SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh :
Sri Pitri Astutiningsih
J 50010 0023
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
ii
vi
DAFTAR TABEL......................................................................................
ix
MOTTO .....................................................................................................
PERSEMBAHAN .....................................................................................
xi
xiii
ABSTRAK .................................................................................................
xv
B. Pembahasan .............................................................................. 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 32
B. Saran ........................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 33
LAMPIRAN............................................................................................... 37
DAFTAR SINGKATAN
AKG
AV
: Akne Vulgaris
BMI
CDC
C.acnes
: Corynebacterium acnes
GAGS
HDL C
IGF-1
IMT
LDL - C
PMN
: Polimorfonuklear
P.acnes
: Propionibacterium acnes
SHBG
SSRI
UKK
WHO
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembar Persetujuan
Lampiran 2
: Kuesioner Pendahuluan
Lampiran 3
: Kuesioner
Lampiran 4
Lampiran 5
: Data Penelitian
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali dalam naskah dan
disebutkan dalam pustaka.
MOTTO
Musuh yang paling berbahaya di dunia ini adalah takut dan bimbang. Teman
yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh
(Andrew Jackson)
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Akne
Vulgaris di SMA Negeri 3 Klaten dengan baik. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
manusia dari alam kegelapan ke alam terang benderang.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala tersebut bisa diatasi.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada dr.
Flora Ramona Sigit Prakoeswa, M.Kes, Sp.KK selaku pembimbing I dan dr. Ratih
Pramuningtyas selaku pembimbing II yang telah sabar, tekun, dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan,
serta saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Prof. DR. Bambang Setiaji selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
2. Prof. DR. Bambang Subagyo, dr., Sp.A (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
3. Dr. Nurrachmat Mulianto, M.Sc, Sp.KK selaku dosen penguji I yang telah
meluangkan waktu serta memberikan saran-saran yang membangun untuk
skripsi ini.
4. Dr. Anika Candrasari, M.Kes selaku ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Muhammadiyah Surakarta atas motivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
6. Ibu Dra.Ryryn Purwanti Hadiyati R, M.Hum selaku Kepala Sekolah SMA
Negeri 3 Klaten beserta guru-guru yang telah memberikan izin dan
membantu
penulis
untuk
melakukan
penelitian
dalam
rangka
Penulis
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN
TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA SISWA-SISWI SMA NEGERI 3
KLATEN
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sri Pitri Astutiningsih, J500100023
Latar Belakang : Akne vulgaris merupakan suatu penyakit swasirna berupa
peradangan pada unit folikel pilosebasea yang banyak terjadi pada remaja.
Insidensi terbanyak pada wanita biasanya pada usia 14-17 tahun, sedangkan pada
laki-laki pada usia 16-19 tahun. Obesitas merupakan salah satu faktor yang diduga
mempengaruhi timbulnya akne vulgaris. Obesitas dapat diukur menggunakan
IMT.
Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan timbulnya akne vulgaris pada siswa-siswi SMA Negeri 3 Klaten.
= 0,05, diperoleh
nilai p = 0,643 yang berarti p > 0,05, sehingga ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian
akne vulgaris. Dari 62 sampel didapatkan kejadian AV ringan sebanyak 29 orang
(46,8%), AV sedang sebanyak 10 orang (16,1%), dan AV berat sebanyak 0 (0%)
Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Indeks Massa
Tubuh (IMT) tidak berhubungan secara signifikan terhadap kejadian akne
vulgaris.
Kata Kunci
with a purposive sampling method . The data were then analyzed with Fisher's
Exact test .
Results: From the analysis of numerical data of significance = 0.05 , p = 0.643
values obtained significant p > 0.05 , thus be concluded that there is no
significant relationship between body mass index ( BMI ) and the emergence of
acne vulgaris. From the 62 samples, it was obtained mild incident with 29 people
( 46.8 % ) , moderate incident with 10 people ( 16.1 % ) , and severe incident with
0 people ( 0 % )
Conclusion : From the results of this study, it can be concluded that the Body
Mass Index ( BMI) was not significantly related to the onset of acne vulgaris .
leher, dan lengan atas. Akne Vulgaris biasanya timbul pada masa pubertas dan
merupakan tanda awal peningkatan produksi hormon seks (Anwar, 2013).
Insidensi AV terbanyak pada wanita biasanya pada usia 14-17 tahun,
sedangkan pada laki-laki pada usia 16-19 tahun (Widjaja, 2000). Di dunia ini
diperkirakan hampir setiap orang pernah menderita AV, maka AV sering dianggap
sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis (Wasitaatmadja, 2007).
Sebuah studi menunjukkan bahwa 69% dari 500 wanita dewasa yang berusia 1740 tahun mempunyai derajat keparahan AV mulai dari ringan sampai sedang. Pada
sebuah penelitian dengan subjek 121 orang laki-laki berjerawat, diketahui bahwa
25% penderita berusia di atas 25 tahun dan 9% berusia di atas 30 tahun (Sitohang,
2013). Akne vulgaris mempengaruhi 40-50 juta orang dari segala usia di Amerika
Serikat, 85% diantaranya berusia 12 24 tahun (Weinstock et al, 2003),
sedangkan menurut Shaw (2007) prevalensi AV pada remaja di Inggris mencapai
85%. Di Malaysia prevalensi AV mencapai 67.5% dengan perbandingan laki-laki
71,1% dan perempuan 64,4% (Hanisah et al, 2009). Catatan kelompok studi
dermatologi kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita pada
tahun 2006, dan pada tahun 2007 terdapat 80% penderita (Purwaningdyah, 2013).
Akne Vulgaris disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya
adalah produksi sebum yang meningkat (Wasitaatmadja, 2007). Peningkatan
produksi sebum ini biasanya dipengaruhi oleh hormon androgen. Androgen dapat
menstimulasi kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum (Diamanti-Kandarakis,
2001). Androgen yang ditemukan pada obesitas berhubungan dengan produksi
sebum yang meningkat dan perkembangan AV(Tsai et al, 2006).
