Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS HIDUP

PEMBIMBING

dr. Lipur Riyantiningtyas BS, Sp.F, SH

DISUSUN OLEH
I K Rama Mahendra W W S.Ked
030.10.129

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


UNIVERSITAS GAJAHMADA YOGYAKARTA
PERIODE 6 NOVEMBER 2017 30 NOVEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
YOGYAKARTA 2017

1
1. DESKRIPSI KASUS
A. Identitas
Nama : An. AB
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Alamat : Pasir putih kuwawi

B. Anamnesis
Pada hari Minggu, tanggal 5 November pukul 00:30 WIB korban
dating ke instalasi gawat darurat (IGD) RSUP Dr sardjito dengn rujukan
dari RS Sadewo. Korban dalam perjalanan pulang mengendarai sepeda
motor pada dini hari dan tidak menggunakan helm. Mekanisme tidak
diketahui, ditemukan warga sudah tergeletak dipinggir jlan dan tidak
sadarkan diri dengan bau alcohol. Korban menglami penurunan kesadaran,
tidk terdapat muntah mauun kejang, terdapat perdarahan pada teling
bagian kanan

C. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a. Kesadaran : Sopor, GCS E4 V5 M6
b. Kesan sakit : tampak sakit berat

2) Tanda vital :
a. Tekanan darah : 106/70 mmHg
b. Frekuensi nadi : 88 x/menit
c. Frekuensi napas : 20x/menit
d. Suhu : 36,4C

3) Data antropometri:
a. BB: 50 kg
b. TB: 155 cm

4) Status Generalis dalam batas normal.

5) Pada pemeriksaan didapatkan lecet geser temporal dextra, alis kanan,


sudut mata kanan, luka lecet bibir kiri, luka lecet alis kiri bawah,
telinga kanan terdapat perdarahan, luka pada punggung kaki kiri jari 1,

2
2 , luka lecet tangan kiri jari 2, 3, lecet geser lengan bawah kiri luar,
sekumpulan luka lecet geser lengan bawah kiri.
6) Status neurologis:
a. GCS : E1 V5 M4
b. RCL : (+/+)
c. RCTL : (+/+)
d. Refleks fisiologis : (+) di ke empat ekstremitas
e. Refleks patologis : (-) di ke empat ekstremitas
f. Tanda rangsang meningeal : (-)
g. Nervus kranial : lateralisasi (-)
h. Motorik : tidak dapat dinilai
i. Sensorik : tidak dapat dinili

D. Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen thorax dan servikal dalam batas normal.
2) CT scan didapatkan SDH FTP Dextra, EDH, Hemorrhage cerebral
contusion, multiple+edema vasogenik FTP dextra dan frontal sinistra,
traumatic cerebrla edema, contusion cerebri regio parietal dextra,
fraktur depressed region temporo parietal dextra.

E. DIAGNOSIS KERJA
Vulnus laceratum region temporal dextra
Multiple vulnus excoriatum
Open depressed fr. Os temporo-parietl dextra
Traumatic SDH akut
EDH
TICH
TSAH
2. MASALAH YANG DIKAJI
Apakah ada keterkaitan antara HB pasien yang anemis (9,4 gr/dL) dengan
perdarahan sub dural yang terjadi akibat kecelakaan?

3. PEMBAHASAN
Hematoma subdural adalah penimbunan darah di dalam rongga
subdural (di antara duramater dan arakhnoid). Perdarahan ini sering terjadi
akibat robeknya vena-vena jembatan (bridging veins) yang terletak antara
kortek cerebri dan sinus venous tempat vena tadi bermuara, namun dapat
terjadi juga akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan otak.
Perdarahan subdural paling sering terjadi pada permukaan lateral hemisfer
dan sebagian di daerah temporal, sesuai dengan distribusi bridging veins.

