Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Enterobiasis dengan Faktor Risiko Hospes dan Lingkungan pada Anak Umur 8-10 Tahun di MI

Unggulan Assa Adah Surabaya


(Wahyu Pratiwi, et al.)

HUBUNGAN ENTEROBIASIS DENGAN FAKTOR RISIKO HOSPES DAN LINGKUNGAN PADA


ANAK UMUR 8-10 TAHUN DI MI UNGGULAN ASSA ADAH SURABAYA

Wahyu Pratiwi1, Sulistiawati 2, Sri Wijayanti Sulistyawati2


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur

wahyupratiwi@ymail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Enterobiasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Enterobius vermicularis.
Besarnya prevalensi enterobiasis pada anak-anak sebanyak 45,7% di Kelurahan Tambakwedi, Kecamatan
Kenjeran. Dampak yang bisa ditimbulkan antara lain gatal-gatal (pruritus) di sekitar kulit perianal sehingga
anak-anak merasa kesulitan untuk tidur dan pada akhirnya tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran di
sekolah. Adapun siklus hidupnya yang berhubungan dengan kebiasaan hospes dan kondisi lingkungan
sangat mempengaruhi prevalensi infesi ini. Infeksi tersebut lebih banyak mengenai anak-anak dikarenakan
aktivitas mereka lebih banyak dihabiskan di luar rumah dan paparan terhadap telur menjadi semakin besar.
Higienes perorangan dan sanitasi lingkungan sangat mempengaruhi prevalensi kejadian enterobiasis ini,
antara lain jenis kelamin, kebersihan tangan dan kuku, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan
setelah bermain, riwayat enterobiasis, frekuensi memotong kuku dan penggantian sprei serta jenis lantai
rumah. Oleh karena itu, peneliti ingin membuktikan keterkaitan antara faktor hospes dan lingkungan dengan
kejadian enterobiasis. Tujuan: Untuk menentukan korelasi antara enterobiasis dengan faktor risiko hospes
dan lingkungan pada anak umur 8-10 tahun di MI Unggulan Assa Adah Surabaya. Metode: Penelitian analitik
observasional dengan menggunakan metode cross-sectional. Pengamatan dilakukan dengan
mewawancarai subyek, mengambil sampel dari kulit perianal dengan sellotape dan mengobservasi di bawah
mikroskop. Hasil: Prevalensi enterobiasis sebesar 16% dan terdapat korelasi antara enterobiasis dengan
variabel faktor risiko riwayat kesakitan enterobiasis, sedangkan variabel lain tidak menunjukkan korelasi.
Pembahasan: Faktor-faktor eksternal dan internal pada saat proses penelitian dapat mempengaruhi hasil
penelitian tersebut sehingga diperlukan kekooperatifan antara subyek dan peneliti. Kesimpulan: Terdapat
korelasi antara enterobiasis dengan riwayat kesakitan enterobiasis?

Kata Kunci: Enterobiasis, Faktor risiko lingkungan dan hospes, dan Metode sellotape

ABSTRACT

Background: Enterobiasis is infectious disease caused by Enterobius vermicularis. Prevalence of


enterobiasis in children as much as 45,7% at Tambakwedi, Kenjeran. Effect caused by this agent is prurituc
at perianal skin so that children have sleep disorder and have a difficulty in concentrating at school. The life
cycle that has a correlation between personal habits and environment has a big influence in enterobiasis.
Infections occur predominantly in children because they mostly play outside so that they tend to be exposed
by the agent’s egg. Personal and environment hygiene influence the prevalence such as gender, hand and
nail hygiene, hand washing habit before eating and after playing, past medical history, frequency of cutting
nail and changing bedcover and type of floor. Because of that, writer wants to know the correlation of
enterobiasis and those factors. Aim: Determine correlation between enterobiasis and risk factors of
environment and host of 8-10 years old elementary school students in MI Unggulan Assa Adah Surabaya.
Method: This is a cross-sectional survey research. This study is conducted by interviewing the subjects,
taking samples from perianal skin with sellotape and observing them at the laboratory. Result: Prevalence of
enterobiasis is 16% and there is correlation between enterobiasis and risk factors of host and past medical
history of enterobiasis, but other variables have no correlation. Analysis: External and internal factors can
influence the results of this experiment so that there must be coordination between subjects and writer.
Conclusion: There is correlation between enterobiasis and past medical history.