Obesitas secara sederhana didefinisikan sebagai suatu keadaan akumulasi
lemak yang berlebihan di dalam tubuh. (Rippe et al, 2001). Klasifikasi
internasional untuk derajat overweight dan obesitas didasarkan pada Indeks Massa
Tubuh (IMT). Ukuran ini dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram)
dengan tinggi badan (dalam meter) yang dikuadratkan (Gibney et al, 2008).
Kecenderungan kelebihan berat badan pada remaja di seluruh dunia mencapai 1,5
milliar orang. Lebih dari 200 juta laki-laki dan 300 juta perempuan mengalami
obesitas. Setidaknya 2,8 juta orang di dunia meninggal setiap tahun sebagai akibat
dari kelebihan berat badan. Di wilayah Asia Tenggara, kematian akibat obesitas
mencapai 300.000 orang per tahun (World Health Organization, 2011). Prevalensi
obesitas pada remaja di Indonesia mencapai 21%. (Departemen Kesehatan
Indonesia, 2013). Beban glikemik dengan mempertimbangkan IMT dan gender
memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya AV (Ismail et al, 2012).
Beberapa penelitian berkaitan dengan Indeks Massa Tubuh telah
dilakukan, menurut penelitian di Taiwan, anak usia 6-11 tahun dengan IMT <18,5
cenderung tidak berjerawat sedangkan anak umur 6-11 tahun dengan IMT 95%
sangat beresiko terjadi jerawat. IMT dengan kategori obesitas merupakan faktor
resiko yang signifikan terhadap kejadian AV pada anak usia sekolah (Tsai et al,
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan
ilmu kedokteran dan menjadi masukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi para
klinisi tentang pengelolaan dan pencegahan AV.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Akne Vulgaris
a. Definisi Akne Vulgaris
Akne Vulgaris (AV) adalah penyakit swasirna berupa peradangan menahun
pada unit folikel pilosebasea yang banyak terjadi pada remaja. Gambaran klinis
AV sering pleimorfik, yaitu berupa komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan
parut (Zaenglien et al, 2010). Tempat presileksi AV biasanya pada wajah, leher,
dan punggung tergantung dari distribusi kelenjar sebasea masing-masing individu
(Ashton dan Barbara, 2005).
b. Etiologi Akne Vulgaris
Etiologi pasti dari AV memang belum diketahui, namun terdapat beberapa
faktor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya penyakit ini, diantaranya
adalah sebagai berikut : (Widjaja, 2000)
1) Sebum.
Merupakan faktor utama dalam pembentukan AV.
2) Bakteri
Dikatakan bahwa Corynebacterium acnes, Staphilococcus epidermidis,
dan Propionibacterium acnes terlibat dalam pembentukan AV.
3) Genetik
Merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap besar dan aktivitas
kelenjar sebasea. Apabila kedua orang tua mempunyai bekas AV,
kemungkinan anaknya juga akan menderita AV.
4) Hormon
Mempunyai peran yang sangat kompleks dalam timbulnya AV. Hormon
androgen bereaksi sangat sensitif terhadap kelenjar sebasea. Hormon ini
membuat kelenjar sebasea bertambah besar dan memproduksi sebum
lebih banyak. Hormon estrogen pada keadaan fisiologis tidak
berpengaruh terhadap produksi sebum. Hormon ini dapat menurunkan
kadar hormon gonadotropin yang dapat berakibat meningkatnya
produksi sebum. Hormon progesteron dalam jumlah normal tidak
berpengaruh
terhadap
aktivitas
kelenjar
lemak,
tetapi
kadang
Berat, bila :
- banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
Factor
2
Pipi kanan
Pipi kiri
Hidung
Dagu
Setiap jenis lesi untuk scoring GAGS diberi nilai tergantung pada
keparahannya. Jika tidak ada lesi maka skor 0, jika terdapat komedo skor 1, papul
skor 2, pustul skor 3, dan nodul skor 4. Skor untuk masing-masing wilayah (area
lokal) dihitung menggunakan rumus :
Skor = Faktor X Jenis lesi
Tingkat keparahan AV diukur menurut skor global. Jika total skor 1-18
maka masuk ke dalam derajat ringan, jika skor 19-30 masuk dalam derajat sedang,
jika skor 31-38 masuk dalam derajat berat, dan jika >39 masuk derajat sangat
berat. (Balaji, 2009)
f. Terapi Akne Vulgaris
Terdapat tiga jenis terapi untuk AV, yaitu terapi lokal, terapi topikal, dan
terapi sistemik.
1. Terapi lokal
Terapi lokal bisa dilakukan menggunakan pembersih wajah (cleanser).
Pembersih wajah yang ideal harus memiliki sifat non-komedogenik, nonaknegenik, tidak mengiritasi dan tidak membuat alergi. Sabun yang dirancang
khusus untuk wajah banyak dijadikan pilihan karena pH yang sesuai dengan kulit
tubuh dan memiliki daya pembersih yang ringan. (Decker dan Graber, 2012).
2. Terapi Topikal
Terapi topikal dapat digunakan beberapa agen, antara lain benzoil peroksida
adalah agen antimikroba kuat dengan menurunkan populasi bakteri dan penurunan
hidrolisis trigliserida. Benzoil peroksida banyak digunakan karena bakteri tidak
menimbulkan resisten terhadap jenis ini sehingga merupakan agen yang ideal
untuk terapi kombinasi. Eritromisin dan Klindamisin paling umum digunakan
dalam penatalaksanaan jerawat. Biasanya kedua agen ini dikombinasikan dengan
benzoil peroksida. (Anwar, 2013). Sulfur banyak digunakan sebagai antibakteri
dan mengeringkan jerawat. Sodium sulfacetamid kadang dikombinasikan dengan
sulfur sebagai anti inflamasi. Sodium sulfacetamid jika digunakan sebagai obat
tunggal dapat mengobati jerawat pada kulit kering (Layton, 2010). Asam salisilat
bersifat komedolitik, selain itu biasanya juga menyebabkan pengelupasan stratum
korneum sehingga dapat menyebabkan iritasi ringan. (Anwar, 2013). Asam azelaic
bersifat antimikroba dan komedolitik dan merupakan inhibitor kompetitif
tirosinase yang dapat mengurangi hiperpigmentasi inflamasi. Umumnya dapat
ditoleransi dengan baik dan aman digunakan pada kehamilan. (Keri dan Shiman,
2009). Retinoid terdiri dari tretionin , adapalen, dan tarazoten. Tretionin
merupakan komedolitik dan anti inflamasi yang kuat. Secara umum retinoid
memiliki potensi iritasi yang besar, namun beberapa formulasi baru menggunakan
microsphere delayed-delivery technology atau dimasukkan dalam poliprepolimer
untuk mengurangi iritasi. Adapalen adalah retinoid sintetik yang banyak
dipasarkan karena toleransi yang besar, fotostabil dan dapat digunakan bersamaan
dengan benzoil peroksida tanpa degradasi. Tarazoten merupakan komedolitik dan
terlihat lebih efektif daripada tretionin 0,025% gel dan tretionin 0,1% gel.
