Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN TENTANG TINGKAT PENGETAHUAN GIZI

DENGAN ASUPAN ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA


REMAJA USIA 15-18 TAHUN DI SMA X
SKRIPSI

Bidang ilmu: ilmu kedokteran


SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

SORAYA OLYFIA
030.10.258
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
SORAYA OLYFIA
UNIVERSITAS TRISAKTI
030.10.258
JAKARTA, FEBRUARI 2016
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, FEBRUARI 2016

PERSETUJUAN
Skripsi

Judul:
HUBUNGAN TENTANG TINGKAT PENGETAHUAN GIZI DENGAN ASUPAN
ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA USIA 15-18 TAHUN DI SMA X
Nama Mahasiswa: Soraya Olyfia
NIM 03010258

Telah disetujui untuk diuji di hadapan


Tim Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Pada Bulan Februari 2016

Pembimbing

(dr. Nadifa Agil Sp. BA)

PENGESAHAN SKRIPSI
2

HUBUNGAN TENTANG TINGKAT PENGETAHUAN GIZI DENGAN ASUPAN


ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA USIA 15-18 TAHUN DI SMA X

SORAYA OLYFIA
030.10.258

Telah diuji dan disahkan didepan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Pada Bulan Februari 2016


Ketua Penguji
Nama :
NIK

Penguji I
Nama :
NIK

Penguji II
Nama :
NIK

:
Jakarta,.........................2016
Dekan FK Trisakti
Nama: Dr.Hj. Suriptiastuti,DAP&E,MS
NIK : 1094/USAKTI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI


3

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama

: Soraya Olyfia

NIM

: 03010258

Program Studi

: Sarjana Kedokteran

Alamat Korespondensi

: Jl. Raya Serang KM. 17,5 RT/RW 001/002 No. 10 , Cikupa,


Tangerang

Telepon / mobile

: 082114427418

E-mail

: rtsorayaolyfia@gmail.com

Judul skripsi

: Hubungan tentang tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi


dan makronutrien pada remaja usia 15-18 tahun di SMA X

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil
karya ilmiah sendiri. Skripsi ini belum pernah diajukan sebagai suatu karya ilmiah untuk
memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi
ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan SK Permendiknas No. 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan
penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya.
Jakarta, Februari 2015

Soraya Olyfia
03010258

Kata Pengantar
4

Bismillahirahmannirrahim, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena


atas berkah dan nikmat Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Hubungan tentang tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi dan makronutrien pada
remaja usia 15-18 tahun di SMA X. Penulisan skripsi ini merupakan sebagian syarat untuk
memperoleh derajat Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Univeritas Trisakti. Skripsi ini
selanjutnya akan disunting kembali dan disusun dalam bentuk manuskrip jurnal yang akan
dipublikasikan secara online (e-journal).
Penulis memilih judul tersebut dikarenakan pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor
mandiri yang memengaruhi asupan makronutrien. Namun terdapat faktor lain selain pengetahuan
gizi yang turut memengaruhi pemilihan dan pola konsumsi individu.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah
sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Nadifa Agil Sp. BA, selaku dosen pembimbing skripsi, yang selalu sabar
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberi masukan, kritik,
solusi, dorongan dan semangat dalam penyusunan skripsi penulis.
2. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kedokteran Trisakti yang selama 4 tahun ini telah
mengajar, membimbing, dan membantu dalam kegiatan perkuliahan.
3. Keluargaku tercinta, Babah, Mama, dan seluruh keluarga besar yang selalu memberi
semangat, dan selalu mengingatkan penulis akan kewajiban penyusunan skripsi ini
agar penyelesaian skripsi ini berjalan lancar. Terimakasi juga untuk semua bantuan
yang telah diberikan selama penelitian berlangsung.
4. Sahabat-sahabatku tersayang, Endah, Bela, Fefi, Gita, Ka Ratika, Rama, Arga serta
semua sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu,
terimakasih atas dorongan, semangat, masukan, dan nasehat-nasehat dalam penulisan
skripsi ini.
5. Teman-teman di Fakultas Kedokteran Trisakti yang telah memotivasi penulis selama
masa perkuliahan sampai skripsi ini selesai dibuat.
6. Kepala Sekolah dan dewan guru SMA Darunnajah yang telah memberi izin dan
waktu untuk melakukan penelitian.
7. Adik-adik siswa-siswi kelas X, XI, XII yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk ikut serta dalam membantu kelancaran penelitian.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini. Semoga sukses selalu mengiringi
kita semua. Amin.
5

Akhir kata peneliti berharap Allah swt berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi
dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Februari 2016

Peneliti

DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................
iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
ix
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................
2
1.3 Tujuan ................................................................................
2
1.3.1 Tujuan umum.............................................................
2
1.3.2 Tujuan khusus............................................................
2
1.4 Hipotesis.............................................................................
2
1.5 Manfaat...............................................................................
3
1.5.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan..............................
3
1.5.2 Manfaat untuk profesi................................................
3
1.5.3 Manfaat untuk masyarakat........................................
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Makronutrien........................................................................
5
2.1.1 Karbohidrat.......................................................................
5
2.1.1.1 Pencernaan......................................................
6
2.1.1.2 Distribusi........................................................
7
2.1.1.3 Sumber...........................................................
9
2.1.2 Protein..........................................................................
10
2.1.2.1 Pencernaan.....................................................
11
2.1.2.2 Distribusi.........................................................
11
2.1.2.3 Sumber...........................................................
12
2.1.3 Lemak..............................................................................
13
2.1.3.1 Pencernaan......................................................... 14
2.1.3.2 Distribusi... 14
2.1.3.2 Sumber.
16
2.1.4 Interaksi Metabolisme..
17
2.2 Energi 18
2.2.1 Metode Pengukuran Asupan Energi 18
2.2.1.1 Food Frequency Questionnaires (FFQs)......... 18
2.2.1.2 Metode catatan (Food Records)..... 19
7

2.2.1.3 Dietary Recall.........................


2.3Status Gizi.........................................................................
2.3.1 Diet Seimbang
2.3.2 Angka Kecukupan Gizi dan Pedoman Umum Gizi
Seimbang................................................................
2.3.3 Overweight dan Obesitas.
2.4 Pengetahuan Gizi
2.4.1 Pengukuran Pengetahuan Gizi.
2.5 Kerangka Teori...
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
1 Kerangka konsep................................................................
3.2 Definisi operasional...........................................................
BAB IV
METODE
4.1 Desain Penelitian.................................................................
4.2 Lokasi dan waktu penelitian................................................
4.3 Populasi dan sampel penelitian...........................................
4.4 Besar Sampel..............................................
4.5 Pemilihan Sampel................................................................
4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian..........................................
4.7 Cara Kerja...........................................................................
4.8 Analisis Data.......................................................................
4.8.1 Analisis Univariat
4.8.2 Analisis Bivariat
4.9 Alur Kerja Penelitian..
4.10 Etika Penelitian..
4.11 Penjadwalan Penelitian..
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Frekuensi karakteristik responden pengetahuan tentang Gizi
Dengan Asupan Energi dan Makronutrien...............................
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian................................................
6.2 Asupan Energi, Karbohidrat, Protein, dan Lemak...................
6.3 Pengetahuan Gizi Subjek Penelitian........................................
6.4 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Asupan Energi,
Karbohidrat, Protein dan Lemak.............................................
6.5 Keterbatasan Penelitian...........................................................
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan..............................................................................
7.2 Saran........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

20
21
23
23
26
27
29
30
31
32
33
33
33
35
35
36
37
39
40
40
41
42
43

LAMPIRAN

..............................................................................................

DAFTAR TABEL
9

Tabel 1.Sumber Karbohidrat Masyarakat Indonesia... 9


Tabel 2. Sumber Makanan Protein Nabati dan Hewani di Indonesia.. 12
Tabel 3. Takaran Konsumsi Menurut Kelompok Usia 24
Table 4. Definisi Operasional.. 43

DAFTAR GAMBAR

10

Gambar 1. Struktur Monosakarida.. 5


Gambar 2. Struktur Asam Amino 10
Gambar 3. Struktur Protein Primer,Sekunder,Tersier, dan Kuartener

10

Gambar 4. Struktur Asam Lemak 13


Gambar 5. Struktur Trigliserida.. 15
Gambar 6.Tumpeng Gizi Seimbang..

22

Gambar 7. Gambar Kerangka Teori 30


Gambar 8. Gambar Kerangka Konsep. 31
Gambar 9. Alur Penelitian 39

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian.................................................................................................
Lampiran 2. Informed consent penelitian.................................................................................
11

Lampiran 3. Kuesioner Pengetahuan Gizi...............................................................................


Lampiran 4. Interpretasi Kuesioner Pengetahuan Gizi............................................................
Lampiran 5. Kuesioner Food Recall 24 hours.........................................................................
Lampiran 6. Tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2004............................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


12

Manusia beraktivitas dan membutuh makan. Ketidakseimbangan


antara asupan dengan keluaran energi menimbulkan kondisi
malnutrisi. Obesitas tergolong ke dalam malnutrisi yang ditandai
dengan penumpukan lemak berlebih.1 Selain menimpa orang dewasa2,
masalah obesitas terjadi pada anak dan meningkat dua kali lipat dalam dua dekade
terakhir3 dengan satu dari sepuluh anak di seluruh dunia tergolong overweight.4 Walaupun
angka berat badan berlebih pada remaja usia 15 18 tahun di Indonesia masih 1,4%,
prevalensi berat badan berlebih pada anak usia 6 12 tahun mencapai 9,2%.5
Kecenderungan obesitas yang berlanjut hingga dewasa disebabkan oleh pola makan
yang menetap. Berbagai penyakit metabolik, keganasan, dan komplikasi akibat
penimbunan lemak timbul apabila obesitas tidak ditangani.6 Oleh karena itu, remaja
merupakan periode transisi dan menjadi masa yang tepat untuk diberikan intervensi.7
Secara teoritis, perilaku, sosialisasi, dan lingkungan memengaruhi pemilihan
makanan seseorang.8 Remaja di kota besar cenderung mengonsumsi makanan tinggi
kalori, karbohidrat, lemak, dan garam, tetapi rendah serat8-11 dengan aktivitas fisik yang
rendah.10 Pengeluaran per kapita per bulan untuk makanan dan minuman jadi di Indonesia
menduduki urutan satu melebihi pengeluaran untuk beras dan sumber protein.12
Pengetahuan gizi dihipotesiskan menjadi salah satu faktor yang menentukan
pemilihan makanan pada remaja. Hal ini didukung dengan kemudahan akses informasi
mengenai nutrisi. Beberapa studi tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh
pengetahuan gizi dengan perbaikan pola asupan.13,14 Namun, studi lain menunjukkan
pengaruh pengetahuan gizi terhadap asupan lemak15-17 dan kesadaran untuk membaca
label nutrisi pada populasi dewasa.18 Pendidikan melalui media penyuluhan memiliki
pengaruh pada perubahan pola konsumsi.19
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan menelusuri
lebih lanjut hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan konsumsi makronutrien
pada remaja khususnya siswa di SMA Darunnajah. Hasilnya diharapkan bermanfaat
untuk memberikan gambaran tingkat pengetahuan gizi dan asupan makronutrien pada
siswa SMA Darunnajah, serta menjawab hubungan tingkat pengetahuan gizi dan asupan
makronutrien.

