Patofisiologi Rinitis Alergi

Rinitis Infeksi

Gejala Klinis
Hidung tersumbat

Rinitis non infeksi

Rinitis alergi

Virus

Bakteri

Vasomotor

Medikamentosa

Hormonal

Bergantian dari satu sisi

Terus menerus

ke sisi yang lain, terutama

sewaktu perubahan posisi
Rinore

Encer dan

Awalnya encer dan

Ingus kadang

Rinore hebat, mucous

Kadang-kadang timbul

banyak

banyak, bisa

bercampur darah

atau serous

akibat pemakaian obat

Tidak begitu nyata, tidak

+/-

mukopurulen jika
diikuti infeksi bakteri
Bersin

Berulang (>5x)

gatal di hidung dan mata

Memberat pagi hari
Post nasal drip
Gejala pengikut

Tidak selalu

Tidak selalu

Sering dijumpai

Demam ringan, terasa Demam , toksemia,

panas di bagian

limfadenitis, ada

belakang hidung

membrane keabuan
yang menutup konka
inferior dan cavum
nasi bagian bawah,
membrane lengket
dan berdarah jika
diangkat, krusta
coklat pada nares
anterior dan pipi
bagian atas.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Rinitis Alergi
dapat ditegakkan dengan adanya gejala dan tanda: bersin-bersin,
rinore, rasa gatal dan tersumbat.

Rinitis non Alergi

Infeksi:
Virus dengan gejala dan tanda : kongesti nasal, mengeluarkan ingus, tenggorokan gatal, dan bersin.
Bakteri dengan gejala dan tanda : membrane putih keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga
hidung, yang apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan. Inflamasi yang menimbulkan destruksi
jaringan di tempat infeksi dengan membentuk nanah.
Non Infeksi:
Rhinitis vasomotor gejala dan tanda : Transudasi cairan, edema, kongesti, rinore.
Rhinitis medikamentosa gejala dan tanda : Hidung tersumbat terus menerus dan berair, pemerikaan
didapatkan edema / hipertrifi konka dengan secret hidung yang berlebihan, apabila diberi tampon
adrenalin edema konka tidak berkurang.
Rhinitis hormonal geja dan tanda: Kongesti nasal, hidung tersumbat.

SARAN

Untuk mendiagnosis secara pasti

perlu pemahaman secara
mendalam dari patofisiologi yang
ada pada rhinitis.

DAFTAR PUSTAKA
Soepardi EA, Iskandar N, Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung-Tenggorokan Kepala, Edisi5, FKUI, Jakarta, 2001
: Hal 88-94,101-106.
Adams,George L,Boise, Lawrence R,Peter A : Alih bahasa Wijaya,Caroline : Buku Ajar Penyakit THT (Boise
Fundamentals Otolaryngologi). Edisi6, EGC, Jakarta,1994 : hal 190-198.
Mansjoer AT, Kuspuji, Savitri, Rahmi, dkk(ed), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Media Aesculapius,
FKUI,Jakarta,1999 :106-108
Soepardi EA,Iskandar N, Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung-Tenggorokan Kepala Leher, Jakarta, FKUI,1990
Sunaryo, Soepomo S, Hanggoro S. Pola Kasus Rinitis di Poliklinik THT RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 1998.
Disampaikan pada Kongres Nasional Perhati XII, Semarang, 28 - 30 Oktober, 1999.
Becker W, Naumann H H, Pfaltz C R. Ear, Nose, and Throat Diseases A Pocket Reference. 2nd ed. New York :
Thieme Medical Publishers Inc, 1994. p. 210-3.
Naclerio RM, Durham SR, Mygind N : Rhinitis Mechanismand Management, volume123, University of Chicago,
1985 : Hal 23-27,46-47,68-69,267-271.

Price SA, Wilson LM, Alih Bahasa adji Dharma : Patofisologi Konsep-Klinik Prosep-Proses Penyakit, Edisi2, Jakarta,
EGC, 1985 : Hal 135-143.
Mackay IS,Bull TR:Scott-Browns Otolaryngologi,Edisi6,Butterworth Heinemann Internasional Edition,1987:6/16/14.
Vasomotor ( non allergic rhinitis ) : http://www.regionalallergy.com/education/understanding/sinusitis/rhinitis/
rhinitis.html

Baratawidjaja K G & Rengganis I., 2009. Imunologi Dasar. Edisi ke 8. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.