompleks (Aditia etal., 2020).

Ketika pandemik terjadi di seluruh dunia salah satunya negara kita

Indonesia, banyak kasus virus corona yang disebut-sebut memiliki kaitan erat

dengan peningkatan nilai dari faktor koagulasi, dimana D-dimer merupakan

pemeriksaan yang bisa dikatan sebagai marker dalam melihat faktor koagulasi

dalam tubuh. D-dimer adalah hasil akhir dari produksi pemecahan fibrin yang

dibentuk selama terjadinya penghancuran bekuan darah oleh fibrinolisis.

Peningkatan Nilai D-dimer menandakan ada terjadinya trombosis. COVID-19

yang memicu hiperinfalamasi sistemik yang mendorong peningkatan aktivasi

faktor koagulasi sehingga terjadinya hiperkoagulasi. Masalah koagulasi ini yang

menyebabkan resiko trombosis vena atau pun arteri. Perkembangan tromboemboli

khususnya tromboemboli vena (deep vein thrombosis dan pulmonary embolism)

merupakan komplikasi yang terjadi pada penderita COVID-19 (William atal.,

2020).

xxxiv
D-dimer dilacak dalam penyakit pembulu darah, emboli paru, trombosis

arteri, kanker, DIC, penyakit hati kronis, kehamilan, peradangan, trauma

pembedahan, dan vaskulitis (Yao atal., 2020).

xxxv
36

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Sukardi

(2003:157) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek

penilitian secara cepat.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian dari variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan

konfirmasi Coronavirus Disease-19 (COVID-19) di Klinik Abdi Mulia Jl. Raya

Darmo Permai Timur E No.19D, Sonokwijenan, Kec. Sukomanunggal, Surabaya,

Jawa Timur. Sebanyak 36 penderita COVID-19 dengan rentang usia 30-80 tahun.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebanyak 36 dengan rentang usia 30-80 penderita terkonfimasi COVID-1

di Klinik Abdi Mulia Jl.Raya Darmo Permai Timur, E, No. 19D, Sonokwijenan,

Kec. Sukomanunggal, Surabaya, Jawa Timur. Dengan menggunakan sampel

plasma darah vena.


37

3.2.3 Besar Sampel

Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus slovin sebagai penentu

jumlah target sampel yang akan diteliti.

N
n= 2
1+ N (e )

Keterangan:

n: Jumlah Sampel

N: Jumlah Populasi

e: Batas Tolerasi Kesehatan (error tolerance)

Berdasarkan jumlah populasi yang dihitung menggunakan rumus slovin, didapat

jumlah target penelitian sebagai berikut.

N
n= 2
1+ N (e )

40
n= ( 0 ,05 2)
1+ 40
= 36 Sampel

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau sampling adalah proses dan cara

pengambilan sampel yang diseleksi dari populasi dengan rentang usia 30-80 tahun

sebanyak 36 data penderita terkonfirmasi COVID-19 yang akan dipakai sebagai


38

perwakilan dari jumlah populasi yang dapat mewakili sebagai sampel untuk

diteliti.

3.4 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Klinik Abdi Mulia Jl.Raya

Darmo Permai Timur, E, No. 19D, Sonokwijenan, Kec. Sukomanunggal.

Surabaya, Jawa Timur. Pelaksanaan penelitian ini dengan sumber data primer

yang diambil pada tanggal 1 Desember 2022 sampai dengan tanggal 1 Maret

2023.

3.5 Instrument Penelitian Alat dan Bahan

Alat:

- Etiket

- BD Vacutainer Needle (Jarum flashback 21G)

- Holder Vacutainer BD.

- Torniquet

- Alkohol swab

- Plesterin

- Kapas kering

- Vacuum tube Na Citrat 3,2%

- Rak Tabung

- Sentrifius
39

- Pinset

- Micropipet 1000ul

- Micropipet 100ul

- Blue tipe

- Yellow tipe

- Cup sampel 1,5ml

- Alat Edan CT3 dan Kit Colloidal Gold.