1.2 Perumusan masalah


Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi dan
makronutrien pada remaja usia 15- 18 tahun ?
13

1.3 Tujuan dan manfaat peneltian


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui asupan energi dan makronutrien, serta pengetahuan gizi remaja dalam
rangka menurunkan angka morbiditas penyakit degeneratif di masa mendatang
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui karakteristik demografis yang meliputi usia, jenis kelamin, budaya, tingkat
pendidikan, sosioekonomi, tinggi badan, dan berat badan.
2. Mengetahui asupan energi dan makronutrien pada remaja usia 15-1 tahun di SMA
Darunnajah
3. Mengetahui pengetahuan gizi pada remaja usia 15-18 tahun di SMA Darunnajah
4. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan rerata asupan energi harian
pada remaja usia 15-18 tahun di SMA Darunnajah
5. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan rerata asupan karbohidrat
harian pada remaja usia 15-18 tahun di SMA Darunnajah
6. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan rerata asupan protein harian
pada remaja usia 15-18 tahun di SMA Darunnajah
7. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan rerata asupan lemak harian
pada remaja usia 15-18 tahun di SMA Darunnajah

1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi dan
makronutrien remaja usia 15-18 tahun di SMA Darunnajah
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat untuk profesi
14

- Sebagai pengalaman dan menambah pemahaman dalam menyusun sebuah penelitian.


- Meningkatkan daya nalar, cara pandang, kemampuan berpikir kritis, kreatifitas, analitis,
sistematis, dan minat dalam bidang penelitian untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
masyarakat.
1.5.2 Manfaat untuk ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
kepada remaja akan pentingnya kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat terhadap
tubuh.
1.5.3 Manfaat untuk masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang hubungan
pengetahuan tentang asupan gizi dan makronutrien serta memaparkan faktor terkait lain
yang memengaruhi pola asupan makronutrien.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Makronutrien
Makronutrien berasal dari kata macros yang artinya besar dan nutrient yang
berarti memelihara. Apabila digabungkan, pengertian makronutrien adalah makanan yang
menjadi sumber utama penunjang fungsi penghidupan manusia sehari-hari. Karbohidrat,
15

protein, dan lemak adalah tiga komponen utama makronutrien. 1,20 Masing-masing zat
akan dicerna tubuh dan diserap sebelum akhirnya digunakan untuk berbagai tujuan.1
2.1.1 Karbohidrat
Karbohidrat atau zat arang tersusun atas rantai karbon, hidrogen, dan oksigen (CH-O). Sebagian besar sumber karbohidrat manusia berasal dari tanaman. 20 Produk hewani
seperti susu mengandung karbohidrat, yaitu laktosa. Walaupun sumber karbohidrat dapat
bervariasi bergantung pada apa yang diasup, secara singkat, berdasarkan struktur
kimiawinya, karbohidrat dapat digolongkan menjadi mono-, di-, dan poli-sakarida.20

Gambar 2.1 Struktur Monosakarida


Monosakarida merupakan bentuk paling sederhana dari karbohidrat sebagai hasil
pemecahan dari disakarida dan polisakarida. Glukosa, galaktosa, dan fruktosa adalah tiga
gula heksosa yang tergolong monosakarida dan penting bagi tubuh manusia. Agar dapat
dimetabolisme,ketiganya berada dalam struktur siklik membentuk -D-glukosa, -Dgalaktosa, dan -D-fruktosa karena sifat enzim yang stereospesifik.1
Penggabungan dua molekul monosakarida membentuk disakarida. Molekul glukosa
bila berikatan dengan molekul glukosa lain menghasilkan maltosa. Bila berikatan dengan
molekul galaktosa dan fruktosa, masing-masing akan membentuk laktosa dan sukrosa
Penggabungan 2 hingga 20 molekul gula akan membentuk polimer berberat molekul
rendah (low-molecular-weight molecule) bernama oligosakarida yang larut air dan terasa
16

manis. Penggabungan lebih dari 10 molekul monosakarida membentuk polisakaridaa.


Pada dasarnya, antarmolekul digabung melalui ikatan -1,4 yang memungkinkan
perpanjang secara luas (straight chain) dan -1,6 yang membuat percabangan. Amilum
yang berantai lurus dan amilopektin yang memiliki rantai cabang adalah dua contoh
polisakarida. Kemampuan suatu serat untuk memecah struktur menjadi bentuk yang lebih
sederhana. Di dalam tubuh, secara alamiah glukosa berlebih disimpan dalam bentuk
glikogen yang memiliki struktur kimia serupa amilopektin.20
2.1.1.1 Pencernaan
Pada saat memasak makanan, pemanasan menyebabkan granul membengkak,
gelatinisasi, dan sebagian dinding sel pecah. Gerakan mengunyah oleh gigi membantu
memotong fragmen makanan menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus. Enzim amilase
yang ada pada kelenjar liur membantu memecah polisakarida menjadi maltosa.
Dilambung, karbohidrat tidak mengalami perubahan. Enzim amilase yang disekresi oleh
pankreas membantu mencerna karbohidrat menjadi disakarida. Pada vili usus, enterosit
mensekresi enzim sukrase, maltase, isomaltase, dan laktase saat makanan berkontak.
Monosakarida bersifat larut air. Pada bagian apikal enterosit, glukosa dan galaktosa
mengalami difusi terfasilitasi yang dibantu oleh sodium-glucose cotransporter (SGLT),
tetapi fruktosa dibantu oleh glucose transporter 5 (GLUT-5). Pada bagian basal, seluruh
monosakarida berdifusi melalui GLUT-2 dan memasuki aliran portal.21

2.1.1.2 Distribusi
Di hepatosit, glukosa, galaktosa, dan fruktosa mengalami interkonversi menjadi
glukosa-6-fosfat (G6P). Pengubah glukosa menjadi G6P dibantu oleh glukokinase
dihepatosit dan heksokinase di sel pada umumnya, tetapi reaksi dapat berjalan terbalik
oleh glukosa fosfatse di hati.21
Dalam kondisi kenyang (fed state), glukosa berlebih dalam bentuk G6P diubah
dahulu menjadi glukosa-1-fosfat. Setelahnya, molekul akan dipolimerisasi membentuk
17

glikogen untuk di simpan di hepatosit dan miosit. Sebaliknya, bila kadar glukosa turun,
peningkatan kadar epinefrin, atau glukagon, glikogen mengalami fosforilasi kembali oleh
fosforilase (glikogenolisis).21
Agar dapat diubah menjadi energi, glukosa dipecah melalui proses glikolisis
dimana dapat berlangsung pada kondisi aerob dan anaerob. Dalam kondisi setelah makan
dimana kadar insulin tinggi dan glukagon rendah, enzim fosfofruktokinase-2 mengalami
defosforilisasi sehingga mengubah molekul fruktosa-6-fosfat menjadi fruktosa 2,6
difosfat. Senyawa ini kemudian mengaktifkan enzim fosfofruktokinase-1 sehingga
memungkinkan berlanjutnya proses glikolisis. Dalam kondisi insulin rendah, enzim
fosfofruktokinase-2 rendah sehingga kecepatan glikolisis menurun.20 Secara singkat,
glikolisis mengubah satu molekul glukosa menjadi dua buah molekul asam piruvat yang
memiliki tiga rantai karbon, dua ATP, da empat atom hidrogen. Masing-masing molekul
asam piruvat kemudian dikonjugasikan dengan koenzim A menghasilkan asetilkoenzimA, dua molekul karbon dioksida (C02), dan empat atom hidrogen. Keseluruhan
proses ini terjadi disitosol.21
Asetil-koenzimA ditranspor menuju matriks mitokondria untuk dipecah lebih
lanjut dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat). Asam oksaloasetat bergabung membentuk
asam sitrat. Selama siklus, beberapa molekul air ditambahkan dan melepaskan CO 2 dan
hidrogen pada tahapan lain. Produk akhir berupa empat CO 2, 16 atom hidrogen, dua
koenzimA, dan dua ATP.21
Sebagian atom hidrogen mengalami ionisasi menjadi H+ dan sebagian bergabung
membentuk NADH. Molekul ini kemudian dengan cepat berdisosiasi menjadi NAD+, ion
H+, dan dua elektron. Protein integral pada matriks mitokondria menangkap elektron.
Pergerakan elektron masuk membentuk energi dan digunakan untuk memompa ion
hidrogen keluar sehingga terdapat perbedaan gradien potensial listrik. Ion hidrogen yang
tinggi menyebabkan masuknya kembali ke dalam matriks melalui molekul ATPase dan
gerakan ion menyebabkan fosforilisasi ADP menjadi ATP. Sejumlah 34 molekul ATP
yang terbentuk berdifusi ke dalam sitosol untuk digunakan sebagai energi. Enzim
sitokrom oksidase pada ujung susunan protein membentuk oksigen berion yang
bergabung bersama ion hidrogen membentuk air.21
18

2.1.1.3 Sumber
Table 2.1 Sumber Karbohidrat Masyarakat Indonesia
Sumber makanan
Bihun kering
Biskuit marie
Bubur beras
Havermout
Kentang
2
Maizena*
Mie basah
Mie kering
Nasi
Nasi jagung
Nasi tim
Roti putih
Singkong*
Talas
Tepung beras
Tepung hungkue*
Tepung sagu
Tepung singkong
Tepung terigu
Ubi
1
*kandungan protein pada makanan

URT

Berat

Gelas
50
4 Buah
50
2 Gelas
400
6 Sdm
50
Buah sedang
200
8 Sdm
40
1 Gelas
200
1 Gelas
50
Gelas
100
Gelas
100
1 Gelas
200
4 Gelas
80
1 Potong sedang
100
1 Buah besar
200
8 Sdm
50
8 Sdm
40
7 Sdm
40
8 Sdm
40
8 Sdm
50
Buah sedang
150
tersebut rendah dan membutuhkan tambahan

setengah satuan penukar bahan makanan sumber protein.

Penduduk Asia bergantung pada nasi sebagai sumber karbohidrat harian yang
dibuktikan sebagai konsumen 90% produk beras seluruh dunia. Konsumsi beras
indonesia berada pada urutan ketiga dunia pada tahun 2007. 22 Rerata orang indonesia
menghabiskan 125 kilogram beras per tahun.22 Alternatif makanan lain yang dapat
dijadikan sumber karbohidrat di indonesia adalah jagung, roti, olahan gandum, kentang,
singkong, dan ubi.23 Makanan olahan yang mengandung karbohidrat tinggi, antara lain
gula tebu (99,5%), permen (70-95%), popcorn (77%), kue kikis dan krakers (72%), selai
(70%), dan sirup (55-75%). Rekomendasi asupan karbohidrat dalam satu hari adalah 5060% dari kalori total.24 Rekomendasi asupan karbohidrat untuk orang indonesia adalah
tidak melebihi 60%.23 Daftar sumber karbohidrat masyarakat indonesia dapat dilihat pada
19

tabel 2.1. Setiap satuan penukar setara dengan 175 kkal, 4 gram protein, dan 40 gram
karbohidrat.
2.1.2 Protein
Secara kimiawi, asam amino tersusun atas rantai karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen. Berdasarkan kemampuannya untuk disintesis oleh tubuh, asam amino terbagi
menjadi dua kelompok besar. Histidin, isoleusin, leusin, metiionin, fenilalanin, thereonin,
triptofan, valin, dan lisin termasuk ke dalam asam amino esensial. 20 Kemampuan tubuh
untuk menghasilkan asam amino sendiri melalui proses transaminasi membuat
sekelompok asam amino tergolong non-esensial. Tirosin dihasilkan dari asam amino
fenilalanin. Serin, glisin, sistein, alanin, aspartat, asparagin, glutamat, glutamin, prolin,
dan arginin terbentuk dari glukosa. Susunan asam-asam amino yang disatukan melalui
ikatan peptida (polipeptida) pada proses translasi membentuk protein.20

Gambar 2.2 Struktur Asam Amino

20

Gambar 2.3. Struktur Protein Primer, Sekunder, Tersier, dan Kuarten


Berdasarkan strukturnya, protein terbagi menjadi empat tingkatan. Struktur primer
merupakan gabungan asam amino yang tersusun linier oleh ikatan peptida. Struktur
sekunder terbentuk akibat ikatan hidrogen atom ikatan peptida sehingga terbentuk
heliks- dan lembar-.20
Ikatan nonkovalen dan gaya Der Walls menyebabkan struktur peptida dan
yang berulang melekuk membentuk struktur tiga dimensi atau struktur tersier. Bentuk
protein dapat berupa tong, berkas, plana, dan ireguler. Penggabungan subunit tersier oleh
ikatan nonkovalen membentuk struktur kuartener, seperti hemoglobin.20
Protein memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia. Peranannya mencakup
fungsi imunitas, komponen struktural, transportasi, enzimatik, persinyalan/signalling, dan
hormon.22
2.1.2.1 Pencernaan
Pepsin dihasilkan dilambung dilambung yang diaktifkan dalam pH asam. Protein
dipecah didalam usus oleh enzim tripsin dan kimotripsin yang diproduksi di pankreas
menjadi peptida yang lebih kecil, serta karboksipolipeptidase yang melepaskan sebagian
kecil asam amino. Sebagian peptida akan dipecah oleh peptidase di brush border vili usus
menjadi asam amino. Tripeptida, dipeptida, dan asam amino berdifusi ke enterosit
melalui protein transport semispesifik bergantung Na+.20 Gradien ion Na+ yang lebih
21

rendah intrasel membantu mengonsentrasikan asam amino akibat pompa Na-K-ATPase.


