ELIZABETH
NIM 60117050
i
SKRIPSI
ELIZABETH
NIM 60117050
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama : ELIZABETH
Nomor Induk Mahasiswa : 60117050
Program Studi : Kedokteran
Dengan ini menyatakan bahwa, karya skripsi yang saya buat dengan
judul : “HUBUNGAN IBU PENDERITA PREEKLAMPSIA BERAT
DENGAN Intrauterine Growth Restriction DI INDONESIA TAHUN 2018-
2019”
adalah
a. Dibuat dan diselesaikan sendiri, dengan menggunakan tinjauan lapangan,
tinjauan pustaka, dan jurnal acuan lainnya, seperti yang tertera dalam daftar
pustaka pada skripsi saya.
b. Proposal skripsi yang saya buat ini, bukan merupakan karya duplikasi (baik
sebagian mauapun seluruhnya) dari karya tulis lain yang sudah pernah
diduplikasikan atau yang sudah pernah di pakai untuk mendapatkan gelar di
universitas lain, kecuali pada bagian-bagian sumber informasi yang
dicantumkan (sitasi) dengan cara yang semestinya.
c. Proposal skripsi yang saya buat ini, bukan merupakan karya terjemahan dari
buku atau jurnal acuan yang tertera pada skripsi saya.
Apabila saya terbukti tidak memenuhi apa yang telah saya nyatakan di atas, maka
Proposal skripsi saya ini dinyatakan BATAL
Elizabeth
3
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
Oleh :
Nama : Elizabeth
Nomor Induk Mahasiswa : 60117050
Program Studi : Kedokteran
Telah diperiksa dan disetujui dalam Ujian Proposal guna melanjutkan tahap
penelitian dan penyusunan naskah skripsi berikutnya
( Dr. Hudi Winarso, dr., M.Kes., (Salmon Charles P.T Siahaan, dr., Sp.OG)
Sp.And)
(Florence Pribadi, dr., M.Si.) (Dr. Hudi Winarso, dr., M.Kes., Sp.And)
4
PERSETUJUAN TIM PENGUJI SKRIPSI
Pada Hari Selasa, 1 April 2020 telah diselenggarakan ujian proposal, atas nama
Nama : ELIZABETH
Nomor Induk Mahasiswa : 60117050
Program Studi : Kedokteran
Dengan judul proposal :
STUDI LITERATUR HUBUNGAN IBU PENDERITA PREEKLAMPSIA
BERAT DENGAN Intrauterine Growth Restriction DI INDONESIA 2018-
2019
Nama Status Tanda tangan
1. Nama lengkap dan gelar dosen ketua penguji ____________
2. Nama lengkap dan gelar dosen ketua penguji ____________
5
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dari awal
aktivitas kuliah, penelitian, dan penulisan studi literatur dengan judul “STUDI
LITERATUR HUBUNGAN IBU PENDERITA PREEKLAMPSIA BERAT
DENGAN Intrauterine Growth Restriction DI INDONESIA 2018-2019” ini
dapat penulis selesaikan dengan baik sebagai persyaratan akademik dalam
menyelesaikan Program S1 Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Ciputra. Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Dr. Hudi Winarso, dr., M.Kes, Sp.And(K)., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Ciputra, yang juga dosen pembimbing utama saya.
Saya ucapkan terima kasih karena telah banyak membantu dalam
penulisan studi literatur ini dan memberikan banyak inspirasi bagi penulis
serta menyumbang ilmu beliau, baik dalam proses pembelajaran maupun
saat proses penyusunan studi literatur ini mulai awal hingga akhir, serta
masukan beliau sehingga skripsi ini dapat menjadi jauh lebih baik dari
sebelumnya.
2. Florence Pribadi, dr., M.Si., selaku Ketua Program Studi Kedokteran di
Universitas Ciputra, dan dosen wali saya yang telah memberikan semangat
dan motivasi bagi penulis baik saat proses pembelajaran maupun saat
proses pengerjaan skripsi, serta memeriksa dan menyetujui pengajuan
skripsi penulis guna mencapai gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.) di
Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra Surabaya.
3. Salmon Charles P.T Siahaan, dr., Sp.OG., selaku pembimbing
pendamping saya, yang sudah menyumbang banyak ilmu, kritik dan saran
sehingga studi literatur ini dapat terselesaikan dengan jauh lebih baik.
Penulis juga berterima kasih karena beliau banyak menambah wawasan
penulis baik selama proses pembelajaran maupun proses penyusunan studi
literatur ini.
4. William Sayogo, dr., M.Imun., selaku penguji sidang proposal penelitian,
yang telah banyak membantu memberikan masukan dan saran saat
diselenggarakannya sidang proposal penelitian, serta memberikan motivasi
dan nasihat kepada penulis sehingga proses penyusunan skripsi dapat
berjalan dengan baik.
5. Kedua orang tua saya, baik ibu maupun ayah saya yang telah memanjatkan
doa, serta memberikan dukungan dan motivasi bagi saya, baik secara
moral maupun material.
7
6. Seluruh civitas akademik Universitas Ciputra, yang telah bekerja keras
dalam mengerjakan tugasnya sehingga proses pengerjaan proposal
penelitian hingga skripsi dapat terselenggara dengan baik.
7. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu mendukung saya selama berada di
Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra, yakni Nuridho Akbar Sholeh,
Rizki Hayati Suhud, dan Bella Pitaloka.
8. Semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan skripsi tetapi belum
dapat saya sebutkan satu-persatu.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca
berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini
bermanfaat bagi pembaca .
Surabaya, Desember 2020
Elizabeth
8
ABSTRAK
9
ABSTRACT
10
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penelitian
1.3 Manfaat Penelitian
BAB 2. PEMBAHASAN
11
BAB I
PENDAHULUAN
12
dunia, dimana 99% diantaranya terjadi di negara berkembang. Diperkirakan pada
tahun 2015, sekitar 303.000 wanita meninggal selama kehamilan dan persalinan.
Rasio kematian ibu di negara berkembang di tahun 2015 berkisar 239 per 100.000
kelahiran hidup, sementara di Negara maju angka ini jauh lebih rendah
dibandingkan negara berkembang, yaitu berkisar 12 per 100.000 kelahiran hidup.
13
hingga 2007, yaitu dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jika
dibandingkan kawasan ASEAN, AKI pada tahun 2007 masih cukup tinggi.
(PNPK Preeklampsia, 2016). Tiga penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan (30%), hipertensi dalam kehamilan (25%), dan infeksi (12%). Insiden
preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab tersering kedua
morbiditas dan mortalitas perinatal (PNPK Preeklampsia, 2016).
PJT terjadi pada 7 - 10% dari seluruh kehamilan di dunia dan paling
banyak terjadi di Asia, yaitu hampir mencapai 75% dari seluruh kejadian. Ibu
dengan preeklamsia empat kali lebih berisiko mengalami PJT dibanding ibu tanpa
preeklampsia (Mitsui T et al., 2015).
14
tindakan operasi dan skor Apgar rendah dibanding IUGR simetris (Resnik et al.,
2014).
Tiga penyebab terbanyak kematian bayi yaitu asfiksia, bayi berat badan
lahir rendah (BBLR), dan infeksi (WHO,2018). BBLR tidak hanya terjadi pada
bayi prematur, namun terjadi pula pada bayi cukup bulan yang mengalami
hambatan pertumbuhan selama kehamilan (Kemenkes RI, 2015). Intrauterine
growth restriction (IUGR) merupakan salah satu penyebab kematian perinatal dan
neonatal. Rasio mortalitas perinatal dalam kasus IUGR adalah sebesar 5,4/1000
kelahiran hidup (Sharma D, Shastri S, Sharma P, 2016).
