Anda di halaman 1dari 165

PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI

DASAR DAN STATUS RAWAN BANJIR


TERHADAP KEJADIAN DIARE
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang
Kota Semarang Tahun 2014)

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
Muhamad Rizkiyanto
NIM. 6411410037

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

i
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
November 2015

ABSTRAK

Muhamad Rizkiyanto
Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir
terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang
Kota Semarang Tahun 2014)
xv + 150 halaman + 17 tabel + 2 gambar + 17 lampiran

Bencana banjir dan sarana sanitasi dasar yang buruk dapat menjadi penyebab
terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare. Sarana sanitasi dasar
meliputi sarana air bersih, sarana jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah dan saluran drainase. Penelitian ini bertujuan manganalisis
pengaruh antara kondisi fisik sarana sanitasi dasar dan status rawan dengan kejadian
diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang, Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian
ini seluruh warga Desa Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Mangunharjo, yang
didiagnosis diare oleh Puskesmas Mangkang dari bulan Oktober 2013 sampai
Februari 2014 dan bukan penderita diare. Sampel penelitian sebanyak 29 responden
kelompok kasus dan 29 responden kelompok kontrol. Instrumen penelitian berupa
kuesioner dan lembar checklist. Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat dan analisis bivariat mengunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara kondisi fisik sarana air
bersih (p=0,023, OR=3,9), kondisi fisik sarana jamban (p=0,016, OR=3,87), kondisi
fisik sarana tempat pembuangan sampah (p=0,036, OR=3,82), kondisi fisik sarana
pembuangan air limbah (p=0,017, OR=3,72), dan kondisi fisik saluran drainase
(p=0,033, OR=3,23) dengan kejadian diare. Pengaruh antara status rawan banjir
dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik.
Disarankan untuk dinas kesehatan terkait agar melakukan penyuluhan
kepada masyarakat untuk meningkatkan kondisi fisik sanitasi rumah untuk
mengurangi risiko terhadap penularan penyakit diare.

Kata Kunci: Diare, Sarana Sanitasi Dasar.


Kepustakaan: 50 (1987 – 2014)

ii
Public Health Departement
Sport Science Faculty
Semarang State University
November 2015

ABSTRACT

Muhamad Rizkiyanto
The Influence of Sanitation Tools Availability and Flood Troubled Status
toward Diarrhea (Study Case in The Work Area of The Clinic of Mangkang
District, Semarang 2014)
xv + 150 pages + 17 tables + 2 figures + 17 appendices

Flood and bad sanitation tools can be caused of environment borne disease.
Sanitation tools ability includes water supply, latrines, garbage dumps, waste of
discharge water and the drainages. The purpose of this research was to analyze the
influence between physic sanitation tools and flood troubled toward diarrhea in the
work area of the clinic of Mangkang district, Semarang.
This research used the control case approach. The populations of this
research were all citizen in Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, and Mangunharjo
who diagnosed diarrhea by the clinic of Mangkang district from October 2013 to
February 2014 and not the sufferer of diarrhea. The samples of the research were 29
case respondents and 29 control respondents. The research instruments were
questionnaires and checklists. The researcher analyzed the data used univariat
analysis and bivariat analysis with chi-square test.
The result of the research shows that there was influence between water
supply condition (p=0,023, OR=3,9), latrines condition (p=0,016, OR=3,87), garbage
dumps condition (p=0,036, OR=3,82), waste of discharge water condition (p=0,017,
OR=3,72), and the drainages condition (p=0,033, OR=3,23) with diarrhea. The
influence between flood troubled status and diarrhea cannot analyze statistically.
The researcher suggests the health service to give the citizen information to
upgrade the sanitation tools availability in order to reduce the risk of diarrhea.

Keywords: Diarrhea, Sanitation Tools Availability.


References: 50 (1987 – 2014)

iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. Jadilah seperti karang di lautan yang selalu kuat meskipun terus dihantam ombak

dan lakukanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan juga orang lain,

karena hidup ini tidak abadi.

2. Dia yang tau, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak tau (Lao Tse).

3. Sejarah bukan hanya rangkaian cerita, ada banyak pelajaran, kebanggaan, dan

harta di dalamnya.

4. Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan

dengan ketakutan; tetapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.

5. Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi

kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.

PERSEMBAHAN:

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah

SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda (Muyadi) dan Ibunda (Suismi).

2. Adik-adik (Rifa’ul Janah, Risalatul

Masyhuroh, dan Muhamad Rizal Khusnaeni).

3. Rekan-rekan IKM ’10 serta almamaterku,

UNNES.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-

Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi

Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di

Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)” dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini,

dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr.

Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas ijin penelitian yang diberikan.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Irwan

Budiono, S.KM., M.Kes.

3. Dosen Pembimbing, Rudatin Windraswara, S.T., M.Sc., atas bimbingan,

pengarahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Penguji I, Widya Hary Cahyati, S.KM., M.Kes. (Epid), dan Penguji II, Mardiana,

S.KM., M.Si., atas bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Dosen Wali, Chatila Maharani, S.T., M.Kes. dan drh. Dyah Mahendrasari

Sukendra, M.Sc., atas bimbingan, pengarahan, dan masukan selama masa

perkuliahan.

vii
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu

pengetahuan yang diberikan selama di bangku kuliah.

7. Kepala Puskesmas Mangkang, dr. Budi Mulyanto, atas ijinnya untuk melakukan

pengambilan data dan penelitian.

8. Kepala Kelurahan Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Mangunharjo atas

ijinnya untuk melakukan penelitian.

9. Bapak, ibu, adik-adikku, Kuntarti S.Pd., dan keluarga tercinta yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, nasihat, motivasi, serta doa selama

menempuh pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2010, atas

bantuan serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman Kontrakan SS Temanggungan, Kos Oblong, dan Kurawa Family,

atas motivasi dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

12. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, sarana dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna

penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Semarang, November 2015

Penulis

viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERNYATAAN .............................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................................... 7
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................................... 7
1.4. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 8
1.4.1. Bagi Peneliti ....................................................................................... 8
1.4.2. Bagi Masyarakat ................................................................................ 8
1.4.3. Bagi Peneliti Lain .............................................................................. 8
1.5. Keaslian Penelitian............................................................................. 9
1.6. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 11
1.6.1. Ruang Lingkup Tempat ..................................................................... 11
1.6.2. Ruang Lingkup Waktu ....................................................................... 11
1.6.3. Ruang Lingkup Materi ....................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 12


2.1 Landasan Teori................................................................................... 12
2.1.1 Diare ................................................................................................... 12
2.1.1.1. Definisi ............................................................................................... 12

ix
2.1.1.2. Klasifikasi Diare ................................................................................ 12
2.1.1.3. Etiologi Penyakit Diare ...................................................................... 13
2.1.1.4. Epidemiologi Penyakit Diare ............................................................. 15
2.1.1.5. Gejala Penyakit Diare ........................................................................ 16
2.1.1.6. Akibat Penyakit Diare ........................................................................ 17
2.1.1.7. Faktor Risiko Penyakit Diare ............................................................. 18
2.1.1.8. Pemeriksaan Penyakit Diare .............................................................. 21
2.1.1.9. Pengobatan Penyakit Diare ................................................................ 21
2.1.1.10. Pencegahan Penyakit Diare................................................................ 23
2.1.2 Sarana Sanitasi Dasar ......................................................................... 24
2.1.2.1. Sarana Penyediaan Air Bersih ........................................................... 24
2.1.2.2. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban .................................................. 28
2.1.2.3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah ................................................ 30
2.1.2.4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) .......................................... 32
2.1.2.5. Saluran Drainase ................................................................................ 33
2.1.3 Banjir.................................................................................................. 34
2.1.3.1. Definisi ............................................................................................... 34
2.1.3.2. Jenis Banjir......................................................................................... 35
2.1.3.3. Penyebab Banjir ................................................................................. 36
2.1.3.4. Dampak Banjir ................................................................................... 38
2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40
3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 40
3.2. Variabel Penelitian ............................................................................. 41
3.2.1. Variabel Bebas ................................................................................... 41
3.2.2. Variabel Terikat ................................................................................. 41
3.2.3. Variabel Pengganggu ......................................................................... 41
3.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 42
3.4. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ....................... 43
3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 48
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 48
3.6.1. Populasi Penelitian ............................................................................. 48
3.6.1.1. Populasi Kasus ................................................................................... 48
3.6.1.2. Populasi Kontrol ................................................................................ 48
3.6.2. Sampel Penelitian............................................................................... 49
3.6.2.1. Sampel Kasus ..................................................................................... 49
3.6.2.2. Sampel Kontrol .................................................................................. 49
3.6.3. Besar Sampel Minimal ....................................................................... 50
3.6.4. Cara Pengambilan Sampel ................................................................. 52
3.7. Sumber Data....................................................................................... 52
3.7.1. Data Primer ........................................................................................ 52
3.7.2. Data Sekunder .................................................................................... 52
3.8. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ......................... 53
3.8.1. Instrumen Penelitian .......................................................................... 53
3.8.1.1. Validitas ............................................................................................. 54

x
3.8.1.2. Reliabilitas ......................................................................................... 56
3.8.2. Teknik Pengambilan Data .................................................................. 57
3.8.2.1. Wawancara ......................................................................................... 57
3.8.2.2. Observasi............................................................................................ 58
3.8.2.3. Pengumpulan Data Sekunder ............................................................. 58
3.9. Prosedur Penelitian ............................................................................ 58
3.9.1. Awal Penelitian .................................................................................. 58
3.9.2. Penelitian............................................................................................ 58
3.9.3. Akhir Penelitian ................................................................................. 59
3.10. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 59
3.10.1. Teknik Pengolahan Data .................................................................... 59
3.10.2. Teknik Analisis Data.......................................................................... 60
3.10.2.1. Analisis Univariat .............................................................................. 60
3.10.2.2. Analisis Bivariat................................................................................. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 62


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 62
4.1.1. Keadaan Geografis ............................................................................. 62
4.1.2. Batas Wilayah Kerja .......................................................................... 62
4.1.3. Wilayah Kerja .................................................................................... 63
4.1.4. Demografis ......................................................................................... 63
4.1.5. Data Khusus ....................................................................................... 63
4.1.5.1. Ketenagaan Puskesmas ...................................................................... 63
4.1.5.2. Sarana Prasarana Puskesmas.............................................................. 63
4.2. Hasil Penelitian .................................................................................. 63
4.2.1. Karakteristik Responden .................................................................... 63
4.2.2. Analisis Univariat .............................................................................. 64
4.2.3. Analisis Bivariat................................................................................. 66
4.2.3.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan
Kejadian Diare ................................................................................... 66
4.2.3.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /
Jamban dengan Kejadian Diare ......................................................... 67
4.2.3.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare ......................................................... 68
4.2.3.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................................... 69
4.2.3.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan
Kejadian Diare ................................................................................... 70
4.2.3.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian diare ......... 71
4.2.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat .................................................. 72

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 73


5.1. Pembahasan........................................................................................ 73

xi
5.1.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan
Kejadian Diare ................................................................................... 73
5.1.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /
Jamban dengan Kejadian Diare ......................................................... 76
5.1.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare ......................................................... 78
5.1.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................................... 81
5.1.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan
Kejadian Diare ................................................................................... 83
5.1.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare ........ 85
5.2. Hambatan dan Kelemahan Penelitian ................................................ 86
5.2.1. Hambatan Penelitian .......................................................................... 86
5.2.2. Kelemahan Penelitian ........................................................................ 86

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 87


6.1. Simpulan ............................................................................................ 87
6.2. Saran .................................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90

LAMPIRAN .................................................................................................... 94

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian.......................................................................... 9


Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum..................................................... 25
Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya ............................... 26
Tabel 3.1. Definisi Operasional ....................................................................... 43
Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya ............................................................. 50
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner ......................................................... 55
Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ..................................................... 56
Tabel 3.5. Merumuskan Data dalam Tabel 2 × 2 ............................................ 61
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden ................. 64
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Variabel yang dianalisis .................. 65
Tabel 4.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan
Kejadian Diare ................................................................................. 66
Tabel 4.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /
Jamban dengan Kejadian Diare ....................................................... 67
Tabel 4.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare ...................................................... 68
Tabel 4.6. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air
Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................... 69
Tabel 4.7. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan
Kejadian Diare ................................................................................. 70
Tabel 4.8. Hubungan antara Status Rawan banjir dengan Kejadian Diare ...... 71
Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi
Square .............................................................................................. 72

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori ............................................................................ 39


Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 40

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi .............................. 95


Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan ....................... 96
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan ....................... 97
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Semarang ............... 98
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Puskesmas Mangkang................................. 99
Lampiran 6. Ethical Clearance ........................................................................ 100
Lampiran 7. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ................................... 101
Lampiran 8. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian ............................... 103
Lampiran 9. Kuesioner Penjaringan ................................................................. 104
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian .................................................................. 107
Lampiran 11. Lembar Checklist Penelitian ...................................................... 110
Lampiran 12. Hasil Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas ..................... 112
Lampiran 13. Hasil Output SPSS Uji Normalitas ............................................ 117
Lampiran 14. Hasil Output SPSS Uji Chi Square ........................................... 122
Lampiran 15. Rekapitulasi Data Identitas Responden ..................................... 128
Lampiran 16. Data Penelitian........................................................................... 132
Lampiran 17. Dokumentasi .............................................................................. 147

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Khasan dan Widjanarko,

2011).

Masalah bencana tidak terlepas dari interaksi antara manusia dengan

lingkungannya. Aktivitas alam yang terjadi sebagai akibat interaksi antara unsur-

unsur yang ada dalam bumi dengan atmosfirnya dan interaksi antara planet bumi

dengan tata suryanya. Kegiatan-kegiatan alam terjadi secara evolusi (Effendy, 1998).

Gangguan lingkungan merupakan penyebab langsung terjadinya bencana

alam karena unsur-unsur lingkungan termasuk manusia, yang pada akhirnya akan

menimbulkan akibat positif dan negatif terhadap manusia. Salah satu akibat

negatifnya adalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat (Effendy,

1998).

Salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir.

Banjir didefinisikan sebagai suatu keadaan sungai, dimana aliran air sungai tidak

tertampung oleh palung sungai sehingga terjadi limpasan atau genangan pada lahan

yang semestinya kering. Banjir disebut pula sebagai suatu keadaan aliran permukaan

1
2

yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran drainase

(Mawardi dan Sulaeman, 2011).

Banjir sering diakibatkan oleh hujan yang terjadi selama beberapa jam.

Banjir di Indonesia juga terjadi di kota-kota besar seperti Semarang, Jakarta, dan

Surabaya. Bencana ini tidak dapat diantisipasi karena kekeliruan konsep drainase

sejak awal (Agus Riyadi, 2009:43).

Kota Semarang merupakan salah satu kota yang tiap tahunnya menjadi

langganan banjir. Berdasarkan data dari Basarnas 2010, tercatat pada 9 November

2010 terjadi banjir bandang di Kelurahan Mangkang Kulon yang mengakibatkan 7

orang meninggal dunia akibat tersapu arus (Basarnas, 2010). Berdasarkan data dari

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 14 Januari 2014 banjir

melanda Kelurahan Mangkang Wetan dan Kelurahan Mangunharjo, banjir tersebut

disebabkan oleh jebolnya tanggul Sungai Beringin dan disertai hujan yang deras

(Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2014).

Dalam WHO (2003), disebutkan bahwa terdapat beberapa penyakit yang

menjadi perhatian terkait dengan isu perubahan iklim, salah satunya adalah penyakit

diare. Beberapa penelitian yang dilakukan di daerah tropis ditemukan pola kejadian

penyakit diare mengikuti pola musim. Penyakit diare yang terjadi menunjukkan

puncaknya pada musim penghujan, banjir, serta kemarau juga menunjukkan adanya

hubungan baru dengan kejadian penyakit diare tersebut. Penyebab utama penyakit

diare yang berhubungan dengan air yang terkontaminasi seperti kolera,


3

Crysptosporidium, Escherichia coli, Giardia, Shigella, Thyphoid, dan virus seperti

hepatitis A (World Health Organization, 2003).

Air merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam

kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Air mempunyai

kemampuan atau pengaruh langsung terhadap manusia, khususnya kesehatan

manusia. Pengaruh kesehatan tersebut tergantung sekali pada kualitas air yang

digunakan, dan air pun dapat berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyakit

(Slamet, 2009). Air dapat menjadi media dalam penyebaran penyakit yang dikenal

dengan water borne disease, tidak terkecuali air minum (Rose, 2001). Diare

merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui air. Sumber air bersih

masih menjadi isu prioritas utama di wilayah pasifik, termasuk negara Indonesia.

Kurangnya cakupan air bersih merupakan salah satu faktor dalam kejadian penyakit

diare (Singh, 2011).

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.

Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan tinja, dan limbah.

Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku buruk manusia. Apabila

faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar

bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti pembuangan tinja

tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan

penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian

diare (Sander, 2005:2).