Enzim sitosol melisis ikatan peptida sehingga hanya asam amino tunggal yang dapat
masuk ke pembuluh darah melalui transport fasilitatif.20,22
2.1.2.2 Distribusi
Asam amino diangkut oleh protein transport. Protein transport bergantung Na+
memungkinkan asam amino masuk ke dalam sel. Kecepatan pembentukkan dan
pemecahan protein diatur sedemikian rupa agar seimbang. Pada keadaan homeostasis,
jumlah protein yang diasup harus sesuai dengan jumlah protein yang dipecah (zero
protein balance). Kebutuhan nitrogen meningkat pada kondisi infeksi dan trauma
sehingga manusia membutuhkan asupan protein yang lebih tinggi. Rerata kebutuhan
protein orang dewasa berkisar 0,8-1,0 gram/kgBB/hari.1
2.1.2.3 Sumber
Sumber protein manusia dapat berasal dari hewan dan tanaman. Contoh sumber
protein hewani dapat ditemukan pada telur, daging sapi, daging unggas, ikan, whey, dan
susu serta produk olahannya. Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati yang
dapat dengan mudah ditemukan, seperti kacang hijau, kedelai dan produk olahannya,
kacang tanah, kacang mete, dan almond. Namun, profil asam amino protein hewani lebih
lengkap dibandingkan protein nabati. Variasi sumber protein memungkinkan sintesis
protein yang lebih baik pada tubuh.1
Tabel 2.2 Sumber Makanan Protein Hewani dan Nabati Di Indonesia

22

Sumber makanan
Protein hewani
Daging ayam
Daging sapi
Hati sapi
Ikan asin
Ikan segar
Ikan teri
Keju
Telur ayam kampung
Telur ayam negeri
Telur bebek
Udang basah
Telur puyuh
Protein Nabati
Kacang hijau
Kacang kedelai
Kacang merah
Kacang tanah kupas
Kacang tolo
Oncom
Tahu
Tempe

URT
1

Berat (g)

1 Potong sedang
Potong sedang
1 Potong sedang
1 Potong kecil
1 Potong sedang
2 Sdm
1 Potong sedang
2 Butir
1 Butir besar
1 Butir
Gelas
5 Butir kecil

2 Sdm
2 Sdm
2 Sdm
2 Sdm
2 Sdm
2 potong besar
1 potong besar
2 potong besar

50
50
50
25
50
25
30
60
60
60
50
60

25
25
25
20
25
50
100
50

Sumber protein hewani dan nabati dapat merujuk pada tabel 2.2. satu satuan penukar
protein hewani setara dengan 95 kkal, 10 gram protein, dan 6 gram lemak, sedangkan untuk
protein nabati, satu satuan penukar setara 80 kkal, 6 gram protein, 8 gram karbohidrat, dan 3
gram lemak.23 Rekomendasi asupan protein satu hari adalah 15% dari kalori total. 24 Pada AKG
2004, rekomendasi asupan protein untuk laki-laki dan perempuan usia 13-15 tahun adalah 60
gram dan 57 gram. Untuk usia 16-18 tahun, konsumsi protein yang dianjurkan pada laki-laki
adalah 65 gram dan perempuan sebanyak 50 gram.25
2.1.3 Lemak
Asam lemak terdiri atas rantai alifatik lurus yang diapit oleh gugus metil (karbon
) dan gugus karboksil pada ujungannya. Ikatan hidrofilik karboksil menyebabkan asam
lemak terikat molekul lain sehingga asam lemak jarang sekali ditemukan dalam bentuk
bebas di alam.1 Rantai karbon pada asam lemak berjumlah genap.
23

O
R2

COOH

Gambar 2.4. Struktur Asam Lemak


Asam lemak dapat digolongkan berdasarkan panjang rantai karbon, antara lain1,20:
a. Asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids) yang terdiri dari 4
hingga 6 rantai karbon;
b. Asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids) yang terdiri dari
8 hingga 14 rantai karbon; dan
c. Asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids) yang terdiri dari 16
hingga 20 rantai karbon
Berdasarkan ikatan rangkapnya, lemak terbagi menjadi asam lemak jenuh
(saturated fatty acids) dan tidak jenuh (unsaturated fatty acids). Penggolongan asam
lemak tidak jenuh terbagi dua ditinjau dari jumlah ikatan rangkapnya, yaitu asam lemak
rantai rangkap tunggal (monounsaturated fatty acids/ MUFA) dan rantai rangkap banyak
(polyunsaturated fatty acids/ PUFA) bila tersusun minimal dua rantai rangkap. Jumlah
rantai karbon dan ikatan rangkap menentukan titik lebur.
Asam lemak berantai pendek atau memiliki banyak rantai rangkap berbentuk cair
pada suhu ruangan, tetapi asam lemak jenuh seperti pada gajih hewani berbentuk padat
pada suhu ruangan.1,20
2.1.3.1 Pencernaan
Sebelum dicerna, lemak diemulsifikasi oleh lekitin dalam empedu sehingga dapat
dihidrolisis oleh lipase pankreas menjadi asam lemak dan monogliserida. Enzim lain
yang turut berperan adalah kolesterol esterase yang menghidrolisis ester kolesterol dan
enzim fosfolipase yang memecah asam lemak dari fosfolipid. 22 sebagian kecil lemak akan
dipecah oleh lipase intestinum menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak,

24

monogliserida, dan kolesterol yang terikat dengan garam empedu membentuk misel an
dengan mudah diabsorbsi di usus halus.22
2.1.3.2 Distribusi
Secara alamiah, asam lemak dan gliserol dapat dibentuk dihati dari glukosa.
Pembentukkan gliserol diawali dari proses glikolisis di mana terjadi perubahan reversibel
antara fruktosa-1,6-difosfat, gliseraldehid-3-fosfat, dan dihidroksiaseton fosfat (DHAP).
Molekul DHAP kemudian bertransformasi menjadi gliserol-3-fosfat.20
Sifat dari mitokondria dilepaskan ke sitosol membentuk asetil koA dan asam
oksaloasetat. Molekul asetil koA terlebih dahulu diubah menjadi malonil koA oleh enzim
asetil koA karboksilase. Kerja enzim asam lemak sintetase menyusun molekul malonil
koA hingga sepanjang 16 rantai karbon membentuk asam palmitat. Setelahnya, molekul
bergabung dengan koA membentuk asil lemak koA. Penggabungan gliserol dengan asil
lemak koA membentuk asam fosfatidat. Defosforilisasi asam fosfatidat membentuk
diasilgliserol (DAG). Molekul ini kemudian bereaksi dengan asil lemak koA lain
membentuk triasilgliserol (TAG).20,22
Kolesterol dengan asetil koA yang dapat berasal dari glukosa, asam lemak, dan
asam amino adalah prekursor kolesterol. Manusia juga mendapatkan kolesterol dari
makanan. Kilomikron dari usus diubah menjadi very low densitylipoprotein (VLDL) di
hati yang mengandung TAG dan kolesterol. Di sel, TAG dipecah menjadi asil lemak koA
dan gliserol oleh lipoprotein lipase (LPL). Asam lemak kemudian diserap oleh sel di
jaringan dan bergabung dengan gliserol intrasel kembali membentuk TAG untuk
disimpan. Gliserol kembali ke hati untuk membentuk TAG lainnya.
Perbedaan antara adiposit dan hepatosit adalah kemampuan hepatosit untuk
membentuk gliserol-3-fosfat dan gliserol yang beredar di dalam darah. Namun, adiposit
hanya dapat membentuknya dari glukosa sehingga adiposit berfungsi sebanyak
penyimpanan saat kondisi kenyang.20,22

25

Gambar 2.5. Struktur Trigliserida


Kilomikron berubah menjadi sisa kilomikron (chylomicron remnants) dan
diendositosis di hati membentuk immediate density lipoprotein (IDL). Setelah kembali
beredar, IDL berubah menjadi low density lipoprotein (LDL). Sel dijaringan dan sel hati
dapat melakukan endositosis LDL untuk depot kolesterol. Di hati, kolesterol pada LDL
didaur-ulang membentuk VLDL kembali dan garam empedu. Molekul high density
lipoprotein (HDL) berfungsi mengangkut kolesterol dari jaringan ke hati dan mentransfer
apolipoprotein-E (apoE) dan apoC11 ke kilomikron dan VLDL. Fungsi apoE adalah
mengaktifkan enzim LPL. Sebaliknya, apoC11 memungkinkan penyerapan sisa
kilomikron dan IDL di hepatosit.