Tarazoten mempunyai sifat iritan, tetapi dapat dicegah dengan pemakaian jangka
pendek. Lima menit sebelum memakai tarazoten seharusnya muka dibersihkan
terlebih dahulu dengan cleanser. (Zaenglein et al, 2010).
3. Terapi Sistemik
Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang paling umum
digunakan pada akne. Meskipun tetrasiklin oral tidak mengurangi produksi
sebum, tetapi dapat mengurangi konsentrasi asam lemak bebas. Dosis tetrasiklin
biasanya diberikan dengan dosis awal 500 mg/hari sampai 1000 mg/hari
(Zaenglein et al, 2010). Eritromisin biasa digunakan pada pasien yang tidak dapat
mengkonsumsi tetrasiklin saat perut kosong. Namun, penggunaannya sangat
terbatas pada ibu hamil dan anak-anak (Anwar, 2013). Kombinasi TrimetropimSulfametoksasol sangat efektif pada akne. Karena potensial efek sampingnya
lebih besar dari penggunaannya maka penggunaan hanya untuk akne berat dan
tidak berespon pada obat-obatan lain. Dapson mempunyai efek yang
menguntungkan bagi akne berat dan kasus akne yang resisten. Dosis 50-100 mg
setiap 3 bulan. Istotretionin merupakan vitamin A derivat yang digunakan pada
terapi akne nodular berat. Obat ini menghambat aktifitas kelenjar sebasea dalam
memproduksi sebum. Dosis yang direkomendasikan adalah 0,5 1,0 mg/kg/ hari
(Zaenglein et al, 2010).
4. Terapi adjuvan
Terapi adjuvan adalah tambahan perawatan yang diberikan bersama dengan
pengobatan untuk mempercepat penyembuhan dan memperbaiki kondisi kulit.
Terapi adjuvan yang dianjurkan yaitu, skin care yaitu suatu terapi yang bertujuan
untuk menghilangkan sebum dengan tetap menjaga integritas dari statum corneum
serta tetap menjaga kelembaban kulit (Legiawati, 2013). Terapi yang kedua yaitu
dengan skin peeling yang dapat digunakan pada AV gradasi ringan dan sedang
dengan lesi komedopapular sampai purstular. Jika pada terapi ini belum berhasil,
dapat digunakan terapi laser atau light (PERDOSKI, 2012).
2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
a. Definisi IMT
Indeks Massa Tubuh merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan
lemak tubuh orang dewasa, yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam
kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Rumus ini hanya
cocok diterapkan pada usia 19-70 tahun, berstruktur tulang belakang normal,
bukan atlet atau binaragawan, dan bukan juga wanita menyusui. (Arisman, 2007).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m)
IMT yang normal antara 18-25. Seseorang dikatakan kurus apabila IMT
<18 dan dikatakan gemuk bila IMT > 25. Bila IMT > 30 berarti orang tersebut
menderita obesitas dan perlu diwaspadai karena biasanya pada orang obesitas
akan dijumpai beberapa penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus,
hipertensi, hiperkolesterol dan kelainan metabolik lainnya. (Azwar, 2004).
Tabel 2. Klasifikasi IMT menurut WHO tahun 2000 :
Kategori
Underweight
IMT (kg/m)
Resiko
<18,5
Komorbiditas
Rendah, tetapi resiko
terhadap masalah
Normal
Overweight
Obese 1
Obese 2
Obese 3
18,5 24,9
25 29,9
30 34,5
35 39,9
40
Penurunan berat badan direkomendasikan bagi semua orang yang sangat gemuk.
(Gibney et al, 2008).
Kecenderungan obesitas di dunia telah mencapai angka yang sangat
ekstrim, yaitu 1,5 milliar orang. (WHO, 2011). Setiap lokasi geografis di seluruh
dunia memiliki data kenaikan insidensi yang telah teramati, baik pada laki-laki
maupun perempuan. Cina dan Jepang mempunyai tingkat obesitas yang relatif
rendah. Sekitar 10% wanita di kawasan Subsahara Afrika mengalami kelebihan
berat badan. (Gibney et al, 2008).
Prevalensi obesitas pada remaja di Indonesia mencapai 21%. (Depkes,
2013). Kelebihan berat badan pada pria meningkatkan resiko kematian 13%,
sedangkan pada wanita kelebihan 20% dari berat badan akan meningkatkan resiko
kematian 25% (Davey, 2005).
d. Etiologi dan Faktor Resiko Obesitas
Faktor resiko yang menyebabkan prevalensi obesitas menjadi sangat
tinggi, yaitu :
1) Faktor genetik
Beberapa penelitian terhadap keluarga dengan pemisahan fenotip dapat
disimpulkan bahwa 3 faktor genetik utama yang berhubungan dengan obesitas
diturunkan baik secara mendelian maupun non mendelian (Ailhaud, 2000). Efek
genetik bersifat komplek dan poligenik dengan kemungkinan diturunkan 2040% (Davey, 2005).
2) Faktor sosial ekonomi
Di negara maju, obesitas banyak terjadi pada tingkat sosial ekonomi rendah.
Pada negara berkembang, obesitas dijumpai seiring dengan bertambahnya
kesejahteraan (Ailhaud, 2000).
3) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap tingginya prevalensi
obesitas. Faktor kesulitan ekonomi dan isolasi geografis juga menimbulkan
hambatan terhadap usaha peningkatan kesehatan. Sarana dan prasarana yang
kurang untuk olahraga merupakan salah satu penyebab mengapa orang tidak suka
berolahraga. Obesitas dapat terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi
Angka Kecukupan Gisi (AKG) perhari. (Azwar, 2004) Menjamurnya makanan
dengan kandungan lemak tinggi merupakan salah satu faktor yang tidak kalah
penting. (Davey, 2005).
e. Diagnosis Obesitas
Obesitas secara umum dapat didiagnosa hanya dengan melihat secara fisik
(Azwar, 2004) . Postur tubuh yang ideal biasanya dihitung dengan menggunakan
IMT
dan
menilai
pola
distribusi
lemak
tubuh
menggunakan
rasio
pinggang/panggul dengan interpretasi >0,9 pada wanita dan >1,0 pada laki-laki
(Davey, 2005). Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium khusus
dalam diagnosis (Kies, 2001).
f. Penatalaksanaan Obesitas
Menurut Patrick Davey (2005) penderita obesitas berat memerlukan terapi
untuk memperbaiki prognosis, bentuk tubuh, dan meminimalisasi gejala.
Penatalaksanaan nonmedika mentosa dapat dengan perubahan gaya hidup
mencakup mengurangi makan dan alkohol, olahraga, dan berhenti merokok.
Terapi medikamentosa dapat digunakan derivat amfetamin yaitu
dexfenfluramin dan fenfluramin untuk menekan nafsu makan. Orlistat berfungsi
menghambat lipase lambung dan pancreas serta mengurangi absorbsi lemak.
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti fluoksetin dosis tinggi dapat
secara efektif membantu dalam penatalaksanaan. Sibutramin dapat mempercepat
rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan. Namun kebanyakan obat-obat
tersebut hanya bekerja sementara.
Pada obesitas dapat dilakukan terapi pembedahan seperti gastroplasti,
jaw-wiring, dan gastric ballon, namun hal ini jarang diindikasikan karena
penurunan berat badan yang ekstrim dapat mengakibatkan berbagai macam
komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian.
2. Hubungan IMT dengan Akne Vulgaris
Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi
AKG perhari. Bila kelebihan terjadi dalam waktu yang lama dan tidak diimbangi
dengan olahraga yang cukup, maka lambat laun energi akan di ubah menjadi
lemak dan ditimbun di dalam sel adiposa di bawah kulit. Masalah gizi klinis
seperti obesitas ini erat kaitannya dengan berbagai penyakit dan penanganannya
memerlukan tindakan yang komprehensif ( Azwar, 2004).
Remaja dengan siklus yang sangat tidak teratur biasanya terdapat
hiperandrogenisme. Hiperandrogenisme adalah penyebab umum menstruasi yang
tidak teratur pada remaja dan wanita dewasa, dapat menimbulkan berbagai
kecemasan, pertumbuhan rambut yang berlebihan, jerawat, dan obesitas. Remaja
perempuan dengan hiperandrogenisme mempunyai ketinggian kadar serum
trigliserida, LDL-C dan HDL-C yang signifikan dengan obesitas. Hormon
androgen yang berlebihan akan berikatan dengan reseptor androgen yaitu
testosteron dan dihidrotestosteron. Hidrolisis bakteri mengkonversi beberapa
trigliserida menjadi asam lemak bebas di permukaan kulit. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa kelenjar sebasea juga dapat mensintesis asam lemak bebas
dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar
androgen menyebabkan stimulasi produksi sebum yang berakibat proliferasi yang
berlebihan dari P.acne dan bahkan berakhir menjadi peradangan. Sejumlah studi
menunjukkan bahwa perubahan komposisi lipid sebum berhubungan dengan usia
dan aktifitas kelenjar sebasea. Efek androgen terhadap proliferasi dan diferensiasi
sel sebasea tergantung pada asal kelenjar sebasea, sebagai contoh kelenjar sebasea
di wajah lebih sensitif terhadap androgen. (Abulnaja, 2009).
Stimulan utama dari kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum adalah
androgen. Hiperandrogenisme menyebabkan produksi sebum meningkat (Pawin,
et al 2004). Peningkatan produksi sebum inilah yang merangsang pembentukan
AV (Wasitaatmadja, 2007).
Beberapa penelitian berkaitan dengan Indeks Massa Tubuh telah dilakukan,
menurut penelitian di Taiwan, anak usia 6-11 tahun dengan IMT <18,5 cenderung
tidak berjerawat sedangkan anak umur 6-11 tahun dengan IMT 95% sangat
beresiko terjadi jerawat. IMT dengan kategori obesitas merupakan faktor resiko
yang signifikan terhadap kejadian AV pada anak usia sekolah (Tsai et al, 2006).
Penelitian di Australia menunjukkan bahwa IMT pada laki-laki berumur 18-25
menunjukkan korelasi yang signifikan, tetapi tidak berlaku untuk subjek berumur
<18 tahun (Smith et al, 2007). Akan tetapi berdasarkan penelitian di Italia, AV
tidak berkorelasi positif dengan IMT. Faktor lain selain obesitas, seperti stress,
gaya hidup, dan status hormonal yang biasa terjadi pada orang dewasa diduga
juga dapat menimbulkan AV pada orang dewasa dibanding anak. (Borgi et al,
2004).
3.
Kerangka Konsep
IMT
Obesitas
Hiperandrogenisme
Testosteron Androgen
Dihidrotestosteron (DHT)
Produksi sebum
Porliferasi dan differensiasi
sebosit
Aktivasi Propionibacterium acnes
Inflamasi
Kerusakan Folikel
Sebasea
Akne Vulgaris
4.
Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
kejadian akne vulgaris (AV) pada remaja di SMA Negeri 3 Klaten.
H1 : Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian
akne vulgaris (AV) pada remaja di SMA Negeri 3 Klaten.
P
: Jika nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan antara Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan kejadian akne vulgaris (AV) pada remaja di
SMA Negeri 3 Klaten.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu dinamika faktor risiko dengan efek diperoleh pada saat di mana
semua subjek diobservasi sekali saja (Arief, 2003).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA N 3 Klaten pada bulan November.
Lokasi ini dipilih berdasarkan kesesuaian observasi yang dilakukan oleh peneliti.
Tempat ini memiliki populasi yang cukup besar dan juga memiliki kriteria-kriteria
IMT yang merupakan salah satu faktor dalam kejadian akne vulgaris.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah siswa-siswi SMAN 3 Klaten dan yang memenuhi
kriteria insklusi untuk diambil sebagai subjek penelitian.