15
mengenai hubungan ibu penderita preeklampsia terhadap kejadian IUGR di
Indonesia 2018-2019
16
1.3.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media untuk
menganalisa data etiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan komplikasi
terjadinya preeklampsia pada kehamilan dengan kejadian IUGR yang
tercatat dalam berbagai literatur di Indonesia periode 2018-2019.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
17
a. Vulva
Meliputi seluruh bagian eksterna alat reproduksi dimulai dari pubis hingga
perineal, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput dara
(hymen), vestibulum, muara uretra, dan vaskular.
c. Labia mayora
Merupakan suatu lipatan tipis dari bagian dalam labia mayora. Menuju
arah depan, pada bagian atas klitoris terlihat pertemuan dari kedua labia minora
yang membentuk suatu struktur bernama preputium klitoridis dan bagian
bawahnya disebut frenulum klitoridis. Pertemuan kedua labia minora di bagian
belakang akan membentuk fossa navikulare. Pada umumnya, fossa navikulare
akan nampak cekung dan utuh pada wanita yang belum pernah melahirkan, tetapi
pada wanita yang telah melahirkan akan terlihat menebal dan strukturnya kasar
18
tidak merata. Bagian kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak
glandula sebascea dan juga terdapat banyak ujung saraf, menyebabkan labia
minora merupakan suatu bagian genital yang paling sensitive serta mudah
mengembang. Hal ini disebabkan karena terdapat banyak pembuluh darah serta
otot polos pada jaringan ikat di sekitarnya.
e. Klitoris
f. Vestibulum
Berbentuk lonjong panjang dari depan menuju arah belakang dan bagian
depannya berbatasan dengan klitoris, bagian kiri dan kanannya berbatasan dengan
labia minora dan pada arah belakang berbatasan oleh perineal atau disebut juga
fowrchette. Teletak sekitar 1 - 1,5 cm di bawah klitoris. Dapat ditemukan
orifisium uretra eksterna yang terletak membujur 4 - 5 mm dan terkadang ditutupi
oleh lipatan vagina. Pada bagian kiri dan kanan bawahnya, terlihat dua saluran
Skene atau duktus parauretral, yang merupakan analog kelenjar prostat pria. Pada
bagian kiri dan kanan bawah, tepatnya dekat dengan fossa navikulare, terdapat
kelenjar Bartolin yang berdiameter 1 cm dan posisinya berada di bawah otot
konstriktor kunni. Selain itu kelenjar ini juga memiliki suatu saluran kecil yang
memiliki panjang 1,5 - 2 cm dan bermuara di vestibulum, yang terletak dekat
fossa navikulare.
19
pembuluh darah yang sebagian besar tertutup oleh musculus ischio cavernosus
dan musculus constrictor vaginalis.
h. Introitus vagina
i. Perineal
20
Gambar 2.1 : Genitalia eksterna
Sumber : Ilmu Kebidanan Sarwono, 2010
21
2) Organ genitalia interna
a. Vagina
Epitel vagina merupakan epitel squamouse tanpa tanduk, dan pada bagian
inferiornya terlihat jaringan ikat yang mengalami hipervaskularisasi, sehingga
dinding vagina menjadi berwarna kebiruan, yang disebut livide. Di bagian bawah
jaringan ikat terdapat otot yang tersusun seperti usus dengan bagian interna
terdapat musculus circularis dan bagian eksterna terdapat musculus longitudinalis.
Pada bagian luar otot terdapat suatu jarngan ikat berupa fascia yang elastisitasnya
22
cenderung menurun pada wanita lanjut usia. Bagian superior vagina berasal dari
Duktus Mullerian, sedangkan bagian inferiornya dibentuk oleh sinus urogenitalis.
Di sebelah anterior, dinding vagina terletak berbatasan dengan uretra dan kandung
kemih dan dipisahkan oleh septum vesicovaginalis yang merupakan suatu
jaringan ikat biasa. Pada bagian posterior berbatasan dengan septum
rectovaginalis yang merupakan pembatas di antara bagian inferior vagina dan
rektum. 1/4 superior dinding vagina bagian posterior dipisahkan dari rektum oleh
kavum Douglas. Dinding vagina, baik kiri maupun kanan secara langsung
berhubungan dengan musculus levator ani. Pada bagian teratas vagina yang
dipisahkan oleh serviks, terdapat forniks anterior, posterior dan lateral, baik
sebelah kiri maupun kanan. Bagian teratas dari vagina posterior terletak lebih
tinggi dibandingkan dengan anterior, maka fornix posterior memiliki kedalaman
lebih dibandingkan dengan fornix anterior. Sekitar 1,5 cm pada bagian superior
fornix lateralis terdapat parametrium yang berisi ureter yang melintasi tepat pada
bagian inferior dari arteria uterina. Vaskularisasi vagina berasal dari:
(1) Arteri uterina, yang bercabang menuju serviks dan 1/3 superior vagina.
(2) Arteri vesicalis inferior, yang bercabang menuju 1/3 medial vagina.
(3) Arteri hemoroidalis media dan arteri pudenda interna, yang menuju 1/3
inferior vagina.
Darah lalu akan kembali melalui pleksus vena lalu dilanjutkan menuju
pleksus pampiniformis hingga sampai ke vena hipogastrika dan vena iliaka ke
atas. Kelenjar limfa yang berasal dari 2/3 superior vagina akan melalui kelenjar
limfa yang terletak pada vasa iliaca, sedangkan kelenjar limfa yang berasal dari
1/3 inferior akan melalui kelenjar limfa yang terletak di bagian inguinal.
b. Uterus
Berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng dan berongga dengan
dinding yang terdiri atas susunan otot polos. Memiliki panjang berkisar 7 - 7,5
cm, lebar kira-kira lebih dari 5,25 cm, dengan tebal 2,5 cm, dengan tebal dinding
sekitar 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio
23
yang berarti serviks menuju kearah depan dan membentuk sudut bersamaan
dengan vagina, sedangkan korpus uteri menuju kearah depan dan membentuk
sudut dengan serviks uteri.
24
Canalis cervicalis merupakan saluran yang terletak di bagian dalam
serviks. Kanal ini berfungsi sebagai reseptakulum seminis, serta memiliki bentuk
lonjong dengan perkiraan panjang 2,5 cm. Canalis cervicalis dilapisi oleh suatu
glands serviks serupa dengan sel-sel torak bersilia. Tedapat suatu struktur
berbentuk pintu, terutama pada bagian interna yang disebut ostium uteri interna,
sedangkan pada sisi eksterna terdapat ostium uteri eksterna yang berfungsi
sebagai penilaian jalan lahir dan kemungkinan terjadunya abortus. Secara
histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas :
Terdiri atas dua bagian, yakni kiri dan kanan, ligamentum ini merupakan yang
terpenting dalam memfiksasikan uterus. Ligamentum ini berupa jaringan ikat
tebal yang berjalan dari serviks dan bagian teratas vagina menuju bagian lateral
dari dinding pelvis serta mengandung banyak pembuluh darah, yaitu vena dan
arteria uterina.
25
2) Ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan
Ligamentum ini berfungsi menahan uterus agar tidak bergerak dari tepatnya dan
berjalan dari serviks posterior sebelah kiri dan kanan, menuju os sakrum kiri dan
kanan.
Ligamentum ini berfungsi untuk menahan uterus pada saat antefleksi. Dimulai
dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, menuju regio inguinalis kiri dan kanan.
Seringkali ligamentum ini mengalami kontraksi kuat pada saat kehamilan maupun
persalinan sehingga timbul rasa nyeri pada bagian inguinal.
Ligamentum ini meliputi tuba dan merupakan bagian dari peritoneum visceral
yang terdiri atas dua tuba dan uterus, sehingga membentuk suatu lipatan. Tetapi
tidak memiliki banyak jaringan ikat dan berjalan mulai dari uterus hingga lateral.
Pada bagian dorsal terdapat ovarium sinistrum et dekstrum.
Merupakan ligamentum yang tediri atas jaringan saraf, saluran limfa, arteri dan
vena ovarika serta berperan sebagai penahan tuba Falloppii serta berjalan dari arah
infundibulum menuju dinding pelvis.