4

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih

tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan

dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR

penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,

tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk, dan tahun 2010 menjadi 411/1000

penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR

yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah

kasus 8.133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24

kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR

1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah

penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). Jumlah penderita pada

KLB diare tahun 2012 menurun dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi

1.585 kasus pada 2012. KLB diare terjadi di 15 provinsi, dengan CFR 1,45%. Pada

tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 provinsi, 8 kabupaten dengan jumlah

penderita 646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%). Pada tahun 2014 terjadi

6 KLB diare yang tersebar di 5 provinsi, 6 kabupaten / kota dengan jumlah penderita

2.549 orang dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%) (Kementrian Kesehatan RI,

2014:148).

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2013, jumlah

kasus diare di 35 kabupaten / kota di Jawa tengah sebanyak 839.555 penderita.

Dengan cakupan penemuan penyakit diare sebesar 48,5%. Data selama lima tahun
5

terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan penyakit diare masih di bawah

target yang diharapkan yaitu sebesar 80%, IR sebesar 1,95% dengan CFR sebesar

0,021%. Pada tahun 2012 cakupan penemuan dan penanganan diare sebesar 42,66%

lebih rendah dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 57,9% (Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2013).

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kota Semarang angka kejadian

diare dari tahun ke tahun di Kota Semarang masih tinggi. Pada tahun 2010 tercatat

jumlah penderita diare sebanyak 34.593 kasus dengan IR sebesar 24/1000 penduduk.

Pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak

48.051 kasus dengan IR sebesar 32/1000 penduduk, CFR sebesar 0,07%. Pada tahun

2012 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 42.349 kasus

dengan IR sebesar 23/1000 penduduk, CFR sebesar 0,01%. Pada tahun 2013

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 38.001 kasus dengan IR

sebesar 23/1000 penduduk, CFR sebesar 0,06%. Pada tahun 2014 mengalami

kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 38.134 kasus dengan IR sebesar

25/1000 penduduk, CFR sebesar 0,07% (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014:36).

Dari 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang, pada tahun 2010 Puskesmas

Mangkang memiliki IR diare > 40/1000 penduduk dan menempati peringkat 3 besar

se-Kota Semarang. Pada tahun 2011 IR diare mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar 35/1000 penduduk dan menempati peringkat pertama se-

Kota Semarang. Pada tahun 2012 IR diare masih sama dengan tahun sebelumnya

yaitu sebesar 35/1000 penduduk dan menempati peringkat pertama se-Kota


6

Semarang. Pada tahun 2013 IR diare mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya

yaitu sebesar 39,1/1000 penduduk dan menempati peringkat kedua se-Kota Semarang

(Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013:39).

Berdasarkan data Profil Puskesmas Mangkang tercatat kasus diare di

Puskesmas Mangkang pada tahun 2011 sebanyak 417 kasus, kasus terbanyak

ditemukan pada bulan Januari, November, dan Desember yaitu sebanyak 45 kasus.

Pada tahun 2012 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 421

kasus diare, kasus terbanyak ditemukan pada bulan Desember yaitu sebanyak 53

kasus. Pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak

355 kasus diare, kasus terbanyak ditemukan pada bulan Januari yaitu sebanyak 42

kasus. Pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak

292 kasus diare, dan kasus terbanyak ditemukan pada bulan Desember yaitu sebanyak

53 kasus (Puskesmas Mangkang, 2014).

Dengan tingginya angka kejadian diare ini peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana gambaran faktor-faktor sanitasi dasar dan status rawan banjir pada

penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang yaitu Kelurahan Mangkang

Kulon, Kelurahan Mangkang Wetan, dan Kelurahan Mangunharjo. Berdasarkan hal

tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Ketersediaan

Sarana Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi

Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)”.


7

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, masalah dalam penelitian

ini adalah apakah ada hubungan antara ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status

rawan banjir dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang Tahun 2014)?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status

rawan banjir terhadap kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang).

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan

kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang).

2. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja /

jamban dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang).

3. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang).


8

4. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan air limbah

(SPAL) dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang).

5. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan

kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang).

6. Untuk mengetahui hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare

(studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang).

1.4. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1.4.1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan bagi peneliti

dalam melakukan penelitian khususnya mengenai ketersediaan sarana sanitasi dasar

dan status rawan banjir dengan kejadian diare.

1.4.2. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi untuk upaya preventif kejadian diare pada masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang.

1.4.3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut di bidang epidemologi

penyakit dan kesehatan lingkungan, khususnya tentang faktor risiko yang

berhubungan dengan kejadian diare.


9

1.5. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian


Metode
No. Nama / Tahun Judul Penelitian dan Hasil
Sampel
1. Anjar Hubungan antara Observasional Ada hubungan antara
Purwadiana faktor lingkungan dengan sumber air minum dan
Wulandari, 2009 dan faktor pendekatan cross- tempat pembuangan
sosiodemografi sectional. tinja dengan kejadian
dengan kejadian Sampel 70 diare pada
diare pada balita responden. anak balita di Desa
di Desa Blimbing Blimbing,
Kecamatan
Sambirejo
Kabupaten
Sragen.
2. Umiati, 2010 Hubungan antara Observasional Ada hubungan antara
sanitasi dengan metode sumber air minum,
lingkungan pendekatan kepemilikan jamban
dengan kejadian cross-sectional. keluarga, dan jenis
diare pada balita Sampel 60 lantai rumah dengan
di wilayah kerja responden. kejadian diare pada
Puskesmas balita.
Nogosari Tidak ada hubungan
Kabupaten antara kualitas fisik air
Boyolali. bersih dengan kejadian
diare pada balita.
3. Lailatul Hubungan antara Explanatory Ada hubungan antara
Mafazah, 2013 ketersediaan research dengan ketersediaan sarana air
sarana sanitasi metode pedekatan bersih, ketersediaan
dasar dan cross-sectional. sarana pembuangan
personal hygiene Sampel 95 tinja, ketersediaan
ibu dengan responden. sarana tempat
kejadian diare pembuangan sampah,
pada balita di ketersediaan sarana
wilayah kerja pembuangan air
Puskesmas limbah, dan personal
Purwiharjo hygiene ibu dengan
Kabupaten kejadian diare pada
Pemalang. balita.
4. Retno Hubungan antara Analitik Ada hubungan antara
Purwaningsih, penyediaan air observasional kualitas mikrobiologis
2012 minum dan dengan rancangan air minum, kuantitas
perilaku higiene pendekatan kasus air bersih, kondisi fisik
sanitasi dengan kontrol. tempat pebuangan
10

Lanjutan (Tabel 1.1. Keaslian Penelitian)


Metode
No. Nama / Tahun Judul Penelitian dan Hasil
Sampel
kejadian diare di Sampel 29 sampah, kebiasaan
daerah paska responden kasus, mencuci tangan setelah
bencana Desa dan 29 responden buang air besar
Banyudono kontrol. menggunakan air
Kecamatan bersih dan sabun,
Dukun Kabupaten kebiasaan buang air
Magelang. besar, dan kebiasaan
membuang sampah,
dengan kejadian diare.
Tidak ada hubungan
antara kondisi fisik
sumber penyedia air
minum, dan kebiasaan
menutup hidangan
makanan dengan
kejadian diare.

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai pengaruh ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status rawan

banjir dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang belum

pernah dilakukan sebelumnya.

2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini lebih beragam dengan menggunakan

parameter-parameter dalam sarana sanitasi dasar dan status rawan banjir, yaitu

sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana tempat pembuangan

sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), saluran drainase, dan status

rawan banjir.
11

1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang, yaitu Kelurahan Mangkang Kulon, Kelurahan Mangkang Wetan, dan

Kelurahan Mangunharjo.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2015.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini termasuk dalam ilmu kesehatan masyarakat, dengan kajian

bidang epidemiologi dan kesehatan lingkungan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1. Diare

2.1.1.1. Definisi

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:9), definisi diare adalah

berak-berak lembek sampai cair (mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih

sering dari biasanya (3 kali atau lebih). Menurut Suriadi & Rita (2006:80), diare

adalah kelebihan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi

satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair.

2.1.1.2. Klasifikasi Diare

Diare dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang

sebelumnya sehat.

2. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan

kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare

tersebut.

Diare kronik sering juga dibagi menjadi 5, yaitu:

1. Diare persisten: diare yang disebabkan oleh infeksi.

2. Protacted diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair

dan frekuensi 4 kali atau lebih per hari.

12
13

3. Diare intraktabel: diare yang berulang kali dalam waktu yang singkat (misalnya

1-3 bulan).

4. Prolonged diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.

5. Chronic non spesifik diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu,

tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi

maupun malabsorbsi.

2.1.1.3. Etiologi Penyakit Diare

Menurut Widjaja (2002:4), diare disebabkan antara lain:

1. Faktor Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare anak. Jenis-jenis

yang umumnya menyerang sebagai berikut:

a. Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, Salmonella, Vibrio cholera (kolera), dan

serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik

(memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti

pseupodomonas.

b. Infeksi basil (disentri).

c. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.

d. Infeksi parasit oleh cacing (askaris).

e. Infeksi jamur (candidiasis).

f. Infeksi akibat organ lain seperti radang tonsil dan radang tenggorokan.

g. Keracunan makanan.
14

2. Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap laktoglobin dalam

susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

sangat asam, dan sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini,

pertumbuhan anak akan terganggu.

b. Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut

triglyserids. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak

manjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase akan terjadi

kerusakan mukosa usus. Diare dapat terjadi karena lemak tidak terserap

dengan baik. Gejalanya adalah tinja yang mengandung lemak.

3. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare merupakan makanan yang tercemar, basi,

beracun, terlalu banyak lemak, sayuran (mentah), dan kurang matang.

4. Faktor Psikologi

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare

kronis.

Menurut Suriadi & Rita (2006:82), penyakit diare disebabkan oleh:

1. Faktor Infeksi

a. Bakteri: Neteropathogenic, E.coli, Salmonella, Shigella.

b. Virus: Enterovirus, Adenovirus.

c. Jamur: Candida.

d. Parasit: Giardia lamblia, Crystosporodium.


15

e. Protozoa.

2. Bukan Faktor Infeksi

a. Alergi makanan: susu, protein.

b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi.

c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.

d. Obat-obatan: antibiotik.

e. Penyakit usus.

f. Obstruksi usus.

3. Penyakit Infeksi

Penyakit otitis media, infeksi saluran nafas atas, dan infeksi saluran kemih.

2.1.1.4. Epidemiologi Penyakit Diare

Di Indonesia pada tahun 1970 sampai 1980-an, prevalensi penyakit diare

sekitar 200-400 per 1.000 penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70-

80% menyerang anak di bawah usia lima tahun (balita). Golongan umur ini

mengalami 2-3 episode diare per tahun. Diperkirakan kematian anak akibat diare

sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya.

KLB diare menyerang hampir semua provinsi di Indonesia. Angka kematian

yang jauh lebih tinggi daripada kejadian kasus diare biasa membuat perhatian para

ahli kesehatan masyarakat tercurah pada penanggulangan KLB diare secara cepat

(Widoyono, 2008:146-147).

Di Provinsi Jawa Tengah, penemuan penyakit diare pada tahun 2012 sebesar

42,66%. Data selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan
16

diare masih di bawah target yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Incidence Rate

sebesar 1,95% dengan Case Fatality Rate sebesar 0,021% (Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2013).

2.1.1.5. Gejala Penyakit Diare

Menurut Suriadi dan Rita (2006:81), gejala diare meliputi:

1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair dan encer.

2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),

ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

3. Keratin abdominal.

4. Demam.

5. Mual dan muntah.

6. Anorexia.

7. Lemah.

8. Pucat.

9. Perubahan tanda vital, nadi, dan pernapasan cepat.

10. Pengeluaran urin menurun atau tidak ada.

Menurut Widjaja (2002:7), gejala diare antara lain:

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi.

2. Tinja bayi encer, berlendir, dan berdarah.

3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.

4. Anusnya lecet.

5. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.


17

6. Muntah sebelum atau sesudah diare.

7. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).

8. Dehidrasi.

2.1.1.6. Akibat Penyakit Diare

Akibat penyakit diare antara lain:

1. Dehidrasi

Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh.

Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi, karena bayi kehabisan

cairan dalam tubuh. Hal ini terjadi karena asupan cairan itu tidak seimbang

dengan pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun sedikit demi sedikit.

a. Dehidrasi Ringan

Gejala gelisah atau sakit, denyut nadi normal. Pernapasan, ubun-ubun, dan

kelopak mata masih ada dan normal. Kehilangan cairan 5%.

b. Dehidrasi Sedang

Gejala gelisah, ngantuk, denyut nadi cepat dan lemah. Pernapasan dalam tapi

cepat, ubun-ubun dan kelopak mata cekung.

c. Dehidrasi Berat

Gejala lemah, berkeringat, pucat, dan pingsan. Denyut nadi cepat, halus,

kadang tak teraba. Sudah kehilangan cairan 10%.

2. Gangguan Pertumbuhan

Gangguan ini terjadi karena asupan makann terhenti, sementara pengeluaran zat

gizi terus berjalan (Widjaja, 2002:7).


18

2.1.1.7. Faktor Risiko Penyakit Diare

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2008:11) menyatakan faktor risiko diare

antara lain:

1. Faktor Lingkungan dan Perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Faktor

yang mempengaruhi yaitu sarana air bersih, pembuangan tinja, pembuangan

limbah, tempat pembuangan sampah, dan saluran drainase. Faktor-faktor ini akan

berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat

karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang

tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

a. Sarana Air Bersih

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat

meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makan. Kebutuhan

manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi

mencuci, dan sebagainya. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat,

penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit

di masyarakat.

b. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Kepemilikan tempat pembuangan tinja merupakan salah satu fasilitas yang

harus ada dalam rumah yang sehat. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung

virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh
19

binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka

makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan

lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan, memudahkan

terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja,

antara lain penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002:7, Soekidjo

Notoatmodjo, 2007: 172-180).

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun

kualitasnya semakin baik. Air limbah meliputi semua air kotoran yang

berasal dari perumahan (kamar mandi, kamar cuci, juga dapur) yang berasal

dari industri-industri dan juga air hujan (Juli Soemirat, 2000:128). Cara

pembuangan air limbah dapat dilakukan dengan cara campuran (air hujan

bersama-sama air kotoran) dan cara terpisah (air hujan dibuang terpisah dari

air kotoran) (Wahid Iqbal M dan Nur Chayatin, 2009: 309).

d. Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah

sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber / penghasil sampah

seperti sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria

syarat-syarat kesehatan.
20

e. Saluran Drainase

Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan

sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan /

atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan

dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara

pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta

cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air

tersebut.

2. Faktor Penjamu yang Meningkatkan Kerentanan Terhadap Diare

a. Tidak memberikan ASI eksklusif pada bulan pertama, dan ASI tidak

diteruskan sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat

melindungi bayi terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Shigella

dan Vibrio cholera.

b. Kurang Gizi

Beratnya penyakit, lama, dan risiko kematian karena diare meningkat pada

anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi

buruk.

c. Campak

Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang

sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat
21

dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Virus campak menyerang sistem

mukosa tubuh, sehingga bisa juga menyerang saluran cerna.

d. Imunodefisiensi / Imunosupresi

Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah

infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti

pada penderita AIDS. Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi

karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.

2.1.1.8. Pemeriksaan Penyakit Diare

Menurut Suriadi dan Rita (2006:83), pemeriksaan diagnostik diare meliputi kegiatan

sebagai berikut:

1. Riwayat alergi pada makanan.

2. Pemeriksaan BUN (Blood Area Nitrogen), creatinine, dan glukosa.

3. Pemeriksaan tinja, pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah.

2.1.1.9. Pengobatan Penyakit Diare

Pengobatan diare berdasarkan dehidrasinya:

1. Tanpa Dehidrasi, dengan Terapi A

Pada keadaaan ini, buang air besar 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret.

Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makanan dan

minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota

keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah

seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajen, air teh, maupun oralit.

Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A.


22

Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat diberikan di rumah:

a. Memberikan anak lebih banyak cairan.

b. Memberikan makanan terus menerus.

c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari.

2. Dehidrasi Ringan / Sedang, dengan Terapi B

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari

berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan 6-7% dari berat

badan. Untuk mengobati diare pada derajat dehidrasi ringan / sedang digunakan

terapi B, yaitu pada jam pertama, jumlah oralit yang digunakan bila berumur

kurang dari 1 tahun sebanyak 300 ml, umur 1 – 4 tahun sebanyak 600 ml, dan

umur lebih dari 5 tahun sebanyak 1.200 ml.

3. Dehidrasi Berat, dengan Terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya

lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.

Diare diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau RS untuk

diinfus RL (Ringer Laktat).