Bahan: Darah Na Citrat 3,2%

3.6 Prosedur Penelitian

a. Pra Analitik

a). Register, persiapan pasien dan tindakan pengambilan darah vena

Register pasien adalah suatu proses pencatatan data pasien yang berkujung di

laboratorium antara lain: nama, alamat, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor RM

dan jenis pemeriksaan laboratorium yang diminta pada buku register

laboratorium. Register ini bertujuan untuk menerangkan mekanisme penerimaan

pasien.

Prosedur Register:

1. Petugas laboratorium mempersilahkan pasien untuk masuk kedalam

laboratorium (ruang sampling).

2. Petugas laboratorium menerima blanko rujukan pasien.


40

3. Petugas laboratorium mempersilahkan pasien untuk duduk.

4. Petugas laboratorium menanyakan ulang atau mengkonfirmasi kesesuaian

data pasien.

5. Petugas laboratorium mencatat semua data pada buku register

laboratorium, yang meliputi:

2. Nomor register pasien

3. Nama pasien

4. Alamat

5. Tanggal lahir/umur

6. Jenis kelamin

7. Nama dokter

8. Jenis pemeriksaan

b). Pengambilan Darah Vena

Pengambilan spesimen dari pembulu darah vena. Umumnya diambil dari vena

mediana cubiti yang terletak pada sisi lipatan siku. Aapabila tidak memungkinkan,

vena caphalica dan vena basilica bisa menjadi pilihan.

Ada dua acara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan vakum.

Cara manual dilakukan dengan menggunakan spuit (syringe), sedangkan cara

vakum dengan menggunakan tabung vacuum (vacutainer). Agar dapat diperoleh

specimen darah yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka pengambilan darah

harus dilakukan dengan benar. Mulai dari persiapan, pemilihan anti koagulan,

pemilihan letak vena, tehnik pengambilan sampel sampai dengan pelabelan.


41

Sebagai tujuan mendapatkan sampel darah yang baik dan memenuhi syarat untuk

melakukan pemeriksaan.

Prosedur pengambilan darah vena :

1. Petugas laboratorium mencuci tangan

2. Petugas menyiapkan peralatan dan memakai APD

3. Petugas laboratorium meminta pasien meluruskan tangan diatas pegangan

meja/kursi sampling dengan telapak tangan menghadap keatas.

4. Petugas laboratorium memasang torniquet pada bagian atas dari vena yang akan

ditusuk, dengan jarak 7-10cm diatas lipatan siku.

5. Petugas laboratorium melakukan palpasi menggunakan jari telunjuk untuk

menentukan letak/posisi vena yang akan ditusuk.

6. Petugas laboratorium membersihkan lokasi yang akan ditusuk menggunakan

alcohol swab dengan cara melingkar dari arah dalam ke arah luar, dan dibiarkan

hingga kering dengan sendirinya. (Sampaikan pada pasien agar tetap relax selama

pengambilan darah berlangsung).

7. Petugas laboratorium melakukan tindakan pengambilan darah vena pada lokasi

vena yang telah dipilih menggunakan BD Vacutainer Needle. (Posisi lubang

jarum menghadap keatas.

8. Petugas laboratorium melihat pada pangkal jarum vacutainer jika muncul darah

maka selanjutnya petugas menancapkan tabung Na Citrate 3,2% pada pentil jarum

vacutainer.
42

9. Petugas laboratorium melepas ikatan torniquet dan biarkan darah mengalir

kedalam tabung vakum tanpa tekanan dan sampai bererhenti penampungan

dengan sendirinya jika volume yang ditampung sudah sesuai.

10. Petugas laboratorium melepaskan/cabut kembali tabung citrate yang telah

selesai menampung darah, kemudian langsung dihomogenkan 8-10 kali dibolak-

balik dengan pelan.

11. Petugas laboratorium melepas/cabut jarum dengan menutup bekas tusukan

menggunakan kapas kering, jarum diletan dalam posisi tertutup oleh penutup

jarum, kemudian petugas membersihkan darah yang menempel pada bekas

tusukan jarum. Dilanjutkan dengan menutup bekas pengambilan darah dengan

menggunakan plesterin.

12. Petugas laboratorium membuang jarum pada sampah medis khusus jarum, dan

membuang limbah lain pada tempatnya masing-masing.

b. Analitik

Pembuatan Bahan Plasma Citrat

1. Tabung darah Na Citrate 3,2% yang telah di berikan label nama, usia pasien, no

ID pasien dimasukan ke dalam sentrifius dengan 1 tabung pembanding dalam

posisi berhadapan.