26
Di samping ligamentum tersebut pada bagian superior terdapat sudut kiri
dan kanan belakang fundus uteri ligamentum ovarii propria kiri dan kanan yang
berfungsi sebagai penahan ovarium. Ligamentum ovarii proprium ini sama
dengan ligamentum rotundum yang berasal dari gubernakulum. Isthmus adalah
bagian dari uterus yang terletak diantara serviks dan korpus uteri, serta dilapisi
oleh peritoneum visceral yang mudah tergeser pada bagian dasar yang terletak di
sekitar plica vesicouterina. Dinding posterior uterus dilapisi oleh peritoneum
visceral yang pada bagian inferior membentuk suatu kantung yaitu kavum
Douglas, yang akan menonjol apabila terdapat cairan berupa darah atau tumor
yang terletak in situ. Vaskularisasi uterus berasal dari Arteri Uterina kiri dan
kanan dan tersusun atas ramus ascendens dan ramus descendens yang merupakan
cabang dari arteri Iliaca Interna atau arteri Hipogastrika yang kemudian melewati
dasar dari ligamentum latum menembus masuk uterus yang terletak di daerah
serviks sekitar 1,5 cm di atas fornix lateralis vagina. Uterus juga di vaskularisasi
oleh arteri Ovarika kiri dan kanan yang berjalan melewati dinding pelvis bagian
lateral,lalu melewati ligamentum infundibulo-pelvikum, berlanjut menujutuba
Falloppii, yang kemudian akan melakukan anastomosis bersama bagian lateral
dari ramus ascendens arteri uterine, yang merupakan bagian kanan dan kiri uterus.
Selain itu juga terdapat vena yang mengalir menuju vena Hipogastrika dengan
melwati plexus vena. Kelenjar limfa yang berasal dari serviks akan berjalan
menuju region obturatorial dan inguinal, yang dilanjutkan menuju vasa iliaca.
Kelenjar limfa yang berasal dari korpus uteri akan selalu menuju daerah paraaorta
dan paravertebra bagian dalam.
Saraf yang menginervasi uterus sebagian besar tersusun atas sistem saraf
simpatis dan sisanya terdiri atas sistem parasimpatis dan serebrospinal. Sistem
saraf simpatis akan masuk ke rongga panggul melewati plexus hipogastrikus,
yang kemudian menuju bifurkasio aorta dan promontorium hingga ke bawah dan
berakhir pada plexus Frankenhauser yang terdiri atas ganglion berukuran variatif
di ligamentum sakrouterina yang juga menginervasi myometrium dan
endometrium. Sistem saraf, baik simpatis maupun parasimpatis memiliki unsur
sensorik dan motorik yang keduanya bekerja secara antagonis. Saraf simpatis
27
berfungsi dalam kontraksi dan vasokonstriksi, sedangkan saraf parasimpatis
berperan dalam vasodilatasi dan mencegah terjadinya kontraksi.
Saraf sensorik dari uterus berada pada saraf yang berasal dari torakal 11
dan 12, sehingga dapat melanjutkan rasa nyeri dari uterus menuju ke cerebrum
yang merupakan saraf pusat. Sedangkan saraf sensorik dari serviks akan berjalan
dari bagian atas vagina menuju saraf sakral 2, 3, dan 4 dan nervus pudenda dan
nervus ileoinguinalis akan berjalan dari bagian bawah vagina.
28
c. Tuba Falopii
Tuba Falopii sendiri disusun oleh pars interstitial, pars ismika, dan pars
ampullaris. Pars interstitialis merupakan suatu bagian yang terdapat pada dinding
uterus, sedangkan pars ismika merupakan bagian sempit yang terletak pada tengah
tuba. Pars ampullaris merupakan bagian yang agak lebar, dan berfungsi sebagai
saluran serta tempat dimana terjadi fertilisasi. Bagian terakhir dari tuba Falopii
adalah infundibulum. Infundibulum adalah bagian yang memiliki fimbriae,
sehingga berbentuk seperti anemon laut dan merupakan ujung tuba yang terbuka
menuju kea rah abdomen. Fungsi fimbriae adalah menangkap sel telur yang
kemudian masuk ke dalam tuba. Bagian terluar dari tuba dilapisi oleh peritoneum
visceral yang pada hakikatnya adalah bagian dari ligamentum latum dan terdiri
atas otot (dari dalam ke luar), selaput berlipat dengan sel sekresi serta silia yang
berfungsi untuk menyalurkan sel telur maupun zigot menuju kavum uteri dan
bergerak searah dengan getaran silia tersebut, lalu terdapat otot sirkular dan otot
longitudinal.
d. Ovarium
Wanita memiliki 2 ovarium yang terletak di kanan dan kiri. Pada bagian
belakang ligamentum latum kiri dan kanan, ovarium digantung oleh mesovarium.
Memiliki ukuran sebesar ibu jari, dengan panjang berkisar 4 cm, serta lebar dan
tebal 1,5 cm, Hilusnya secara langsung berhubungan dengan mesovarium yang
merupakan lokasi dimana terdapat banyak pembuluh darah dan serabut saraf.
Dengan bagian ujung bawahnya bebas. Permukaan posteriornya menuju ke arah
atas dan belakang, sedangkan permukaan depan menuju bawah dan depan. Bagian
yang terletak di sekitar tuba, yaitu bagian ujung terletak lebih tinggi daripada
bagian ujung lain yang terletak dekat dengan uterus dan biasanya dilapisi oleh
fimbriae yang berasal dari infundibulum. Ujung ovarium yang terletak sedikit ke
bawah secara langsung berhubungan dengan uterus melalui ligamentum ovarii
propria, dimana terjadi penyatuan jaringan otot dengan jaringan otot yang berasal
dari ligamentum rotundum yang kedua ligamentumnya berasal dari
gubernakulum. Embriologik kedua ligamentum berasai dari gubernakulum.
29
Struktur ovarium terdiri atas (1) korteks, bagian luar yang diliputi oleh epitelium
germinatiwm berbentuk kubik dan di dalamnya terdiri atas stroma sena folikel-
folikel primordial; dan (2) medulla, bagian di sebelah dalam korteks tempat
terdapatnya stroma dengan pembuluh-pembuluh darah, serabut-serabut saraf, dan
sedikit otot polos.
(1) Ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas. sekali dan satu nukleolus pula;
(2) Stratum granulosum, yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum; pada
perkembangan lebih lanjut di tengahnya terdapat suatu rongga terisi likuor
follikuli;
(3) Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel-
sel lebih kecil daripada sel granulosa;
(4) Teka eksterna, di luar teka interna yang terbentuk oleh stroma ovarium yang
terdesak. Pada ovulasi folikel yang matang yang mendekati permukaan ovarium
pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang melekat
pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut dilepas.
Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam 2 tahap sebagai
persiapan untuk dapat dibuahi.
30
Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ.
Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel berwarna
merah dan diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebenrar.
Di dalam sel-selnya timbul pigmen kuning dan korpus rubrum menjadi korpus
luteum. Sel-selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapilar dan
jaringan ikat di antararrya. Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan.
Jika tidak ada pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein
mengecil dan menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus
luteum lambat laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi, korpus
luteum tetap ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2,5
cm pada kehamilan 4 bulan. (Sarwono, 2010)
31
2.1.3 Fisiologi Kehamilan
Durasi normal kehamilan yaitu 40 minggu atau 10 bulan atau 280 hari dan
dibagi atass 3 trimester, yaitu trimester 1 antara 0-12 minggu, trimester 2 antara
12-28 minggu, dan trimester 3 antara 28-40 minggu. Tanda kehamilan dibagi
menjadi tanda presumtif, tanda mungkin hamil, dan tanda pasti kehamilan.