1) Kriteria insklusi :
a. Siswa-siswi dengan usia 14-20 tahun.
b. Bersedia menjadi subjek dalam penelitian
2) Kriteria eksklusi :
a. Sedang menstruasi atau satu minggu menjelang menstruasi pada saat
pengambilan data.
b. Sedang dalam pengobatan kortikosteroid baik per oral maupun topikal
dan obat hormonal.
d
n = (1,96) 0,85 (1-0,85)
0,1
= 0,489804
0,01
= 48,9804
keterangan :
n
= besar sampel
p
= perkiraan proporsi (prevalensi) penyakit yang diteliti pada
populasi (p = 0,85).
q
= 1-p (q = 0,10)
Z
= nilai statistik Z pada kurva normal standar pada tingkat
kemaknaan
d
Variabel Terikat
Variabel dalam penelitian adalah akne vulgaris. Akne vulgaris merupakan
peradangan kronis dari kelenjar pilosebasea yang disebkan oleh beberapa faktor
dengan gambaran klinis yang khas. Diagnosis akne vulgaris dilakukan oleh dokter
umum dan ditegakkan dengan mengambil foto ujud kelainan kulit berupa
komedo, papul, pustul, dan nodul di daerah predileksi. Siswa dengan ujud
kelainan kulit tersebut dinyatakan menderita akne vulgaris, sedangkan bila tidak
ditemukan ujud kelainan kulit tersebut dinyatakan tanpa akne vulgaris. Observasi
ini dilakukan sebagai konfirmasi lanjut dari hasil wawancara yang menyatakan
bahwa responden menderita akne vulgaris. Variabel ini menggunakan skala
nominal, ya atau tidak.
Variabel Luar Terkendali
a. Umur
b. Obat-obatan kortikosteroid dan antibiotik.
c. Kosmetik.
4. Variable Luar Tidak Terkendali
a. Diet
b. Herediter
c.
Kebersihan
H. Instrumen Penelitian
Alat ukur :
1. Timbangan injak
Merek camry RRC dengan ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat badan.
2. Mikrotoise
Merek tenso RRC dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan.
3. Kurva pertumbuhan BMI (Body Mass Index) menurut umur dari CDC
(Center for Chronic Disease)
4. Kuesioner
Adalah daftar pertanyaan yang mengungkap variabel penelitian. Kuesioner
diisi oleh responden sendiri.
5. Kaca pembesar dengan penerangan cukup
6. Kamera digital merk Casio 14 Megapixel
I. Cara Kerja
1. Kuesioner dibagikan kepada siswa yang dijadikan subjek penelitian untuk
memperoleh data tentang identitas diri dan variabel-variabel perancu.
2. Siswa yang dijadikan subjek penelitian diukur tinggi dan berat badannya :
Cara Pengukuran :
a. Berat badan
1) Skala awal timbangan berada pada skala 0 (nol)
2) Sepatu/sandal dilepaskan
3) Subjek berdiri dengan sikap sempurna
4) Angka pada skala timbangan menunjukkan berat badan subjek.
b. Tinggi badan
1) Paku mikrotoa ditempelkan pada dinding lurus datar setinggi 2
meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang rata.
2) Sepatu/sandal dilepaskan
3) Subjek berdiri tegak sikap sempurna, kaki lurus, tumit, pantat,
punggung, dan kepala belakang harus menempel pada dinding dan
muka menghadap lurus dengan pandangan mata ke depan.
4) Mikrotoa diturunkan sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku
harus lurus menempel pada dinding.
5) Angka pada skala yang tampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa menunjukkan tinggi badan subjek.
3. Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan dengan menghitung berat
badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter
(kg/m). Hasilnya dicatat dan diplot pada kurva pertumbuhan dari CDC untuk
melihat posisi IMT pada umur (%).
4. Siswa dilakukan pemeriksaan fisik pada wajahnya untuk memeriksa ada atau
tidaknya AV. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter umum. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik, wajah siswa difoto dengan kamera digital.
5. Pengumpulan data penelitian
6. Data dioleh dengan SPSS.
J. Rancangan Penelitian
Populasi
Kriteria inklusi
dan eksklusi
Sampel
Fixed Disease
Sampling
underweight
Normal
Overweight / obesitas
Akne Vulgaris
--
K. Analisis Data
Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah diawali
dengan analisis bivariat uji chi square Confidence Interval 95% dan nilai p.
Pertama, variable bebas dan perancu akan dianalisis masing-masing secara
bivariat terhadap variabel tergantung dengan menggunakan uji chi square untuk
mengetahui apakah hubungan yang teramati antara kedua variabel. Data yang
diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji chi square menggunakan
bentuk tabel 3x2 dengan derajat kemaknaan 5% (p < 0,05) atau dengan tabel
interval kepercayaan 95%.
L. Jadwal Kegiatan
Kegiatan
Mei
Juni
Juli
Agustus Novembe
r
Mengajukan
Judul
Bimbingan
proposal
Proposal siap
Ujian
proposal
Pengumpula
n data
Penulisan
Januari
Februar
i
skripsi
Skripsi siap
Ujian skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Kejadian Akne Vulgaris di SMA Negeri 3 Klaten yang dilakukan pada bulan
November 2013 diperoleh subjek sebanyak 62 orang. Jumlah ini sesuai dengan
rancangan penelitian yaitu minimal 49 orang. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Berikut ini adalah hasil
penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan deskriptif.
1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 3. Distribusi Data Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Sampel
pada Kejadian AV(+) dan AV (-)
Umur
15
16
17
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
AV (+) (%)
4 (6,5%)
29 (46,7%)
6 (9,7%)
AV (+) (%)
17 (27,4%)
22 (35,5%)
AV (-) (%)
2 (3,2%)
17 (27,4%)
4 (6,5%)
AV (-) (%)
6 (9,7%)
17 (27,4%)
presentase 46,7%, diikuti usia 17 tahun sebanyak 6 siswa dengan presentase 9,7%
kemudian usia 15 tahun yang didiagnosis AV (+) sebanyak 4 siswa dengan
presentase 6,5%. Siswa yang didiagnosis AV (-) paling banyak pada usia 16 tahun
sebanyak 17 siswa dengan presentase 27,4%, diikuti umur 17 tahun sebanyak 4
siswa dengan presentase 6,5% dan yang berumur 15 tahun sebanyak 2 siswa
dengan presentase 3,2 %.