4. Teruskan Pemberian Makan

Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan

dengan kebutuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapat

ASI. Bila sebelumnya tidak mendapat ASI, dapat diteruskan dengan memberikan

susu formula.
23

5. Antibiotik Bila Perlu

Sebagian penyebab diare adalah rotavirus yang tidak memerlukan antobiotok

dalam penatalaksanaan kasus diare, karena tidak bermanfaat dan efek

sampingnya merugikan penderita (Widoyono, 2008:152).

2.1.1.10. Pencegahan Penyakit Diare

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:15), cara pencegahan

terhadap penyakit diare adalah melalui upaya sebagai berikut:

1. Memasak makan dengan benar, disimpan dalam suhu yang benar agar bakteri

tidak dapat berkembang biak.

2. Susu harus dipasteurisasi.

3. Mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar.

4. Menyimpan pestisida dan bahan beracun lainnya di tempat yang berlainan

dengan tempat menyimpan bahan makanan.

5. Tidak memakan makanan yang sudah kadaluarsa atau basi.

6. Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan, dan menghidangkan

makan.

7. Menyimpan makanan pada suhu tertentu sesuai jenis makanan atau bahan

makanan.

Menurut Widoyono (2008:151), penyakit diare dapat dicegah melalui

promosi kesehatan, antara lain:

1. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih yaitu tidak berwarna, tidak

berbau, dan tidak berasa.


24

2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian

besar kuman penyakit.

3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan

sesudah buang air besar.

4. Memberikan ASI pada anak sampai usia 2 tahun.

5. Menggunakan jamban yang sehat.

6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

2.1.2. Sarana Sanitasi Dasar

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit

menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan

usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap

berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana

sanitasi melibatkan tiga komponen yang sangat penting, yakni persampahan,

penyediaan air bersih, dan pembuangan limbah rumah tangga. Sanitasi juga

berpengaruh pada kesehatan, terutama sanitasi lingkungan sekitar rumah. Banyak

waktu yang dihabiskan di rumah, terutama ibu rumah tangga dan balitanya. Oleh

karena itu, sanitasi yang buruk mempunyai dampak penting bagi kesehatan ibu dan

balitanya (Otto Soemarwoto, 1998:45).

2.1.2.1. Sarana Penyediaan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Selama hidupnya, manusia

selalu memerlukan air. Dengan demikian, semakin naik jumlah laju penduduk serta

laju pertumbuhannya, semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk
25

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, diperlukan

industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk

serta beban penggunaan sumber daya air.

Air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan penyakit. Pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama

menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sumber persediaan atau tidak.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum yaitu:

Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum


Kadar Maksimum
No. Jenis Parameter Satuan
yang Diperbolehkan
Parameter yang berhubungan
1.
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
Jumlah per 100 ml
1) E. Coli 0
sampel
Jumlah per 100 ml
2) Total Bakteri Koliform 0
sampel
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Flourida mg/l 1,5
3) Total Krominum mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit (sebagai NO2) mg/l 3
6) Nitrat (sebagai NO2) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,7
Parameter yang tidak langsung
2.
berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak Berbau
2) Warna TCU 15
3) Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
26

Lanjutan (Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum)

Kadar Maksimum
No. Jenis Parameter Satuan
yang Diperbolehkan
5) Rasa Tidak Berasa
0
6) Suhu C Suhu udara + 3
b. Parameter Kimiawi
1) Alumunium mg/l 0,2
2) Besi mg/l 0.3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0.4
6) pH mg/l 6,5 – 8,5
7) Seng mg/l 3
8) Sulfat mg/l 250
9) Tembaga mg/l 2
10) Amonia mg/l 1,5
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum.
Menurut Juli Soemirat Slamet (2002:95), peran air dalam terjadinya penyakit

menular adalah sebagai berikut:

1. Air sebagai penyebar mikroba patogen.

2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.

3. Bila jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat

membersihkan dirinya dengan baik.

4. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.

Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya


Agent Penyakit
Virus:
Rotavirus Diare pada anak
V. Hepatitis A Hepatitis A
V. Poliomyelitis Poliomyelitisanterior acuta
Bakteri:
Vibrio cholera Cholera
Ascherichia coli enteropatogenik Diare/Dysenterie
Salmonella typhi Typhus abdominalis
Salmonella partyphi Paratyphus
Shigella dysenteriae Dysenterie
27

Lanjutan (Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnnya


Agent Penyakit
Protozoa:
Extamoeba histolytica Dysenterie amoeba
Balantidia coli Balantidiasis
Giardia lamblia Giardiasis
Metazoa:
Ascaris lumbricoides Ascariasis
Clonorchis sinensis Clonorchiasis
Diphyllobothrium latum Diphylobothriasis
Taenia sagianata/solium Taeniasis
Schistosoma Schistosomiasis
Air yang bersih juga dipengaruhi oleh sarana air bersih. Sarana air bersih

yang sehat harus sesuai dengan persyaratan sebagai berikut (Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah, 2005:17):

1. Sumur Gali (SGL)

Lokasi sumur gali berjarak + 10 meter (tergantung struktur tanah) dengan sumber

pencemar, comberan, SPAL, sampah / pembuangan sampah / lubang sampah dan

kandang ternak. Lantai sumur kedap air minimal 1 meter dari bibir sumur

mengitari / mengelilingi bibir sumur, lantai tidak licin, mudah dibersihkan, tidak

tergenang air. Tinggi bibir sumur minimal + 2 cm dari lantai sumur, terbuat dari

bahan yang kuat dan kedap air. Dinding sumur terbuat dari bahan kedap air dan

tidak mudah rusak. Tutup sumur mudah dibuka dan ditutup.

2. Sumur Pompa Tangan (SPT)

Lokasi sumur pompa tangan berjarak + 10 meter (tergantung struktur tanah)

dengan sumber pencemar, comberan, SPAL, sampah / pembuangan sampah /

lubang sampah dan kandang ternak. Lantai harus kedap air minimal 1 meter dari

sumur pompa / sumber air dan mengelilingi sumur pompa, lantai tidak retak /
28

bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air. Dudukan pompa harus kuat,

kedap air, dan ketinggian 50-60 cm.

3. Perlindungan Mata Air dengan Perpipaan

Pipa yang digunakan harus kuat dan tidak mudah patah, jaringan pipa tidak boleh

terendam air kotor. Lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, luas lantai

minimal 1 m2 dan tidak tergenang air, tinggi kran minimal 50-70 cm dari lantai.

2.1.2.2. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Masalah tinja dan limbah cair berhubungan erat dengan masalah yang ada,

akan dapat dieliminasi, ditekan, atau dikurangi apabila faktor penyebab masalah

dikurangi derajat kandungannya, dijauhkan atau dipisahkan dari kontak dengan

manusia. Sebagai contoh agar tidak berperan sebagai sumber penular penyakit, tinja

harus dibuang dengan cara ditampung serta diolah pada suatu lubang dalam tanah

atau bak tertutup yang tidak terjangkit oleh lalat, tikus, dan kecoa, serta berjarak

minimal 15 meter dari sumber air minum (Soeparman & Suparmin, 2002:3).

Proses pemindahan kuman dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru

dapat melalui berbagai media perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah,

makanan, serta sayuran. Pebuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara

saniter akan memutuskan rantai penularan penyakit dengan menghilangkn faktor ke

empat dari enam faktor itu dan merupakan penghalang sanitasi (sanitation barrier)

kuman penyakit untuk berpindah dari tinja ke inang yang potensial (Soeparman &

Suparmin, 2002:7).
29

Jamban merupakan sarana yang biasa digunakan masyarakat dalam

pembuangan tinja. Menurut Soeparman & Suparmin (2002:56), jamban dapat

dibedakan atas beberapa macam, antara lain:

1. Jamban Cubluk

Dilihat dari penempatan dan konstruksinya, jenis jamban ini tidak mencemari

tanah ataupun mengkontaminasi air permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan

dapat dicapai oleh lalat apabila lubang jamban selalu tertutup.

2. Jamban Air

Jamban ini merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki

pembusukan. Apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah, serta air

permukaan tidak akan terkontaminasi.

3. Jamban Leher Angsa

Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air

bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih

merupakan modifikasi yang penting dari slab lantai jamban biasa.

Menurut Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, jamban sehat

adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan

penyakit. Sebuah jamban dikategorikan sehat jika:

1. Mencegah kontaminsai ke badan air.

2. Mencegah kontak antara manusia dan tinja.

3. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya.

4. Mencegah bau yang tidak sedap.


30

5. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna.

Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan

adalah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:25):

1. Septic tank tidak mencemari air tanah dan atau air permukaan, jarak dengan

sumber air > 10 meter.

2. Bila berbentuk leher angsa, air penyekat selalu menutup lubang tempat jongkok.

3. Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengan penutup lubang tempat jongkok

yang dapat mencegah lalat atau serangga atau binatang lainnya.

2.1.2.3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil

aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah adalah

bahan yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan

pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada

harganya (A Tresna Sastrawijaya, 2000:73).

Menurut Juli Soemirat Slamet (2002:152), sampah adalah segala sesuatu

yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang

mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Menurut Undang-

Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa

kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya,

sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut:


31

1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,

pertanian, dan lainnya.

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan

lainnya.

3. Sampah yang berupa debu atau abu.

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah yang

berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya

(Juli Soemirat, 2002:153).

Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah

sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber / penghasil sampah seperti

sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria syarat-syarat

kesehatan, antara lain (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:25):

1. Penampungan sampah di tempat pembuangan sampah tidak boleh melebihi 2 kali

24 jam (2 hari), dan segera dibuang.

2. Penempatan tempat sampah hendaknya ditempatkan pada jarak terdekat yang

banyak menghasilkan sampah.

3. Jika halaman rumah luas, maka pembuangan sampah dapat dibuat lubang sampah

dan bila sudah penuh dapat ditutup kembali dengan tanah atau dibakar sedikit

demi sedikit.

4. Tempat sampah tidak menjadi sarang / tempat berkembangbiaknya serangga

ataupun binatang penular penyakit (vektor).


32

5. Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak berceceran

sehingga mengundang datangnya lalat.

2.1.2.4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga) yang kehadirannya pada suatu saat dan

tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah

ini terdiri bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas

tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama

bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.

Menurut Sugiharto (1987:5), limbah cair rumah tangga adalah air yang telah

dipergunakan yang berasal dari rumah tangga / pemukiman termasuk di dalamnya

adalah yang berasal dari kamar mandi, WC, tempat cuci, serta tempat memasak.

Sarana pembuangan air limbah bisa berupa selokan atau pipa yang dipergunakan

untuk membawa air buangan dari sumbernya.

Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang

sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi secara garis besar,

zat-zat yang terdapat di dalam air limbah antara lain terdiri dari air dan bahan padat

(0,1%). Bahan padat ini terdiri dari bahan organik (protein 65%, karbohidrat 25%,

lemak 10%) dan bahan anorganik (butiran, garam, metal) (Sugiharto, 1987:16).

Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang

tergenang di sekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga


33

ataupun dapat mencemari lingkungan / sumber air (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2005:16).

Sarana Pembuangan Air Limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

1. Tidak mencemari sumber air bersih.

2. Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.

3. Tidak menimbulkan bau.

4. Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan.

2.1.2.5. Saluran Drainase

Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai

serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan / atau membuang

kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara

optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang

tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang

ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Secara umum, jenis saluran drainase dibagi 2 jenis yaitu terbuka dan

tertutup.

1. Saluran terbuka, umumnya diterapkan pada daerah yang lalu lintas pejalan

kakinya rendah dan atau tersedia lahan bebas.


34

2. Saluran tertutup, umumnya diterapkan pada daerah perdagangan, pertokoan,

yang lalu lintas pejalan kakinya padat dan atau tidak tersedia lahan bebas.

Demikian pula jika saluran melintasi jalan raya.

Berdasarkan letaknya, saluran drainase dibagi menjadi:

1. Saluran drainase primer yaitu saluran drainase yang menerima air dari saluran

sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air.

2. Saluran drainase sekunder yaitu bagian dari sistem primer yang langsung

melayani wilayah permukiman.

3. Saluran drainase tersier adalah cabang dari saluran sekunder yang menerima air

hujan yang berasal dari persil bangunan.

2.1.3. Banjir

2.1.3.1. Definisi

Banjir adalah tergenangnya daratan oleh air yang meluap dari tempat-tempat

penampungan air di bumi. Banyaknya air yang masuk ke penampungan melebihi

kapasitas (daya tampungnya), sehingga air meluap. Luapan air dari penampungan

ternyata juga melebihi daya serap, sehingga air tidak dapat lagi terserap ke dalam

tanah. Akibatnya, air menggenangi daratan dalam waktu tertentu yang tidak terlalu

lama. Daerah-daerah yang tidak memiliki sistem drainase yang baik dapat terkena

banjir jika terjadi hujan yang sangat lebat. Air hujan yang seharusnya mengalir lancar

akan terhenti dan tergenang jika tidak ada sistem drainase yang baik. Selokan yang

tertutup oleh timbunan sampah merupakan salah satu contoh sistem drainase yang

tidak baik (Samadi, 2007).


35

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam

jumlah yang begitu besar. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba

yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan

hutan di sepanjang sungai, sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun

menimbulkan korban jiwa (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012).

2.1.3.2. Jenis Banjir

Menurut Samadi (2007), berdasarkan sumber air yang menjadi penampung

di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan

banjir laut pasang.

1. Banjir Sungai

Terjadi karena air sungai meluap. Banjir sungai dapat terjadi secara berkala

dalam kurun waktu tertentu. Curah hujan yang tinggi serta mencairnya es atau

gletser di kawasan hulu menjadi penyebab meluapnya sungai. Di daerah tropis

seperti di Indonesia, banjir sungai dapat terjadi pada musim hujan.

2. Banjir Danau

Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Meluapnya air danau

disebabkan hal berikut:

a. Terjadinya badai atau angin yang sangat kuat dapat menggerakkan air danau

hingga keluar melewati batas (tanggul) danau.

b. Masuknya air ke dalam danau, baik curah hujan maupun dari sungai hingga

melewati batas daya tampung danau.


36

3. Banjir Laut Pasang

Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Seperti halnya pada

banjir danau, badai membawa air laut hingga ke daratan. Banjir berupa

gelombang pasang yang sampai ke daratan akibat gempa bumi disebut tsunami.

Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan

nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan

yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh

faktor alam berupa curah hujan yang di atas normal dan adanya pasang naik air

laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti

penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di

daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke

dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya

(Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012).

2.1.3.3. Penyebab Banjir

Penyebab banjir menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah:

1. Curah hujan tinggi.

2. Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.

3. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air

keluar sempit.

4. Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.

5. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir

sungai.
37

6. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai (Badan Penanggulangan Bencana

Daerah, 2012).

Curah hujan yang tinggi ditambah dengan bertambahnya aliran permukaan

menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir. Curah hujan yang tinggi, lereng

yang curam di daerah hulu, dan perubahan jenis vegetasi dapat memperbesar aliran

permukaan yang mengakibatkan tanah longsor. Hujan sangat deras yang terjadi di

kawasan hulu sungai dapat mengakibatkan terjadinya banjir bandang, yaitu banjir

besar yang datangnya tiba-tiba dalam waktu yang sangat cepat dan mengalir dengan

deras. Aliran banjir bandang ini dapat menghanyutkan benda-benda yang besar,

misalnya batu dan kayu. Banjir bandang sering membawa banyak korban jiwa

(Samadi, 2007).

Banjir ada kalanya terjadi dengan waktu yang cepat dengan waktu genangan

yang cepat pula, tetapi ada kalanya banjir terjadi dengan waktu yang lama dengan

waktu genangan yang lama pula. Banjir bisa terjadi karena curah hujan yang tinggi,

luapan dari sungai, tanggul sungai yang jebol, luapan air laut pasang, tersumbatnya

saluran drainase, atau bendungan yang runtuh. Banjir berkembang menjadi bencana

jika sudah mengganggu kehidupan manusia dan bahkan mengancam keselamatannya

(Mawardi dan Sulaeman, 2011).

Banjir merupakan bencana alam yang tidak mungkin dapat dicegah oleh

manusia. Oleh karena itu, selama ini banjir cenderung dipandang sebagai takdir.

Penduduk yang tinggal di daerah yang sering terkena banjir juga menganggap bahwa

kebanjiran sebagai nasib. Secara umum penyebab terjadinya banjir adalah rendahnya
38

kemampuan DAS dalam menyimpan air, berkurangnya kemampuan DAS dalam

mengalirkan air, berkurangnya areal resapan untuk tempat penyimpanan air, dan

pemahaman masyarakat terhadap sumber daya air yang rendah. Oleh karena itu,

diperlukan cara yang efektif dan lebih dikenal masyarakat dalam upaya pengendalian

banjir (Samadi, 2007).

2.1.3.4. Dampak Banjir

Beberapa dampak adanya banjir menurut Wardiyatmoko (2006) yaitu

sebagai berikut:

1. Mendatangkan kerugian bagi manusia misalnya rumah rusak, jalan rusak, dan

jembatan hancur.