2. Atur rotasi dan waktu pada alat sentrifius 2.500rpm selama 15 menit.

3. Tutup penutup sentrifius, kemudian klik/tekan tombol star.


43

4. Biarkan sampai sentrifius berhenti dengan sendirinya, secara otomati penutup

alat sentrifius akan terbuka dan tabung darah yang telah di sentrifius dikeluarkan

menggunakan penjepit/pinset khusus.

5. Plasma dan darah akan terpisah, plasma bagian atas darah bagian bawah.

Pisahkan plasma dari endapan darah dengan menggunakan blue tip dan

micropipet 1000ul. Masukan Plasma kedalam tupe sampel yang telah diberi label

atau etiket pasien, bahan siap untuk dilakukan pemeriksaan.

Prosedur Pemeriksaan Dengan Standar Operasional Prosedur D-Dimer Edan CT3.

1. Nyalakan alat Edan CT3 dengan menekan tombol power selama 5 detik.

Alat akan melakukan Warming Up selama kurang lebih 60 detik.

2. Masukan ID dan Password (default ID: Administrator; Password: 123456)

lalu tekan OK.

3. Pilih menu “Test” lalu pindahi barcode pemeriksaan yang tersedia dalam

kit reagen dan masukan data lengkap pasien.

c. Prosedur Pemeriksaan

4. Keluarkan Catridge dan biarkan mencapai suhu ruang (20-25℃).

5. Buka foil pembungkusan dan letakan pada permukaan yang datar.

6. Dengan menggunakan mickropipet dan yellow tipe, pipet 100ul plasma

(citrate) ke dalam lubang sampel pada catridge.

7. Masukan ke dalam catridge load, kemudian pilih “Standart Test” dan

tunggu selama 15 menit. Alat akan membaca dan mencetak hasil secara

otomatis setelah pemeriksaan selesai.


44

c. Pasca Analitik

Berikut adalah 3 tahap dalam pasca analitik yakni:

a. Pencatatan hasil

Pencatatan hasil pemeriksaan mencakup data/identites pasien mulai dari

nama, jenis kelamin, alamat, usia dan hasil pemeriksaan.

b. Pelaporan hasil

Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium melewati beberapa tahap,

pengecekan ulang data pasien dan penginputan hasil yang tepat, sesuai

pengukuran sampel yang di dapat. Semua ini melewati validasi yang

akurat, sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan.

c. Pengelolahan Limbah

Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa

dalam bentuk padat, cair atau gas yang sudah tidak

terpakai lagi.

Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,

laboratorium yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius

berbahaya dan membahayakan. limbah hasil pemeriksaan laboratorium

adalah suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan terhadap bahan-bahan

hasil atau sisa dari proses pemeriksaan laboratorium sebelum dibuang.

Semua jenis limbah di laboratorium harus dinyatakan sebagai bahan yang

infeksius, oleh karena itu penanganan dan pembuangan limbah harus

ditangani secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif sebagai

akibat dari kegiatan operasional laboratorium yang jika tidak dikelola


45

dengan baik dapat mencemari lingkungan, baik pekerja, pasien,

pengunjung, maupun masyarakat sekitarnya. Tujuan pengelolaan limbah

adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah dan kuman yang

menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin

berada dalam limbah tersebut.

Prosedur pengelolahan limbah

Limbah Cair Domestik:

Petugas laboratorium dapat langsung membuang atau mengalirkan limbah ini

seperti sisa hasil pencucian alat-alat laboratorium atau bekas air pembilasan ke

saluran pembuangan awal yang selanjutnya dikumpulkan dalam bak pembuangan

akhir (IPAL).

2. Limbah Padat:

a). Petugas memasukan needle yang telah digunakan kedalam safety box.

b). Petugas laboratorium dapat membuang langsung limbah sisa bahan

pemeriksaan seperti objek glass dan cover glass kedalam tempat sampah yang

telah dilapisi kantong plastik berwarna kuning. Petugas laboratorium dapat

langsung membuang blue tip yellow tip kedalam tempat sampah yang telah

dilapisi kantong plastik warna kuning.