Sampel sebanyak 62 orang, secara keseluruhan terdapat 23 orang (37,1%)
berjenis kelamin laki-laki dan 39 orang (62,9%) berjenis kelamin perempuan.
Sampel dengan diagnosis AV (+) paling banyak terjadi pada perempuan sejumlah
22 siswa dengan presentase 35,5%, diikuti sampel dengan jenis kelamin laki-laki
berjumlah 17 siswa dengan presentase 27,4%. Diagnosis AV (-) paling banyak
pada sampel berjenis kelamin perempuan sejumlah 17 siswa dengan presentase
27,4%, diikuti jenis kelamin laki-laki sejumlah 6 siswa dengan presentase 9,7%.
2. Distribusi Data berdasarkan Global Acne Grading System (GAGS)
Menurut Global Acne Grading System (GAGS), berdasarkan tingkat
keparahan AV, sampel dengan kejadian AV (+) dikelompokkan menjadi 3, yaitu
derajat ringan, derajat sedang, dan derajat berat. Dikatakan derajat ringan apabila
skor GAGS 1-18, derajat sedang apabila skor GAGS 19-30, derajat berat jika skor
GAGS >31. Berdasarkan penelitian, didapatkan data bahwa dari 39 sampel
(62,9%) yang positif mengalami AV, paling banyak pada AV derajat ringan
sebanyak 29 sampel (46,8%), sedangkan 10 sampel (16,1%) mengalami AV
derajat sedang dan tidak ada siswa yang menderita AV derajat berat.
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Keparahan AV
Derajat Keparahan AV
AV (+) derajat ringan
AV (+) derajat sedang
AV (+) derajat berat
Total
Jumlah (orang)
29 (46,8%)
10 (16,1%)
0 (0%)
39
AV (+) (%)
20 (32,3%)
15 (24,2%)
4 (6,5%)
AV (-) (%)
11 (17,7%)
11 (17,7%)
1 (1,6%)
4. Analisa Data
Dalam penelitian untuk mengetahui hubungan IMT dengan kejadian AV
pada siswa-siswi SMA Negeri 3 Klaten dilakukan analisis data menggunakan uji
Fisher exact dengan bantuan program komputer SPSS for windows.
Berdasarkan uji distribusi data penelitian ini terdistribusi normal yaitu
menunjukkan sampel sebesar 62 (100%) dan missing 0 (0%). Signifikansi yang
didapatkan angka probabilitasnya sebesar 0,643. Dari angka probabilitas tersebut
dapat diketahui bahwa nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan H1 ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian akne vulgaris pada siswasiswi SMA Negeri 3 Klaten.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian akne vulgaris (AV). Subjek penelitian ini
adalah siswa-siswi SMA umur 14-20 tahun. Dipilihnya siswa SMA berumur 1420 tahun karena pada penelitian sebelumnya, kejadian AV paling banyak terjadi
pada usia remaja atau antara umur 12-24 tahun yaitu sebesar 85% (Leyden, 2003).
Umumnya insidensi AV juga terjadi sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, dan
usia 16-19 tahun pada laki-laki (Wasitaatmaja, 2007).
Akne vulgaris merupakan penyakit multifaktorial, oleh karena itu pada
penelitian ini telah dilakukan homogenisasi sampel sebelumnya untuk
mengendalikan variable perancu. Sampel dengan variabel perancu yang dapat
IGF-1, dan serum leptin tidak memainkan peran utama dalam patogenesis AV.
Pada orang dewasa, resistensi insulin dapat terlihat pada kelebihan berat badan,
sedangkan pada remaja terdapat faktor-faktor selain resistensi insulin dalam
patogenesis AV. Perubahan hormonal, faktor genetik, stress dan faktor lingkungan
juga harus diperhatikan. Dalam hal ini, IMT bukan merupakan cara yang akurat
untuk menentukan kadar lemak dalam tubuh sehingga memberikan hasil yang
tidak signifikan.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Ismail et al pada tahun
2012 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
(p > 0,05) yang ditemukan antara kasus dan kelompok kontrol berat badan, tinggi
badan dan IMT untuk jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Hal ini didukung
pada sebuah penelitian kohort retrospektif di Turki oleh Adebarmowo et al yang
juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan kejadian AV.
Kelebihan dari penelitian ini adalah siswa-siswi yang sedang dalam
pengobatan jerawat menggunakan kortikosteroid baik oral maupun topikal, siswasiswi yang memakai kosmetik komedogenik seperti lanolin, petrolatum, beberapa
minyak tumbuhan, butil stearat, laurel alkohol dan asam oleat dimasukkan ke
dalam kriteria eksklusi sehingga sampel penelitian menjadi lebih spesifik.
Kekurangan dalam penelitian ini adalah walaupun sudah mengendalikan beberapa
variabel perancu, ada beberapa variabel perancu yang sulit dikendalikan seperti
genetik, stress psikis dan iklim sehingga memberikan pengaruh terhadap hasil
penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti mengalami kendala yaitu tidak memasukkan
pemeriksaan tubuh, yang merupakan 1% dari lokasi AV. Hal ini dikarenakan
responden enggan untuk dilakukan pemeriksaan pada tubuhnya, sehingga hasil
penelitian mungkin memberikan taksiran yang lebih rendah dari prevalensi.
Keterbatasan lainnya adalah sulit untuk menilai kejujuran dan subjektivitas para
subjek penelitian dalam mengisi kuesioner.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
. Telah dilaksanakan penelitian mengenai Hubungan antara Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi SMA Negeri 3
Klaten , dan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tidak ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian
akne vulgaris (AV) di SMA Negeri 3 Klaten.
B. Saran
1. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan mengenai
pentingnya dilakukan penelitian selanjutnya mengenai hubungan
obesitas dengan kejadian AV untuk mendapatkan hasil penelitian yang
lebih valid dan lebih rinci.