2.1.3.3 Sumber
Contoh sumber makanan yang mengandung asam lemak jenuh adalah minyak
kelapa dan gajih hewan. Minyak zaitun, dan minyak kanola adalah contoh makanan
dengan kandungan MUFA yang tinggi. Sumber PUFA terbagi menjadi
1.

n-3 polyunsaturated fatty acids (omega-3) dapat bersumber dari


tanaman yang mengandung asam alfa-linolenat (18:3), seperti minyak
kedelai, minyak kanola, flaxseed oil, dan biji kenari; dan hewan,
seperti minyak ikan atau ikan laut dalam (tenggiri, sarden, tuna,
salmon) yang mengandung asam eikosapentanoat (eicosapentaenoic
acid/ EPA) (20:5) dan asam dokoheksanoat (docosahexaenoic acid/
DHA) (22:6).1,24
26

2.

n-6 polyunsaturated fatty acids (omega-6) yang mencakup asam


linoleat yang dapat ditemukan pada minyak sayur dan minyak jagung;
dan asam arakidonat daging, hati, dan makanan laut.24

Asam alfa-linolenat dan asam linoleat termasuk ke dalam asam lemak esensial
karena ketidakmampuan tubuh untuk mensintesis.20 yang termasuk ke dalam asam lemak
esensial adalah. Kolesterol dapat ditemukan pada makanan yang berasal dari hewan dan
kuning telur. Rekomendasi asupan lemak jenuh adalah <7% dari total kalori, MUFA
<20%, PUFA <10%, dan kolesterol <200 mg/hari. Komposisi lemak dalam makanan
direkomendasikan berkisar antara 25-35%.24 Namun, rekomendasi dari Kementerian
Kesehatan dalam AKG adalah 15-25%.23
2.1.4 Interaksi Metabolisme
Pada kondisi setelah makan, peningkatan kadar glukosa dalam darah merangsang
peningkatan kadar insulin. Glukosa menjadi sumber energi utama untuk beraktivitas.
Sebagian glukosa berlebih diubah menjadi glukosa atau diubah menjadi triasilgliserol
untuk disimpan melalui mekanisme yang telah dijelaskan diatas. Sintesis LPL di adiposit
ditingkatkan sehingga semakin banyak asam lemak dihidrolisis dari kilomikron dan
VLDL. Jumlah glukosa yang diserap di adiposit bertambah yang digunakan sebagai
sumber energi dan substrat pembentukkan gliserol. Insulin meningkatkan penyerapan
asam amino rantai cabang di jaringan perifer terutama otot rangka sehingga dapat
digunakan untuk sintesis protein. Protein plasma meningkat karena pergeseran proses
glukoneogenesis menjadi proses biosintesis.20
Dalam keadaan puasa, kadar glukagon dan kortisol meningkat dan menginduksi
enzim untuk glukoneogenesis. Cadangan glikogen di otot dan hati dipecah sebagai
sumber glukosa darah. Hormon tersebut meningkat aktivitas lipase sensitif hormon
sehingga asam lemak dilepaskan ke dalam darah. 22 Asam amino yang beredar didarah
lebih banyak

diserap di hati untuk glukoneogenesis dan ureagenesis. Pada kondisi

27

defisiensi yang berat, asam amino dimanfaatkan sebagai sumber energi dengan diubah
terlebih dahulu menjadi asetil koA atau badan keton.20
2.2 Energi
Satuan energi yang umum digunakan adalah kalori. Satu kalori berarti energi
panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 mL air pada suhu 15 0C sebesar 10C.
Energi yang didapat dari makanan ataupun digunakan oleh tubuh cukup besar sehingga
satuan yang digunakan adalah 1 kilokalori (kkal) yang setara dengan 1000 kalori (1000
C).1
Karbohidrat merupakan sumber energi manusia Metabolisme satu gram
karbohidrat dapat menghasilkan 4 kkal. Bila jumlah karbohidrat sangat terbatas, tubuh
menggunakan lemak sebagai sumber energi dan satu gram lemak setara dengan 9 kkal.
Satu gram protein dapat menghasilkan energi 5 kkal, tetapi proses pengubahan
memerlukan deaminasi yang menghabiskan 1 kkal.20 Akibatnya, satu gram protein
memproduksi 4 kkal bila digunakan sebagai sumber energi.1,22
Pengukuran pengeluaran energi seseorang dapat diketahui melalui kalorimeter
direk dan indirek, serta doubled labeled water (DLW).1 jumlah panas yang dilepaskan
oleh satu individu dalam satu ruangan tertutup dihitung sebagai energi yang dilepaskan
pada pengukuran kalorimeter direk. Pada kalorimeter indirek, energi yang dikeluarkan
dihitung dari jumlah oksigen yang dihirup dan karbondioksida yang dilepaskan. Metode
DLW dapat menghitung keluaran energi total secara akurat pada berbagai aktivitas fisik.
Individu diberikan minum air yang berlabel isotop deuterium oksida ( 2H2O) dan oksigen18 (H218O). Ekskresi radioisotop diukur melalui urin, saliva, dan keringat selama 10-14
hari.1
2.2.1 Metode pengukuran asupan energi
Terdapat tiga metode utama yang digunakan untuk mengetahui pola diet, yaitu
food frequency questionnare (FFQ), metode catatan (food record), dan metode
mengingat dalam 24 jam (twenty-four hour diet recalls).26
2.2.1.1 Food Frequency Questionnaires (FFQs)
28

Pertanyaan yang diajukan berasal dari daftar makanan dan minuman yang
meliputi frekuensi konsumsi dalam periode waktu tertentu. Jumlah makanan dicocokkan
dengan model makanan atau ukuran rumah tangga sehingga metode ini dikenal pula
sebagai semikuantitatif. Untuk mengetahui asupan energi dan makronutrien, data
dimasukkan dan diolah dikomputer dengan mengalikan jumlah asupan dengan frekuensi
konsumsi.26
Kelebihan yang dimiliki oleh FFQ antara lain:
1. Menggambarkan konsumsi harian
2. Bermanfaat bagi asupan gizi yang bervariasi antarhari
3. Biaya terjangkau
4. Memungkinkan

responden

untuk

mengisi

sendiri

kuesioner
5. Cocok untuk studi yang melibatkan populasi besar
6. Dirancang untuk mengurutkan asupan individu

Namun,

beberapa

kekurangan

yang

dapat

ditemui

pada

penggunaan FFQ adalah :


1. Metode

retrospektif

yang

mengandalkan

memori

responden
2. Sensitivitas lebih rendah untuk menentukan asupan
absolut komponen gizi spesifik
3. Menggunakan

ukuran

rumah

tangga

yang

dapat

bervariasi
29

4. Variasi makanan antarbudaya yang mungkin tidak


tercantum di dalam kuesioner, tetapi dikonsumsi sering

2.2.1.2 Metode catatan (Food Records)

Metode ini menggunakan buku catatan yang digunakan dalam


jangka aktu tertentu, seperti 3 hingga 7 hari. Responden diminta untuk
mencatat secara terperinci jenis makanan, merek dan resep bila ada,
serta jumlah makanan, minuman, atau suplemen. Selain itu, waktu
konsumsi

dapat

ditambahkan.

Pada

akhir

penelitian,

peneliti

memastikan apa yang dicatat. Oleh karena itu, peneliti harus


memberikan

pelatihan

khusus

tentang

tata

cara

pengisian,

menimbang, dan mengukur makanan atau minuman pada responden.26


Keuntungan penggunaan metode catatan adalah:
1. Metode terbuka yang memungkinkan responden
mengisi apa yang dimakan atau diminum
2. Lebih mudah untuk menghitung jumlah
3. Tidak sepenuhnya bergantung pada memori dalam
pengisian
4. Kemudahan untuk mengetahui apa yang sering
dimakan dan frekunsinya
5. Dapat digunakan untuk validasi FFQ
6. Bermanfaat untuk intervensi dan edukasi diet

30

Walaupun mendapatkan gambaran detil asupan gizi responden,


metode ini pun memiliki beberapa kekuranga, di antaranya adalah:

1. Pengisian bergantung pada kepatuhan responden


2. Responden harus dapat membaca dan menulis
3. Membutuhkan biaya lebih besar untuk memasukkan
dan menganalisis data karena menggunakan tenaga
ahli dan program khusus
4. Kurang efektif untuk mengetahui konsumsi harian
karena dapat meningkatkan kesadaran responden
dan kemudian mengubah perilakunya
5. Tingkat kepatuhan pengisian menurun dengan lama
waktu yang ditetapkan
6. Kemungkinan besar pelaporan yang lebih rendah
(underestimating) pada populasi perempuan dan
obesitas

2.2.1.3 Dietary Recall

Cara yang paling luas digunakan untuk mengetahui asupan


gizi seseorang adalah twenty-four hour dietary recall. Responden
diminta untuk mengingat dan melaporkan semua makanan,
31

minuman, dan suplemen yang diasup dalam waktu 24 jam


sebelumnya. Penanya adalah orang terlatih atau ahli gizi yang
mengetahui
membuat,

berbagai
dan

faktor

jenis

makanan

budaya

yang

dalam

beredar,

pemilihan

cara

makanan.

Pertanyaan dapat diajukan melalui komputer, telepon atau


bertatap muka yang disusun untuk membantu responden
mengingat

semua

makanan

yang

dimakan.

Metode

ini

bermanfaat untuk mengingat makanan dan minuman yang


sering

terlupa,

seperti

mentega,

roti,

cemilan,

dan

kopi.

Keuntungan lain yang terdapat pada penggunaan metode ini


adalah26:
1. Tidak menyulitkan responden
2. Tidak membutuhkan kemampuan membaca dan menulis
3. Tidak memengaruhi perilaku konsumsi
4. Membutuhkan waktu yang lebih singkat
5. Data berupa estimasi rerata asupan pada sampel yang besar
dan dapat dibandingkan dengan food records

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan


metode ini adalah:
1. Biaya lebih besar karena membutuhkan pelatihan khusus
2. Perhitungan jumlah lebih sulit, tetapi dapat menggunakan
food model dan gambar

32

3. Memungkinkan terjadinya pelaporan yang lebih tinggi dari


seharusnya

tentang

asupan

makanan

yang

sehat

dan

pelaporan lebih rendah pada alkohol dan makanan yang


rendah karbohidrat dan lemak
4. Detil asupan membutuhkan memori responden yang baik

2.3 Status Gizi

Status

gizi

menggambarkan

derajat

keseimbangan

antara

kebutuhan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi fisiologis seseorang


dalam kehidupan sehari-hari.1 Jika keduanya berada dalam posisi
setimbang, manusia dapat hidup dan tumbuh dengan maksimal.
Namun, bila pemenuhan nutrisi baik lebih rendah atau lebih tinggi
dibandingkan kebutuhan, manusia akan berada dalam malnutrisi.1

Kebutuhan gizi seseorang bersifat fluktuatif bergantung stres


fisiologis yang didapat, seperti infeksi, penyakit akut ataupun kronik,
demam, atau trauma; kondisi anabolik, seperti masa kehamilan
maupun penyembuhan; pemeliharaan dan perawatan tubuh; serta
stres psikologis.1 Agar dapat bertahan hidup, manusia mendapatkan
zat gizi dan energi terutama dari makanan dan pada kondisi tertentu
dari cadangan lemak. Asupan makanan antar individu bervariasi
bergantung pada kondisi ekonomi, kebiasaan makan, emosi, kultural,
penyakit, serta kemampuan untuk makan dan mencerna makanan itu
dengan cukup.1

33

Perhitungan status gizi pada remaja dapat menggunakan Indeks


Masa Tubuh (IMT) yang membagi antara berat badan dalam kilogram
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter

Berat badan (kg)


IMT=
Tinggi badan2 (m)

Nilai IMT untuk orang asia yang dikategorikan normal adalah


berada dalam rentang 18,50 hingga 22,99. Bilamana nilai yang didapat
kurang dari 18,50 (< 18,50), orang itu

dikategorikan sebagai

underweight. Penetapan status gizi overweight orang asia lebih rendah


dari yang direkomendasikan pada ras kaukasian, yaitu 23,00 hingga
24,99 karena kecenderungan orang asia lebih mudah menyimpan
lemak dan sebagai faktor resiko kardiovaskular. Orang dengan obesitas
diketahui bila nilai IMT lebih besar sama dengan 25(25,00).27

2.3.1 Diet Seimbang

Komponen yang termasuk di dalam diet seimbang adalah


jumlah, jenis, dan jadwal makan. Selain membutuhkan air dan serat,
sumber

makanan sehari-hari

dapat digolongkan

ke

dalam

dua
34

kelompok besar, yaitu makronutrien ( karbohidrat, protein, lemak ) dan


mikronutrien

vitamin

dan

mineral

).