1. Tanda presumtif
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) agar dapat
memperkirakan umur kehamilan dan tanggal estimasi persalinan yang dihitung
dengan menggunakan rumus dari Naegle :
32
TTP – (HPHT +7) dan (bulan HT+3)
Biasanya terjadi saat awal kehamilan hingga akhir trimester satu dan karena sering
terjadi saat pagi hari maka disebut morning sickness. Jika mual muntah terjadi
terlalu sering maka disebut hiperemesis.
c. Mengidam (craving)
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu, terutama pada
trimester pertama.
d. Pingsan
Dapat terjadi pingsan bila berada di tempat ramai yang sesak dan padat
e. Tidak ada selera makan (anorexia) yang biasanya terjadi pada trimester 1
kehamilan, dan nafsu makan akan kembali setelah melewati trimester 1.
f. Kelelahan (fatigue)
g. Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri karena hormone estrogen dan
progestron menstimulasi duktus alveoli payudara, Kelenjar Montgomery terlihat
membesar.
h. Miksi sering
Hal ini disebabkan kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini
akan menghilang pada trimester kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini
dapat kembali karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin.
j. Pigmentasi kulit pada muka (chloasma gravidarum), aerola payudara, leher, dan
dinding perut (linea nigra) disebabkan oleh hormon kortikosteroid plasenta
33
l. Pelebaran vena (varises) pada kaki, betis, dan vulva pada trimester 3
a. Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim teraba dari luar dan terlihat pembesaran
perut.
c. Tanda Hegar,
Konsistensi rahim menjadi lunak terutama pada ismus. Pada minggu pertama
ismus uteri hipertrofi seperti korpus uteri, sehingga menjadi panjang dan lunak
d. Tanda Chadwick
Terjadi perubahan warna kebiruan hingga keunguan pada vulva, vagina, dan
serviks yang disebabkan oleh hormone estrogen.
e. Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran yang terkadang tidak merata tetapi daerah telur
nidasi tumbuh lebih cepat, sehingga uterus membesar ke salah satu jurusan.
f. Tanda Braxton-Hicks
Merupakan tanda khas uterus pada saat kehamilan, yaitu mudah terjadi kontraksi
saat dilakukan stimulasi pada uterus. Pada keadaan uterus membesar tanpa
kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda ini tidak ditemukan.
g. Teraba balotemen, yang merupakan fenomena bandul atau pantulan balik dan
merupakan tanda keberadaan janin dalam uterus.
Merupakan cara khas yang dipakai dengan menentukan kadar human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda yaitu dengan menggunakan air kencing
34
pertama pada pagi hari sehingga dapat menentukan diagnosa kehamilan sedini
mungkin
a. Gerakan janin dapat dilihat, dirasakan, dan diraba pada bagian janin
1) Status kesehatan
2) Status gizi
Kebutuhan gizi ibu hamil secara umum yaitu asam folat, zat besi, kalsium,
vitamin D, dan lain-lain.
3) Gaya hidup
35
Ibu hamil yang merokok akan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
persalinan preterm, kelahiran BBLR, kematian perinatal, dan ketuban pecah dini.
Kebiasaan merokok biasanya terjadi pada ibu dengan status sosial-ekonomi
rendah, paritas tinggi, atau memiliki masalah psikologis seperti stress dan depresi.
(Pantikawati dan Saryono, 2010)
36
tidur, riwayat minum obat ibu). Sebuah lokakarya dari National Institute of Child
Health and Human Development (NICHD) tahun 2008 telah menghasilkan
nomenklatur standar untuk definisi dan sistem interpretasi KTG untuk keperluan
strategi penatalaksanaan, prioritas penelitian dalam kaitannya dengan pemantauan
elektronik janin intrapartum. Nomenklatur interpretasi KTG tersebut dibagi
menjadi 3 kategori sebabgai berikut:
Kategori I: Pola normal KTG yang menggambarkan status asam dan basa
janin pada saat observasi dan tidak membutuhkan penatalaksanaan khusus,
meliputi:
• variabilitas moderat
• Variabilitas berkurang atau tidak adanya variabilitias yang tidak diikuti dengan
deselerasi berulang
• Tidak adanya akselerasi setelah dilakukan stimulasi janin (seperti stimulasi kulit
kepala janin, stimulasi vibroakustik, pengambilan sampel darah dari kulit kepala
janin, sinar halogen transabdominal)
• Deselerasi episodik atau periodik, yaitu deselerasi variabel berulang diikuti oleh
variabilitas yang berkurang atau sedang, deselerasi memanjang 2 menit dan
37
kurang dari 10 menit, deselerasi lambat berulang dengan variabilitas sedang,
deselerasi variabel dengan karakteristik lainnya seperti lambatnya kembali ke
frekuensi dasar, “overshoots”, atau “shoulders”.
• Tidak adanya variabilitas denyut jantung janin diikuti dengan deselerasi lambat
berkurang, deselerasi variabel berulang, bradikardia dan pola sinusoid. False
Negative Rate (FNR) NST 2-3 per 1000, NPV 99,8% dan False Positive Rate
(FPR) 80%. Dengan demikian KTG/NST yang dilakukan antenatal untuk melihat
kesejahteraan janin tidak dianjurkan sebagai alat pemantauan tunggal pada janin
dengan PJT (Peringkat bukti II, Rekomendasi A). NST dilakukan setiap minggu,
dua kali perminggu atau setiap hari, tergantung berat ringannya PJT. BPS efektif
untuk memprediksi keluaran perinatal, FNR 0,8 per 1000, NPV 99,9% dan FPR
40%-50%.
38
Kemungkinan adanya kelainan bawaan yang dapat menyebabkan terjadinya
oligohidramnion (agenesis atau disgenesis ginjal) juga perlu diwaspadai. ICA <5
cm dan indeks kantong amnion terdalam < 2 cm memiliki LR positif sebesar 2,5
dan LR negatif 0,94 dan 0,97 dalam memprediksi volume air ketuban < 5 promil.
Suatu penelitian meta analisis yang melibatkan 18 penelitian dengan 10.000
pasien melaporkan bahwa ICA <5 berhubungan dengan peningkatan risiko nilai
Apgar 5 menit < 7 (RR:5,2;CI:95%2,4-11,3) (Peringkat bukti: I dan III,
rekomendasi B).
39
terdeteksi dengan pemeriksaan KTG satu minggu kemudian. Hilangnya
gelombang diastolik / absent end diastolic flow (AEDF) akan diikuti dengan
kelainan pada KTG 3-4 hari kemudian. Gelombang diastolik yang terbalik/
reversed end diastolic flow (REDF) akan disertai dengan peningkatan kematian
perinatal dalam waktu 48-72 jam.25 Dengan demikian, pemeriksaan USG
Doppler dapat digunakan untuk mengetahui etiologi, derajat penyakit dan
prognosis janin dengan PJT.
1. Arteri Umbilikalis
40
Sirkulasi serebral pada kehamilan trimester I akan ditandai oleh gambaran
absent of end-diastolic flow, kemudian gelombang diastolik mulai akan terlihat
sejak akhir trimester I. Doppler velocimetry pada serebral janin juga dapat
mengidentifikasi fetal compromise pada kehamilan risiko tinggi. Jika janin tidak
cukup mendapatkan oksigen akan terjadi redistribusi sentral aliran darah dengan
meningkatnya aliran darah ke otak, jantung dan glandula adrenal. Hal ini disebut
brain-sparing reflux atau brain-sparing effect, yaitu redistribusi aliran darah ke
organ-organ vital dengan cara mengurangi aliran darah ke perifer dan plasenta.28
Pada janin PJT yang mengalami hipoksia akan terjadi penurunan aliran darah
uteroplasenter. Pada keadaan ini, gambaran Doppler akan memperlihatkan adanya
peningkatan indeks resistensi atau indeks pulsatilitas arteri umbilikasis yang
disertai penurunan resistensi sirkulasi serebral yang terkenal dengan fenomena
“brain sparing effect” (BSE) yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh
untuk mempertahankan aliran darah ke otak dan organ-organ penting lainnya.
Pada keadaan hipoksia yang berat, hilangnya fenomena BSE merupakan tanda
kerusakan yang ireversibel yang mendahului kematian janin. Velositas puncak
sistolik MCA merupakan indikator yang baik bagi anemia janin dengan
inkompatabilitas rhesus, namun kurang sensitif untuk menegakkan anemia janin
pada janin dengan PJT.
41
PJT walaupun indeks arteri umbilikalis masih normal.Pemeriksaan CPR juga
diindikasikan pada janin yang kecil dengan nilai Doppler arteri umbilikalis yang
normal. Apabila sudah ditemukan AEDF/REDF pada arteri umbilikalis, maka
pemeriksaan CPR tidak diperlukan lagi.