2. Daerah sawah yang tergenang air akan mengakibatkan gagal panen.

3. Daerah pemukiman penduduk yang terkena banjir akan terjadi polusi air,

sehingga dapat menjadi media penyebaran penyakit perut dan penyakit kulit.
39

2.2. KERANGKA TEORI

Sarana Air Pendidikan dan Sikap Praktik


Bersih Pengetahuan
Sarana
Pembuangan
Sarana Sanitasi Dasar

Tinja / Jamban
Perilaku Tidak
Sarana Tempat Sehat
Pembuangan
Sampah
Kuman / Mikro Infeksi
Sarana Diare
Organisme
Pembuangan
Air Limbah
(SPAL) Ketahanan
Tubuh
Saluran
Drainase
Umur
Status Rawan
Banjir

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Widjaja (2004), Juli Soemirat (2007), Sukidjo Notoadmodjo (2003), Depkes
RI (2002).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. KERANGKA KONSEP

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal

khusus, sehingga tidak dapat langsung diukur (Soekidjo, 2002:68).

Variabel Bebas

- Kondisi Fisik Sarana Sanitasi


1. Sarana Air Bersih Variabel Terikat
2. Sarana Pembuangan Tinja / jamban
3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah Kejadian Diare
4. Sarana Pembuangan Air Limbah
5. Saluran Drainase
- Status Rawan Banjir

Variabel Pengganggu

Ketahanan tubuh*

Keterangan:
* : Variabel dikendalikan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

40
41

3.2. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2.1. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang bila berubah akan

mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian adalah

ketersediaan sarana sanitasi dasar yang meliputi air bersih, sarana pembuangan tinja /

jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, saluran

drainase, dan status rawan banjir.

3.2.2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang berubah akibat

perubahan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare.

3.2.3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu (confuonding variable) yaitu jenis variabel yang

berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan merupakan

variabel antara. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah ketahanan tubuh.

Variabel pengganggu pada penelitian ini dikendalikan dengan metode

restriksi, dimana dalam metode ini terjadi pembatasan dalam pemilihan subjek

penelitian berdasarkan variabel pengganggu yang dapat mengancam validitas

penetian. Selain berdasarkan variabel pengganggu, pemilihan subjek juga

berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ada.

Pengendalian ketahanan tubuh dengan memilih responden berumur 5-59

tahun, karena penelitian memang akan dilakukan pada usia umum, sedangkan untuk
42

umur di bawah 5 tahun atau di atas 59 tahun pengklasifikasian diare sudah berbeda

dengan umur umum.

Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang dimiliki

karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai untuk

memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan, dan

karena saling diperbandingkan, maka kekuatan variabel umur menjadi mudah dilihat

(Widyastuti, 2005:14).

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-

penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam

hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Soekidjo

Notoatmodjo, 2003:15).

WHO Menganjurkan pembagian umur menurut tingkat kedewasaan, yaitu 0

– 14 tahun: bayi dan anak-anak, 15 – 49 tahun: orang muda dan dewasa, 50 tahun ke

atas: orang tua (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:20).

3.3. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban atau dugaan yang bersifat

sementara dalam suatu penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:72). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare.

2. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan

kejadian diare.
43

3. Ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan kejadian

diare.

4. Ada hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

dengan kejadian diare.

5. Ada hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare.

6. Ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare.

3.4. DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN


VARIABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Definisi Alat Cara Hasil
No Variabel Skala
Operasional Ukur Pengukuran Pengukuran
1. Kejadian Merupakan Kuesioner Wawancara 0= Ordinal
diare kejadian diare mengalami
yang pernah diare.
dialami responden 1 = tidak
pada bulan mengalami
Oktober 2013 diare.
sampai Februari
2014.
(berdasarkan
catatan medis di
Puskesmas
Mangkang)
2. Sarana Ketersediaan air Lembar Observasi 1. Memenuhi Ordinal
air bersih bersih yang checklist syarat: ≥ 2
digunakan untuk 2. Tidak
memenuhi memenuhi
kebutuhan sehari- syarat: < 2
hari, karena air
merupakan salah
satu media dari
berbagai macam
penularan
penyakit.
Penyediaan air
minum, ketentuan:
(1). Sumur gali
dan sumur pompa:
44

Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)


Definisi Alat Cara Hasil
No Variabel Skala
Operasional Ukur Pengukuran Pengukuran
terdapat dinding 3
meter ke bawah.
Perlindungan mata
air dan perpipaan:
jaringan pipa tidak
bocor / terendam
air, skor = 1.
(2). Tempat
penampungan air
dalam keadaan
bersih dan dikuras
sekurang-
kurangnya
seminggu sekali,
skor = 1.
(3). Tempat
penyimpanan air
minum dalam
keadaan bersih
dan dicuci
sekurang-
kurangnya
seminggu sekali,
skor = 1.
3. Sarana Ketersediaan Lembar Observasi 1. Memenuhi Ordinal
pembua- sarana yang checklist syarat: ≥ 6
ngan digunakan untuk 2. Tidak
tinja / membuang tinja memenuhi
jamban atau kotoran syarat: < 6
manusia.
Ketentuan sebagai
berikut:
(1). Mencegah
kontaminasi ke
badan air, skor =
1.
(2). Mencegah
kontak antara
manusia dan tinja,
skor = 1.
(3). Membuat tinja
tidak dapat
dihinggapi
serangga, serta
45

Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)

Definisi Alat Cara Hasil


No Variabel Skala
Operasional Ukur Pengukuran Pengukuran
binatang lainnya,
skor = 1.
(4). Mencegah bau
yang tidak sedap,
skor = 1.
(5). Konstruksi
dudukannya dibuat
dengan baik dan
aman bagi
pengguna, skor =
1.
(6). Septic tank
tidak mencemari
air tanah dan air
permukaan, jarak
dengan sumber air
> 10 meter, skor =
1.
(7). (a) bila
berbentuk leher
angsa, air
penyekat selalu
menutup lubang
tempat jongkok,
skor = 1.
(b) bila tanpa leher
angsa, harus
dilengkapi dengan
penutup lubang
tempat jongkok
yang dapat
mencegah lalat
atau serangga atau
binatang lainnya,
skor = 1.
4. Sarana Ketersediaan Lembar Observasi 1. Memenuhi Ordinal
tempat tempat untuk checklist syarat: ≥ 1
pembua- menyimpan 2. Tidak
ngan sampah sementara memenuhi
sampah setelah sampah syarat: < 1
dihasilkan yang
harus ada di setiap
sumber atau
penghasil sampah
46

Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)


Definisi Alat Cara Hasil
No Variabel Skala
Operasional Ukur Pengukuran Pengukuran
seperti sampah
rumah tangga.
Ketentuan sebagai
berkut:
(1). Setiap
keluarga
mempunyai
tempat
pembuangan
sampah sendiri di
rumah, skor = 1.
(2). Tempat
pembuangan
sampah tertutup
hingga tidak
terjamah lalat dan
kedap air, skor =
1.
5. Sarana Ketersediaan Lembar Observasi 1. Memenuhi Ordinal
Pembua- sarana untuk checklist syarat: ≥ 3
ngan Air menyalurkan 2. Tidak
Limbah pembuangan memenuhi
(SPAL) limbah rumah syarat: < 3
tangga yang
meliputi air bekas
cucian, air dari
kamar mandi, air
dari dapur.
Ketentuan sebagai
berikut:
(1). Tidak
mencemari sumber
air bersih, skor =
1.
(2). Tidak
menimbulkan
genangan air yang
dapat menjadi
sarang nyamuk,
skor = 1.
(3). Tidak
menimbulkan bau,
skor = 1.
(4). Tidak
47

Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)


Definisi Alat Cara Hasil
No Variabel Skala
Operasional Ukur Pengukuran Pengukuran
menimbulkan
becek-becek atau
pandangan yang
tidak menyenang-
kan, skor = 1.
6. Saluran Ketersediaan Lembar Observasi 1. Memenuhi Ordinal
drainase sarana untuk checklist syarat: ≥ 3
mengalirkan air 2. Tidak
permukaan ke memenuhi
badan air (sumber syarat: < 3
air permukaan dan
bawah permukaan
tanah) dan atau
bangunan resapan.
Ketentuan sebagai
berikut:
(1). Mampu
mengalirkan serta
meresapkan
sebagian air hujan
ke dalam tanah,
skor = 1.
(2). Tidak
menerima dan
mengalirkan air
limbah, skor = 1.
(3). Dipasang
diatas tanah yang
stabil, skor = 1.
(4). Tidak
menimbulkan
genangan air, skor
= 1.
7. Status Merupakan status Kuesioner Wawancara 0 = daerah Ordinal
rawan rawan banjir rawan banjir.
banjir rumah responden, 1 = daerah
apakah rumah non-rawan
responden terkena banjir.
banjir atau tidak.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan
responden.
48

3.5. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian analitik observasi dengan

rancangan pendekatan kasus kontrol. Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus

(kelompok yang menderita efek / penyakit yang sedang diteliti). Penelitian ini

dilakukan dengan cara mengidentifikasikan kelompok kasus dan kelompok kontrol,

kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti faktor risiko yang

mungkin dapat menerangkan apakah kelompok kasus dan kelompok kontrol terkena

efek atau tidak (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:147).

3.6. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.6.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol, yang

selanjutnya akan diambil sebagai sampel penelitian.

3.6.1.1. Populasi Kasus

Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah kerja

Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang

Wetan) yang didiagnosis diare oleh Puskesmas Mangkang dari bulan Oktober 2013

sampai Februari 2014.

3.6.1.2. Populasi Kontrol

Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah kerja

Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang

Wetan) yang tidak menderita diare dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014.
49

3.6.2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009;60). Sampel

dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol.

3.6.2.1. Sampel Kasus

Merupakan warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mangkang

(Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang pernah

berobat ke Puskesmas Mangkang pada saat menderita diare, yaitu berjumlah 29

responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

3.6.2.1.1. Kriteria Inklusi

1. Bersedia untuk mengkuti penelitian.

2. Berdasarkan rekam medis Puskesmas Mangkang, responden didiagnosis diare

dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014

3. Usia responden 5-59 tahun.

3.6.2.1.2. Kriteria Eksklusi

Tidak berada di tempat pada saat penelitian.

3.6.2.2. Sampel Kontrol

Merupakan warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mangkang

(Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang tidak

mempunyai riwayat penyakit diare, yaitu berjumlah 29 responden yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:


50

3.6.2.2.1. Kriteria Inklusi

1. Bersedia untuk mengkuti penelitian.

2. Tidak mempunyai riwayat penyakit diare dari bulan Oktober 2013 sampai

Februari 2014.

3. Usia responden 5-59 tahun.

3.6.2.2.2. Kriteria Eksklusi

Tidak berada di tempat pada saat penelitian.

3.6.3. Besar Sampel Minimal

Penentuan besar sampel untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam

penelitian ini adalah berdasarkan pada perhitungan dari nilai OR dari penelitian

terdahulu dengan tingkat kemaknaan sebesar 95% (Zα=1,960) dan kekuatan 80%

(Zβ=0,842). Berdasarkan perhitungan OR serta paparan proporsi pada kelompok

kontrol terdahulu sebagai berikut:

Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya


No Nama Peneliti / Tahun Variabel OR
1. Muhajirin / 2007 Kualitas bakteriologis air bersih 0,434
2. Muhajirin / 2007 Kualitas jamban 3,059
3. Muhajirin / 2007 Kualitas pembuangan air limbah 0,269
4. Muhajirin / 2007 Jenis tempat sampah 0,312

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai OR penelitian

terdahulu yang terbesar adalah 3,059 dari variabel kualitas jamban pada penelitian

Muhajirin tahun 2007. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


51

( )

(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:369)

Keterangan:

n1=n2 : Besar sampel untuk kasus dan kontrol

Zα : Tingkat kepercayaan (95%=1,960)

Zβ : Power penelitian (80%=0,842)

P : Perkiraan proporsi efek pada kasus

Q : Proporsi kontrol terpapar

R : OR penelitian terdahulu

0,75

( )


52

Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh sampel sebanyak 29

responden. Penelitian ini menggunakan perbandingan antara kelompok kasus dan

kelompok kontrol 1:1 dengan jumlah 29 kasus dan 29 kontrol.

3.6.4. Cara Pengambilan Sampel

Teknik sampling atau cara pengambilan sampel merupakan suatu proses

seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009;60). Penelitian ini

menggunakan pengambilan sampel dengan metode acak sederhana (simple random

sampling) yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam anggota populasi. Adapun cara pengambilan dari metode ini dengan

menggunakan undian.

3.7. SUMBER DATA

3.7.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan

observasi dengan responden, pengetahuan responden atau keluarga responden tentang

diare, dan kondisi sarana sanitasi dasar.

3.7.2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas Mangkang.


53

3.8. INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

3.8.1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu daftar tertulis yang berisikan rangkaian rangkaian

pertanyaan mengenai suatu hal tertentu untuk dijawab secara tertulis pula (Sonny

Sumarsono, 2004:75). Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh jawaban yang

akurat dari responden mengenai diare dan ketersediaan sarana sanitasi dasar.

a. Kuesioner Penjaringan

Kuesioner penjaringan dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan

responden masuk ke dalam kelompok responden kasus atau kontrol.

b. Kuesioner Penelitian

Kuesioner penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

ketersediaan dan jenis sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban,

sarana tempat pembuangan sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL), dan saluran drainase yang terdapat pada rumah responden.

Kuesioner penelitian dalam penelitian ini juga digunakan untuk mengetahui

status rawan banjir pada rumah responden.

2. Checklist

Checklist adalah suatu daftar kegiatan yag harus dilakukan selama riset (Sonny

Sumarsono, 2004:75). Checklist dalam penelitian ini digunakan untuk


54

memperoleh data yang akurat mengenai kondisi fisik sarana air bersih, kondisi

fisik sarana pembuangan tinja / jamban, kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), serta kondisi

fisik saluran drainase.

3.8.1.1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:129). Suatu kuesioner

dikatakan valid kalau pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengetahui validitas suatu

instrumen (kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-

masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid

bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik

korelasi yang digunakan korelasi Pearson Product Moment dalam Agus Riyanto

(2010:40) yaitu:

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara x dan y

n : Jumlah subyek

X : Skor item

Y : Skor total

∑X : Jumlah skor item


55

∑Y : Jumlah skor total

∑X2 : Jumlah kuadrat skor item

∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total

Keputusan uji: bila r hitung (r pearson) > r tabel, maka Ho ditolak, artinya pertanyaan

valid (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:167). Adapun ringkasan hasil uji validitas

sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner


No. No. Pertanyaan r hitung r tabel (30) Keterangan
1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih
1. 0,379 0,361 Valid
2. 0,504 0,361 Valid
3. 0,504 0,361 Valid
2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
1. 0,504 0,361 Valid
2. 0,498 0,361 Valid
3. 0,498 0,361 Valid
4. 0,507 0,361 Valid
5. 0,490 0,361 Valid
6. 0,490 0,361 Valid
7. 0,490 0,361 Valid
3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
1. 0,450 0,361 Valid
2. 0,430 0,361 Valid
4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
1. 0,407 0,361 Valid
2. 0,504 0,361 Valid
3. 0,507 0,361 Valid
4. 0,507 0,361 Valid
5. Kondisi Fisik Saluran Drainase
1. 0,407 0,361 Valid
2. 0,479 0,361 Valid
3. 0,379 0,361 Valid
4. 0,498 0,361 Valid

Dari 3 pertanyaan kondisi fisik sarana air bersih, 7 pertanyaan kondisi fisik

sarana pembuangan tinja / jamban, 2 pertanyaan kondisi fisik sarana tempat


56

pembuangan sampah, 4 pertanyaan kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL), dan 4 pertanyaan kondisi fisik saluran drainase didapatkan r hitung >r tabel

(0,361) sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan kuesioner adalah valid

dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

3.8.1.2. Reliabilitas

Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana

hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Agus Riyanto, 2010:40, Soekidjo Notoatmodjo, 2010:133). Pada penelitian ini untuk

mengetahui reliabilitas instrumen adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan

nilai konstanta ”bisa juga dengan r tabel”. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil

adalah nilai „Alpha‟ (terletak di awal output). Ketentuannya: bila r Alpha > konstanta,

maka pertanyaan tersebut reliabel (Agus Riyanto, 2010:46). Adapun ringkasan hasil

uji reliabilitas sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner


r cronbach’s r tabel
No. Variabel Keterangan
alpha 5% (30)
1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih 0,364 0,361 Reliabel
2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /
0,385 0,361 Reliabel
Jamban
3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan
0,499 0,361 Reliabel
Sampah
4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air
0,703 0,361 Reliabel
Limbah (SPAL)
5. Kondisi Fisik Saluran Drainase 0,620 0,361 Reliabel
57

Dari 3 pertanyaan kondisi fisik sarana air bersih (r alpha = 0,364), 7

pertanyaan kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban (r alpha = 0,385), 2

pertanyaan kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah (r alpha = 0,499), 4

pertanyaan kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) (r alpha = 0,703),

dan 4 pertanyaan kondisi fisik saluran drainase (r alpha = 0,620) didapatkan hasil r

alpha > r tabel (0,361), sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan

kuesioner adalah reliabel, sehingga kuesioner dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian.