Variasi

jenis

makanan

dimaksudkan untuk menjamin berbagai jenis zat gizi dapat diperoleh


oleh

tubuh.23

pandunan

dalam

perhitungan

jumlah

komponen

makronutrien dan mikronutrien yang dikenal luas adalah Dietary


Reference Intake (DRI). Terdapat empat komponen yang ada di
dalamnya, antara lain1:

A. Adequate intake (AI) yang menunjukkan jumlah asupan nutrisi


yang sebaiknya dikonsumsi berdasarkan asupan orang sehat
pada umunya. Penggunaannya berlaku bila tidak ada data
penelitian pendukung untuk menghitung RDA ataupun EAR
B. Estimated Average Requirements (EAR) adalah kebutuhan
nutrisi rerata orang sehat yang diperkirakan dapat memenuhi
kebutuhan setengah kelompok pada usia tertentu
C. Recommended Dietary Allowance (RDA) adalah jumlah nutrisi
yang dapat memenuhi kebutuhan hampir seluruh (97-98%)
populasi yang sehat
D. Tolerable Upper Intake Level (UL) adalah jumlah tertinggi
asupan nutrisi tertentu yang dapat ditoleransi dan tidak
berisiko membahayakan kesehatan bagi hampir seluruh
individu pada kelompok populasi
2.3.2 Angka Kecukupan Gizi dan Pedoman Umum Gizi Seimbang

35

Angka

Kecukupan

Gizi

(AKG)

merujuk

pada

RDA

dengan

penyesuaian kondisi sosiodemografis, ketersediaan makanan, dan


kebutuhan rerata orang indonesia.23 Terdapat beberapa golongan umur
untuk anak usia 10 tahun hingga dewasa usia 59 tahun. Berbeda
dengan anak usia 0 hingga 9 tahun yang tidak mengenal pembedaan
jenis kelamin, kondisi kehamilan, dan menyusui. Selain itu, AKG dapat
mengalami penyesuaian bergantung tingkat aktivitas fisik seseorang. 23

Pada publikasi AKG tahun 2004, tidak semua komponen gizi


diatur dalam AKG. Ini merujuk pada publikasi sebelumnya yang
memang disusun berdasarkan zat gizi terpenting untuk indonesia. AKG
dapat

dimanfaatkansebagai

kecukupan

makanan,

tingkat

pembanding
konsumsi,

untuk
status

menentukan

gizi,

fortifikasi,

penyusunan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), dan penyusunan


label gizi.23 Berikut adalah tabel pedoman asupan gizi untuk anak usia
13 hingga 19 tahun.
Tabel 2.3 Takaran Konsumsi Menurut Kleompok Usia

13-15 tahun

16-19 tahun

Nasi / pengganti

3-4 piring

3-5 piring

Lauk hewani

3-4 potong

3-4 potong

Lauk nabati

2-4 potong

2-4 potong

36

sayuran

1,5-2 mangkok

1,5-2 mangkok

Buah-buahan

2-3 potong

2-3 potong

Air

8 gelas

per

hari

Sebagai salah satu langkah untuk mensukseskan tujuan Millenium Development


Goals (MDGs) dan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, pemerintah
indonesia mengembangkan PUGS.23 Terdapat dua belas pesan yang ada didalamnya:
1. Mengonsumsi aneka ragam makanan
2. Mengonsumsi makanan yang memenuhi kecukupan energi
3. Memilih makanan berkadar lemak sedang dan rendah lemak jenuh
4. Menggunakan garam beryodium
5. Memakan makanan sumber zat besi
6. Memberikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan dan menambahkan
MP-ASI sesudahnya
7. Membiasakan makan pagi
8. Meminum air bersih dan aman yang cukup jumlahnya
9. Melakukan aktifitas fisik secara teratur
10. Menghindari minuman yang beralkohol
11. Memakan makanan yang aman bagi kesehatan
12. Membaca label pada makanan yang dikemas

37

Serupa dengan My Pyramid yang dikembangkan oleh United States


Department of Agriculture (USDA)28, Kementrian Kesehatan mengembangkan
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). Bentuk kerucut dibagi ke dalam tiga kelompok
besar berdasarkan fungsi zat gizi (Tri Guna Makanan).23

Gambar 2.7 Tumpeng Gizi Seimbang


Dasar kerucut atau level pertama adalah kelompok makanan yang berguna
sebagai sumber energi. Sayur dan buah diletakkan satu tingkat di atasnya.
Makanan berprotein baik yang berasal dari hewan dan tumbuhan berada pada
puncak kerucut. Untuk mendukung konsep gizi seimbang, ketiga komponen harus
ada dalam diet sehari-hari dan jenis makanan dipilih minimal satu.23
2.3.3 Gizi lebih ( Overweight dan oebsitas )
Overweight dapat diartikan sebagai kelebihan massa tubuh dibandingkan
dengan tinggi badan aktual. Penambahan massa tubuh dapat berasal dari massa
otot, tulang, atau lemak. Berbeda dengan overweight, obesitas diartikan sebagai
kelebihan massa lemak tubuh yang berlebih.1 Jika seorang remaja memiliki nilai
38

IMT yang tergolong obesitas, tetapi memiliki massa otot yang lebih, ia tergolong
ke dalam overweight.27
Penambahan massa lemak berlebih dapat menimbulkan masalah medis,
sosial, psikologis, dan finansial. Beberapa komplikasi medis yang dapat timbul
adalah:
a. Diabetes Mellitus Tipe 2. Resiko diabetes mellitus tipe 2 berbanding lurus dengan
peningkatan IMT pada populasi umum. Jika individu dengan IMT lebih dari 40
pada usia kurang dari 55 tahun, resiko terkena diabetes 18 kali lipat pada pria dan
13 kali lebih tinggi pada wanita.6
b. Hipertensi. Peningkatan nilai IMT lebih dari 30,00 meningkatkan faktor resiko
hipertensi hingga lima kali.6
c. Hiperlipidemia dan Dislipidemia. Orang dengan obesitas memiliki kadar LDL
yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berada pada rentang IMT
nornal. Setiap peningkatan satu unit IMT dihubungkan dengan pengurangan HDL
sebesar 1.1 mg/dl untuk pria dan 0,7 mg/dl untuk wanita.6
d. Penyakit jantung aterosklerosis dan stroke. Interaksi ketiga penyakit di atas
mengakibatkan perubahan pembuluh darah, yaitu aterosklerosis. Dalam jangka
panjang, penyakit yang dapat timbul adalah penyakit terkait pembuluh darah,
seperti jantung dan stroke.6
e. Lainnya. Penyakit yang sering ditemukan pada orang obesitas adalah adalah
kolangitis dan osteoartritis. Beberapa tipe kanker seperti kanker rahim, payudara,
prostat, dan usus lebih sering ditemukan pada penderita obesita. Sleep apnea juga
dihubungkan dengan IMT yang lebih tinggi dari 30.6
Kondisi atau penyakit di masa mendatang bergantung pada status gizi
selama tumbuh kembang seseorang. Salah satu studi yang mencoba mempelajari
kaitan diabetes mellitus tipe 2 dan sindroma metabolik dengan riwayat kelahiran
postpartum.29 Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) (<2,5) memiliki resiko
39

untuk terjadinya diabetes mellitus tipe 2 apabila masa dewasa memiliki asupan
nutrient berlebih dan obesitas.29
2.4 Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah informasi yang faktual dan dapat diinterpretasikan sehingga
dapat dijadikan dasar pengambilan tindakan atau memengaruhi pemahaman
seseorang.30 Pembentukkan pengetahuan bersifat kompleks karena mengkaitkan
berbagai fakta dan kepercayaan. Terdapat dua jenis pengetahuan31, yaitu:
1. Pengetahuan deklaratif yang mencakup pertanyaan apa itu dan kesadaran akan
suatu benda dan proses. Pengetahuan ini penting untuk keberlangsungan hidup
manusia di mana pengetahuan gizi adalah salah satu contohnya
2. Pengetahuan prosedural yang mencakup bagaimana melakukan sesuatu
Pengetahuan tercipta pada suatu kelompok yang memiliki kesamaan
pandangan dan pikiran dengan ikatan solidaritas di dalamnya. Adapun faktorfaktor yang dapat membentuk pengetahuan adalah pengalaman dan faktor-faktor
yang menginspirasi, dan kepercayaan pribadi tentang apa yang orang lain
kehendaki dari diri kita.31keseluruhannya akan menentukan apakah suatu
pengetahuan akan didukung atau ditolak
Pengetahuan gizi adalah segala pengetahuan mengenai gizi dan nutrisi
serta pengaruhnya terhadap kesehatan. Pengukuran pengetahuan gizi dilakukan
dengan

memberikan

pertanyaan

dengan

tujuan

membedakan

orang

berpengetahuan gizi baik atau kurang.31


Dengan pengetahuan gizi ini, terdapat dua efek utama, yaitu penggolongan
kelompok makanan tertentu berdasarkan manfaat dan semikuantitatif untuk
menilai suatu nutrisi berlebih atau kurang. Walaupun demikian, ranah
pembahasan pengetahuan gizi oleh ahli gizi masih berada di dalam area
pembahasan nutrisi tradisional atau makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari.31

40

Pengetahuan gizi tumbuh dan berkembang diawali dari keluarga. Seorang


ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang cukup dan kondisi sosioekonomi yang
memadai akan menentukan diet yang baik untuk anaknya. Seiring dengan
perjalanan waktu, sang anak akan mempelajari dan menurunkan dari apa yang
diketahui dari ibunya. Selain itu, peran pengetahuan yang didapatkan dari televisi
dan media lain turut mengembangkan pengetahuan gizi.31 Pendidikan dan
sosioekonomi secara independen memengaruhi pengetahuan gizi seseorang dan
pola asupan.31
Perkembangan dan pengayaan pengetahuan gizi salah satunya ditentukan
oleh adanya minat. Ketertarikan untuk mempelajari mendorong seseorang untuk
mendalami informasi gizi yang dibutuhkan. Oleh karenya, terdapat berbagai
variasi kedalaman pengetahuan gizi antarorang
Pengetahuan gizi awalnya mengandung konsep tentang apa yang benar
dan manfaat apa yang didapatkan bila menerapkannya. Ketika seseorang mencoba
dan

mendapatkan

manfaat,

timbul

motivasi

dan

umpan

balik

untuk

mempertahankan pengetahuan yang ada, mengembangkan, dan terdorong untuk


terus menerapkannya.31
2.4.1 Pengukuran Pengetahuan Gizi
Hingga saat ini, metode yang sering digunakan untuk mengetahui
pengetahuan gizi adalah menggunakan pilihan ganda.31 Variasi hasil antarstudi
untuk memahami hubungan pengetahuan dengan asupan gizi sering ditemukan.
Sering kali, hubungan yang tidak bermakna disebabkan kurangnya instrumen
untuk menyaring pengetahuan gizi pada populasi.17
Kuesioner baik memiliki pilihan pertanyaan yang disesuaikan dengan
karakteristik demografis responden. Tujuannya adalah pertanyaan mampu
menstratifikasi tingkat pengetahuan gizi responden. Selain itu, keseluruhan
kuesioner perlu divalidasi sehingga menurunkan kemungkinan

bias.17,32

Kelompok pertanyaan yang dapat ditampilkan dalam kuesioner, antara lain


komposisi makanan yang disarankan AKG dalam ukuran rumah tangga (URT),
41

perbandingan kandungan makronutrien antarmakanan, penerapan pemilihan


makanan, dan hubungan gizi dengan penyakit degeneratif.17

42

2.5 Ringkasan pustaka


Tabel 2.4 Ringkasan pustaka
penelitian

judul
penelitian
Center for Obesity and
Disease
eating habits
Control
among
( CDC )
colege
student
in
saudi arabia
Kevin

Lokasi
penelitian
Universitas
Canbridge

Studi desain

Subyek
studi
Cross sectional Mahasiswa
study
fakultas
health
scinces

Nutritional
Nusa Tenggara Cross sectional Anak-anak
knowledge;
Timur
study
energy and
macronutrie
n intake

Variabel
yang diteliti
Obesitas dan
kebiasaan
makan

Persentasi
malnutrisi

Lama
penelitian
Selama
tahun
2007

Hasil

21,8%
dari
remaja
mengalami
kelebihan berat
badan
dan
15,7%
mengalami
obesitas.
10
april 76.168
balita
2002
mengalami gizi
sampai 5 kurang atau gizi
april 2003 buruk dan tahun
2005
memperlihatkan
prevalensi gizi
kurang sebesar
8,8%.