3. Limbah Padat Non Infeksius

Petugas laboratorium dapat membuang langsung limbah ini kedalam tempat

sampah yang telah dilapisi kantong plastik hitam kemudian diangkut ketempat

pembuangan akhir.
46

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini menggunakan data primer, dimana data tersebut

diambil langsung dari hasil pemeriksaan D-dimer dengan menggunakan alat Edan

CT3. Yang kemudian data tersebut dipaparkan dalam bentuk tabel.

3.7. Penyajian Data

Penyajian data penelitian ini dalam betuk tabel dengan ditribusi frekuensi objek

yang diteliti kemudian dinarasikan.

3.8 Kerangka Alur Penelitian

Pengambilan sampel darah Persiapan dan pengoperasian


citrate pada pasien dewasa dan alat D-dimer Edan CT3
lansia yang terkonfirmasi
COVID-19

Analisa Data Pemeriksaan D-dimer dengan


alat Edan CT3

Gambar 3.2 Kerangka Alur Penelitia


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan di Klinik Abdi Mulia Jl. Raya Darmo
Permai Timur, E, No. 19D, Sonokwijenan, Kec.Sukomanunggal, Surabaya, Jawa
Timur. Sejak 01 Desember 2022 – 01 Maret 2023. Sampel data yang diambil
sebanyak 36 sampel darah citrate 3,2% dari penderita terkonfirmasi COVID-19
dengan karakteristik data berdasarkan jenis kelamin dan usia dari hasil
pemeriksaan menggunakan alat Edan CK3.

4.1.1 Data Umum

4.1.1 Tabel hasil pemeriksaan D-dimer berdasarkan jenis kelamin

Hasil
Jenis
Kode Pemeriksaan
No Kelami
Sampel D-dimer
n
(Edan CT3)

1 A01 Pria 374 ng/mL


2 A02 Pria 374 ng/mL
3 A03 Pria 690 ng/mL
4 A04 Pria 212 ng/mL
5 A05 Pria 530 ng/mL
6 A06 Pria 100 ng/mL
7 A07 Pria 1634 ng/mL
8 A08 Pria 460 ng/mL
9 B01 Wanita 333 ng/mL
10 B02 Wanita 95 ng/mL
11 B03 Wanita 100 ng/mL
12 B04 Wanita 600 ng/mL
13 B05 Wanita 1950 ng/mL
14 B06 Wanita 380 ng/mL
15 B07 Wanita 451 ng/mL
16 B08 Wanita 100 ng/mL

32
33

Hasil
Jenis
Kode Pemeriksaan
No Kelami
Sampel D-dimer
n
(Edan CT3)

17 B09 Wanita 499 ng/mL


18 B10 Wanita 978 ng/mL
19 B11 Wanita 750 ng/mL
20 B12 Wanita 460 ng/mL
21 B13 Wanita 337 ng/mL
22 B14 Wanita 511 ng/mL
23 B15 Wanita 554 ng/mL
24 B16 Wanita 1751 ng/mL
25 B17 Wanita 1158 ng/mL
26 B18 Wanita 849 ng/mL
27 B19 Wanita 512 ng/mL
28 B20 Wanita 380 ng/mL
29 B21 Wanita 1173 ng/mL
30 B22 Wanita 474 ng/mL
31 B23 Wanita 378 ng/mL
32 B24 Wanita 1351 ng/mL
33 B25 Wanita 251 ng/mL
34 B26 Wanita 484 ng/mL
35 B27 Wanita 474 ng/mL
36 B28 Wanita 467 ng/mL
Nilai normal D-dimer: < 500 ng/mL.
Jika > 500 ng/mL dianggap tidak normal.

Jenis Kelamin Persentase


Hasil
Pria
Normal 62.50%
Tidak Normal 37.50%
Wanita
Normal 57.14%
Tidak Normal 42.86%
34

Berdasarkan tabel 4.1.1 statistik deskriptif dengan karakteristik responden


berdasarkan jenis kelamin, pria 62,50% dengan hasil nilai D-dimer normal dan
37,50% yang memiliki hasil nilai D-dimer tidak normal. Sedangkan pada
responden dengan jenis kelamin wanita sebanyak 57,14% memiliki hasil normal,
dan 42,86% dengan hasil yang tidak normal.