3.8.2. Teknik Pengambilan Data

3.8.2.1. Wawancara

Dalam penelitaan ini, data primer diperoleh dengan cara wawancara

mengenai identitas responden, karakteristik responden, dan status rawan banjir pada

rumah responden dengan menggunakan kuesioner.

3.8.2.2. Observasi

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena

sosial dan gejala gejala psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat”. Observasi

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan checklist mengenai kondisi fisik

sarana air bersih, kondisi fisik sarana pembuangan tinja atau jamban, kondisi fisik

sarana tempat pembuangan sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL), serta kondisi fisik saluran drainase.


58

3.8.2.3. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder sebagai informasi pendukung dalam penelitian ini untuk

mengetahui gambaran umum Puskesmas Mangkang, jumlah penderita diare dan

sebarannya di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang.

3.9. PROSEDUR PENELITIAN

3.9.1. Awal Penelitian

Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan

penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah:

1. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran masalah yang terjadi di lokasi

penelitian.

2. Koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas

Mangkang, Kantor Kelurahan Mangkang Kulon, Kantor Kelurahan Mangkang

Wetan, dan Kantor Kelurahan Mangunharjo

3. Menentukan sampel penelitian.

4. Menyusun kuesioner dan lembar checklist.

5. Mempersiapkan instrumen penelitian.

3.9.2. Penelitian

Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan

penelitian. Adapun kegiatan pada tahap penelitian adalah: pengisian kuesioner dan

lembar checklist mengenai sarana sanitasi dasar dan kejadian diare.


59

3.9.3. Akhir Penelitian

Tahap akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan setelah selesai

penelitian. Adapun kegiatan pada tahap akhir penelitian adalah:

1. Pencatatan data hasil penelitian.

2. Analisis data.

3. Pembuatan laporan.

3.10. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

3.10.1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Editing

Adalah pengeditan data apabila dalam pengisian kuesioner terdapat kesalahan

dan ketidaksesuaian informasi.

2. Coding

Adalah memberikan kode-kode tertentu pada jawaban yang ada untuk

mempermudah pengolahan.

3. Scoring

Adalah pemberian skor pada masing-masing jawaban.

4. Tabulating

Adalah proses mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dan

menjumlahkan secara teliti dan teratur ke dalam tabel yang sudah disediakan.
60

3.10.2. Teknik Analisis Data

3.10.2.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap semua variabel dari hasil tiap

penelitian (Soekidjo Notoatmojo, 2010: 188). Analisis univariat dilakukan untuk

mendiskripsikan tiap-tiap variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Variabelnya meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana

tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, dan saluran drainase.

3.10.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 188). Analisis

bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji

statistik yang digunakan adalah chi-square atau kai kuadrat karena untuk mengetahui

hubungan variabel kategorik dengan kategorik (Agus Riyanto, 2010:75).

Besarnya risiko relatif (odds rasio) point estimate dan confidence interval

95% dan dengan menggunakan α = 0,05. Untuk menghitung odds rasio digunakan

tabel 2 × 2, sedangkan untuk menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel

terikat digunakan:
61

Tabel 3.5. Merumuskan Data dalam Tabel 2 × 2


Kelompok Studi
Faktor Risiko
Kasus Kontrol Jumlah
+ a b a+b
- c d c+d
Jumlah a+b b+d a+b+c+d=N

Untuk mengetahui kebermaknaan dari hasil yang digunakan Confidence

Interval (CI) 95%:

1. Bila OR hitung > 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang

diteliti merupakan risiko timbulnya penyakit.

2. Bila OR hitung > 1 dan 95% CI mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti

belum tentu faktor risiko timbulnya penyakit.

3. Bila OR hitung = 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1 atau 95% CI mencakup

angka 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.

4. Bila OR hitung < dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti

merupakan faktor protektif.

5. Bila OR huting < 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang

diteliti belum tentu merupakan faktor protektif (Sudigdo Sastroasmoro dan

Sofyan Ismail, 2011:120).

Aturan pengambilan keputusan:

1. Jika p value ≥ α (0,05), maka Ho ditolak.

2. Jika p value < α (0,05), maka Ho diterima.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1.1. Keadaan Geografis

UPTD Puskesmas Mangkang adalah salah satu puskesmas dari 37

puskesmas yang ada di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Puskesmas Mangkang

terletak di sebelah utara Kota Semarang, yang berbatasan dengan daerah Kabupaten

Kendal, sebagai daerah pengembangan perkotaan dengan keadaan daerah tropis dan

keadaan geografis daerah dataran rendah. Akses antar kelurahan di wilayah kerja

Puseksmas Mangkang dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda dan kendaraan

bermotor baik roda dua maupun roda empat dengan medan jalan berupa jalan aspal

kondisi baik.

4.1.2. Batas Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Mangkang memiliki wilayah kerja dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

Sebelah Selatan : Kecamatan Ngaliyan

Sebelah Timur : Kelurahan Randugarut, Kecamatan Tugu

62
63

4.1.3. Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Mangkang yang berada di Kecamatan Tugu dengan luas

wilayah 1.226,88 Ha memiliki 3 kelurahan wilayah kerja. Wilayah kerja tersebut

diantaranya:

1. Kelurahan Mangkang Kulon.

2. Kelurahan Mangunharjo.

3. Kelurahan Mangkang Wetan.

4.1.4. Data Khusus

4.1.5.1. Ketenagaan Puskesmas

UPTD Puskesmas Mangkang memiliki jumlah dokter umum (2 orang),

dokter gigi (1 orang), bidan (7 orang), perawat (7 orang), perawat gigi (1 orang),

sanitarian (1 orang), asisten apoteker (1 orang), analisis kesehatan / laborat (1 orang),

nutrisionis (1 orang), pengadministrasi (5 orang), petugas loket (2 orang), penjaga

malam (1 orang), pengemudi (1 orang), dan petugas kebersihan (1 orang).

4.1.5.2. Sarana Prasarana Puskesmas

UPTD Puskesmas Mangkang memiliki sarana prasarana berupa mobil

ambulan / puskesling (1 unit), sepeda motor (5 unit), gedung puskesmas (1 unit), dan

gedung puskesmas pembantu (1 unit).

4.2. HASIL PENELITIAN

4.2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Ketersediaan Sarana

Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di
64

Wilayah Kerja puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014) dengan jumlah 58

responden diperoleh data mengenai umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan

responden sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden


No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Umur (tahun)
5 – 14 7 12
15 – 49 39 67
50 – 59 12 21
Jumlah 58 100
2. Jenis kelamin
Laki-laki 20 34
Perempuan 38 66
Jumlah 58 100
3. Tingkat pendidikan
Tidak Tamat SD 9 16
Tamat SD 20 34
Tamat SMP 12 21
Tamat SMA 14 24
Tamat Akademi / PT 3 5
Jumlah 58 100

Dari data distribusi tersebut dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar responden

berumur 15 – 49 tahun dengan jumlah 39 responden (67%), frekuensi terbesar

responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 38 responden (66%), dan

frekuensi terbesar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SD dengan jumlah

20 responden (34%).

4.2.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Pada analisis

ini akan menghasilkan distribusi frekuansi tiap-tiap variabel yang berhubungan

dengan kejadian diare. Adapun variabel yang dianalisis yaitu kondisi fisik sarana air
65

bersih, kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban, kondisi fisik sarana tempat

pembuangan sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), kondisi

fisk saluran drainase, dan status rawan banjir. Disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Variabel yang dianalisis


No. Variabel yang dianalisis Frekuensi Persentase (%)
1. Kondisi fisik sarana air bersih
Memenuhi syarat 40 69
Tidak memenuhi syarat 18 31
Jumlah 58 100
2. Kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban
Memenuhi syarat 35 60
Tidak memenuhi syarat 23 40
Jumlah 58 100
3. Kondisi fisik sarana tempat pembuangan
sampah
Memenuhi syarat 43 74
Tidak memenuhi syarat 15 26
Jumlah 58 100
4. Kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL)
Memenuhi syarat 34 59
Tidak memenuhi syarat 24 41
Jumlah 58 100
5. Kondisi fisik saluran drainase
Memenuhi syarat 34 59
Tidak memenuhi syarat 24 41
Jumlah 58 100
6. Status rawan banjir
Daerah rawan banjir 29 50
Daerah non-rawan banjir 29 50
Jumlah 58 100

Dari data distribusi tersebut dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar responden

memiliki kondisi fisik sarana air bersih memenuhi syarat dengan jumlah 40

responden (69%), frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik sarana

pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dengan jumlah 35 responden (60%),


66

frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah memenuhi syarat dengan jumlah 43 responden (74%), frekuensi terbesar

responden memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) memenuhi

syarat dengan jumlah 34 responden (59%), frekuensi terbesar responden memiliki

kondisi fisik saluran drainase memenuhi syarat dengan jumlah 34 responden (59%),

serta frekuensi sama besar antara responden yang tinggal di daerah rawan banjir

(50%) dan responden yang tinggal di daerah non-rawan banjir.

4.2.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.2.3.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian
Diare

Tabel 4.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare
Kejadian Diare
Kondisi Fisik Total OR (CI
Kasus Kontrol p value
Sarana Air Bersih 95%)
n % n % n %
Memenuhi Syarat 16 55 24 83 40 69
Tidak Memenuhi 13 45 5 17 18 31 3,9 (1,16 –
0,023
Syarat 13,08)
Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi fisik sarana air

bersih memenuhi syarat dan sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik

sarana air bersih tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok

kontrol, sejumlah 24 responden (86%) mempunyai kondisi fisik sarana air bersih

memenuhi syarat dan sejumlah 5 responden (17%) mempunyai kondisi fisik sarana

air bersih tidak memenuhi syarat.


67

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,023) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare.

Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,9), sehingga dapat

disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana air bersih yang tidak memenuhi

syarat memiliki risiko 3,9 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan

responden yang memiliki sarana air bersih yang memenuhi syarat.

4.2.3.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban


dengan Kejadian Diare

Tabel 4.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
dengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik Kejadian Diare
Total
Sarana Kasus Kontrol OR (CI
p value
Pembuangan Tinja 95%)
n % n % n %
/ Jamban
Memenuhi Syarat 13 45 22 76 35 60
Tidak Memenuhi 16 55 7 24 23 40 3,87 (1,26
0,016
Syarat – 11,88)
Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik sarana

pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dan sejumlah 16 responden (55%)

mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat.

Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 22 responden (76%)

mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dan
68

sejumlah 7 responden (24%) mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja /

jamban tidak memenuhi syarat.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,016) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban

dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio

(OR=3,87), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana

pembuangan tinja / jamban yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,87 kali

untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana

pembuangan tinja / jamban yang memenuhi syarat.

4.2.3.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah


dengan Kejadian Diare

Tabel 4.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
dengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik Kejadian Diare
Total
Sarana Kasus Kontrol OR (CI
p value
Pembuangan (95%)
n % n % n %
Sampah
Memenuhi Syarat 18 62 25 86 43 74
Tidak Memenuhi 11 38 4 14 15 26 3,82 (1,05
0,036
Syarat – 13,94)
Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 18 responden (62%) mempunyai kondisi fisik sarana

tempat pembuangan sampah memenuhi syarat dan sejumlah 11 responden (38%)

mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat.

Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 25 responden (86%)


69

mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat dan

sejumlah 4 responden (14%) mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah tidak memenuhi syarat.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,036) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah

dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio

(OR=3,82), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana

tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,82 kali

untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana

tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat.

4.2.3.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
dengan Kejadian Diare

Tabel 4.6. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
dengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik Kejadian Diare
Total
Sarana Kasus Kontrol OR (CI
p value
Pembuangan Air 95%)
n % n % n %
Limbah (SPAL)
Memenuhi Syarat 13 45 21 72 34 59
Tidak Memenuhi 16 55 8 28 24 41 3,72 (1,24
0,017
Syarat – 11,17)
Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat, dan sejumlah 16 responden

(55%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tidak
70

memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 21

responden (72%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

memenuhi syarat, dan sejumlah 8 responden (28%) mempunyai kondisi fisik Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,017) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL) dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds

ratio (OR=3,72), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko

3,72 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang

memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat.

4.2.3.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare

Tabel 4.7. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare
Kejadian Diare
Kondisi Fisik Total OR (CI
Kasus Kontrol p value
Saluran Drainase 95%)
n % n % n %
Memenuhi Syarat 13 45 21 72 34 59
Tidak Memenuhi 16 55 8 28 24 41 3,23 (1,08
0,033
Syarat – 9,65)
Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik saluran

drainase memenuhi syarat dan sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi

fisik saluran drainase tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden
71

kelompok kontrol, sejumlah 21 responden (72%) mempunyai kondisi fisik saluran

drainase memenuhi syarat dan sejumlah 8 responden (28%) mempunyai kondisi fisik

saluran drainase tidak memenuhi syarat.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,033) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare.

Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,23), sehingga dapat

disimpulkan bahwa responden yang memiliki saluran drainase yang tidak memenuhi

syarat memiliki risiko 3,23 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan

responden yang memiliki saluran drainase yang memenuhi syarat.

4.2.3.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare

Tabel 4.8. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare
Kejadian Diare
Status Rawan Total OR (CI
Kasus Kontrol p value
Banjir 95%)
n % n % n %
Daerah Rawan 29 100 0 0 29 50
Banjir
Daerah Non-rawan 0 0 29 100 29 50 - -
Banjir
Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, seluruh responden (100%) tinggal di daerah rawan banjir dan tidak

ada responden (0%) yang tinggal di daerah non-rawan banjir. Sementara itu dari 29

responden kelompok kontrol, seluruh responden (100%) tinggal di daerah non-rawan

banjir dan tidak ada responden (0%) yang tinggal di daerah rawan banjir.
72

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa hubungan

antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik

karena didapatkan seluruh responden penderita diare tinggal di daerah rawan banjir

dan seluruh responden bukan penderita diare tinggal di daerah non-rawan banjir.

4.2.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square
No. Variabel Bebas p value OR CI (95%) Keterangan
1. Sarana air bersih 0,023 3,9 1,16 – 13,08 Ada hubungan
2. Sarana pembuangan 0,016 3,87 1,26 – 11,88 Ada hubungan
tinja / jamban
3. Sarana tempat 0,036 3,82 1,05 – 13,94 Ada hubungan
pembuangan sampah
4. Sarana Pembuangan 0,017 3,72 1,24 – 11,17 Ada hubungan
Air Limbah (SPAL)
5. Saluran drainase 0,033 3,23 1,08 – 9,65 Ada hubungan
6. Status rawan banjir - - - Tidak dapat
dianalisis secara
statistik
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. PEMBAHASAN

Hasil analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan

kejadian diare, yaitu faktor sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban,

faktor sarana tempat pembangan sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL),

dan saluran drainase. Hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare

tidak dapat dianalisis secara statistik.

5.1.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian
Diare

Kondisi fisik sarana air bersih dinilai dengan melihat apakah rumah

responden memiliki sarana air bersih yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil

penelitian menunjukkan sejumlah 40 responden (69%) memiliki kondisi fisik sarana

air bersih memenuhi syarat, sedangkan 18 responden (31%) memiliki kondisi fisik

sarana air bersih tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi

square yang dilakukan terhadap variabel sarana air bersih dengan kejadian diare

didapatkan p value sebesar 0,023 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga

Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana air

bersih dengan kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,9 yang berarti bahwa

responden yang memiliki sarana air bersih tidak memenuhi syarat mempunyai risiko

73
74

untuk mengalami diare 3,9 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

memiliki sarana air bersih memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil pada responden kasus yang

memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat masih cukup

tinggi yaitu sebesar 45%, hal ini dikarenakan pada rumah responden kasus masih

banyak yang tidak membersihkan tempat penampungan air dan tempat penyimpanan

air minum sekurang-kurangnya seminggu sekali, dan masih banyak dijumpai jaringan

pipa PDAM yang terendam air kotor. Pada responden kontrol, sebagian besar

memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang memenuhi syarat yaitu sebesar 83%, hal

ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi

fisik sarana air bersih yang memenuhi syarat yaitu sumur gali telah terdapat dinding 3

meter ke bawah, jaringan pipa tidak bocor / terendam air, tempat penampungan air

dalam keadaan bersih dan dikuras sekurang-kurangnya seminggu sekali, dan tempat

penyimpanan air minum dalam keadaan bersih dan dicuci sekurang-kurangnya

seminggu sekali.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan

kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai

RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,6. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh

Wulandari (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber air minum

dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,01.


75

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Juli Soemirat

Slamet (2002:95), bahwa sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada

penyakit water borne disease. Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi

syarat lokalisasi dan konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air

minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air

minum dengan jamban, lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah, dan

sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan

kemiringannya. Pada umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber

pengotor termasuk tempat penampungan akhir (TPA) kotoran atau tinja tidak kurang

dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak di bawah sumber-sumber tersebut.