1. Vena Umbilikalis
42
gambaran gelombang “A”. Pada hipoksia yang berat bisa terlihat gambaran
gelombang A yang terbalik. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pemeriksaan
Doppler DV merupakan prediktor yang terbaik dibandingkan dengan Doppler
arteri uterina dan KTG.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kar,um uteri disebut
desidua kapsularis; yang terletak antari hasil konsepsi dan dinding uterus disebut
desidua basalis; di situ pl"senra akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding
uterus yang lain_ adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi
oleh jonjot-joniot yang dinama.kan vili iorialis dan berpangkal pada korion. Sel-
sel fibrolas mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula iebelah dalam
trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic membrane y"ng k.lrk rnenjadi
korion. Selain itu, vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh
dan bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebuikorion frondosum, yang
berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil
43
konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga lambat-laun menghilang;
korion yang gundul ini disebut korion laevell.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin
dan lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial.
Di sini jelas tidak ada percampu.a.t d.rrh antara darah janin dan darah ibu1a. Ada
juga sel-sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini
akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika
proses melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch.
Janin dan plasenta dihubungkan dengan tali pusat yang berisi 2 arteri dan
satu vena; vena berisi darah penuh oksigen, sedangkan arteriyang kembali dari
janin berisi darah kotor. Bila terdapat hanya satu aneriada risiko 15 % kelainan
kardiovaskular; ini dapat terjadi pada 1 : 200 kehamilan. Tali pusat berisi massa
mukopolisakarida yang disebut .ieli \Tharton dan bagian luar adalah epitel
amnion. Panjang tali pusat bervariasi, yaitu 30 - 90 cm. Pembuluh darah tali pusat
berkembang dan berbentuk seperti heliks, maksudnya agar terdapat fleksibilitas
dan terhindar dari torsi. Tekanan darah arteri pada akhir kehamilan diperkirakan
70/60 mmHg, sedangkan tekanan vena diperkirakan 25 mmHg. Tekanan darah
yang relatif tinggi pada kapilar, termasuk pada viii maksudnya ialah seandainya
terjadi kebocoran, darah ibu tidak masuk ke janin. Pada kehamiian aterm arus
darah pada tali pusat berkisar 350 ml/menit. Pada bagian ibu di mana aneri spiralis
menyemburkan darah, tekanan relatif rendah yaitu 10 mmHg. Arus darah
uteroplasenta pada kehamilan aterm diperkirakan 500 - 750 ml/menita. Patologi
pada berkurangnya arus darah uteroplasenta, misalnya pada preeklampsia,
mengakibatkan perkembangan janin terhambat (PJT). Konsep yang diterima saat
ini ialah implantasi plasenta yang memang tidak normal sejak awal menyebabkan
model arteri spiralis tidak sempurna (relatif kaku). Hal ini menyebabkan sirkulasi
uteroplasenta abnormal dan berakibat risiko preeklampsia (Sarwono, 2010).
44
2.2.1 Definisi
3. Preeklampsia adalah hipertensi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang
disertai dengan proteinuria dan edema. Preeklamsia dikategorikan berat jika
tekanan darah sistolik ≥ 160 mm Hg atau tekanan diastolik ≥ 110 mm Hg pada
pemeriksaan 2 kali dengan jeda waktu 6 jam ketika pasien sedang dalam keadaan
bed rest.
45
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the
National High Blood Pressure Education Program Working Group on High
Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001, ialah:
2.2.1 Definisi
46
ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan
diatas 20 minggu. Edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena
sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilannormal. (POGI, 2014)
47
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi
ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi
menjadi preekiampsia ringan dan preeklampsia berat. Pembagian preeklampsia
menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda,
sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklampsia ringan dapat
mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma.
48
gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta,
oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan absent or
reversed end diastolic velocity (ARDV). (PNPK Preeklamsia, 2016)
1. Nulipara
2. Gestasi multifetal
5. Hipertensi kronis
6. Diabetes pregestasional
8. Nefropati
9. Sindrom antifosfolipid
10. Obesitas
1. Obesitas
2. Kehamilan multifetal
49
3. Usia ibu
4. Hiperhomosisteinemia
5. Sindrom metabolik
2.2.3 Etiologi
2.2.4 Patofisiologi
Pada hipertensi dalam kehamilan, tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan
otot arteri spiralis, sehingga jaringan matrix di sekitarnya tetap kaku dan keras.
Akibatnya, lumen arteri spiralis tidak mengalami distensi dan vasodilatasi,
sehingga arteri spiralis mengalami vasokontriksi yang berujung pada kegagalan
remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Plasenta yag mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (radikal
bebas) terutama radikal hidroksil yang sangat toksik dan merusak membran sel
yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak,
50
sehingga terjadi kerusakan nukleus dan protein sel endotel dan berujung pada
disfungsi sel endotel yang kemudian menyebabkan :
Konsumsi minyak ikan, termasuk minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko
preeklamsia. Hal ini disebabkan karena minyak ikan mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat
aktivasi trombosit, dan mencegah vasokotriksi pembuluh darah. Selain itu
defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil mengakibatkan risiko terjadinya
preeklamsia/eklamsia.
51
nekrotik trofoblas meningkat, yang mengakibatkan terjadinya respon inflamasi
yang mengaktivasi sel endotel dan makrofag. (Sarwono, 2010)
1) Sistem imun
Respon inflamasi dari imunitas innate memiliki peran penting, karena sel
natural killer (NK) memproduksi sitokin, yang mempromosikan infiltrasi arteri
spiral oleh trofoblas dan menyebabkan respon inflamasi pada desidua secara
intens dan sistemik dan terlibat pada disfungsi sel endotel dan aktivasi leukosit.
Preeklampsia disebut juga dengan penyakit 2 fase yang dimulai dengan plasentasi
buruk dan penurunan vaskularisasi uteroplasenta, dan mengakibatkan hipoksia
plasenta. Fase satu ini kemudian akan diikuti dengan pelepasan berbagai mediator,
yaitu faktor pertumbuhan dan soluble receptors, sitokin inflamasi, debris plasenta,
dan produk hasil stress oksidatif. Mediator-mediator ini kemudian akan
menyebabkan disfungsi sel endotel dan sindrom inflamasi sistemik, yang
menyebabkan munculnya manifestasi klinis preeklampsia pada fase dua.
52
bioavailabilitas NO melalui penurunan produksi atau peningkatan konsumsi oleh
stress oksidatif karena NO sangat reaktif terhadap radikal bebas. Kadar NO yang
rendah menyebabkan penurunan vasodilatasi pada aliran darah uteroplasenta.
53
2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
4. Edema Paru
5. Edema Paru
54
7. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta:
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan absent or
reversed end diastolic velocity (ARDV).
2.2.5 Komplikasi
55
ikterus yang belum diketahui secara jelas disebabkan oleh kerusakan sel liver atau
destruksi eritrosit dengan nekrosis periportal liver yang merupakan akibat dari
vasospasme aretiole umum dan merupakan salah satu kelainan khas yang ditemui
pada penderita preeklamsia. Dapat terjadi sindroma HELLP, kelainan
ginjal,edema pulmonal, kehilangan penglihatan sementara dan dapat disertai
dengan pendarahan retina yang merupakan tanda gawat apopleksia serebri.
Komplikasi lainnya meliputi trauma atau fraktur akibat kejang, aspirasi
pneumonia, DIC (disseminated intravascular coagulation), prematuritas,
dismaturitas, dan kematian janin intrauterin. Selain itu juga terjadi pendarahan
otak yang merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal penderita
preeklampsia.