Keywords: Enterobiasis, Risk factors of environment and host, and Sellotape method

PENDAHULUAN Enterobiasis (pinworm disease atau threadworm)


disebabkan oleh nematoda kecil Enterobius

1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
2
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Hubungan Enterobiasis dengan Faktor Risiko Hospes dan Lingkungan pada Anak Umur 8-10 Tahun di MI
Unggulan Assa Adah Surabaya
(Wahyu Pratiwi, et al.)

vermicularis [1]. Cacing Enterobius vermicularis Oleh karena enterobiasis banyak ditemukan pada
yang menginfeksi saluran pencernaan dapat anak-anak dengan faktor risiko hospes dan
menyebabkan gatal-gatal dan menginfeksi lebih lingkungan yang relatif cukup besar serta
dari 200 juta orang di dunia [2]. Hasil survei ditemukannya prevalensi yang tinggi di Surabaya,
Subdit Diare Kemenkes RI tahun 2002 dan 2003 maka perlu dilakukan penelitian untuk
di 40 sekolah dasar di 10 provinsi menunjukkan membuktikan adanya hubungan enterobiasis
prevalensi kecacingan yang berkisar antara 2,2% dengan faktor risiko hospes dan lingkungan pada
- 96,3%. Sementara hasil penelitian di Kelurahan anak-anak.
Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran Kota
Surabaya pada tahun 2009 dengan jumlah
sampel 46 orang didapatkan prevalensi infeksi METODE
cacing Enterobius vermicularis sebesar 45,7% [3].
Dari hasil penelitian di desa Karangasem Penelitian ini tergolong penelitian analitik
kecamatan Kutorejo kabupaten Mojokerto observasional dengan menggunakan rancangan
dengan mengambil sampel sebanyak 196 cross-sectional. Pengambilan sampel
responden, didapatkan data prevalensi menggunakan teknik total sampling. Populasi dari
Enterobius vermicularis sebanyak 45 orang penelitian ini adalah siswa kelas 3 dan 4 MI
(22,45 %) di mana sebagian besar terdapat pada Unggulan Assa Adah, Kecamatan Benowo,
responden usia 5 – 9 tahun yaitu sebesar 27 anak Kabupaten Surabaya, Provinsi Jawa Timur
( 60 %) dan pada higienes perorangan yang baik sebanyak l58 siswa.
didapat prevalensi enterobiasis sebesar 7,18%
sedangkan pada higienes perorangan yang buruk Adapun variabel yang diteliti dari faktor hospes
didapat prevalensi sebesar 79,06%. terdiri dari jenis kelamin, kebersihan tangan dan
kuku, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
Gejala yang paling umum akibat infeksi tersebut dan setelah bermain, kebiasaan memotong kuku
adalah gatal-gatal di daerah anus dan perineal tiap minggu dan kebiasaan mengganti sprei tiap
(pruritus ani atau perineal pruritus). Gejala lain bulan serta riwayat kesakitan enterobiasis.
yang biasanya dialami penderita adalah insomnia Sedangkan dari faktor lingkungan terdiri dari jenis
(tidak bisa tidur nyenyak malam hari) karena gatal lantai rumah.
di sekeliling anus, lelah, anak-anak bisa
mengalami anoreksia, penurunan berat badan, Aplikasi sellotape dari anus menjadi nilai
atau penurunan konsentrasi, emosi yang labil dan diagnostik yang cukup meyakinkan ketika dilihat
lain-lain. Hal ini secara tidak langsung akan di bawah mikroskop. Pemeriksaan dilakukan pada
menurunkan prestasi dan aktivitas anak baik di pagi hari (sebaiknya setelah bangun tidur,
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. sebelum mandi atau defekasi). Sellotape ditekan
beberapa kali pada kulit disekeliling anus dan
Siklus hidup cacing ini dimulai dari telur yang perianal. Pemeriksaan dengan sellotape ini akan
tertelan oleh hospes dan akhirnya menetas pada memberikan hasil yang lebih akurat daripada
lumen usus besar. Pada malam hari, cacing pemeriksaan tinja karena telur Enterobius
betina akan bermigrasi ke kulit perianal untuk vermicularis banyak ditemukan di daerah perianal
bertelur. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya dan perineum [4]. Hasil pemeriksaan mikroskop
sensasi gatal-gatal pada malam hari dan hospes dinyatakan positif apabila ditemukan minimal satu
akan berusaha menggaruknya. Garukan ini telur Enterobius vermicularis. Analisis data
apabila hospes tidak mencuci tangan dan sprei menggunakan uji chi-square dengan nilai
tidak diganti secara berkala, akan terjadi signifikansi (p) lebih dari 0,05.
autoinfeksi karena kontaminasi dari telur.