Sarana air bersih dapat menjadi media penular berbagai penyakit yang

dibawa oleh air apabila sarana tersebut tidak sanitier. Sarana air bersih selain

kuantitasnya, kualitasnya harus memenuhi standar yang berlaku, untuk mencegah

terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Akan tetapi, air yang sudah bersih

seringkali ditampung di tempat air yang tidak bersih atau mudah terkontaminasi,

maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi berbahaya kembali (Juli Soemirat

Slamet, 2002:111).

Salah satu upaya memperkecil risiko terkena penyakit diare yaitu menjaga

kebersihan sarana air bersih, sehingga sarana tersebut terhindar dari kontaminasi agen

penyebab penyakit. Selain itu, masyarakat harus memasak air minum terlebih dahulu

untuk mematikan agen penyebab yang terdapat dalam air bersih tersebut (Widoyono,

2008:151).
76

5.1.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban


dengan Kejadian Diare

Kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dinilai dengan melihat

apakah rumah responden memiliki sarana pembuangan tinja / jamban yang telah

memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 35 responden

(60%) memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat,

sedangkan 23 responden (40%) memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja /

jamban tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang

dilakukan terhadap variabel sarana pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare

didapatkan p value sebesar 0,016 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga

Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana

pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,87 yang berarti bahwa

responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat

mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,87 kali lebih besar dibandingkan dengan

responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar

responden kasus memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebesar 55%. Keadaan ini didukung dengan banyaknya rumah

responden kasus yang tidak memiliki septic tank, maka tinja dari jamban yang

seharusnya diolah di dalam septic tank langsung dibuang ke sungai. Hal ini yang

menyebabkan bau tidak sedap, tinja dapat dihinggapi serangga dan vektor penyakit.
77

Pada responden kontrol, sebagian besar memiliki kondisi fisik sarana pembuangan

tinja / jamban yang memenuhi syarat yaitu sebesar 76%. Hal ini dikarenakan pada

sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi fisik sarana tempat

pembuangan tinja / jamban yang memenuhi syarat yaitu mencegah kontaminasi ke

badan air, mencegah kontak antara manusia dengan tinja, membuat tinja tidak dapat

dihinggapi serangga dan vektor penyakit, mencegah bau yang tidak sedap, konstruksi

dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna, septic tank tidak

mencemari air tanah dan air permukaan, jarak septic tank dengan sumber air lebih

dari 10 meter.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2009) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis tempat pembuangan tinja dengan

kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001. Penelitian yang sama juga

dilakukan oleh Umiati (2010) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara

kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan p value =

0,018. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mafazah (2013) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana pembuangan tinja

dengan kejadian diare pada balita denga p value = 0,002, dari hasil analisis diperoleh

nilai RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,1. Hasil penelitian yang sama juga dilakuka

oleh Muhajirin (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas

jamban dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,011, dari hasil analisis

diperoleh OR sebesar 3,05.


78

Responden yang memiliki kondisi jamban tidak memenuhi syarat kesehatan

akan berpotensi untuk menimbulkan penyakit diare, karena sarana jamban yang tidak

mudah digelontor serta tinja yang tidak ditampung dan diolah secara tertutup akan

dapat terjangkau oleh vektor penyebab penyakit diare yang kemudian secara tidak

langsung mencemari makanan atau minuman. Selain itu, jarak antara lubang

penampungan kotoran dengan sumber air atau sumur yang kurang dari 10 meter, akan

menyebabkan kuman penyebab diare yang berasal dari tinja mencemari sumber air

bersih yang digunakan orang untuk keperluan sehari-hari. Hal ini juga diperkuat

dengan Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, yang mengemukakan jamban

sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif umtuk memutus mata rantai

penularan penyakit.

Menurut Soeparman dan Suparmin (2002:5), pembuangan tinja yang sanitier

merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan. Agar tidak

berperan sebagai penularan penyakit, tinja harus dibuang dengan cara ditampung

serta diolah pada suatu lubang dalam tanah / bak tertutup yang tidak terjangkau oleh

lalat, tikus, dan kecoa, serta harus berjarak minimal 10 meter dari sumber air bersih.

5.1.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah


dengan Kejadian Diare

Kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dinilai dengan melihat

apakah rumah responden memiliki sarana tempat pembuangan sampah yang telah

memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 43 responden

(74%) memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat,
79

sedangkan 15 responden (26%) memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang

dilakukan terhadap variabel sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian

diare didapatkan p value sebesar 0,036 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05,

sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik

sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,82 yang berarti bahwa

responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat

mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan

responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa antara kelompok kasus dan

kelompok kontrol memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang

hampir sama, yaitu sebagian besar rumah responden memiliki kondisi fisik sarana

tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat, pada kelompok kasus sebesar

62% dan kelompok kontrol sebesar 86%. Hal ini dikarenakan sebagian besar

responden telah memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang

memenuhi syarat yaitu setiap rumah memiliki sarana tempat pembuangan sampah

sendiri di rumah dan sarana tempat pembuangan sampah dalam keadaan tertutup

hinga tidak terjamah lalat dan kedap air. Responden dengan kondisi fisik sarana

tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat yaitu dengan prosentase

kelompok kasus sebesar 38% dan kelompok kontrol sebesar 14%. Hal ini

dikarenakan pada responden tersebut tidak memiliki sarana tempat pembuangan


80

sampah sendiri di rumah dan sarana tempat pembuangan sampah dalam keadaan

terbuka.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) bahwa ada hubungan

antara ketersediaan sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada

balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio

Prevalensi) sebesar 2,8. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Purwaningsih

(2012) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik tempat

pembuangan sampah dengan kejadian diare pada masyarakat dengan p value = 0,017,

perhitungan risk estimate didapatkan OR sebesar 3,71.

Hasil ini sesuai dengan teori dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

(2005:25), bahwa tempat sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan

tujuan agar tempat tidak menjadi sarang atau berkembang biaknya serangga ataupun

binatang penular penyakit (vektor). Teori ini di perkuat oleh Juli Soemirat Slamet

(2002:155), bahwa kondisi sampah yang seperti ini dapat berpotensi menimbulkan

penyakit diare karena tempat sampah yang tidak tertutup, bau, serta dibiarkan

berserakan tersebut akan dihinggapi lalat maupun serangga lainnya yang nantinya

akan membawa kuman atau bakteri ke dalam makanan dan minuman.

Upaya yang dapat dilakukan masyarakat agar tempat sampah tidak menjadi

sarang vektor penyakit adalah dengan menyediakan dan menutup tempat sampah

rapat-rapat. Sedangkan bagi masyarakat yang membuang sampah di kebun,

disarankan untuk membakar atau menimbunkan tumpukan sampah dan menutup


81

dengan tanah agar tidak dihinggapi lalat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah,

2005:24).

5.1.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah


(SPAL) dengan Kejadian Diare

Kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dinilai dengan

melihat apakah rumah responden memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 34

responden (59%) memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

memenuhi syarat, sedangkan 24 responden (41%) memiliki kondisi fisik Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian

dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel Sarana Pembuangan Air

Limbah (SPAL) dengan kejadian diare didapatkan p value sebesar 0,017 dan lebih

kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan

kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,72 yang berarti bahwa

responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi

syarat mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,72 kali lebih besar dibandingkan

dengan responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar

responden kasus memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
82

yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 55%. Hal ini didukung dengan kondisi

fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) pada sebagian besar rumah responden

kasus masih menimbulkan genangan air, bau tidak sedap dan becek-becek yang dapat

menjadi tempat perindukan vektor penyakit. Pada responden kontrol, frekuensi

terbesar memiliki kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang

memenuhi syarat yaitu sebesar 72%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah

responden kontrol memiliki kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang

memenuhi syarat yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan

genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk, tidak menimbulkan bau, dan tidak

menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) bahwa ada hubungan

antara ketersediaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan kejadian diare

pada balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio

Prevalensi) sebesar 2,1. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Muhajirin (2007)

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kualitas pembuangan air limbah

dengan kejadian diare pada balita dengan p value sebesar 0,001.

Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang

tergenang di sekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga atau

dapat mencemari lingkungan maupun sumber air (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2005:25). Hal ini diperkuat dengan teori oleh Juli Soemirat Slamet

(2002:128), bahwa air limbah domestik termasuk air bekas mandi, bekas cuci

pakaian, maupun perabot dan bahan makanan, dan lain-lain. Air ini mengandung
83

banyak sabun atau detergen dan mikroorganisme. Selain itu, ada juga air limbah yang

mengandung tinja dan urin manusia. Dibandingkan air bekas cuci, tinja dan urin ini

jauh lebih berbahaya karena mengandung banyak kuman patogen dan merupakan

cara transport utama bagi penyakit bawaan air.

Pembuangan air limbah yang dilakukan secara sanitier, merupakan salah

satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan. Sarana pembuangan air limbah

yang sanitier juga akan mengurangi kemungkinan terjadi penyakit infeksi, misalnya

penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002:4).

5.1.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian


Diare

Kondisi fisik saluran drainase dinilai dengan melihat apakah rumah

responden memiliki saluran drainase yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil

penelitian menunjukkan sejumlah 34 responden (59%) memiliki kondisi fisik saluran

drainase memenuhi syarat, sedangkan 24 responden (41%) memiliki kondisi fisik

saluran drainase tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi

square yang dilakukan terhadap variabel saluran drainase dengan kejadian diare

didapatkan p value sebesar 0,033 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga

Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik saluran

drainase dengan kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,23 yang berarti bahwa

responden yang memiliki saluran drainase tidak memenuhi syarat mempunyai risiko
84

untuk mengalami diare 3,23 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

memiliki saluran drainase memenuhi syarat.

Berdasarkan observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar responden

kasus memiliki kondisi fisik saluran drainase yang tidak memenuhi syarat yaitu

sebesar 55%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kasus masih

terjadi genangan air pada saluran drainase. Pada responden kontrol, frekuensi terbesar

memiliki kondisi fisik saluran drainase yang memenuhi syarat yaitu sebesar 72%. Hal

ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi

fisik saluran drainase yang memenuhi syarat yaitu mampu mengalirkan serta

meresapkan sebagian air hujan ke dalam tanah, tidak menerima dan mengalirkan air

limbah, dipasang di atas tanah yang stabil, dan tidak menimbulkan genangan air.

Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai

serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan / atau membuang

kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara

optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang

tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang

ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut, sehingga dapat mengurangi genangan air di

sekitar rumah agar tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit bawaan air,

misalnya penyakit diare.


85

5.1.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare

Status rawan banjir dinilai dengan bertanya kepada responden apakah rumah

responden berada di daerah rawan banjir atau di daerah non-rawan banjir. Hasil

penelitian menunjukkan sejumlah 29 responden (50%) tinggal di daerah rawan banjir,

sedangkan 29 responden (50%) tinggal di daerah non-rawan banjir. Hasil analisis

penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel status rawan banjir

dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik, tetapi secara kualitatif

kemungkinan ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa seluruh responden

penderita diare tinggal di daerah rawan banjir dan seluruh responden bukan penderita

diare tinggal di daerah non-rawan banjir, maka dari itu variabel status rawan banjir

tidak dapat dianalisis secara statistik.

Hasil penelitian Nandiroh (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara

sanitasi sebagai akibat dampak banjir dengan kejadian diare dengan nilai OR sebesar

5,7, dan ada hubungan antara perilaku sebagai dampak banjir dengan kejadian diare

dengan nilai OR sebesar 9,8.

Setiap tahun lebih dari 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha

dan merugikan sekitar satu juta orang. Saat ini kecenderungan bencana banjir terus

meningkat baik di perkotaan maupun di perdesaan. Banjir yang terjadi selalu

menimbulkan kerugian bagi mereka yang terkena banjir baik secara langsung maupun

tidak langsung yang dikenal sebagai dampak banjir. Dampak banjir yang terjadi

sering kali menganggu kesehatan lingkungan dan kesehatan warga. Lingkungan tidak
86

sehat karena segala sampah dan kotoran yang hanyut seringkali mencemari

lingkungan. Sampah-sampah terbawa air dan membusuk mengakibatkan penyakit

gatal-gatal di kulit. Sumber air bersih tercemar sehingga mereka yang terkena banjir

kesulitan air bersih dan mengkonsumsinya karena darurat, sebagai penyebab diare.

(Kodoatie, 2013).

5.2. HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN

5.2.1. Hambatan Penelitian

Hambatan dalam penelitian ini adalah:

Ditemukan data dari Puskesmas Mangkang yang tidak sesuai dengan alamat

pasien yang sebenarnya, sehingga peneliti harus mencari lagi data pasien yang sesuai

untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian.

5.2.2. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah:

Penelitian ini meneliti hubungan antara kondisi fisik sarana sanitasi dasar

dan status rawan banjir dengan kejadian diare, sedangkan faktor risiko diare masih

banyak yang lain seperti faktor makanan, ketahanan tubuh, Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS), dan masih banyak lainnya.


BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare (studi

kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)

dengan p value 0,023 dan nilai OR = 3,9.

2. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan

kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang tahun 2014) dengan p value 0,016 dan nilai OR = 3,87.

3. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dengan

kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang tahun 2014) dengan p value 0,036 dan nilai OR = 3,82.

4. Ada hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang tahun 2014) dengan p value 0,017 dan nilai OR = 3,72.

5. Ada hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare (studi

kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)

dengan p value 0,033 dan nilai OR = 3,23.

6. Hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis

secara statistik.

87
88

6.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan saran sebagai

berikut:

1. Bagi UPTD Puskesmas Mangkang Kota Semarang

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan kebijakan

kesehatan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit diare, salah satunya

dengan penyuluhan mengenai penyakit diare, kesehatan lingkungan dan

sarana sanitasi dasar.

b. Pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan ketersediaan sarana

sanitasi dasar untuk mengurangi risiko terhadap kejadian diare seperti

pengadaan jamban sehat, dan lain sebagainya.

2. Bagi masyarakat

a. Membersihkan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan saluran

drainase jangan sampai ada genangan air yang dapat menjadi tempat

perindukan vektor penyakit.

b. Membuang sampah pada tempatnya dan jangan lupa menutup tempat

sampah agar tidak dihinggapi lalat dan hewan lainnya.

c. Secara teratur membersihkan jamban minimal seminggu sekali dan segera

membangun septic tank bagi masyarakat yang belum memiliki septic tank,

agar tinja tidak dibuang di sungai.


89

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan menambah faktor-faktor lain di luar

penelitian ini seperti faktor makanan, ketahanan tubuh, sosial ekonomi, dan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).


DAFTAR PUSTAKA

A Tresna Sastrawijaya, 2000, Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta.


Agus Riyadi, 2009, Bahaya Banjir dan Cara Penanggulangannya, Jakarta:
Bengawan Ilmu.
Agus Riyanto, 2010, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta: Nuha
Offset.
Anjar Purwadiana Wulandari, 2009, Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan
Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa
Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009, Skripsi:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Diakses dari www.geospasial.bnpb.go.id
tanggal 10 Maret 2015.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012, Laporan Kejadian Bencana Tahun
2009 – 2011, Diakses dari www.bnpb.go.id tanggal 15 Januari 2015.
Basarnas, 2010, Banjir Bandang Semarang, 7 Korban Meninggal, Diakses dari
www.basarnas.go.id tanggal 15 Januari 2015.
DepKes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2013, Semarang: DKK Semarang.

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2014, Semarang: DKK Semarang.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005, Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2005, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008, Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2008, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2013, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Effendy, N, 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat edisi 2, Jakarta:


EGC.