2. Pada penelitian selanjutnya hendaknya juga diteliti tentang hubungan
resistensi insulin terhadap timbulnya akne vulgaris, karena resistensi
insulin pada orang dengan obesitas merupakan salah satu mekanisme
terjadinya peningkatan hormon androgen.
3. Instrumen pengambilan data yang lebih akurat yaitu dengan timbangan
digital sehingga hasil lebih teliti dan disarankan untuk dilakukan
pemeriksaan fisik langsung oleh dokter ahli agar diagnosis lebih tepat.
4. Tidak terbuktinya IMT berpengaruh terhadap kejadian AV bukan berarti
dapat mengesampingkan faktor tersebut dalam mengedukasi pasien,
mengingat cukup banyak jurnal yang menyatakan bahwa IMT
berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian AV.
DAFTAR PUSTAKA
Abulnaja, K.O., 2009 Changes in Hormone and Lipid. Profil of Obese Adolescent
Saudi Females with Acne Vulgaris. Brazilian Journal of Medical and
Biological Research. 42: 501-505
Ailhaud, G., 2000. Synthetic and Recomendation. Childhold Obesity : Screening
and Preventuon. French institude of Health and Medical Research
(inserm) : 1-37
Anwar, A.I., 2013. Pendekatan Terbaru dalam Terapi Akne. Dalam : Pearsl of
Cosmetic Dermatology Symposium Nasional dan Pameran Dermatology
Kosmetik : Jakarta
Effendi, Z., 2003. Peran Kulit dalam Mengatasi Akne Vulgaris. Available from :
http://library.usu.ac.id/download/fk/hiztologi-zukesti3.pdf.
(Accesed
Murti, B. 2008. Design dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, p : 119
National Institute of Arthritis and Musculosceletal and Skin Disease, National
Institute of Health, 2006. Question and Answer About Acne
Notoatmodjo, S., 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta hal. 88
Pawin, H, Beylot.C, Chivot.M, Faure.M, Poli. F, Revuz.J, dan Dreno. B., 2004.
Physiophatology of Acne Vulgaris : recent data, New Understanding of
The Treatments. Eur J Dermatol. 14 : 4-12
PERDOSKI 2012. Indonesian Acne Expert Meeting 2012. pp : 4-5
Purwaningdyah, RA Khalida, Nelva KJ. Profil Penderita Akne Vulgaris pada
Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan. E-Journal FK USU :
vol.1 No.1, Februari 2013
Ripee. J, McInnis. K, dan Melanson. K., 2001. Physician Involvement in The
Management of Obesity as Aprimary Medical Condition. Obesity
Research. 9 : 302-11
Shaw, L, Kennedy C. The treatment of acne. Pediatr Child Health. 2007. 17 (10) :
385-389
Shazia, Munawar., 2007. Precipitating Factors of Acne Vulgaris in Females.
Available from : http://apims.net/Volumes/Vol5-2/Precipitating%20factors
%20of%20Acne%20Vulgaris%20in@0Females.pdf (Accesed : Desember
27, 2013)
Sitohang, I.B.S., 2013. Acne in Adult. Dalam : Pearsl of Cosmetic Dermatology
Symposium Nasional dan Pameran Dermatology Kosmetik : Jakarta
Smith. R.N, Neil. J.M, Anna. B, Henna.M, dan George.A.V., 2007. A Low
Glycemic Loud Diet, Improves Symptoms in Acne Vulgaris Patients. An J
Clin Nutr . 86 : 107-15
Tjekyan, S. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Dalam : Tjekyan
(eds). Media Medika Indonesia Vol.43. Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Tsai, M.C, Wenchieh. Y.W, Cheng-Yu, Guan-Yu, dan Tzung-Jen., 2006, Higher
Body Mass Index is a significant risk factor for Acne Formation in
Schoolchildern. Eur J Dermatol . 16(3) : 251 : 3
Wasitaatmadja, S.M., 2007. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam
: Djuanda, A. (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta
: Balai Penerbit FK UI pp:254-60
Weinstock, M.A, Boyle. M.M., 2003. Statistics of Interest to Dermatologist.
Dalam : Theirs, B.H, Long. P.G Jr (eds) : Yearbook of Dermatology and
Dermatologic Surgery. Mosbym Philadelphia, pp 91
Widjaja, E.S., 2000. Rosasea dan Akne Vulgaris. Dalam : Marwali
Harahap. (ed).
Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates pp: 31-45
LAMPIRAN 1
Lembar Persetujuan
Saya yang bertanda tangan dan bertanggung jawab dengan pernyataan di
bawah ini :
Nama :
Umur :
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi respon den
penelitian skripsi yang berjudul Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi SMA Negeri 3 Klaten. Saya
akan menjadi responden yang kooperatif dalam memberikan data yang nyata
kepada peneliti.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada unsur
paksaan dari pihak manapun.
Klaten,
(
2013
)
LAMPIRAN 2
Kuesioner Pendahuluan
Identitas
No. Penelitian :
Nama
Jenis Kelamin : L / P
Tanggal Lahir :
Alamat Rumah
Pekerjaan
Telepon
Tanggal Pengisian
:
Umur :
:
: Siswa
:
:
tahun
Sekolah :
PENDAHULUAN :
Kuesioner mohon diisi dan dilengkapi secara jujur (sesuai pengetahuan individu)
oleh tiap-tiap individu yang ikut berpartisipasi sebagai subyek penelitian dalam
penelitian ini. Informasi yang diberikan oleh calon subjek penelitian dalam
formulir ini bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh peneliti.
LAMPIRAN 3
Kuesioner
Petunjuk Pengisian :
Beri tanda X atau lingkari salah satu jawaban beserta keterangan jawaban yang
paling sesuai dengan keadaan Anda saat ini .
2. Apakah pada saat ini Anda menderita jerawat pada kulit?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, berapa lama : ............. minggu/bulan/tahun
3. Apakah anda dalam keadaan sehat?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda menggunakan kosmetik selama 1 minggu terakhir?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, sebutkan (pelembab, pembersih, alas bedak, atau
lainnya) ...................
5. Apakah anda menggunakan produk kulit anti jerawat dalam 1 bulan
terakhir?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, sebutkan..................
6. Apakah anda sedang dalam perawatan dokter kulit?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, sebutkan ...................