Higienes perorangan dan sanitasi lingkungan HASIL PENELITIAN


sangat mempengaruhi prevalensi kejadian
enterobiasis ini, antara lain jenis kelamin, Karakteristik Subyek
kebersihan tangan dan kuku, kebiasaan mencuci Perlu diketahui bahwa data subyek yang diambil
tangan sebelum makan dan setelah bermain, dari hasil wawancara langsung dengan subyek
riwayat enterobiasis, frekuensi memotong kuku melalui kuesioner siswa SD kelas 3 dan 4. Total
dan penggantian sprei serta jenis lantai rumah. subyek adalah 58 orang dengan distribusi jenis
Hal tersebut dapat menjadi faktor risiko penularan kelamin sebanyak 37 laki-laki dan 21 perempuan.
Enterobius vermicularis. Sedangkan untuk distribusi umur subyek umur 9
tahun (54%) dan umur 8 tahun (17%).

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga


2. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Hubungan Enterobiasis dengan Faktor Risiko Hospes dan Lingkungan pada Anak Umur 8-10 Tahun di MI
Unggulan Assa Adah Surabaya
(Wahyu Pratiwi, et al.)

Dari hasil sampel yang ada diketahui bahwa yang Dari tabel di atas, didapatkan persentase masing-
positif terinfeksi enterobius vermicularis terdapat masing variabel pada faktor risiko hospes dan
pada 9 subyek (16%) dari total 58 subyek. lingkungan. Terdapat perbedaan jumlah yang
cukup signifikan pada variabel frekuensi
Tabel 1. Hasil Penelitian Deskriptif dan Analitik memotong kuku tiap minggu dan jenis lantai
rumah. Sedangkan pada variabel lain, tidak
Faktor Variabel Jumlah Nilai didapatkan perbedaan yang menonjol antar sub-
risiko (persen signifik variabelnya. Didapatkan pula hasil uji chi-square
tase) ansi (p) dengan nilai signifikansi (p) lebih dari 0,05 untuk
Frekue 5x 31(53%) delapan variabel dan hanya ada satu variabel
nsi 3x 27(47%) dengan nilai signifikansi (p) kurang dari 0,05 yaitu
mencuc riwayat kesakitan enterobiasis.
i tangan 0,556
sebelu
m PEMBAHASAN
makan
Frekue 3x 23(40%) Penelitian ini merupakan penelitian analitik
nsi 1x 35(60%) observasional tentang hubungan enterobiasis
mencuc dengan faktor risiko hospes dan lingkungan pada
i tangan 0,749 anak umur 8-10 tahun. Sesuai dengan rumusan
setelah masalah yang dikemukakan, hasil dari penelitian