43

2.6 Kerangka teori

kurang
sedang

Pengetahuan gizi

baik
Asupan energi dan
makronutrien

karbohidrat

lemak

protein

Kebutuhan nutrisi

metabolisme

Status gizi

IMT

underweight

normal

overweight

Gambar 2.8 Kerangka Teori


44

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep


Dalam penelitian ini, diteliti hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan gizi dengan
asupan energi & makronutrien, serta karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin,
budaya, tingkat pendidikan dan sosioekonomi , sedangkan variabel dependennya adalah
pengetahuan tentang gizi pada remaja usia 15-18 tahun.

Pengetahuan
gizi

Tingkat pendidikan dan


sosioekonomi

Karakteristik :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. budaya

Asupan energi dan


makronutrien

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

45

46

3.2 Definisi operasional


Tabel 3.1 Tabel definisi operasional
No

Variabel

1.

pengetahuan

2.

3.

Definisi

Kepandaian
yang
dimiliki oleh siswa/i
tentang zat pokok
yang
diperlukan
bagi pertumbuhan
dan kesehatan badan
Indeks massa IMT adalah suatu
tubuh
ukuran berat yang
disesuaikan dengan
tinggi
badan
seseorang, dihitung
dengan cara berat
dalam
kilogram
dibagi
dengan
kuadrat tinggi dalam
meter (Kg/m2)
Intake kalori Suatu ukuran jumlah
energi yang berasal
dari makanan.

Cara ukur

Alat ukur

Wawancara

kuesioner

IMT = BB(kg)
TB2(m)

Timbangan
SECA

Skala
pengukuran
Ordinal

Interval

Hasil ukur
a.Kurang = 4 poin
b.Sedang = 5 6 poin
c.Baik
= 7 poin

referensi
Kristianti
et al 2009

a.underweight 18,49 Wardle et al


b.normal antara 18,50- 2000
24,99
c.overweight 25

Pedoman Food kuesioner


Recall 24 hours

Interval

Hasil
pengukuran Kristianti
ditetapkan
dalam et al 2009
bentuk ukuran rumah
tangga ( URT ), dalam
satuan gram. Setelah itu
hasil akan dikurangi
dengan total kalori
47

responden
a.Kurang : bila intake
kalori kurang dari 500
b.Cukup : bila intake
kalori berada dibawah
total kalori namun di
atas batas bawah intake
kalori
c.Lebih : bila intake
kalori berada diatas
jumlah total kalori

48

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan menggunakan metode cross sectional,
yaitu metode penelitian yang melakukan pengambilan data variabel dependen dan
variabel independen di waktu yang sama.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan. Penelitian ini
dilaksanakan pada September 2015 Januari 2016
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok subjek dengan karakteristik tertentu.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di SMA Darunnajah yang berusia antara 15
hingga 18 tahun.. Pemilihan subjek penelitian ini didasarkan kepada masalah
obesitas yang terjadi pada anak dan meningkat dua kali lipat dalam dua dekade terakhir 3
dengan satu dari sepuluh anak di seluruh dunia tergolong overweight.4 Walaupun angka
berat badan berlebih pada remaja usia 15 18 tahun di Indonesia masih 1,4%, prevalensi
berat badan berlebih pada anak usia 6 12 tahun mencapai 9,2%.5
Sedangkan populasi target adalah seluruh subjek dengan
karakteristik demografis yang spesifik, dengan itu populasi target pada
penelitian ini adalah remaja usia 15-18 tahun di SMA Darunnajah.
Populasi terjangkau atau sampel penilitian adalah subjek
penelitian dengan kriteria inklusi remaja usia 15-18 tahun di SMA
Darunnajah
mengikuti

yang

dapat

penelitian

dan

berkomunikasi

dengan

menandatangani

baik,

bersedia

informed

consent.

Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah

siswi/i yang

sudah menjalani pendidikan lebih dari 1 tahun.


49

4.4 Besar Sampel


Besar sampel pada penelitian ini dihitung atau ditentukan dengan rumus finit dan
infinit.Data populasi yang dimasukkan kedalam rumus adalah subjek-subjek penelitian
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Sehingga,
besar sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Populasi Infinit:

Z2 X P X Q

n =

d2

= besar sampel optimal

= adalah derajat kepercayaan (ditetapkan nilai adalah 0,05)

= deviat baku normal untuk = 1,96

P
= prevalensi remaja yang mengalami obesitas yang dilaporkan Kementrian
Kesehatan RI dalam RISKESDAS 2013 adalah 0,517

= yang di dapatkan dengan mengurangi angka 1 dengan P (1-P)

= tingkat kecepatan absolut yang dikehendaki

Dari data tersebut dapat ditentukan besarnya sampel optimal untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut:
n = (1,96)2x0,157x0,843
(0,05)2
n = 3,8416x0,157x0,843
0,0025
n = 0,5084396
0,0025
50

= 203

Setelah nilai n atau nilai sampel optimal pada penelitian ini diketahui, selanjutnya nilai
tersebut dimasukkan kedalam rumus populasi finit.

2. Sampel finit:
n=

n0
1 + n0/N

= besar sampel yang dibutuhkan dalam populasi yang finite

n0

= besar sampel daro populasi yang infinite

= besar sampel populasi yang finite

Dari rumus tersebut dapat didapatkan besar sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut:
n = 203
1 + 203/90
n = 203
1 + 2,25
n = 203
3,25
= 62
Perkiraan drop out 15%

= 62 + 9 = 71 orang
51

Namun , jumlah siswa/i lebih besar dibandingkan dengan jumlah perhitungan


sampel. Semua siswa/i diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan teknik
pengambilan data serta dibagikan informed consent. Siswa/i yang setuju untuk menjadi
subyek dan memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam keseluruhan proses
penelitian.
4.5 Pemilihan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada pemilihan sampel ini adalah simple
random sampling.Dengan menggunakan teknik semua subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dipilih secara acak dan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek
peneliotian yang diperlukan terpenuhi. Teknik ini memiliki nilai ketepatan yang tinggi
sehingga setiap unit sample memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel.
Peneliti membuat kriteria inklusi dan eksklusi untuk mendapatkan sampel pada
peneliti ini agar sampel yang didapat lebih relevan dengan masalah yang diteliti.Subjek
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi adalah subjek yang diteliti pada peneliti ini.
Sedangkan subjek yang masuk ke dalam kriteria eksklusi tidak akan diteliti. Adapun
kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Termasuk ke dalam siswa/i SMA Darunnajah kelas X-XII
2. Berusia 15 18 tahun dalam waktu pengambilan data
3. Dapat berkomunikasi dengan baik
4. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa/i yang sudah menjalani pendidikan lebih dari 1 tahun.
2. Siswa/i dengan kebutuhan khusus
4.6 Bahan dan instrumen penelitian
Keseluruhan penelitian ini menggunakan beberapa peralatan, antara lain:
1. Lembar informed consent
2. Lembar kuesioner pengetahuan gizi
52

3. Lembar kuesioner Food Recall 24 hours


4. Food model
5. Microtoise staturemeter
6. Timbangan SECA
7. Program NutriSurvey dan SPSS 13.0 for Windows

Kuesioner diambil dari penelitian calvin kurnia mulyadi et al yang berjudul


nutritional Knowledge and Macronutrients in Adolescents in a University Of Indonesia
tahun 2007 dan kevin et al yang berjudul Association Between Energy-Macronutrient
Adequecy and Nutritional Status in Medical Student Of Clinical tahun 20011.
4.7 Cara kerja
Penelitian ini dilakukan pada siswa/i SMA Darunnajah Jakarta Selatan yang telah
memenuhi kriteria inklusi. Terdapat empat kelompok utama data yang didapatkan
didalam penelitian ini, antara lain:
1. Data demografis. Pengumpulan karakteristik demografis subyek, seperti usia, jenis
kelamin, dan tempat tinggal didapatkan melalui biodata yang dilampirkan bersama
informed consent.
2. Antropometri. Pengukuran tinggi badan dilakukan sebanyak tiga kali dengan
staturemeter microtoise yang yang ditempelkan di dinding. Subjek diminta untuk
melepaskan sepatu dan merapatkan protuberansia oksipitalis, area kifosis torakalis
dorsum, gluteus, dan kalkaneus ke dinding. Mata diminta untuk menghadap ke depan.
Tinggi badan diketahui ketika alat berada sejajar horizontal dan menyentuh kulit
kepala. Rerata ketiga nilai adalah tinggi badan subjek.

Untuk mengetahui berat badan, subjek diminta melepaskan sepatu, melepaskan ikat
pinggang, mengeluarkan dompet, telepon genggam, serta barang lain yang dapat
memengaruhi berat badan aktual. Alat yang digunakan adalah timbangan elektronik.
Subjek naik ketimbangan dengan pandangan lurus ke depan. Pengukuran diulang tiga
kali dan dirata-rata sehingga didapatkan berat badan aktual.Pengetahuan gizi.
53

Sebelum pengisian, subjek diberikan instruksi bagaimana cara mengisi kuesioner.


Jumlah pertanyaan sebanyak sebelas pertanyaan dan dalam
3. bentuk isian. Tujuan pemberian pertanyaan adalah untuk memberikan gambaran
pengetahuan subjek tentang komponen makronutrien, jenis makanan, diet, dan
penyakit yang dapat timbul dari obesitas. Kuesioner dan lembar penilaian terlampir.
Penilaian skor pengetahuan gizi dilakukan oleh satu orang peneliti dan dimasukkan
ke dalam tiga kategori tingkatan pengetahuan gizi.
4. Asupan energi dan makronutrien. Wawancara gizi terhadap subyek dilakukan dengan
menggunakan panduan kuesioner semikuantitatif FFQ dan food model. Bila bahan
makanan tidak ditemukan pada food model, alternatif yang digunakan adalah satuan
ukuran rumah tangga ( URT ). Melalui kuesioner, data yang didapatkan adalah
frekuensi dan jumlah konsumsi dalam rentang satu bulan terakhir.

4.8 Analisis data


Data asupan energi dan makronutrien dimasukkan ke dalam Nutrisurvey 2007
untuk didapatkan rerata total asupan energi harian, jumlah asupan karbohidrat,
protein, dan lemak per hari. Semua data dimasukkan dan diolah dengan menggunakan
program SPSS (Statistic Package for Social Science) 13.0 for Windows.
Hasil data dijelaskan dalam bentuk naratif dan ditampilkan dalam bentuk tabel
dan grafik. Disajikan dalam bentuk naratif, tabular, dan grafikal yang akan
dipaparkan lebih lanjut pada bab berikutnya.
Keselurahan data dilakukan uji normalitas untuk mengetahui persebaran data.
Distribusi data normal menggunakan mean sebagai ukuran pemusatan dan simpang
baku sebagai ukuran penyebaran. Sebaliknya, distribusi yang tidak merata
menggunakan median untuk ukuran pemusatan dan nilai minimum-maksimum
sebagai ukuran penyebaran. Pengetahuan gizi distratifikasi ke dalam tiga tingkatan
(kurang,sedang dan baik). Asupan energi, jumlah makronutrien, dan komposisi
makronutrien di dalam diet adalah data numerik.Uji hipotesis terpilih untuk data
54

kategorikal dan numerik tidak berpasangan adalah uji one-way ANOVA.Data yang
tidak memenuhi persyaratan dilakukan transformasi terlebih dahulu sehingga dapat
dilakukan uji ANOVA.Namun, bila tidak berhasil, uji alternatif terpilih adalah uji
Kruskal-Wallis.
4.8.1Analisis Univariat
Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
yang menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.
4.8.2Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang bertujuan untuk menguji hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen.Analisa ini juga memberikan hasil tentang
pembuktian hipotesis yang diajukan.Pembuktian hipotesis ini menggunakan Chi-Square
dan uji statistik korelasi Pearson (r). Uji statistik Chi-Square digunakan untuk mencari
hubungan antara usia dan asupan energi gizi pada remaja dan hubungan antara
pengetahuan gizi dengan makronutien pada remaja. Sedangkan, uji korelasi Pearson
digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan asupan gizi dan makronutrien
pada remaja.