7. Apakah anda sedang dalam perawatan dokter untuk kondisi tertentu?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, sebutkan ...................
8. Apakah anda sedang mengkonsumsi obat-obatan seperti steroid dan
antibiotik dalam 1 minggu terakhir?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, sebutkan ...................
9. Apakah anda rutin mencuci muka setiap hari dengan sabun?
a. Ya
b. Tidak
Berapa kali anda mencuci muka dalam sehari? ...... kali/hari
10. Krim berbentuk apa yang biasa anda gunakan?
a. Gel
b. Creamy
11. Apa merk krim yang biasa Anda gunakan? ..............................
12. Bedak yang bagaimana yang biasa anda gunakan?
a. Bedak tabur
b. Bedak padat
13. Apa merk bedak yang biasa Anda gunakan? ........................
14. Tabir surya dengan SPF berapa yang sering Anda gunakan?
15. Apa merk tabir surya yang biasa Anda gunakan? .................................
Pertanyaan No. 11-13 khusus untuk subjek wanita
16. Apakah saat ini anda mengalami menstruasi?
a. Ya
b. Tidak
17. Kapan hari pertama menstruasi terakhir anda (waktu menstruasi anda)?
Tanggal ....... bulan .......
18. Dalam satu siklus menstruasi biasanya berapa hari?
a. 28
b. 29
c. 30
d. .................... (lainnya)
LAMPIRAN 4
HASIL UJI FISHERS EXACT
Frequencies
Statistics
IMT
N
Valid
Missing
Acne_Vulgaris
Derajat
62
62
62
IMT
Cumulative
Frequency
Valid
Obesitas
Percent
Valid Percent
Percent
8.1
8.1
8.1
Non Obesitas
57
91.9
91.9
100.0
Total
62
100.0
100.0
Acne_Vulgaris
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Positif
39
62.9
62.9
62.9
Negatif
23
37.1
37.1
100.0
Total
62
100.0
100.0
Derajat
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Negatif
23
37.1
37.1
37.1
Ringan
29
46.8
46.8
83.9
Sedang
10
16.1
16.1
100.0
Total
62
100.0
100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
IMT * Acne_Vulgaris
Missing
Percent
62
100.0%
Total
Percent
0
.0%
Percent
62
100.0%
Obesitas
Count
3.1
1.9
5.0
% within IMT
80.0%
20.0%
100.0%
% within Acne_Vulgaris
10.3%
4.3%
8.1%
6.5%
1.6%
8.1%
35
22
57
35.9
21.1
57.0
% within IMT
61.4%
38.6%
100.0%
% within Acne_Vulgaris
89.7%
95.7%
91.9%
% of Total
56.5%
35.5%
91.9%
39
23
62
39.0
23.0
62.0
62.9%
37.1%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
62.9%
37.1%
100.0%
% of Total
Count
Expected Count
Total
Total
Expected Count
Non Obesitas
Negatif
Count
Expected Count
% within IMT
% within Acne_Vulgaris
% of Total
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
.681a
.409
Continuity Correctionb
.117
.732
Likelihood Ratio
.742
.389
.643
62
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,85.
b. Computed only for a 2x2 table
.381
LAMPIRAN 5
DATA PENELITIAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nama
Dimas PM
Nana Lupita
Yuda Susanto
Nikhodemus
Ronal Obet
Vincentius
Caecilia
Kesuma Rienatsya
Setyaningtyas
Novia
Intan Puspita
siskha NM
Oktavira
I.G Rio
Adi Cahyo
Yosua
Alfian
JK
L
P
L
L
L
L
P
P
P
P
P
P
P
L
L
L
L
Umur
15
16
16
16
16
16
16
15
16
17
16
16
16
16
16
17
17
TB
158
154
162
166
164
166
153
169
150
149
155
151
147
161
160
168
167
BB
43
55
43
58
44
56
46
57
41
43
44
49
40
40
73
57
46
IMT
17,2
23,2
16,4
21,1
16,4
20,3
19,7
20,0
18,2
19,6
18,3
21,5
18,5
15,4
28,5
20,2
16,5
Jerawat
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Negatif
Derajat
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
-
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
Syaiful Imam
Joko Supriyono
Angga Arsanto
Reza Prabowo
Faisal
Ilyas Wahyu
Deni C
Mei C
Susi Susilowati
M Bagas
Bagasworo
Edy Santoso
Riska
Putri W
Siti Supri
Sadewa
Hera R
Mutiara
Afrin P
Dyanna DP
Nika KH
Vita AS
Defe
Yuni
Karina
Sri Wahyu
Zuhrotun
Awwalin
Annisa GA
Frisha
Mardina
Dhea
Miftah
Windhi
Annisa A
Yunita
Rizka Sendi
Wulan P
Lina Kartika
Rina Susi
Febriana
Luluk Dina
L
L
L
L
L
L
L
P
P
L
L
L
P
P
P
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
16
16
16
17
16
16
16
17
16
16
16
17
15
17
16
16
16
16
16
16
15
16
16
16
16
16
17
17
16
16
17
16
16
15
16
16
16
15
16
16
16
16
164
171
161
172
168
168
156
155
155
159
165
165
163
150
159
165
151
156
152
155
159
158
155
156
144
158
153
155
149
155
161
160
159
157
158
162
163
160
150
161
158
159
43
66
60
65
53
53
45
43
54
43
110
53
49
60
46
51
45
45
41
43
40
43
45
50
46
42
40
53
38
40
50
46
43
40
79
43
48
42
40
42
89
45
15,9
22,6
23,1
21,9
18,8
18,8
18,5
17,9
22,5
17,0
40,4
14,5
18,4
26,7
18,2
18,7
19,7
18,5
17,8
17,9
15,8
17,2
18,8
20,5
21,9
16,8
17,1
22,1
17,1
16,7
19,3
18,0
17,0
16,2
31,7
16,5
18,0
16,7
17,8
16.1
35,7
17,8
Positif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Sedang
Ringan
Sedang
Sedang
Sedang
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
-
60 Tri Angga
61 Erwin
62 Indra Din
L
L
L
16
16
16
166
164
157
LAMPIRAN 6
56
45
46
20,3
16,7
18,6
Positif
Positif
Negatif
Ringan
Ringan
-
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8