bermai ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
n hubungan antara enterobiasis dengan faktor risiko
Kebersi Bersih 35(60%) hospes dan lingkungan pada anak umur 8-10
han Kotor 23(40%) 0,072 tahun. Peneliti melakukan wawancara dan
kuku observasi langsung pada para siswa serta
Riwayat Pernah 35(60%) pemeriksaan sampel pada laboratorium
kesakit Tidak 23(40%) parasitologi.
an pernah 0,03
enterob Pembahasan deskriptif
Hospes iasis Variabel-variabel yang terdapat pada faktor risiko
Kebersi Bersih 40(69%) hospes mempunyai persentase yang tidak jauh
han Kotor 18(31%) 0,084 berbeda antar subvariabelnya. Namun terdapat
tangan satu variabel yang memiliki perbedaan cukup
Frekue 1x 38(66%) signifikan antar subvariabelnya yaitu frekuensi
nsi 2x 20(34%) memotong kuku tiap minggu. Hal ini dapat
pengga disebabkan karena aturan dalam sekolah yang
ntian 0,494 berbasis islam, mewajibkan para siswanya untuk
sprei memotong kuku satu kali tiap minggu yaitu pada
tiap hari jumat sehingga para siswa yang memotong
bulan kuku dua kali tiap minggu berjumlah sedikit. Tetapi
Frekue 1x 52(90%) apabila dilihat secara keseluruhan antar
nsi 2x 6(10%) variabelnya, perbedaan antar subvariabel yang
memot ada tidak jauh berbeda. Hal ini dapat
ong 0,203 menunjukkan bahwa kesadaran subyek tentang
kuku kebersihan dirinya sudah cukup bagus. Hal ini
tiap berdampak pada rendahnya prevalensi
minggu enterobiasis yang ditemukan pada penelitian ini
Laki- 37(64%) yaitu sebanyak 16%. Waktu pengambilan sampel
Jenis laki pada saat jam belajar dapat memungkinkan
0,189 kecilnya kemungkinan hasil positif yang
kelamin Perem 21(36%)
puan didapatkan karena para siswa saat itu tidak
melakukan aktivitas bermain di luar sekolah.
Jenis Tanah 53(91%)
Lingku
lantai Ubin 5(9%) 0,114
ngan Sedangkan variabel yang terdapat pada faktor
rumah
risiko lingkungan menunjukkan perbedaan yang
cukup signifikan antar subvariabelnya. Hal ini
dapat disebabkan oleh perkembangan ekonomi

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga


2. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Hubungan Enterobiasis dengan Faktor Risiko Hospes dan Lingkungan pada Anak Umur 8-10 Tahun di MI
Unggulan Assa Adah Surabaya
(Wahyu Pratiwi, et al.)