2.3.1 Definisi
56
terhambat pada janin meliputi persalinan sewaktu-waktu karena janin mengalami
hipoksia kronik sehingga dapat menyebabkan kematian. Risiko pada janin sendiri,
janin lahir kemungkinan akan mengalami asfiksia saat lahir, hipoglikemia karena
sumber energi seperti lemak kurang, polisitemia yang disebabkan karena hipoksia
intrauterin, hipotermia, bahkan dapat menyebabkan kematian. Risiko saat anak-
anak, bayi yang terlahir dengan pertumbuhan janin terhambat akan mengalami
kejar tumbuh (catch-up growth), beberapa tetap pendek dan kurus. Anak yang
dilahirkan dengan berat dan pertumbuhan tidak normal akan berdampak setelah
dewasa, misalnya mengalami risiko penyakit NIDDM (non-insulin-dependent
diabetes mellitus) tipe 2, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke
(Lissauer et al., 2009).
57
Gambar 2.8 : Kurva pertumbuhan janin
Sumber : Creasy and Resnik's maternal-fetal medicine: principles and practice,
2014.
58
sering disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi. Sementara itu PJT
asimetris adalah janin yang berukuran badan tidak proporsional, gangguan
pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester III, sering disebabkan oleh
isufisiensi plasenta. Jika faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada awal
kehamilan yaitu saat fase hiperplapsia (biasanya akibat kelainan kromosom dan
infeksi), akan menyebabkan PJT yang simetris. Jumlah sel berkurang dan secara
permanen akan menghambat pertumbuhan janin dan prognosis jelek. Penampilan
klinis berupa proporsi tubuh yang tampak normal karena berat dan panjang sama-
sama terganggu, sehingga indeks ponderal normal. Sementara itu, jika faktor yang
menghambat pertumbuhan terjadi pada saat kehamilan lanjut, yaitu saat fase
hipertrofi (biasanya akibat gangguan fungsi plasenta, misal pada preeklampsia),
akan menyebabkan ukuran sel berkurang, menyebabkan PJT asimetris yang
mempunyai prognosis lebih baik. Lingkaran perut kecil, skeletal dan kepala
normal, dan indeks ponderal abnormal. (PNPK PJT, 2016)
59
terlihat pola khas deteriorasi berkembang dari peningkatan abnormalitas UA dan
venous Doppler hingga parameter biofisik abnormal yang seringkali merupakan
indikasi persalinan pretermal. Sedangkan pertumbuhan janin terhambat dengan
late onset biasanya dikaitkan dengan penyakit plasenta ringan dengan indeks
Doppler UA normal atau abnormalitas minimal, tetapi ditemukan RJP abnormal
dan tidak terdapat adaptasi kardiovaskular yang jelas di luar sirkulasi serebral.
Digunakan cut-off diagnosa 32 minggu atau 34 minggu saat persalinan
memaksimalkan perbedaan antara FGR early onset dan late onset.
Stadium 0 : Fetus dengan EFW atau AC < 10 persentile. Doppler UA dan MCA
dalam batas normal.
Stadium 2 : Fetus dengan EFW atau AC < 10 persentile. Tidak terlihat aliran atau
terdapat aliran terbalik pada Doppler UA
Stadium 3 : Fetus dengan EFW atau AC < 10 persentile. Tidak terlihat aliran atau
terdapat aliran terbalik pada Doppler DV.
60
1. Hipertensi dalam kehamilan
2. Gemeli
3. Anomali janin/trisomi
4.Sindrom Antifosfolipid
5. SLE
7. Penyakit jantung
8. Asma
61
perdarahan antepartum, penderita penyakit jantung, dan kehamilan multipel
sedangkan sepertiga lainnya berasal dari kelompok kehamilan tidak mempunyai
risiko. Nutrisi maternal juga berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin. Beberapa bukti menunjukkan bahwa pertumbuhan janin
yang paling rentan terhadap kekurangan nutrisi maternal (contohnya, protein dan
mikronutrien) adalah selama periode peri-implantasi dan periode perkembangan
plasenta yang cepat. (PNPK PJT, 2016)
Berbagai faktor yang menyebabkan PJT terdiri dari faktor janin, faktor
plasenta dan tali pusat, dan faktor ibu. Faktor janin meliputi kelainan kongenital
dan kelahiran multipel. Faktor plasenta dan tali pusat yaitu insufisiensi plasenta,
insersi velamentosa tali pusat, dan vasa previa. Sedangkan faktor ibu meliputi
nutrisi buruk pada ibu, gaya hidup yang buruk, infeksi pada ibu, penyakit
vaskular, penyakit ginjal, dan diabetes pregestasional (Cunningham et al., 2010)
Faktor risiko PJT menurut (Vayssiere C et al., 2015) yaitu riwayat PJT
sebelumnya, usia maternal > 35 tahun, primipara dan grandemultipara, penyakit
hipertensi seperti hipertensi kronis, preeklamsia, dan hipertensi gestasional,
diabetes, perokok berat, konsumsi alkohol dan narkotika, obesitas, berat badan
terlalu rendah, assisted reproductive technology dan status sosial ekonomi rendah.
62
aneuploida (triplody, trisomi 13,18,21), mikrodelesi 4p-, imprinting (Silver-Russel
syndrome), sindrom genetik dan anomali fetal, gestasi multifetus dengan
gangguan pertumbuhan. Sedangkan faktor plasenta dipengaruhi oleh insufisiensi
aliran uteroplasenta, chorionic separation (abrupsi parsial, hematoma), infark vili
ekstensif, insersi plasenta marginal atau velamentous (chorion regression),
malformasi mayor uterus (unicornuate uterus), mosaik plasenta terbatas, maturasi
plasenta lanjut. (F. Figueras., et al, 2018)
2.3.3 Etiologi
Kurang lebih 80-85% PJT terjadi akibat perfusi plasenta yang menurun
atau insufisiensi utero-plasenta dan 20% akibat karena potensi tumbuh yang
kurang. Potensi tumbuh yang kurang tersebut disebabkan oleh kelainan genetik
atau kerusakan lingkungan. Secara garis besar, penyebab PJT dapat dibagi
berdasarkan faktor maternal, faktor plasenta dan tali pusat, serta faktor janin. Di
RS Dr. Soetomo Surabaya penyebab PJT adalah preeklamsia/ Eklamsi 79%, dan
17%, 3,4% dari kehamilan dengan KMK di empat pusat fetomaternal menderita
cacat bawaan. (PNPK PJT, 2016)
63
PJT dapat disebabkan oleh faktor maternal, janin atau plasenta. Sebagian
dapat diketahui intrauterine dan sebagian lagi baru diketahui setelah dilakukan
autopsi. (Resnik dan Creasy, 2014)
2. Faktor plasenta
Etiologi dari IUGR sangat banyak dan bervariasi. 40% kasus IUGR
disebabkan oleh faktor maternal dan kontribusi genetic fetal dan 60% disebabkan
faktor lingkungan fetal. Kasus infeksi dan kelainan kromosom biasanya terjadi
pada fetus < 3 sentile ketika diagnosa IUGR ditegakkan. Etiologi lain penyebab
IUGR yaitu anomali struktural / kongenital, infeksi kongenital, kehamilan
multipel, nutrisi maternal inadekuat, paparan obat-obatan, faktor plasenta, dan
kelainan vaskular maternal. (John T. Queenan et al, 2015)
2.3.4 Patofisiologi
64
infark dan kerusakan oleh sitokin, akan menyebabkan terjadi angiogenesis tidak
menentu pada plasenta, sehingga menghambat fungsi dari plasenta.Ditemukan
faktor spesifik lain sebagai penyebab terjadinya PJT yaitu insulin dan insuline
growth like factors (IGF) – 1 dan 2 yang merupakan hormon anabolik untuk
pertumbuhan janin. Pada PJT ditemukan kadar IGF-1 rendah dan IGF binding
protein yang tinggi. Hal ini didukung dari suatu penelitian yang melaporkan delesi
parsial pada gen IGF-1 yang ditemukan pada bayi PJT dengan berat badan yang
ekstrim. Disamping itu IGF-1 juga berperan pada invasi dan difrensiasi trofoblas
serta pertumbuhan dari plasenta. (Baschat, 2012)
65
bersamaan dengan terjadinya branching angiogenesis pada trimester 1 dan 2 dan
non-branching angiogenesis pada trimester 2 dan 3 yang bertanggungjawab atas
aliran darah uterin normal. Ketika proses ini mengalami kegagalan, maka
pengiriman nutrisi ke fetus (oksigen, asam amino, karbohidrat, lipid) menjadi
inadekuat, yang mengakibatkan terjadinya hipoksia fetus karena akumulasi zat
asam metabolic yaitu asam laktat, asam urat, dan asam keton sehingga terjadi
acidemia. (John T. Queenan et al., 2015)
66
antenatal care (ANC) sejak umur kehamilan 20 minggu sampai aterm. Walaupun
beberapa kepustakaan mempertanyakan keakuaratan pengukuran tinggi fundus
tersebut, khususnya pada pasien yang obesitas. Jika ada perbedaan sama atau lebih
besar dari 3 cm dengan kurva standar, perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Pada kehamilan yang berisiko terjadi PJT pemeriksaan USG serial
perlu dilakukan. Pemeriksaan dapat dilakukan pertama kali pada kehamilan
trimester I untuk konfirmasi haid pertama yang terakhir (HPHT). Kemudian pada
pertengahan trimester II (18-20 minggu) untuk mencari kelainan bawaan dan
kehamilan kembar. Pemeriksaan USG diulang pada umur kehamilan 28-32
minggu untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan dan fenomena brain sparing
effect (oligohidramnion dan pemeriksaan Doppler velocimetry yang abnormal).