4.1.2 Data Kusus

Tabel 4.1.2.1 Data nilai D-dimer berdasarkan karakteristik usia dewasa


30-55 tahun

Hasil
Pemeriksaan
D-dimer
Kode Usia 30-55 (Edan CT3)
No
Sampel Tahun

1 A01 30 374 ng/mL


2 B01 34 333 ng/mL
3 A02 38 374 ng/mL
4 B02 38 95 ng/mL
5 A03 42 690 ng/mL
6 B03 42 100 ng/mL
7 A04 44 212 ng/mL
8 A05 44 530 ng/mL
9 B04 44 600 ng/L
10 B05 45 1950 ng/mL
11 B06 45 380 ng/mL
12 A06 47 100 ng/mL
13 B07 47 451 ng/mL
14 A07 49 1634 ng/mL
15 B08 54 100 ng/mL

Usia 30-55 Tahun Persentase Hasil


Normal 66,67%
Tidak Normal 33,33%
35

Berdasasarkan table 4.1.2.1 dengan karakteristik responden berdasarkan


usia dewasa 30-55 tahun didapatkan hasil pemeriksaan D-dimer yang normal
66,67% responden, sedangkan yang tidak normal terdapat 33,33% responden.

Tabel 4.1.2.2 Data nilai D-dimer berdasarkan karakteristik usia lansia 56-80
tahun

Hasil
Kode Usia 56-80 Pemeriksaan
No
Sampel Tahun D-dimer (Edan
CT3)
1 B16 57 499 ng/mL
2 B17 57 978 ng/mL
3 B18 60 750 ng/mL
4 B19 60 460 ng/mL
5 B20 64 337 ng/mL
6 B21 66 511 ng/mL
7 B22 66 554 ng/mL
8 B23 67 1751 ng/mL
9 B24 67 1158 ng/mL
10 B25 67 849 ng/mL
11 B26 68 512 ng/mL
12 B27 69 380 ng/mL
13 B28 70 1173 ng/mL
14 B29 70 474 ng/mL
15 B30 70 378 ng/mL
16 B31 73 1351 ng/mL
17 B32 73 251 ng/mL
18 B33 76 484 ng/mL
19 B34 78 474 ng/mL
20 B35 79 467 ng/mL
21 A36 80 464 ng/mL

Usia 56-80 Tahun Persentase Hasil


Normal 47,62%
Tidak Normal 52,38%
36

Berdasasarkan tabel 4.1.2.2 dengan karakteristik responden berdasarkan


usia lansia 56-80 tahun didapatkan hasil pemeriksaan D-dimer yang normal
47,62% responden, sedangkan yang tidak normal terdapat 52,38% responden.

4.2 Pembahasan

D-dimer merupakan hasil produk dari degradasi cross linked yang adalah

tahap akhir pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem fibrinolitik. Nilai

plasma D-dimer menunjukan indikasi fibrinolisis. Sudah sejak tahun 1990,

pemeriksaan D-dimer sangat penting dalam menentukan penderita yang diduga

mengalami trombosis. Pada beberapa hasil pemeriksaan yang menunjukan D-

dimer yang rendah dapat mengesampingkan kecurigaan akan adanya trombosis,

Tetapi sebaliknya jika hasil D-dimer tinggi dari nilai normal dapat bertanda

adanya trombus, namun tidak dapat mengesampingkan etiologi-etiologi potensial

lainnya (Erlando, 2012).

COVID-19 sering dikaitkan dengan meningkatnya risiko terjadinya

trombosis. Koagulopati menjadi salah satu penyebab terjadinya trombosis. Proses

koagulopati yang terjadi pada pasien COVID-19 memiliki peran dominan dalam

mortalitas dan morbiditas, prognosis yang kurang baik dan ditimbulkan dari

berbagai jalur mekanisme koagulopati yang cukup kompleks (Aditia etal., 2020).

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan di Laboratorium Klinik Abdi

Mulia Surabaya dengan 36 responden yang terkonfirmasi COVID-19, telah

dilakukan pemeriksaan nilai D-dimer dengan karakteristik jenis kelamin, wanita

yang lebih banyak dibandingkan pria, dapat dilihat pada tabel 4.1.1 telah

ditemukan sebagian besar responden adalah wanita yakni berdasarkan data


37

statistik deskriptif didapatkan frekuensi wanita dengan hasil pemeriksaan nilai D-

dimer yang normal ada 57,14% dan yang tidak normal terdapat 42,86%.