dan fasilitas yang memungkinkan masyarakat


untuk memperbaiki rumah, salah satunya dengan Frekuensi memotong kuku tiap minggu
memakai lantai berubin dibandingkan dengan Menurut Soedarto (2008) penularan infeksi
lantai bertanah. Sanitasi lingkungan ini juga pada Enterobius vermicularis selain melalui tangan
akhirnya akan berdampak pada penurunan atau sela kuku yang terkontaminasi dapat pula
prevalensi enterobiasis yang ditemukan pada melalui telur atau larva Enterobius vermicularis
penelitian ini yaitu sebanyak 16%. yang terbawa debu. Ditambahkan pula oleh
Chung WC et al (1978) bahwa barang-barang
Pembahasan analitik yang terkontaminasi telur atau larva Enterobius
vermicularis dapat menjadi media penularan.
Frekuensi mencuci tangan sebelum Beragamnya cara penularan atau transmisi dari
makan infeksi Enterobius vermicularis ini dapat menjadi
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa salah satu faktor adanya hubungan yang tidak
perilaku mencuci tangan sebelum makan dapat signifikan antara frekuensi memotong kuku tiap
mencegah penularan enterobiasis sehingga dapat minggu dengan infeksi Enterobius vermicularis.
menurunkan insiden penyakit tersebut [5].
Frekuensi mencuci tangan setelah Jenis lantai rumah
bermain Usaha-usaha kebersihan dan penyehatan
Menurut penelitian dari Chung WC et al (1978) lingkungan (sanitasi) yang dapat dilakukan untuk
telur Enterobius vermicularis dapat menempel mencegah penyebaran dan perkembangbiakan
dimana saja dengan presentase terbesar 83,67% telur cacing adalah dengan memiliki jenis lantai
di penutup kasur dan terendah 3,64% di mainan rumah yang tidak menjadi tempat tumbuh dan
[6]. berkembangnya telur cacing [8]. Dengan hasil
Frekuensi penggantian sprei tiap bulan penelitian yang menunjukkan hubungan tidak
Menurut penelitian dari Chung WC et al (1978) signifikan antara dua variabel tersebut karena
telur Enterobius vermicularis dapat menempel mayoritas siklus hidup Enterobius vermicularis
dimana saja dengan presentase terbesar 83,67% tidak melalui tanah melainkan karena faktor
di penutup kasur dan terendah 3,64% di mainan higienes hospes, begitu juga dengan pematangan
[6]. Oleh karena itu, sprei memiliki peran yang telurnya.
cukup signifikan dalam menularkan telur cacing
Enterobius vermicularis. Kebersihan tangan
Faktor kebersihan diri (higiene perorangan),
Dari 3 variabel di atas dalam penelitian ini, tidak seperti kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan
didapatkan hubungan yang signifikan antara dua makan, mandi, kebiasaan menggunting kuku juga
subvariabel yang ada karena pertanyaan perihal turut berpengaruh terhadap infestasi cacing pada
frekuensi mencuci tanagn sebelum makan, manusia [8]. Keadaan tangan subyek yang masih
setelah bermain dan penggantian sprei tersebut dalam keadaan bersih pada saat observasi
diajukan pada para siswa yang masih duduk di langsung dimungkinkan karena subyek belum
bangku sekolah, sehingga sangat memungkinkan melakukan aktivitas di luar sekolah sehingga hasil
para siswa untuk memanipulasi jawaban karena yang didapatkan tidak menunjukkan hubungan
ketidaktahuan mereka. yang signifikan antara dua variabel tersebut.
Adapun penelitian yang digunakan dalam hal ini
adalah analitik observasional dengan desain
Kebersihan kuku penelitian cross sectional.
Salah satu usaha pencegahan penyakit cacingan
yaitu memelihara kebersihan diri dengan baik Riwayat kesakitan enterobiasis
seperti memotong kuku. Menurut penelitian Penularan Enterobius vermicularis berbeda
sebelumnya kebersihan perorangan penting untuk dengan parasit nematoda lain yang meletakkan
pencegahan, salah satunya dengan menjaga telurnya di feses, Enterobius vermicularis tidak
kuku selalu bersih untuk menghindari penularan meletakkan telurnya pada feses, tetapi pada
cacing dari tangan ke mulut [7]. Hal ini berbeda daerah perianal [9]. Hal ini dapat menyebabkan
dengan hasil penelitian yang dilakukan. autoinfeksi pada penderita dan infestasi telur di
Perbedaan hasil ini dimungkinkan karena tempat tidur penderita. Apabila higiene penderita
observasi dilakukan pada hari pertama masuk tersebut buruk, maka kemungkinan untuk
sekolah sehingga sangat mempengaruhi terkena infeksi Enterobius vermicularis sangat
kebersihan kuku para siswa dimana pada hari ? besar. Sehingga bisa ditarik kesimpulan
sebelumnya para siswa sudah membersihkan bahwa adanya infeksi enterobiasis pada
kukunya dengan cara memotongnya. waktu lampau dapat mempengaruhi kejadian

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga


2. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Hubungan Enterobiasis dengan Faktor Risiko Hospes dan Lingkungan pada Anak Umur 8-10 Tahun di MI
Unggulan Assa Adah Surabaya
(Wahyu Pratiwi, et al.)