4.9Alur kerja penelitian


55

Penyusunan proposal

Presentasi penelitian kepada subyek


dan pemberian informed consent

Tidak bersedia

bersedia

Pengisian kuesioner pengetahuann gizi

Pengambilan data antropometri


dan wawancara gizi

Input data

Analisis data

Gambar 4.1 Alur penelitian

4.10 Etika penelitian


Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan atau dinyatakan lolos uji
etik oleh Komisi Etik Riset Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, mendapatkan
izin penelitian dari pembimbing penelitian dari pemimbing penelitian, dan
mendapatkan izin penelitian dari Kepala Sekolah SMA Darunnajah. Subyek diberikan
pilihan untuk mengikuti penelitian atau mengundurkan diri.

56

4.9

Penjadwalan penelitian
4.10
4.11

Tabel 4.1 Jadwalan penelitian

57

1.9 Waktu
1.11

1.13
1.8 Kegiatan

4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
4.22
4.23
4.24
4.25
4.26
4.27
4.28
4.29
4.30

4.31

1.14 2016

2015

1.16

1.17

1.18

1.19

1.20

1.21

1.22

1.231.24

FEB

1.261.271.281.291.30 1.311.32 1.331.34


1.351.361.371.381.391.40 1.41
1.42 1.43

Persiap
andan
pengumpul
andata

1.44

1.451.46 1.471.481.49 1.501.51 1.521.531.541.551.561.571.58 1.59 1.601.61 1.62

Peny
usunandan
penyelesaia
n
1.64
BAB
I
1.65
(Pen
dahuluan)
1.84 Penyus
unandan
penyelesaia
n
1.85 BABII
1.86 (Tinjau
an
Pustaka)
1.105 Penyus
unandan
penyelesaia
n
1.106 BAB
III
1.107 (Keran
gka
konsep&
Definisi
Operasion
al)
1.126 Penyus

1.661.67 1.681.691.70 1.711.72 1.731.741.751.761.771.781.79 1.80 1.811.82 1.83

1.63

1.871.88 1.891.901.91 1.921.93 1.941.951.961.971.981.991.100


1.1011.102
1.1031.104

1.108
1.109
1.110
1.111
1.1121.113
1.1141.115
1.116
1.117
1.118
1.119
1.120
1.121
1.1221.123
1.1241.125

BAB V
58

1.129
1.130
1.131
1.132
1.1331.134
1.1351.136
1.137
1.138
1.139
1.140
1.141
1.142
1.1431.144
1.1451.146

4.32

HASIL PENELITIAN
4.33
4.34
4.35
4.36
4.37
4.38
4.39
4.40
4.41
4.42
4.43
4.44
4.45
4.46
4.47
4.48

4.49

BAB VI

PEMBAHASAN
59

4.50
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian
4.51 Jumlah siswa-siswi kelas X-XII yang bersedia menjadi subyek penelitian berjumlah 71 orang. Siswasiswi berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian hingga selesai dan memenuhi kriteria inklusi sehingga
data yang didapat dapat diolah dan dianalisis. Komposisi subyek dalam penelitian ini adalah 30 orang laki-laki dan
41 orang perempuan.
4.52 Bila dinilai dari tinggi dan berat badan, subyek laki-laki memiliki postur lebih tinggi dan lebih berat
dibandingkan subyek perempuan. Nilai IMT subyek terbanyak berada pada kategori normal, yaitu ( ) orang dengan
( ) orang di antaranya berjenis kelamin perempuan. Ternyata, proporsi subyek wanita yang memiliki IMT normal
terbanyak di antara kelompok status gizi lainnya ( ). Temuan ini mendukung bahwa pada remaja perempuan,
persepsi untuk mempertahankan berat badan ideal menodorong mereka untuk menjaga status gizi dalam batas
normal.8,32 Akan tetapi, baik laki-laki dan perempuan memiliki proporsi yang sama pada status gizi overweight dan
obesitas. Prevalensi kegemukan di DKI Jakarta tahun 2010 adalah 2,7% dan menempati posisi ketiga dari
keselurahan provinsi di Indonesia. Pada survei yang sama, ditemukan pada proporsi jenis kelamin pada remaja
gemuk hampir sama (1,3% pada laki-laki dan 1,5% pada perempuan).5
5.2 Asupan Energi, Karbohidrat, Protein, dan Lemak
4.53 Jumlah asupan energi harian rerata subyek adalah (
) kkal dan laki-laki memgonsumsi energi total
5
lebih besar. Pada Riskesdas , rerata konsumsi energi pada remaja usia 16-18 tahun diperkotaan sebanyak 1930 kkal.
Remaja diperkotaan dan pedesaan diketahui mengonsumsi energi dalam jumlah yang hampir sebanding.
4.54 Rerata karbohidrat yang dikonsumsi adalah (
) survei nasional mendapatkan rerata konsumsi
karbohidrat perorang di Indonesia adalah 255 gram atau 61% dari total keseluruhan energi. 5 Secara jumlah,
konsumsi karbohidrat siswa lebih tinggi dari rerata Indonesia. Namun, apabila ditinjau dari proporsi diet, rerata
komposisi karbohidrat subyek tergolong rendah dari populasi Indonesia pada umunya. Pada sisi lain, hingga
seperempat subyek mengonsumsi karbohidrat dalam kategori lebih dan perlu mendapatkan perhatian. Baik pada
60

subyek dan populasi keseluruhan di Indonesia, konsumsi karbohidrat pada laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan.5
4.55 Konsumsi rerata protein harian subyek sebanyak (
) dengan ( ) subyek mampu memenuhi anjuran
asupan protein nasional. Proporsi protein dalam diet tergolong kurang. Data ini sejalan dengan rerata konsumsi
populasi Indonesia sebesar 13,3%. Hasil survei juga menunjukkan bahwa komposisi protein di dalam diet
masyarakat Jakarta tergolong kurang, yaitu 13,9%.5
4.56 Akan tetapi, komposisi lemak rerata siswa tergolong lebih, yaitu ( ) dengan rerata jumlah sebanyak (
). Temuan di atas dapat memperlihatkan bahwa walaupun secara jumlah baik karbohidrat dan protein sudah
mencukupi, perhitungan proporsi rerata karbohidrat dan protein tergolong kurang sebagai akibat konsumsi lemak
yang lebih tinggi8. Studi mendukung bahwa remaja di kota besar mengonsumsi lemak dalam jumlah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan remaja yang tinggal dipedesaan.5
5.3 Pengetahuan Gizi Subjek Penelitian
4.57 lebih dari tiga perempat subyek memiliki kategori pengetahuan gizi yang sedang. Proporsi antara lakilaki dan perempuan tidak berbeda bermakna untuk kategori tersebut. Nilai rerata pengetahuan gizi subyek adalah
21,00 tidak ada subyek yang berhasil menjawab sempurna pertanyaan pada kuesioner. Akan tetapi, sejumlah 18
orang subyek berhasil memiliki tingkat pengetahuan gizi baik. nilai tertinggi yang berhasil didapat adalah 27,00.
Sebanyak lima belas orang memiliki pengetahuan gizi kurang dengan nilai terendah 12,00
5.4 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Asupan Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak
5.5 Keterbatasan Penelitian
4.58 Kuesioner Food Recall 24 Hours menghitung asupan energi secara semikuantitatif. Data asupan energi
dan makronutrien subyek dirasakan detil digambarkan karena membutuhkan memori akan apa yang dimakan dan
diminum dalam 24 jam. Metode yang baik untuk menggambarkan asupan makronutrien. Karena metode ini adalah
metode wawancara akan apa yang dimakan dan diminum dalam 24 jam terakhir (24 hour food recall). Pelatihan
teknik wawancara pada food recall membantu untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dari subyek yang lebih
baik.
61

4.59 Penelitian ini menggunakan metode isian untuk mengetahui pengetahuan gizi siswa dan siswi.
Pemilihan menggunakan metode isian pada penelitian ini karena keterbatasan publikasi yang mempelajari
kuesioner pengetahuan gizi mengenai makronutrien. Kuesioner yang lebih rutin dikembangkan adalah asupan
lemak, sayur dan buah.
4.60 Untuk mencegah kerancuan dan lebih menggambarkan pengetahuan gizi, metode yang disarankan
adalah berbentuk pilihan ganda dengan satu jawaban mutlak atau pun jawaban terbaik. Pertanyaan perlu divalidasi
dan disesuaikan dengan karakteristik demografis subyek dengan tata bahasa yang lebih general dan tidak
spesialistik di bidang gizi. Cakupan pertanyaan dapat berupa komposisi makanan yang disarankan AKG dalam
ukuran rumah tangga (URT), perbandingan kandungan makronutrien antarmakanan, pemilihan makanan, dan
hubungan gizi dengan penyakit degeneratif.17 pilihan jawaban disusun serupa agar subyek berpikir dalam menjawab
pertanyaan. Jika subyek tidak mengetahui, diberikan pertanyaan alternatif.39
4.61 Konversi dari jenis dan frekuensi makanan ke dalam satuan energi dan gram tidak terlalu memiliki
kesulitan jika item yang dimaksud sudah ada. Namun, banyak variasi makanan Indonesia yang belum terdata dalam
NutriSurvey. Agar tujuan tercapai, makanan tersebut dicari resep pembuatannya dari majalah dan artikel Internet.
Sayangnya, variasi antar-resep, kualitas dan kuantitas dapat berbeda dengan apa yang sebenarnya dimakan oleh
subyek.
4.62
4.63
4.64
4.65
4.66
4.67

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN


4.68
62

7.1 Kesimpulan
4.69 Sebanyak 71 orang siswa dan siswi berhasil menyelesaikan penelitian hingga akhir dengan
komposisi 30 orang laki-laki dan 41 orang perempuan. Usia responden terbanyak pada penelitian ini adalah
18 tahun. Laki-laki diketahui memiliki proporsi tubuh yang lebih besar dan lebih berat. Konsumsi energi
dan makronutrien subyek perempuan lebih rendah walaupun terdapat satu perempuan konsumsi energi dan
makronutrien lebih, tetapi memiliki keserupaan pada komposisi makanan dengan laki-laki.
4.70 Sebagai akibat jumlah lemak yang dimakan sehari-hari pada subyek rendah. Karbohidrat dan
protein rerata yang dalam tergolong kurang walaupun secara jumlah sudah mencukupi. Sebagian besar
responden memiliki pengetahuan gizi yang tergolong sedang. Uji hipotesis (
)
7.2 Saran
4.71 Asupan lemak yang tinggi pada remaja perlu dilakukan intervensi dengan melakukan
penyuluhan tentang kesadaran pola konsumsi dan diet seimbang. Pengetahuan gizi yang ada perlu
ditingkatkan dan didorong untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4.72 Pengukuran pengetahuan gizi sebaiknya menggunakan metode pilihan ganda untuk lebih
menggambarkan pengetahuan yang sebenarnya. Alternatif lain adalah penelitian berikutnya dapat
mengembangkan secara mandiri kuesioner yang tervalidasi disesuaikan dengan karakteristik demografis
responden. Pengumpulan data asupan energi dan makronutrien akan lebih baik bila memanfaatkan metode
24 hour recall yang dilakukan minimal pada 2 hari berbeda.
4.73 Data yang didaptkan dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bila pada mahasiswa yang
sama ingin diukur kembali pengetahuan gizi, asupan energi, dan makronutrien setelah beberapa waktu
menjalani pendidikan kedokteran.
4.74
4.75
63