Sedangkan responden dengan jenis kelamin pria hanya 37,50% hasil yang tidakn

normal sedangkan hasil normal sebanyak 62,50%. Waupun pada penelitian lain

mengatakan bahwa laki-laki mempunyai resiko besar terhadap infeksi COVID-19

yang akan berkaitan dengan thrombosis dilihat pada peningkatan nilai D-dimer

yakni penelitian tentang faktor resiko pada pasien dengan penyakit komorbit

hipertensi, diabetes melitus, dengan berjenis kelamin laki-laki oleh karena

kebiasaan merokok pada laki-laki lebih tinggi (Cai,2020).

Penulis melihat bahwa bukan hanya berdasarkan jenis kelamin tetapi juga

pada faktor lain salah satunya usia. Dari data kusus statistik deskriptif pada

penelitian penulis berdasarkan pada karakteristik usia dewasa 30-55 tahun yang

tercantum pada tabel 4.1.2.1 didapatkan bahwa dari 36 sampel pemeriksaan D-

dimer terdapat 66,67% responden dengan hasil pemeriksaan yang normal, dan

33,33% responden dengan hasil pemerisaan nilai D-dimer yang tidak normal pada

rentang usia dewasa 30-55 tahun. Sedangkan karakteristik responden berdasarkan

usia lansia 55-80 dari data statistic deskriptif pada tabel 4.1.2.2 responden dengan

rentang usia 56-80 tahun, terdapat 47,62% dengan hasil normal, sedangkan

52,38% responden memiliki peningkatan nilai D-dimer. Akibat dari infeksi

COVID-19 yang memicu hiperinfalamasi sistemik yang mendorong peningkatan

aktivasi faktor koagulasi sehingga terjadinya hiperkoagulasi. Masalah koagulasi

ini yang menyebabkan resiko trombosis vena atau pun arteri. Perkembangan

tromboemboli khususnya tromboemboli vena (deep vein thrombosis dan


38

pulmonary embosslism) merupakan komplikasi yang terjadi pada penderita

COVID-19 (William etal., 2020)

Usia merupakan salah satu resiko terjadinya trombosis vena dan arteri

akibat kerusakan dinding. pembulu darah karena penurunan aktivitas fisik yang

menyebabkan statis vena dan meningkatkan aktivasi faktor koagulasi darah

(Neurosains, 2020).

Beberapa pendapat dari para ahli bahwa D-dimer merupakan salah satu

parameter pemeriksaan yang digunakan pada pasien untuk mendeteksi thrombus,

dalam penelitian tersebut pada tahap awal penyakit COVID-19 terdapat

peningkatan nilai D-dimer 3 sampai 4 kali lipat berhubungan dengan prognosis

yang buruk, selain pada pasien diabetes, kanker, stroke, kehamilan bisa memicu

peningkatan D-dimer pada pasien COVID-19. (Rostami. M, 2020).

Faktor usia juga disebutkan oleh Neurona, 2020 bahwa peningkatan nilai

D-dimer yang sering dikaitkan dengan kejadian trombus/hiperkoagulabilitas

dalam darah oleh pemecahan trombus yang menghasilkan fibrin. Secara normal

nilai D-dimer dapat menyingkirkan trombosis, tetapi juga bisa meningkat dalam

beberapa faktor lain seperti usia tua, penyakit keganasan, strok, kehamilan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Klinik Abdi Mulia Jl.Raya

Darmo Permai Timur, E, No. 19D, Sonokwijenan, Kec. Sukomanunggal,

Surabaya, Jawa Timur. Sejak 01 Desember 2022 – 01 Maret 2023. Penelitian

terhadap peningkatan nilai D-dimer penderita dewasa dan lansia yang

terkonfirmasi COVID-19. Berikut ini adalah kesimpulan dari penelitian tersebut.