90
91

Hidayat, AA, 2009, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
Jakarta: Salemba Medika.
Juli Soemirat Slamet, 2000, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Juli Soemirat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Lailatul Mafazah, 2013, Hubungan antara Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan
Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwoharjo Kabupaten Pemalang tahun 2013, Skripsi:
Universitas Negeri Semarang.
Khasan, M., & Widjanarko, M., 2011, Perilaku Coping Masyarakat Mengahadapi
Banjir, Jurnal Psikologi Pitutur, Vol 1 No. 2.
Kodoatie, Robert, 2013, Rekayasa Dan Manajemen Banjir Kota, Yogyakarta: Andi.
Mawardi, E., & Sulaeman, A., 2011, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan
Resiko Bencana Banjir, Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Air.
Muhajirin, 2007, Hubungan antara Praktik Personal Hygiene Ibu Balita dan Sarana
Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di
Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap, Tesis: Universitas Diponegoro.
M.C Widjaja, 2002, Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita, Jakarta: Kawan
Pustaka.
Otto Soemarwoto, 1998, Artikel Judul Dampak Lingkungan Terhadap Kesehatan
dalam Buku Manusia, Kesehatan dan Lingkungan, Bandung: Alumni.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air minum.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Jamban Sehat.
Puskesmas Mangkang, 2014, Rencana Tingkat Puskesmas Mangkang, Semarang.
Retno Purwaningsih, 2012, Hubungan Antara Penyediaan Air Minum dan Perilaku
Higiene Sanitasi Dengan Kejadian Diare Di Daerah Paska Bencana Desa
Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Skripsi: Universitas
Negeri Semarang.
92

Rose, J.B., Epstein, P.R., Lipp, E.K., Sherman, B.H., Bernard, S.M., & Patz, J.A.,
2001, Clmate Variability and Change in United States: Potential Impact on
Water and Foodborne Disease Caused by Microbiologic Agents,
Environmental Health Perspectives, 109, 211-221.
Samadi, 2007, Geografi 1, Jakarta: Yudhistira.
Sander, 2005, Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa
Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, Jurnal Medika, Vol 2. No.2.
Juli-Desember 2005: 163-193.
Singh, R.B.K., Hales, S., Wet, N.D., Raj, R., Heamden, M., & Weinstein, P., 2011,
The Influence of Climate Variation and Change in Diarrheal Disease in the
Pacific Islands, Environmental Health Perspectives, 109, 155-159.
Siti Kholifatun Nandiroh, 2014, Hubungan antara Dampak Banjir dan Kejadian
Diare pada Anak Balita Usia Dibawah Lima Tahun di Puskesmas
Kelurahan Pekojan II Jakarta Barat tahun 2014, Skripsi: Universitas Esa
Unggul Jakarta.
Slamet, J. S., 2009, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: UGM Press.
Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta.
Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: rineka
Cipta.
Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Soeparman & Suparmin, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Jakarta:
Penerbitan Buku Kedokteran UI.
Sonny Sumarsono, 2004, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sopiyudin Dahlan, 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Salemba
Medika.
Sudigdo Sastroasmoro & Sofyan Ismail, 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis, Jakarta: Sagung Seto.
Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta: Penerbit UI Press.
93

Suriadi & Rita Yuliani, 2006, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: Penebar
Swadaya.
Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Umiati, 2010, Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada
Balita di wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun
2009, Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wahid Iqbal Mubarak & Nur Chayatin, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat: teori dan
Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika.
Widyastuti, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta: EGC.
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga.
World Health Organization, 2003, Climate Change and Human Health Risks and
Responses, Ganeva: Author.
94

LAMPIRAN
95

Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi


96

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan


97

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan


98

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Semarang


99

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Puskesmas Mangkang


100

Lampiran 6. Ethical Clearance


101

Lampiran 7. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Saya, Muhamad Rizkiyanto, Mahasiswa S1 Peminatan Epidemiologi dan


Biostatistika, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Semarang akan melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar Terhadap Kejadian Diare pada
Masyarakat di Wilayah Rawan Banjir (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas
Mangkang Kota Semarang Tahun 2014)”. Dana penelitian ini berasal dari peneliti
sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang. Saya
mengajak Saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 42
subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan sekitar 30 Menit.

A. Kesukarelaaan untuk ikut penelitian


Keikutsertaan Saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela, dan dapat
menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti sewaktu-waktu tanpa
denda sesuatu apapun.

B. Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kasus kontrol / Case
Control, di mana peneliti akan datang langsung menemui responden dalam satu
waktu. Instrumen yang di gunakan adalah lembar kuesioner. Saudara wajib
mengisi kuesioner selama waktu yang sudah diberikan dan menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas
Mangkang Kota Semarang yang meliputi sarana air bersih, sarana jamban, sarana
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, saluran drainase.

C. Kewajiban Subjek Penelitian


Saudara diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang sebenarnya
terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan penelitian ini.

D. Risiko dan efek samping dan penangananya


Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini, karena intervensi yang
dilakukan oleh saya (peneliti) tidak mempengaruhi nilai akademik/presatasi
belajar Saudara.
102

E. Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan
masukan dalam upaya preventif kejadian diare pada masyarakat.

F. Kerahasiaan
Informasi yang didapatkan dari Saudara terkait dengan penelitian ini akan dijaga
kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah (ilmu
pengetahuan).

G. Kompensasi / ganti rugi


Dalam penelitian ini tersedia dana untuk kompensasi atau ganti rugi untuk
Saudara, yang diwujudkan dalam bentuk barang.

H. Pembiayaan
Penelitian ini dibiayai oleh peneliti sendiri.

I. Informasi tambahan
Penelitian ini dibimbing oleh Rudatin Windraswara, S.T., M.Sc sebagai dosen
pembimbing.

Saudara diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu ada efek samping atau
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Saudara dapat menghubungi :
Muhamad Rizkiyanto, no HP +6285876474456 di Rt.01 Rw.02 Desa Caturanom
Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Kode Pos 56254.
Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor telepon 021-
8508107 atau email kepk.unnes@gmail.com

Semarang, 28 Mei 2015


Hormat saya,

Muhamad Rizkiyanto
103

Lampiran 8. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya
telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya
dapat menanyakan kepada Muhamad Rizkiyanto.

Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian
ini.

Tandatangan subjek Tanggal

(Nama jelas :...........................................................)

Tandatangan saksi

(Nama jelas :...........................................................)


104

Lampiran 9. Kuesioner Penjaringan

KUESIONER PENJARINGAN
PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP
KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun
2014)

No. Responden :

Tanggal wawancara :

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh

ketersediaan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada masyarakat di wilayah rawan

banjir (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang kota Semarang Tahun

2014). Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan program kesehatan masyarakat mengenai penyakit diare.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Alamat : RT/RW:

Umur : tahun

Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda.

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Pendidikan terakhir : 1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA

2. Tamat SD 5. Tamat perguruan tinggi

3. Tamat SMP

Pekerjaan : 1. Buruh 5. PNS


105

2. Petani 6. Siswa / Mahasiswa

3. Wiraswasta 7. Lainnya,.............(sebutkan)

4. Karyawan swasta

PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda lakukan.

1. Apakah rumah Anda pernah mengalami banjir selama tahun 2014?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah pada selang waktu bulan Oktober 2013 s/d bulan Februari 2014 Anda

ingat atau pernah mengalami buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari

(diare)?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala tinja cair (gejala khusus diare

yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala mual (gejala khusus diare yang

disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala demam (gejala khusus diare yang

disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?

a. Ya b. Tidak
106

6. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala feses berlendir (gejala khusus

diare yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah Anda bisa memprediksi penyebab diare yang anda alami?

a. Keracunan makanan

b. Tidak mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar dan sebelum

makan

c. Buang air besar sembarangan

d. Menggunakan air yang kurang dan tidak bersih

8. Apa yang Anda lakukan ketika diare tersebut terjadi?

a. Dibiarkan saja

b. Diobati sendiri

c. Dibawa ke puskesmas

d. Dibawa ke dokter / bidan


107

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP
KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun
2014)

No. Responden :...............................................................................

Tanggal wawancara :...............................................................................

Kelompok : kasus / kontrol (coret salah satu)

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh

ketersediaan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada masyarakat di wilayah rawan

banjir (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang kota Semarang Tahun

2014). Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan program kesehatan masyarakat mengenai penyakit diare.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Alamat : RT/RW:

Umur : tahun

Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda.

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Pendidikan terakhir : 1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA

2. Tamat SD 5. Tamat perguruan tinggi

3. Tamat SMP
108

Pekerjaan : 1. Buruh 5. PNS

2. Petani 6. Siswa / Mahasiswa

3. Wiraswasta 7. Lainnya,.............(sebutkan)

4. Karyawan swasta

PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda lakukan.

A. Kejadian Diare

1. Apakah Anda pernah mangalami diare pada selang waktu bulan Oktober 2013

s/d bulan Februari 2014?

a. Ya b. Tidak
B. Kejadian Banjir

1. a) Apakah rumah Anda pernah terkena banjir?

a. Ya b. Tidak
b) Jika pernah, kapan rumah Anda terkena banjir? Jelaskan.
............................................................................................................
2. a) Apakah sekolah atau tempat kerja Anda pernah terkena banjir?

a. Ya b. Tidak
b) Jika pernah, kapan sekolah atau tempat kerja Anda terkena banjir? Jelaskan.
............................................................................................................
109

C. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar

1. Apakah di rumah Anda mempunyai sarana penyedia air bersih?

a. Ya b. Tidak
2. Jenis sumber air bersih yang ada di rumah Anda termasuk yang mana?

a. Sumur Gali b. Sumur Pompa


c. PDAM
3. Apakah di rumah Anda mempunyai jamban?

a. Ya b. Tidak
4. Apakah di rumah Anda mempunyai tempat pembuangan sampah?

a. Ya b. Tidak
5. Apakah di rumah Anda mempunyai saluran pembuangan air kotor? Misalnya, air

bekas mencuci pakaian dan piring.

a. Ya b. Tidak
6. Apakah di rumah Anda mempunyai saluran air hujan (drainase)?

a. Ya b. Tidak
110

Lampiran 11. Lembar Cheklist Penelitian

LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN


PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP
KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun
2014)

PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda (√) pada kolom jawaban disamping sesuai dengan yang Anda lakukan.
JAWABAN SKOR
No VARIABEL
YA TIDAK
KONDISI FISIK SARANA SANITASI DASAR
1. Kondisi fisik sarana air bersih
Sumur gali dan sumur pompa: terdapat
dinding 3 meter ke bawah. Perlindungan
mata air dan perpipaan: jaringan pipa tidak
bocor / terendam air.
Tempat penampungan air dalam keadaan
bersih dan dikuras sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
Tempat penyimpanan air minum dalam
keadaan bersih dan dicuci sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
2. Kondisi fisik sarana pembuangan tinja /
jamban
Mencegah kontaminasi ke badan air.
Mencegah kontak antara manusia dan tinja.
Membuat tinja tidak dapat dihinggapi
serangga.
Mencegah bau yang tidak sedap.
Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik
dan aman bagi pengguna.
Septic tank tidak mencemari air tanah dan
air permukaan, jarak dengan sumber air >
10 meter.
(a) Bila berbentuk leher angsa, air penyekat
selalu menutup lubang tempat jongkok.
(b) Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi
dengan penutup lubang tempat jongkok
yang dapat mencegah lalat atau serangga
atau binatang kainnya.
3. Kondisi fisik sarana tempat pembuangan
sampah
111

JAWABAN SKOR
No VARIABEL
YA TIDAK
Setiap keluarga mempunyai tempat
pembuangan sampah sendiri di rumah.
Tempat pembuangan sampah tertutup
hingga tidak terjamah lalat dan kedap air.
4. Kondisi fisik sarana pembuangan air
limbah
Tidak mencemari sumber air bersih.
Tidak menimbulkan genangan air yang
dapat menjadi sarang nyamuk.
Tidak menimbulkan bau.
Tidak menimbulkan becek-becek atau
pandangan yang tidak menyenangkan.
5. Kondisi fisik saluran drainase
Mampu mengalirkan serta meresapkan
sebagian air hujan ke dalam tanah.
Tidak menerima dan mengalirkan air
limbah.
Dipasang di atas tanah yang stabil.
Tidak menimbulkan genangan air.

KETERANGAN PEMBERIAN NILAI LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN

 Untuk pertanyaan yang dijawab (√) pada kolom Ya diberi skor 1.

 Untuk pertanyaan yang dijawab (√) pada kolom Tidak diberi skor 0.
112

Lampiran 12. Hasil Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas.

1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,364 3

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 ,83 ,379 30
P2 ,57 ,504 30
P3 ,57 ,504 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
P1 1,13 1,016 -,391 1,000
a
P2 1,40 ,248 ,714 -1,204
a
P3 1,40 ,248 ,714 -1,204
a. The value is negative due to a negative average covariance among items.
This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
1,97 ,861 ,928 3

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 3 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 3 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,364) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.
113

2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,385 7

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P4 ,57 ,504 30
P5 ,60 ,498 30
P6 ,60 ,498 30
P7 ,53 ,507 30
P8 ,63 ,490 30
P9 ,63 ,490 30
P10 ,63 ,490 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
P4 3,63 1,757 ,425 ,193
P5 3,60 2,593 -,163 ,515
P6 3,60 2,248 ,055 ,410
P7 3,67 2,092 ,157 ,356
P8 3,57 2,116 ,156 ,356
P9 3,57 2,185 ,106 ,383
P10 3,57 1,633 ,563 ,106

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
4,20 2,579 1,606 7

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 7 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 7 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,385) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.
114

3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,499 2

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P11 ,73 ,450 30
P12 ,23 ,430 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
P11 ,23 ,185 ,333 .
P12 ,73 ,202 ,333 .

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
,97 ,516 ,718 2

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 2 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 2 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,499) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.
115

4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,703 4

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P13 ,80 ,407 30
P14 ,57 ,504 30
P15 ,53 ,507 30
P16 ,53 ,507 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
P13 1,63 1,482 ,334 ,721
P14 1,87 1,085 ,609 ,559
P15 1,90 1,059 ,634 ,541
P16 1,90 1,266 ,399 ,698

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
2,43 1,978 1,406 4

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 4 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 4 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,703) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.
116

5. Kondisi Fisik Saluran Drainase

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,620 4

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P17 ,80 ,407 30
P18 ,67 ,479 30
P19 ,83 ,379 30
P20 ,60 ,498 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
P17 2,10 ,921 ,495 ,487
P18 2,23 ,806 ,507 ,462
P19 2,07 1,030 ,388 ,563
P20 2,30 ,976 ,252 ,671

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
2,90 1,472 1,213 4

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 4 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 4 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,620) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.
117

Lampiran 13. Hasil Output SPSS Uji Normalitas

1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Air_Bersih 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 2,38 ,144
95% Confidence Interval for Lower Bound 2,09
Mean Upper Bound 2,67
5% Trimmed Mean 2,42
Median 3,00
Variance ,876
Sarana_Air_Bersih Std. Deviation ,936
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 2
Skewness -,855 ,365
Kurtosis -1,335 ,717

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sarana_Air_Bersih ,436 42 ,000 ,582 42 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban


Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Jamban 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%
118

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 5,90 ,198
Lower Bound 5,50
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 6,30
5% Trimmed Mean 6,01
Median 6,00
Variance 1,649
Sarana_Jamban Std. Deviation 1,284
Minimum 3
Maximum 7
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness -,903 ,365
Kurtosis -,244 ,717

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sarana_Jamban ,279 42 ,000 ,800 42 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah


Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Tempat_Pem 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%
buangan_Sampah

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 1,12 ,119

Lower Bound ,88


95% Confidence
Interval for Mean
Upper Bound 1,36
Sarana_Tempat_Pemb
uangan_Sampah 5% Trimmed Mean 1,13
Median 1,00
Variance ,595
119

Std. Deviation ,772


Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -,211 ,365
Kurtosis -1,263 ,717

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sarana_Tempat_Pembu ,230 42 ,000 ,803 42 ,000
angan_Sampah
a. Lilliefors Significance Correction

4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)


Explore
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent
42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%
SPAL

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 2,60 ,213

Lower Bound 2,17


95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 3,03
5% Trimmed Mean 2,66
Median 3,00
SPAL
Variance 1,905
Std. Deviation 1,380
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
120

Interquartile Range 3
Skewness -,442 ,365
Kurtosis -1,229 ,717

Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


,227 42 ,000 ,842 42 ,000
SPAL

a. Lilliefors Significance Correction

5. Kondisi Fisik Saluran Drainase


Explore
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent
Sarana_Drainase 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 2,64 ,210
Lower Bound 2,22
95% Confidence Interval for
Mean Upper Bound 3,07
5% Trimmed Mean 2,71
Median 3,00
Variance 1,845
Sarana_Drainase Std. Deviation 1,358
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness -,777 ,365
Kurtosis -,364 ,717
121

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Sarana_Drainase ,198 42 ,000 ,824 42 ,000

a. Lilliefors Significance Correction


122

Lampiran 14. Hasil Output SPSS Uji Chi Square

1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Air_Bersih * 58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
Kejadian_DIare

Sarana_Air_Bersih * Kejadian_DIare Crosstabulation


Kejadian_DIare Total
Kontrol Kasus
Count 24 16 40
Memenuhi syarat % within 82,8% 55,2% 69,0%
Sarana_Air_Bersih Kejadian_DIare
Count 5 13 18
Tidak memenuhi
syarat % within 17,2% 44,8% 31,0%
Kejadian_DIare
Count 29 29 58
Total % within 100,0% 100,0% 100,0%
Kejadian_DIare

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square 5,156 1 ,023
b 3,947 1 ,047
Continuity Correction
Likelihood Ratio 5,294 1 ,021

Fisher's Exact Test ,045 ,023


Linear-by-Linear 5,067 1 ,024
Association
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table
123

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper
3,900 1,163 13,078
Odds Ratio for Sarana_Air_Bersih (Memenuhi syarat /
Tidak memenuhi syarat)

For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 2,160 ,984 4,744

For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,554 ,344 ,891

N of Valid Cases 58

2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Jamban * 58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
Kejadian_DIare