4.76
4.77
4.78
4.79
4.80
4.81
4.82
4.83
4.84
4.85
4.86
4.87
4.88
4.90

4.89 HUBUNGAN TENTANG TINGKAT PENGETAHUAN GIZI


DENGAN ASUPAN ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA USIA 15-18 TAHUN DI SMA X
4.91
4.92

RELATION BETWEEN NUTRITIONAL KNOWLEDGE

4.93

WITH ENERGY AND MACRONUTRIENT INTAKE IN ADOLESCENT

4.94
64

4.95
4.96
4.97

Soraya Olyfia1

dr.Nadifa Agil, SP.BA2

4.98
1. Program Studi Pendidkian Dokter Umum Dakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta
2. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta
4.99
4.100

Alamat korespondensi:

1. Jl. Raya serang No.10 Km 17,5 Cikupa Tangerang. Telp 082114427418. E-mail:
rtsorayaolyfia@gmail.com
2. Bagian Bedah Trisakti Telp. (021) 5672731 EXT -

. E-mail:nadifaagil@gmail.com

4.101
4.102 ABSTRAK
4.103 Hubungan Tentang Tingkat Pengetahuan Gizi
4.104 Dengan Asupan Energi Dan Makronutrien Pada Remaja Usia 15-18 Tahun Di SMA X
4.105
4.106 LATAR BELAKANG
4.107
Manusia beraktivitas dan membutuh makan. Ketidakseimbangan antara asupan dengan
keluaran energi menimbulkan kondisi malnutrisi. Obesitas tergolong ke dalam malnutrisi yang
65

ditandai dengan penumpukan lemak berlebih.1 Selain menimpa orang dewasa2, masalah obesitas terjadi
pada anak dan meningkat dua kali lipat dalam dua dekade terakhir 3 dengan satu dari sepuluh anak di seluruh dunia tergolong
overweight.4 Walaupun angka berat badan berlebih pada remaja usia 15 18 tahun di Indonesia masih 1,4%, prevalensi berat
badan berlebih pada anak usia 6 12 tahun mencapai 9,2%.5
4.108
Pengetahuan gizi dihipotesiskan menjadi salah satu faktor yang menentukan pemilihan makanan pada remaja.
Hal ini didukung dengan kemudahan akses informasi mengenai nutrisi. Beberapa studi tidak berhasil membuktikan adanya
pengaruh pengetahuan gizi dengan perbaikan pola asupan.13,14 Namun, studi lain menunjukkan pengaruh pengetahuan gizi
terhadap asupan lemak15-17 dan kesadaran untuk membaca label nutrisi pada populasi dewasa.18 Pendidikan melalui media
penyuluhan memiliki pengaruh pada perubahan pola konsumsi.19
4.109
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan menelusuri lebih lanjut hubungan antara
tingkat pengetahuan gizi dengan konsumsi makronutrien pada remaja khususnya siswa di SMA Darunnajah. Hasilnya
diharapkan bermanfaat untuk memberikan gambaran tingkat pengetahuan gizi dan asupan makronutrien pada siswa SMA
Darunnajah, serta menjawab hubungan tingkat pengetahuan gizi dan asupan makronutrien.
4.110
4.111
4.112
4.113

METODE

4.114
Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan desain potong lintang yang mengikutsertakan 71 siswa
dan siswi di SMA Darunnajah, Jakarta Selatan. Data yang dikumpulkan bersifat primer dengan cara mewawancara dan
mengkalkulasi jumlah asupan gizi dan makronutrien. Mendata pasien melalui informed consent. Penghitungan untuk asupan
gizi dan makronutiren dilakukan dengan menggunakan food recall 24 hour dan penghitungan untuk BMI yaitu Berat Badan
(kg) dibagi Tinggi Badan pangkat dua (m). Analisis data pada awalnya menggunakan SPSS 13 akan tetapi peneliti tidak dapat
mendapatkannya maka peniliti menggantinya menjadi SPSS versi 17.
4.115

HASIL
66

4.116
Analisis pada awalnya menggunakan uji chi square tetapi batas toleransi chi square adalah 20%, maka syarat
uji chi square tidak terpenuhi, sehingga menggunakan uji alternatif fisher menggambarkan ketiadaan hubungan antara
pengetahuan gizi dengan makronutrien yaitu karbohidrat, lemak dan protein (p = 1,000). Menandakan bahwa tidak semua
orang dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki kondisi badan yang baik, dan juga seseorang yang memiliki
pengetahuan yang kurang akan memiliki kondisi badan yang kurang. Sementara itu, uji fisher juga menggambarkan apakah
ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan asupan energi dan makronutrien ( p= ), dari hasil menyatakan tidak semua
siswa yang memiliki indeks massa tubuh yang baik akan memiliki asupan energi dan makronutrien yang baik juga.
4.117

KESIMPULAN

4.118
penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi dan
makronutrien dan tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan asupan energi dan makronutrien pada remaja 15-18
tahun.
4.119

Kata kunci : Pengetahuan Gizi, Indeks Massa Tubuh, Asupan Energi dan Makronutrient

4.120
4.121
4.122
4.123 ABSTRACT
4.124

Relation Between Nutrition Knowledge With Energy


4.125

And Macronutrient Intake In Adolescent


4.126

4.127

BACKGROUND

4.128

METHOD
67

4.129

RESULT

4.130

CONCLUSION

4.131

Keywords: Nutrition Knowledge, Body Mass Index, Energy dan Macronutrient

4.132
4.133
4.134
4.135
4.136
4.137
4.138
4.139
4.140 PENDAHULUAN
4.141 Menurut Center for Didease Control (CDC) tahun 2012, prevalensi obesitas telah mencapai lebih dari 72 juta
jiwa dan mencakup 17% populasi anak-anak.1 prevalensi obesitas pada remaja di Indonesia saat ini 1,4% dan terus meningkat
terutama didaerah perkotaan.2
4.142 Remaja yang mengalami kegemukan akan cenderung terus gemuk. Kondisi tersebut beresiko memunculkan
masalah kesehatan sejak dewasa muda, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, stroke, kanker dan osteoartritis. 3 NeumarkSztainer et al4 juga telah menemukan kaitan antara faktor risiko kardiovaskular pada kelompok remaja di Amerika dan
Australia dengan diet yang tidak seimbang. Diet yang tidak seimbang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
karena ketidakseimbangan profil lipid dalam darah.
68

4.143 Gaya hidup sedenter dan asupan makanan berlebih sering terdapat bersamaan pada remaja obesitas. 5-7
pengetahuan gizi dihipotesiskan menjadi faktor yang menentukan pemilihan makanan pada remaja. Terdapat hubungan antara
pengetahuan gizi dan tingkat aktivitas fisik terhadap jumlah asupan makanan, 8-13 tetapi, ada penelitian pula yang tidak
menunjukan hubungan tersebut.14-16
4.144 Kondisi kesehatan remaja dapat diinterpretasikan melalui hasil pengukuran antropometri terutama indeks massa
trubuh. Dengan mengetahui kaitan antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan pengukuran antropometri
tersebut, diharapkan status gizi remaja dapat ditingkatkan dengan membuat strategi intervensi pada asupan makanan.
Sayangnya, pada berbagai penelitian, hubungan tersebut masih belum konsisten, ada yang menunjukkan terdapat hubungan
antara keduanya,17-19 namun studi lainnya tidak menemukan hubungan.20,21
4.145 Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan antropometri,
aktivitas fisik, dan pengetahuan gizi dengan asupan energi dan komposisi makronutrien pada remaja.
4.146
4.147
4.148
4.149 BAHAN DAN CARA PENELITIAN
4.150 Bahan pada penelitian ini adalah microtoise staturemeter atau alat ukur tinggi badan, timbangan SECA, daftar
komposisi bahan makanan, dan juga kuesioner untuk wawancara. Hasil kuesioner tersebut akan dihitung pengetahuannya
dengan kategori kurang, sedang, dan baik. lalu dicari juga indeks massa tubuh dengan rumus BB/TB 2, dan diwawancara untuk
asupan energi dan makronutrien dengan menggunakan food recall 24 hour.
4.151 HASIL PENELITIAN
4.152 Subjek pada penelitian ini berjumlah 71 orang terdiri dari
4.153 PEMBAHASAN
69

4.154 Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan SPSS, dan setelah dilakukannya uji hipotesis untuk mengetahui ada
atau tidaknya hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi dan makronutrien, didapatkan nilai p sebesar 1,000
interpretasinya karena (p > 0,05 ). Dalam hal ini, hasil tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis diterima yang menyatakan
bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan gizi dan makronutrien.
4.155 Hasil ini dianggap sesuai dengan jurnal dimana peneliti menyatakan bahwa asupan rata-rata energy dan makronutrien
pada sampel laki-laki yang memiliki indeks massa tubuh overweight lebih rendah dibandingkan dengan sampel laki-laki yang
memiliki indeks massa tubuh normal atau underweight. Begitupula pada sampel perempuan yang memiliki indeks massa tubuh
overweight memiliki asupan energy yang rendah dibandingkan sampel perempuan yang memiliki indeks massa tubuh normal
atau underweight, perbedaan ini tidak signifikan secara statistic. Dari kesimpulan yang dibahas pada jurnal tersebut, disebutkan
bahwa penelitian ini tidak memberikan bukti bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistic, meskipun mereka
memberikan banyak tantangan logistic, longitudinal studies yang juga mencakup langkah-langkah dari pengeluaran energy,
akan membantu untuk lebih mendefinisikan hubungan antara asupan energi dan makronutrien pada remaja.
4.156 Setelah dilakukannya uji hipotesis untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara indeks massa tubuh dengan
asupan energi dan makronutrien, didapatkan nilai p ( p value ) sebesar ( ). Nilai ini berada diatas batas signifikan sebesar (
). Dalam hal ini, hasil tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis diterima yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara
indeks massa tubuh dengan asupan energi dan makronutrien.
4.157 Berdasarkan jurnal yang penulis baca, hubungan antara indeks massa tubuh dengan asupan energi dan makronutrien
belum ditemukan secara langsung, namun dari beberapa jurnal yang telah ditemui ada hubungan tidak langsung pada indeks
massa tubuh dengan asupan energi dan makronutrien, seperti pada jurnal yang ditulis oleh Neumark-Sztainer, hasil penelitian
menunjukkan bahwa 21,8% mahasiswa mengalami kelebihan berat badan dan 15,7% mengalami obesitas. Total lemak tubuh
melebihi batas normal dalam 55,2% dari peserta dan VFL ( visceral fat level/level lemak viseral ) tinggi di 21,8% dari mereka.
Kebiasaan makan yang paling umum ditemui makanan yang mengandung karbohidrat dan juga asupan makanan ringan serta
makanan yang mengandung lemak. Sayuran dan buah-buahan jarang dikonsumsi oleh sebagian besar siswa.
4.158 Dari hasil kuesioner pengetahuan gizi yang peneliti dapatkan, terdapat perbedaan pola makan yang dilakukan oleh
masing-masing gender. Pada peserta perempuan dalam satu hari sebagian besar melewatkan salah satu jadwal makannya,
seperti makan siang, makan malam namun tidak makan pagi asupan, atau juga makan pagi atau sarapan, makan malam namun
tidak makan siang. Pada sewbagian
70

4.159
4.160

71

Anda mungkin juga menyukai