1. Hasil nilai D-dimer antara pasien usia dewasa 30-55 tahun dan pasien lansia 56-

80 tahun, dimana hasil pasien usia 30-55 tahun terdapat 66,67% responden

dengan hasil normal dan hasil tidak normal 33,33%. sedangkan pada pasien

lansia dengan rentang usia 56-80 tahun ditemukan hasil nilai D-dimer yang

normal 47,62% dan hasil D-dimer yang tidak normal sebanyak 52,38%. Walau

pun presentase nilai hasil D-dimer yang tidak normal pada usia lansia lebih

banyak akan tetapi penulis melihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.

Peningkatan nilai D-Dimer tidak hanya berdasarkan pada infeksi virus SARS-

CoV-2 tetapi dapat juga dipertimbangkan dengan etiologi-etiologi atau faktor-

faktor lain seperti penyakit komorbit, dan usia salah satunya, dimana usia

lansia mempunyai resiko lebih besar dalam peningkatan nilai D-dimer.

39
41

Saran

1. Bagi penderita yang terkonfirmasi COVID-19 segera

konsultasikan pada dokter agar dilakukan tindakan lebih lanjut,

seperti melakukan pemeriksaan D-dimer untuk mengetahui tingkat

keparahan penyakit agar mengurangi resiko munculnya penyakit

baru bahkan terjadi mortilitas.

2. Bagi petugas laboratorium agar dapat mengerjakan pemeriksaan

D-dimer dengan baik, dilihat dari kualitas alat, reagent yang

digunakan karena D-dimer merupakan biomarker dalam memantau

keparahan penyakit akibat fibrinolisis.

3. Bagi peneliti berikutnya dapat menggunakan penelitian ini sebagai

referensi penelitian lebih lanjut seperti pemeriksaan faktor

koagulasi PT, aPTT, Fibrinogen pada penderita COVID-19

disertakan ada tidaknya penyakit komorbit.


DAFTAR PUSTAKA

Hilda, F., Liana, P., & Nurtjahyo, A. (2021). Kadar D-Dimer Sebagai Prediktor Awal

Tingkat Ketahanan Hidup Pasien Covid-19 (Doctoral dissertation, Sriwijaya

University).

Iksanudin, M., Shafriani, N. R., & Irfani, F. N. (2022). Literature review: gambaran hasil

pemeriksaan d-dimer pada tingkat keparahan pasien terkonfirmasi covid-19.

NDIAGA, S. L. (2022). PERBANDINGAN KADAR D-DIMER PADA PASIEN

COVID-19 DENGAN KOMORBID DAN TANPA KOMORBID (Doctoral

dissertation, Universitas Binawan).

Irwan, N. E. M. (2022). Profil Kadar D-Dimer pada Pasien Terkonfirmasi Positif

COVID-19 Usia 45-70 Tahun di RSU UKI Periode Desember 2020-September

2021 (Doctoral dissertation, Universitas Kristen Indonesia).

Intanwati, S. (2020). PERAN PEMERIKSAAN D-DIMER PADA COVID-19. Prosiding

FK UC, 1(1), 21-21.

Wati, L., Nugraheni, D. M., Ratnaningrum, K., & Novitasari, A. (2022). C-REACTIVE

PROTEIN BERKORELASI TERHADAP KADAR D-DIMER PASIEN COVID-

19. Al-Iqra Medical Journal: Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran, 5(1), 1-9.

Pradipta, S. (2023). D-dimer Sebagai Indikator Prognostik Penderita Terkonfirmasi

COVID-19 dengan Pneumonia Berat. Jurnal Medika Hutama, 4(02 Januari),

3208-3224.

Wijayanti, L. E., Aryani, D., & Wahyu, S. (2022). HUBUNGAN NILAI CT PADA

PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19 DENGAN HASIL PEMERIKSAAN

D-DIMER. Jurnal Kesehatan Tambusai, 3(1), 96-103.

42
43

Azzaki, F. GAMBARAN PARAMETER KOAGULASI PADA PASIEN COVID-19

TERKONFIRMASI DI RUMAH SAKIT HERMINA CIPUTAT TAHUN 2020-

2021 (Bachelor's thesis, Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Bwire, G. M. (2020). Coronavirus: Why Men are More Vulnerable to Covid-19 Than

Women? SN Comprehensive Clinical Medicine, 2(7), 874–876.