Sarana_Jamban * Kejadian_DIare Crosstabulation


Kejadian_DIare Total
Kontrol Kasus
Count 22 13 35
Memenuhi syarat % within 75,9% 44,8% 60,3%
Kejadian_DIare
Sarana_Jamban
Count 7 16 23
Tidak memenuhi
syarat % within 24,1% 55,2% 39,7%
Kejadian_DIare
Count 29 29 58
Total % within 100,0% 100,0% 100,0%
Kejadian_DIare

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5,836 1 ,016
b 4,611 1 ,032
Continuity Correction
Likelihood Ratio 5,958 1 ,015
Fisher's Exact Test ,031 ,015
Linear-by-Linear 5,735 1 ,017
Association
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50.
b. Computed only for a 2x2 table
124

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sarana_Jamban (Memenuhi syarat / 3,868 1,260 11,880
Tidak memenuhi syarat)
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 2,065 1,059 4,029
For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,534 ,321 ,888
N of Valid Cases 58

3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percen
t
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampa 58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
h * Kejadian_DIare

Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah * Kejadian_DIare Crosstabulation


Kejadian_DIare Total
Kontro Kasus
l
Count 25 18 43
Memenuhi syarat % within 86,2% 62,1% 74,1%
Sarana_Tempat_Pembuangan Kejadian_DIare
_Sampah Count 4 11 15
Tidak memenuhi
syarat % within 13,8% 37,9% 25,9%
Kejadian_DIare
Count 29 29 58
Total % within 100,0 100,0 100,0
Kejadian_DIare % % %

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,406 1 ,036
b 3,237 1 ,072
Continuity Correction
Likelihood Ratio 4,542 1 ,033
Fisher's Exact Test ,070 ,035
Linear-by-Linear 4,330 1 ,037
Association
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50.
b. Computed only for a 2x2 table
125

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for 3,819 1,046 13,943
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah (Memenuhi
syarat / Tidak memenuhi syarat)
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 2,180 ,907 5,239
For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,571 ,358 ,910
N of Valid Cases 58

4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SPAL * Kejadian_DIare 58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%

SPAL * Kejadian_DIare Crosstabulation


Kejadian_DIare Total
Kontrol Kasus
Count 21 12 33
Memenuhi syarat
% within Kejadian_DIare 72,4% 41,4% 56,9%
SPAL
Count 8 17 25
Tidak memenuhi syarat
% within Kejadian_DIare 27,6% 58,6% 43,1%
Count 29 29 58
Total
% within Kejadian_DIare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5,695 1 ,017
b 4,499 1 ,034
Continuity Correction
Likelihood Ratio 5,800 1 ,016

Fisher's Exact Test ,033 ,016


Linear-by-Linear 5,596 1 ,018
Association
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50.
b. Computed only for a 2x2 table
126

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for SPAL (Memenuhi syarat / Tidak 3,719 1,238 11,168
memenuhi syarat)
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 1,989 1,062 3,722
For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,535 ,316 ,904
N of Valid Cases 58

5. Kondisi Fisik Saluran Drainase


Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Drainase * 58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
Kejadian_DIare

Sarana_Drainase * Kejadian_DIare Crosstabulation

Kejadian_DIare Total
Kontrol Kasus
Count 21 13 34
Memenuhi syarat % within 72,4% 44,8% 58,6%
Sarana_Drainase Kejadian_DIare
Count 8 16 24
Tidak memenuhi
syarat % within 27,6% 55,2% 41,4%
Kejadian_DIare
Count 29 29 58
Total % within 100,0% 100,0% 100,0%
Kejadian_DIare

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square 4,549 1 ,033
b 3,483 1 ,062
Continuity Correction
Likelihood Ratio 4,619 1 ,032

Fisher's Exact Test ,061 ,030


Linear-by-Linear 4,471 1 ,034
Association
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table
127

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper
3,231 1,081 9,656
Odds Ratio for Sarana_Drainase (Memenuhi syarat /
Tidak memenuhi syarat)

For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 1,853 ,992 3,460

For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,574 ,344 ,957

N of Valid Cases 58
128

Lampiran 15. Rekapitulasi Data Identitas Responden

Identitas Responden Kelompok Kasus

Umur Alamat
No. Kode Nama JK Pendidikan Pekerjaan Kelompok
(tahun) RT / RW Kelurahan
1. R01 Kasmudi L 59 2 / III Mangunharjo SMA Wiraswasta Kasus
2. R02 Kasimah P 38 1 / III Mangunharjo SMP IRT Kasus
3. R03 Aminah P 53 4 / III Mangunharjo SD Wiraswasta Kasus
4. R04 Sarjinah P 53 1 / III Mangunharjo SD Karyawan Swasta Kasus
5. R05 Sri Mulyani P 56 3 / III Mangunharjo SD IRT Kasus
6. R10 Bagas L 20 2 / II Mangunharjo SMA Karyawan Swasta Kasus
7. R11 Abu Khoiri L 36 2 / II Mangunharjo SMP Buruh Kasus
8. R12 Solikin L 36 7 / II Mangunharjo SMA Petani Kasus
9. R51 Sutini P 54 2 / II Mangunharjo SD IRT Kasus
10. R52 Zahra F. P 6 3 / III Mangunharjo TTSD Siswa SD Kasus
11. R24 Farikin L 41 2 / II Mangkang Wetan SD Buruh Kasus
12. R25 Wiji Widodo L 33 2 / II Mangkang Wetan SD Buruh Kasus
13. R26 Sri Sari P 47 3 / II Mangkang Wetan SMP IRT Kasus
14. R27 Khomsatun P 45 3/I Mangkang Wetan SMA IRT Kasus
15. R28 Wati P 50 2/I Mangkang Wetan SD Wiraswasta Kasus
16. R29 Supriyadi L 39 1/I Mangkang Wetan SMP Wiraswasta Kasus
17. R30 Rizki Nugroho L 11 3/I Mangkang Wetan SD Siswa SMP Kasus
18. R31 Widiarti P 35 4 / II Mangkang Wetan SD Petani Kasus
19. R55 Nanang L 32 2/I Mangkang Wetan SMA Karyawan Swasta Kasus
20. R56 Agung Wibisono L 11 1/I Mangkang Wetan TTSD Siswa SD Kasus
21. R33 Imronah P 48 1 / IV Mangkang Kulon SD Buruh Kasus
22. R34 Khusnul Fatimah P 38 3 / IV Mangkang Kulon TTSD Karyawan Swasta Kasus
23. R35 Mualifah P 50 1 / IV Mangkang Kulon SD IRT Kasus
24. R41 Solekhah P 58 2 / II Mangkang Kulon SD IRT Kasus
25. R42 Ali Emran L 23 5 / IV Mangkang Kulon SMP Karyawan Swasta Kasus
129

Umur Alamat
No. Kode Nama JK Pendidikan Pekerjaan Kelompok
(tahun) RT / RW Kelurahan
26. R43 Candra L 7 1/I Mangkang Kulon TTSD Siswa SD Kasus
27. R44 Siti Muyasaroh P 18 2 / II Mangkang Kulon SMA Karyawan Swasta Kasus
28. R45 Ghufron P 42 4 / II Mangkang Kulon SD Karyawan Swasta Kasus
29. R46 Sri Romadonah P 28 1 / III Mangkang Kulon SMP IRT Kasus
130

Identitas Responden Kelompok Kontrol

Umur Alamat
No. Kode Nama JK Pendidikan Pekerjaan Kelompok
(tahun) RT / RW Kelurahan
1. R06 Muniroh P 42 2 / III Mangunharjo SMP Wiraswasta Kontrol
2. R07 Imron L 44 4 / II Mangunharjo SMA Wiraswasta Kontrol
3. R08 Saiman L 59 1 / III Mangunharjo SD Wiraswasta Kontrol
4. R09 Larasati P 48 3 / III Mangunharjo SMP IRT Kontrol
5. R13 Sujono L 40 1 / II Mangunharjo PT PNS Kontrol
6. R14 Uswatun Khasanah P 35 5 / III Mangunharjo PT PNS Kontrol
7. R15 Siti Kodriyah P 34 9 / III Mangunharjo PT PNS Kontrol
8. R16 Anjar P 23 6 / II Mangunharjo SMA Wiraswasta Kontrol
9. R53 Quen Salma Z. P 6 4 / II Mangunharjo TTSD Siswa SD Kontrol
10. R54 Kusdiyanto L 47 6 / II Mangunharjo SD Buruh Kontrol
11. R17 Isti P 27 4 / II Mangkang Wetan SMA IRT Kontrol
12. R18 Suamah P 43 4 / II Mangkang Wetan TTSD Wiraswasta Kontrol
13. R19 Bunga Teja P 52 4 / II Mangkang Wetan TTSD IRT Kontrol
14. R20 Usmiyati P 41 4 / II Mangkang Wetan SD Wiraswasta Kontrol
15. R21 Muasrofin P 51 3 / II Mangkang Wetan SD IRT Kontrol
16. R22 Nur Yanti P 34 3 / II Mangkang Wetan SMA IRT Kontrol
17. R23 Mutiah P 51 3 / II Mangkang Wetan SMP IRT Kontrol
18. R32 Sutrisno L 28 2/V Mangkang Wetan SMA Karyawan Swasta Kontrol
19. R57 M. Tegar Ardiansyah L 8 4 / II Mangkang Wetan TTSD Siswa SD Kontrol
20. R58 Arsyad Desti P 16 6 / II Mangkang Wetan SD Siswa SMP Kontrol
21. R36 Endah Budi Setiyawati P 18 1 / IV Mangkang Kulon SMP Siswa SMA Kontrol
22. R37 Suprihatin P 38 4 / IV Mangkang Kulon SMA IRT Kontrol
23. R38 Rokhayati P 34 4 / IV Mangkang Kulon SD IRT Kontrol
24. R39 Miskiyah P 46 4 / IV Mangkang Kulon SMP IRT Kontrol
25. R40 Amanah P 45 1 / IV Mangkang Kulon SD Karyawan Swasta Kontrol
26. R47 Sapta Wahyu L 24 2 / III Mangkang Kulon SMA Wiraswasta Kontrol
27. R48 Tutik Farikhah P 19 1 / IV Mangkang Kulon SMP Karyawan Swasta Kontrol
131

Umur Alamat
No. Kode Nama JK Pendidikan Pekerjaan Kelompok
(tahun) RT / RW Kelurahan
28. R49 Khamalia Rahmawati P 8 1 / IV Mangkang Kulon TTSD Siswa SD Kontrol
29. R50 Yuliani P 27 2 / IV Mangkang Kulon SMA IRT Kontrol
132

Lampiran 16. Data Penelitian

Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

Kondisi Fisik
No.
No. Sarana Air Bersih Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P1 P2 P3
1. R01 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
2. R02 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
3. R03 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
4. R04 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
5. R05 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
6. R06 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
8. R08 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
9. R09 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
11. R11 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
12. R12 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
13. R13 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
14. R14 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
15. R15 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
16. R16 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
17. R17 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
19. R19 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
20. R20 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
21. R21 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
22. R22 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
23. R23 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
133

Kondisi Fisik
No.
No. Sarana Air Bersih Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P1 P2 P3
24. R24 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
25. R25 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
26. R26 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
27. R27 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
28. R28 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
29. R29 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
30. R30 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
31. R31 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
32. R32 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
33. R33 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
34. R34 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
35. R35 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
36. R36 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
42. R42 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
43. R43 0 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
44. R44 0 0 1 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
45. R45 1 1 0 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
46. R46 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
47. R47 0 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
49. R49 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
50. R50 0 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
134

Kondisi Fisik
No.
No. Sarana Air Bersih Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P1 P2 P3
52. R52 1 0 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
53. R53 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
54. R54 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
55. R55 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
56. R56 1 1 0 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
57. R57 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
58. R58 0 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
135

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Kondisi Fisik Sarana


No.
No. Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1. R01 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
2. R02 1 1 1 0 0 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
3. R03 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
4. R04 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
5. R05 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
6. R06 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
8. R08 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
9. R09 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
11. R11 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
12. R12 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
13. R13 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
14. R14 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
15. R15 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
16. R16 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
17. R17 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
19. R19 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
20. R20 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
21. R21 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
22. R22 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
23. R23 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
24. R24 0 1 0 0 1 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
25. R25 1 1 0 1 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
26. R26 0 0 0 0 1 1 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
136

Kondisi Fisik Sarana


No.
No. Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
27. R27 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
28. R28 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
29. R29 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
30. R30 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
31. R31 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
32. R32 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
33. R33 1 0 1 0 1 0 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
34. R34 1 0 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
35. R35 1 0 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
36. R36 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
42. R42 1 0 1 0 1 0 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
43. R43 0 1 1 1 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
44. R44 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
45. R45 1 0 1 1 0 0 0 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
46. R46 0 1 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
47. R47 1 1 1 1 1 1 0 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 0 1 0 1 0 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
49. R49 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
50. R50 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 0 0 1 0 1 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
52. R52 1 1 0 0 1 1 0 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
53. R53 0 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
54. R54 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
137

Kondisi Fisik Sarana


No.
No. Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
55. R55 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
56. R56 0 0 0 1 0 1 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
57. R57 0 1 1 1 1 1 0 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
58. R58 1 0 1 1 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
138

Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Kondisi Fisik Sarana Tempat


No.
No. Pembuangan Sampah Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P11 P12
1. R01 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
2. R02 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
3. R03 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
4. R04 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
5. R05 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
6. R06 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
8. R08 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
9. R09 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
11. R11 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
12. R12 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
13. R13 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
14. R14 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
15. R15 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
16. R16 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
17. R17 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
19. R19 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
20. R20 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
21. R21 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
22. R22 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
23. R23 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
24. R24 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
25. R25 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
26. R26 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
139

Kondisi Fisik Sarana Tempat


No.
No. Pembuangan Sampah Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P11 P12
27. R27 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
28. R28 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
29. R29 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
30. R30 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
31. R31 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
32. R32 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
33. R33 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
34. R34 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
35. R35 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
36. R36 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
42. R42 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
43. R43 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
44. R44 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
45. R45 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
46. R46 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
47. R47 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
49. R49 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
50. R50 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
52. R52 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
53. R53 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
54. R54 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
140

Kondisi Fisik Sarana Tempat


No.
No. Pembuangan Sampah Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P11 P12
55. R55 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
56. R56 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
57. R57 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
58. R58 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
141

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan


No.
No. Air Limbah (SPAL) Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P13 P14 P15 P16
1. R01 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
2. R02 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
3. R03 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
4. R04 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
5. R05 1 0 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
6. R06 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
8. R08 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
9. R09 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
11. R11 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
12. R12 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
13. R13 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
14. R14 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
15. R15 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
16. R16 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
17. R17 1 1 0 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
19. R19 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
20. R20 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
21. R21 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
22. R22 1 0 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
23. R23 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
24. R24 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
25. R25 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
26. R26 0 0 0 1 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
142

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan


No.
No. Air Limbah (SPAL) Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P13 P14 P15 P16
27. R27 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
28. R28 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
29. R29 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
30. R30 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
31. R31 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
32. R32 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
33. R33 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
34. R34 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
35. R35 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
36. R36 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
42. R42 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
43. R43 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
44. R44 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
45. R45 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
46. R46 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
47. R47 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
49. R49 0 0 0 1 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
50. R50 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
52. R52 0 0 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
53. R53 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
54. R54 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
143

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan


No.
No. Air Limbah (SPAL) Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn
P13 P14 P15 P16
55. R55 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
56. R56 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
57. R57 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
58. R58 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
144

Kondisi Fisik Saluran Drainase

No. Kondisi Fisik Saluran Drainase


No. Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn P17 P18 P19 P20
1. R01 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
2. R02 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
3. R03 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
4. R04 0 0 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
5. R05 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
6. R06 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
8. R08 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
9. R09 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
11. R11 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
12. R12 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
13. R13 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
14. R14 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
15. R15 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
16. R16 1 0 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
17. R17 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
19. R19 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
20. R20 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
21. R21 0 0 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
22. R22 1 0 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
23. R23 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
24. R24 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
25. R25 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
26. R26 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
27. R27 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
145

No. Kondisi Fisik Saluran Drainase


No. Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn P17 P18 P19 P20
28. R28 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
29. R29 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
30. R30 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
31. R31 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
32. R32 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
33. R33 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
34. R34 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
35. R35 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
36. R36 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
42. R42 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
43. R43 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
44. R44 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
45. R45 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
46. R46 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
47. R47 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
49. R49 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
50. R50 1 0 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 0 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
52. R52 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
53. R53 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
54. R54 1 1 0 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
55. R55 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
56. R56 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
146

No. Kondisi Fisik Saluran Drainase


No. Jumlah Kategori Kode Kelompok
Rspndn P17 P18 P19 P20
57. R57 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
58. R58 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
147

Lampiran 17. Dokumentasi

Wawancara dengan responden

Wawancara dengan responden


148

Wawancara dengan responden

Sungai Beringin
149

Puskesmas Mangkang

Kondisi Fisik Sarana Jamban


150

Kondisi Fisik Saluran Drainase

Anda mungkin juga menyukai