Diagnosis PJT ditegakkan berdasarkan taksiran berat janin atau lingkar
perut/abdominal circumference (AC) yang sama atau kurang dari 10 persentil dari
pemeriksaan USG yang diakibatkan oleh proses patologis sehingga tidak dapat
mencapai potensi pertumbuhan secara biologis. Penapisan PJT dapat dilakukan
jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda:
3. Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau < 8 kg
pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
5. HC/AC > 1
6. Volume cairan ketuban berkurang (ICA < 5 cm atau cairan amnion kantung
tunggal terdalam < 2 cm)
67
2. Mengukur tinggi fundus uteri (TFU); akurasinya terbatas untuk mendeteksi
janin KMK, sensitivitas 56-86%, spesifisitas 80-93%. Dengan jumlah sampel
2941, sensitifitas 27%, spesifisitas 88%. Pengukuran TFU secara serial akan
meningkatkan sensitifitas dan spesifisitas, sehingga dianjurkan pada kehamilan
diatas usia 24 minggu (Peringkat Bukti: II dan III, Rekomendasi B). Namun
demikian, pengukuran TFU tersebut tidak meningkatkan luaran perinatal
(Peringkat Bukti: Ib).
3. Taksiran berat janin (TBJ) dan abdominal circumference (AC); metode ini lebih
akurat untuk mendiagnosis KMK. Pada kehamilan risiko tinggi dengan AC<10
persentil memiliki sensitifitas 72,9-94,5% dan spesifisitas 50,6-83,8% untuk
mendiagnosis KMK. Pengukuran AC dan TBJ ini dapat memprediksi luaran
perinatal yang jelek (Peringkat bukti: II, Rekomendasi B). Namun pada kehamilan
risiko rendah, dibuktikan dari review sistematis dalam Cohrane database bahwa
pemeriksaan USG setelah umur kehamilan 24 minggu tidak meningkatkan luaran
perinatal. (Peringkat Bukti: Ia, Rekomendasi A).
Penentuan usia gestasi lebih awal dan pengukuran berat badan serta tinggi
fundus uteri (TFU) ibu selama kehamilan sangat membantu mendeteksi
pertumbuhan janin terhambat pada ibu hamil berisiko maupun tidak berisiko
secara sederhana, murah, dan akurat. Pemeriksaan TFU sebaiknya dimulai sejak
usia kehamilan 20 minggu. Jika perbedaan > 3 cm dari normal maka sebaiknya
dilanjutkan dengan pemeriksaan ultrasonografi. (Bamfo dan Odibo,2011 dan
Gardosi., 2012).
68
Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen dan pengukuran tinggi fundus uteri
teraba 3 cm diatas simfisis pubis. Skrining trimester pertama dan kedua dapat
menggunakan serum maternal yaitu PAPP-A, alpha-fetoprotein, diametric inhibin
A, dan hCG total atau bebas. Kadar PAPP-A yang rendah dan kenaikan kadar
alpha-fetoprotein, dimetric inhibin A, dan hCG total atau bebas terkait dengan
IUGR dan preeklamsia. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan cairan amnion
yang dapat dilaporkan dalam maximum vertical pocket atau dengan AFI 4
kuadran. Volume cairan amnion rendah didefinisikan setelah usia kehamilan > 37
minggu dengan AFI < 5 cm atau maximum vertical pocket < 2 cm. Pada
pemeriksaan placental ultrasound terlihat plasenta yang kecil dan tebal, dengan
lesi kistik ekogenik dan jelly-like appearance yang disebabkan formasi abnormal
dari vili. (F.Figueras., et al, 2018)
Volume cairan amnion rendah adalah tanda klinis pertama pada bayi yang
mengalami PJT. Oligohidroamnion didefinisikan sebagai tinggi kuadran terbesar,
dengan cara pengukuran vertical < 2 cm atau ICA (indeks cairan amnion) < 5 cm.
Pada salah satu studi insiden PJT akan meningkat 4 kali dan angka kesakitan
meningkat 2 kali dengan ICA borderline ( 5 – 10 cm). (Bank, dan Miller, 1999)
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi baru lahir yang mengalami
IUGR simetris menunjukkan tanda-tanda malnutrisi. Terdapat kepala yang lebih
besar dari badan (brain sparing effect), fontanela anterior besar dan lebar
disebabkan formasi tulang membran kurang baik, tidak terdapat lemak buccal (old
man look), abdomen kecil atau skapoid, tali pusat tipis dan seringkali terdapat
mekonium, massa otot skelet dan jaringan lemak subkutan berkurang, kulit kendor
dan kering serta mudah terkelupas, kuku panjang, tangan dan kaki relatif lebih
besar dari badan, terdapat lipatan kulit kendor pada leher, aksila, inter-skapula,
dan gluteal (lebih dari 3 lipatan), bayi rewel dan tegang, formasi kuncup payudara
abnormal dengan genital imatur. Sedangkan pemeriksaan fisik pada bayi IUGR
asimetris mungkin akan menunjukkan gejala serta tanda klinis berbeda, seperti
fasies dismorfik, anomali congenital sugestif abnormalitas kromosom, paparan
obat intrauterine, dan tanda infeksi virus congenital terutama TORCH
69
(microechepaly, petechiae, blue-berry muffin yaitu lesi kulit ungu karena
eritropoesis dermal, cacat jantung, hepatosplenomegali, kalsifikasi intrakranial,
korioretinitis, dan katarak). Selain itu dapat digunakan indeks ponderal untuk
mengukur derajat malnutrisi fetal dengan rumus (PI=[berat{dalam gram} x
100]÷[panjang {dalam cm}]). Jika PI < 10 persentile, maka fetus dinyatakan
malnutrisi. Sedangkan pada PI< 3 persentile merupakan indikasi severe fetal
wasting. Terdapat Kanawati dan McLaren’s Index yang menghitung rasio mid-
arm circumference dan mid-arm/ head circumference. Rasio normal (MAC/HC)
adalah 0.32-0.33. Rasio < 0.27 mengindikasikan malnutrisi fetus. J Metcoff
menciptakan Clinical Assesment of Nutrition Score (CAN) Score yang terdiri atas
9 parameter yaitu rambut, pipi, leher, dagu, lengan, paha, punggung, bokong,
dada, dan abdomen. Skor maksimum adalah 36 dengan setiap parameter memiliki
poin maksimal 4 dan poin minimal 1, dimana poin 4 menandakan nutrisi baik dan
poin 1 menandakan malnutrisi. Neonatus dengan skor CAN < 25 mengindikasikan
malnutrisi. Diketahui bahwa CAN score lebih efektif dari antropometri, indeks
ponderal, perbandingan umur/ berat badan, MAC/HC dan BMI untuk
mendiagnosa IUGR. Terakhir, dapat digunakan Cephalization Index yang
merupakan rasio head circumference (HC) dengan berat badan. Pada IUGR parah
rasio otak terhadap badan lebih tinggi, dan ketika Cephalization Index tinggi maka
vulnerabilitas otak akan meningkat yang menyebabkan peningkatan risiko
terjadinya cerebral palsy dan retardasi psikomotor parah. (Deepak Sharma., et al.,
2016)
70
Skrining pada trimester pertama atau kedua dengan menggunakal uterine
Doppler dan gejala maternal dapat mendeteksi pertumbuhan janin terhambat pada
early onset hingga 90%. Penegakkan diagnosa pertumbuhan janin terhambat yang
sejauh ini digunakan adalah berat badan fetus < 10 sentile, atau abdominal
circumference < 10 sentile atau pertumbuhan fetus menurun (lintasan
pertumbuhan melintasi dua kuartil). Pada pemeriksaan uterine artery (UtA)
Doppler pada fase awal pertumbuhan janin terhambat, terlihat insufisiensi
plasenta pada maternal dan insufisiensi plasenta sekunder yang disebabkan
mekanisme patofisiologis lain selain invasi sel trofoblas yang rusak. (Figueras, F.,
Gratacos, E., 2017)
71
gambaran ultrasonografi akurat, tetapi tidak sebaiknya digunakan ketika pangkal
embrio telah prominen pada yolk sac dan crown rump length (CRL) dapat diukur
secara transvaginal ketika berukuran 5 mm atau lebih. Selain pengukuran CRL
dapat digunakan standar pengukuran biometri lain seperti biparietal diameter
(BPD), head circumference (HC), abdominal circumference (AC), dan femur
length (FL). Petunjuk lain yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis IUGR yaitu :
72
- Estimasi berat badan < 10 persentile
- AFI ≤ 5 cm
2.3.5 Komplikasi
73
angiogenesis plasenta (non-branching angiogenesis). Gangguan angiogenesis
menyebabkan gangguan penyaluran nutrisi berupa oksigen, asam amino,
karbohidrat, dan lipid menuju plasenta, sehingga fetus akan mengalami hipoksia.