3
Perdarahan subdural juga menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan
kerusakan otak dibawahnya biasanya berat
Perdarahan subdural diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu
-perdarahan subdural akut
-perdarahan subdural sub akut
-perdarahan subdural kronik

Perdarahan akut apabila gejala yang timbul segera kurang dari 72 jam
setelah trauma. Perdarahan sub kut biasannya berkembng dalam
beberapa hri sekitar 4-21 hari setelah trauma. Perdarhan kronik
terjadi setelah 21 hari setelah trauma bahkan bisa lebih.
Komplikasi tersering dari perdarahan subdural adalah :
-sakit kepala yang menetap

-rasa mengantuk yang hilang timbul

-linglung

-perubahan ingatan

-kelumpuhan pada sisi yang berlawanan

EVALUASI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan CT scan adalah modalitas pilihan utama bila dicurigai
terdapat suatu lesi pasca-trauma, karena prosesnya cepat, mampu melihat
seluruh jaringan otak dan secara akurat membedakan sifat dan keberadaan
lesi intra-aksial dan ekstra-aksial.
1. Perdarahan subdural akut
Perdarahan subdural akut pada CT-scan kepala (non kontras)
tampak sebagai suatu massa hiperdens (putih) ekstra-aksial
berbentuk bulan sabit sepanjang bagian dalam (inner table)
tengkorak dan paling banyak terdapat pada konveksitas otak di
daerah parietal
2. Perdarahan subdural subakut

4
Di dalam fase subakut perdarahan subdural menjadi isodens
terhadap jaringan otak sehingga lebih sulit dilihat pada gambaran
CT
3. Perdarahan subdural kronik
Pada fase kronik lesi subdural menjadi hipodens dan sangat mudah
dilihat pada gambaran CT tanpa kontras. Sekitar 20% subdural
hematom kronik bersifat bilateral dan dapat mencegah terjadi
pergeseran garis tengah.

PERJALANAN KLINIS, PROGNOSIS, DAN KOMPLIKASI

Tidak semua perdarahan subdural bersifat letal. Pada beberapa kasus,


perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan
kompresi pada otak, sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang
ringan. Pada beberapa kasus yang lain, memerlukan tindakan operatif
segera untuk dekompresi otak. Tindakan operasi pada hematoma subdural
kronik memberikan prognosis yang baik, karena sekitar 90 % kasus pada
umumnya akan sembuh total.

Pada pasien dengan subdural hematom kronik yang menjalani operasi


drainase, sebanyak 5,4-19% mengalami komplikasi medis atau operasi.
Komplikasi medis, seperti kejang, pneumonia, empiema, dan infeksi lain,
terjadi pada 16,9% kasus. Komplikasi operasi, seperti massa subdural,
hematom intraparenkim, atau tension pneumocephalus terjadi pada 2,3%
kasus.

Residual hematom ditemukan pada 92% pasien berdasarkan gambaran


CT scan 4 hari pasca operasi. Tindakan reoperasi untuk reakumulasi
hematom dilaporkan sekitar 12-22%. Kejang pasca operasi dilaporkan
terjadi pada 3-10% pasien.

4. KESIMPULAN
Dalam mengangani suatu kasus, diperlukan manajemen yang holistik.
Selain dari terapi yang tepat sesuai dengan kelainan pemeriksaan fisik
yang dialami, perlu juga diketahui penyebab dari kelainan tersebut. Dan
dalam bagian ilmu kedokteran forensik, kasus-kasus trauma dalam
kecelakaan lau lintas dapat dieksplorasi sehingga dapat diketahui

5
penyebabnya. Dalam kasus ini kemungkinan terjadinya penurunan hb
pada pasien tidak disebabkan oleh perdarahan subdural

5. DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, M . M. Frotscher. Diagnosis Topik Neurologi Duus . Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2010
2. Sidharta, P. dan Mardjono, M. 2006. Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta: Dian Rakyat.
3. Mumenthaler, M. Heinrich Mattle, MD. Neurology. Thieme . 2004
4. http://www.strokecenter.org/patients/sdh.htm

Anda mungkin juga menyukai