Chen Y, Liu Q, Guo D. Emerging coronaviruses: genome structure, replication, and

pathogenesis. J Med Virol. 2020;92(4):418–423. doi: 10.1002/jmv.25681. - DOI

- PMC - PubMed

Zhang, D., Zhou, X., Yan, S., Tian, R., Su, L., Ding, X., Zhang, S. (2020)

Kannan, S. P. A. S., Ali, P. S. S., Sheeza, A., & Hemalatha, K. (2020). COVID-19 (Novel

Coronavirus 2019)-recent trends. Eur Rev Med Pharmacol Sci, 24(4), 2006-2011.

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan,

H., ... & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur

terkini. Jurnal penyakit dalam Indonesia, 7(1), 45-67.

Aditia, A. (2021). Covid-19: Epidemiologi, Virologi, Penularan, Gejala Klinis, Diagnosa,

Tatalaksana, Faktor Risiko dan Pencegahan. Jurnal Penelitian Perawat

Profesional, 3(4), 653-660.

Mujiburrahman, M., Riyadi, M. E., & Ningsih, M. U. (2020). Hubungan pengetahuan

dengan perilaku pencegahan COVID-19 di masyarakat. Jurnal Keperawatan

Terpadu (Integrated Nursing Journal), 2(2), 130-140.

Wu, H., Birmingham, D. J., Rovin, B., Hackshaw, K. V., Haddad, N., Haden, D., ... &

Hebert, L. A. (2008). D-dimer level and the risk for thrombosis in systemic lupus
44

erythematosus. Clinical Journal of the American Society of Nephrology, 3(6),

1628-1636.

Parwanto, M. L. E. (2020). Virus corona (2019-nCoV) penyebab COVID-19. Jurnal

Biomedika dan Kesehatan, 3(1), 1-2.

Kurnianto, A., Andhitara, Y., Tugasworo, D., Retnaningsih, R., Ardhini, R., Rumapea, V.

K., & Budiman, J. (2020). KORELASI KADAR D-DIMER DENGAN JUMLAH

SINUS VENA SEREBRAL PADA PASIEN CEREBRAL VENOUS

THROMBOSIS. Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter Spesialis

Saraf Indonesia, 38(1).

Ruetzler, K., Szarpak, Ł., Ładny, J. R., Gąsecka, A., Gilis-Malinowska, N., Pruc, M., ...

& Jaguszewski, M. J. (2021). D-dimer levels predict COVID-19 severity and

mortality. Kardiologia Polska (Polish Heart Journal), 79(2), 217-218.

Permana, A., Bedah, S., & Wibowo, M. K. (2022). Gambaran D-Dimer Pada Pasien

Terkonfirmasi Covid-19 di Rumah Sakit dr. Abdul Radjak Salemba Jakarta.

Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan, 8(1), 102-108.

Rostami, M., & Mansouritorghabeh, H. (2020). D-dimer level in COVID-19 infection: a

systematic review. Expert review of hematology, 13(11), 1265-1275.


LAMPIRAN

Lampiran 1

1 2

Keterangan gambar: Alat yang di gunakan dalam proses pengambilan sampel darah.

Alat-alat pengambilan darah adalah.

a. Handscoon

b. Torniquet

c. Holder

d. BD Vacutainer Needle Flashback

e. Vacuum Tube Na Citrat 3,2%

f. Alcohol swabs 70%

g. Plesterin

h. Proses pengambilan sampel darah Na Citrate 3,2%.

Lampiran 2

45
46

5 6

Keterangan:
47

Gambar no 3 dan 4 adalah proses memasukan Tube Vacuum Citrat 3,2% ke dalam

sentrifius untuk di sentrifugasi selama 15 menit dalam 2.500rpm.

5) Proses pemipetan sampel plasma citrat sebanyak 100ul menggunakan mikro pipet

dengan Blue Tip.

6) Alat mikro pipet.

Lampiran 3

7 8

9 10
Keterangan:
48

7. Proses pemeriksaan menggunakan alat Edan CT3.

8. Alat EDAN CT3 Immunoassay System.

9. Alat test D-dimer berupa Kit Test Colloidal Gold

10. Pinset untuk megeluarkan tabung vacuum dari sentrifius

Anda mungkin juga menyukai