Pada fetus yang mengalami hipoksia, terjadi akumulasi zat asam metabolik (asam
laktat, asam urat, dan asam keton) sehingga terjadi acidemia. Acidemia akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan janin terhambat asimetris, dan jika
berlanjut akan terjadi kerusakan tingkat nukleus dan mitokondria, sehingga
produksi radikal bebas akan meningkat dan akibatnya terjadi pertumbuhan janin
terhambat yang simetris.
74
sebanyak 26 orang dengan jumlah persentase 84%, dan yang mengalami
preeklampsia ringan 7 orang responden dengan jumlah persentase 16%, yang
mengalami IUGR dengan jumlah 26 orang dengan Persentase 29%, 7 orang
dengan persentase 16%, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian ini
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara PEB dengan terjadinya IUGR
pada janin.
75
melahirkan bayi dengan IUGR dibandingkan dengan Ibu hamil tanpa PEB. Ibu
yang mengalami PEB melahirkan bayi dengan kondisi IUGR sebanyak 48 bayi
(65,8%) dan kondisi tidak IUGR sebanyak 25 bayi (34,2%). Sedangkan pada ibu
hamil dengan tidak PEB melahirkan bayi dengan kondisi IUGR sebanyak 1 bayi
(1,4%) dan kondisi tidak IUGR sebanyak 72 bayi (98,6%). Berdasarkan analisis
dengan chi square test, terdapat hubungan yang bermakna antara PEB pada
kehamilan dengan IUGR yaitu p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan dari penelitian
ini terdapat hubungan antara PEB dengan IUGR di RSUP Dr. M. Djamil Padang
periode Januari – Desember 2013.
4. Penelitian studi analitik dengan metode case control yang dilakukan (Lisa
Kusuma Wati, Pinda Hutajulu, Mardhia, 2012) pada tahun 2012. Data
dikumpulkan dari rekam medis 210 ibu yang melahirkan di RSUD dr. Soedarso,
yang diambil secara consecutive sampling untuk 105 kelompok kasus dan
systematic random sampling untuk 105 kelompok kontrol pada periode 1 Januari
2012 hingga 31 Desember 2012. Data dianlisis secara univariat dan bivariat.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan preeklampsia berat
dengan kejadian IUGR dengan menghitung nilai significancy dan besarnya odds
ratio (OR). Hasil penelitian menujukkan terdapat hubungan yang bermakna antara
preeklampsia berat dengan kejadian IUGR dengan nilai significancy (P) 0,000
(P<0,05). Ibu yang mengalami preeklampsia berat selama kehamilan memiliki
risiko lebih besar untuk mengalami IUGR dibandingkan ibu yang tidak
mengalami preeklampsia dengan(OR) sebesar 4,164.
76
teknik total sampling. Menurut hasil penelitian, distribusi frekuensi faktor
penyebab IUGR adalah salah satunya preeklampsia berat (20.9%) sebanyak 19
responden, sehingga menyimpulkan adanya keterkaitan antara preeklampsia berat
dengan terjadinya IUGR.
77
memiliki 46 sampel khusus ibu hamil dengan diagnosa PEB selama periode 1
Januari 2017- 31 Desember 2018 dan 46 sampel kontrol ibu hamil tanpa diagnosa
PEB selama periode 1 Januari 2017- 31 Desember 2018. Data analisis uji chi
square menunjukkan adanya korelasi antara preeklampsia berat dengan IUGR
(p=0,000).
mati). Luaran perinatal meliputi berat bayi lahir rendah (BBLR) 22 kasus
(51,16%), pertumbuhan janin terhambat 7 kasus (16,28%), prematur 23 kasus
(53,49%), asfiksia neonatorum 14 kasus (35%), dan kematian perinatal 4 kasus
(9,3%). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa sebagian besar bayi
yang dilahirkan oleh ibu preeklamsia-eklamsia merupakan bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) diikuti dengan pertumbuhan janin terhambat.
78
pada preeklampsia berat diiukuti oleh hipermaturitas vili, sehingga preeklampsia
berat dapat berkembang menjadi IUGR.
11. Penelitian case control yang dilakukan (Srinivas SK, Edlow AG, Neff PM
et al., 2010) dengan 430 variabel kasus adalah pasien penderita preeklampsia
berat dan 568 variabel kontrol adalah pasien yang bukan penderita preeklampsia
berat. Pada penelitian ini ditemukan preeklampsia berat berhubungan dengan
IUGR < 10% (Adjusted odds ratio/ AOR= 1.82 (1.11-2.97), sehingga dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara preeklampsia berat dengan perkembangan
kejadian IUGR.
79
(16,7%), dan kematian perinatal 23 kasus (9,3%), sehingga dapat dinyatakan
adanya keterkaitan preeklampsia berat dengan kejadian pertumbuhan janin
terhambat.
17. Penelitian dengan metode case control yang dilakukan (Taj Muhammad,
Asmat Ara Khattak, Shafiq Ur Rehman et al., 2010) dengan menggunakan data
sekunder rekam medis Lady Reading Hospital Peshawar Pakistan periode Maret
2008- April 2009 dengan variabel kasus bayi IUGR (n=200) dan variabel kontrol
80
bayi average for gestational age (AGA) (n=200) menyatakan preeklampsia berat
meningkatkan kejadian IUGR dengan OR= 3.8.
20. Hasil penelitian (Tammy Hod et al., 2015) menunjukkan bahwa mayoritas
kasus IUGR disebabkan karena preeklampsia dan hipertensi kronis pada maternal.
Pada ibu penderita preeklampsia, janin memiliki OR=3.0 sehingga risiko
terserang IUGR yang mengakibatkan peningkatan mortalitas janin lebih tinggi
pada ibu penderita preeklampsia berat daripada ibu normotensif.
81
BAB III
3.1 Kesimpulan
82
pertumbuhan janin terhambat yang simetris. (John T. Queenan et al, 2015)
.
3.2 Saran
Berikut ini tertulis berberapa saran dari penulis yang mungkin akan
berguna untuk pengembangan lebih lanjut :
83