infeksi enterobiasis pada saat ini jika tidak ada DAFTAR PUSTAKA
upaya pencegahan dari penderita tersebut.
1. Chittenden AM, Ashford RW. Enterobius
Jenis kelamin gregorii Hugot 1983; first report in the UK.
Meskipun resiko terjadinya infeksi Enterobius Ann Trop Med Parasitol 1987; 81: 195-8.
vermicularis adalah lebih besar pada laki–laki 2. Elston, D.M. What's eating you?
daripada perempuan. Hal ini dapat disebabkan Enterobius vermicularis (pinworms,
karena laki – laki lebih aktif dalam beraktifitas threadworms). 2003. Cutis 71, 268–270.
sehingga memperbesar resiko kontak, juga 3. Hidri Dwian Putri. Fakultas Kesehatan
kecenderungan laki – laki yang relatif kurang Masyarakat: Faktor Yang Berhubungan
menjaga kebersihan badan daripada anak Dengan Enterobiasis Pada Anak SD Di
perempuan [10]. Namun, kondisi saat ini Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan
memperlihatkan bahwa intensitas beraktifitas Kenjeran 100730315. 2009. Available
antara laki-laki dan perempuan tidak jauh from: http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?
berbeda. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor mod=browse&op=read&id=adlnfkm-adln-
yang menyebabkan infeksi Enterobius hidridwian-1476.
vermicularis dapat mengenai semua subyek baik 4. Gut. Leading article: Tropical infection of
laki-laki maupun perempuan sehingga hasil yang the gastrointentinal tract and liver series.
didapatkan tidak menunjukkan hubungan yang 1994; 35:1159-1162.
signifikan antara dua variabel tersebut. 5. Luby et all. PLoSMed Journal: The Effect
of Handwashing at Recommended Times
with Water Alone and with Soap on Child
KESIMPULAN Diarrhea in Rural Bangladesh: An
Observational Study. 2011. Available
Setelah dilakukan penelitian pada 58 subyek, from: PLoSMed Journal.
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan 6. Chung WC, et al. Epidemiology of
yang signifikan antara enterobiasis dengan faktor Enterobius vermicularis Infection Among
risiko riwayat kesakitan enterobiasis pada anak Orphans in Orphanages in Taipei City.
umur 8-10 tahun di MI Unggulan Assa Adah 1978. Available: PubMEd.
Surabaya. Faktor risiko lain yang diteliti tidak 7. Lengkong Brian R, Woodford B.S.
berkorelasi positif mungkin disebabkan Joseph, Victor D. Pijuh. Hubungan Antara
enterobiasis yang terjadi adalah karena kejadian Higiene Perorangan dengan Infestasi
sakit di masa lalu, faktor lain yang tidak diteliti Cacing pada Pelajar Sekolah Dasar
atau kekurangan pada faktor subyek yang diteliti Negeri 47 Kota Manado. 2013. Available
(tempat dan waktu pengambilan sampel, syarat- from: http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
syarat subyek yang mengikuti penelitian dan content/uploads/2013/08/Jurnal-Brian-R-
ketidakkooperatifan subyek dalam menjawab Lengkong-091511146-KESLING.pdf.
pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti). 8. Kundaian Friscasari, Jootje M. L. Umboh,
Adapun saran yang bisa dilakukan guna Billy J. Kepel. Hubungan Antara Sanitasi
penelitian berikutnya adalah dengan Lingkungan dengan Infeksi Cacing pada
memperhatikan faktor subyek tersebut. Murid Sekolah Dasar di Desa Teling
Kecamatan Tombariri Kabupaten
UCAPAN TERIMAKASIH Minahasa. 2011. Available from:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kes
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada mas/article/download/80/76.
Dr. Sulistiawati, dr., M. Kes sebagai dosen 9. Soedarto. Parasitologi Klinik. Jakarta:
pembimbing I, Sri Wijayanti Sulistyawati, dr. Sagung Seto. 2008.
sebagai dosen pembimbing II, H. Khoirul Huda, S. 10. Heru Setiawan, Mas Mansyur, E. Devi
Ag sbg Kepala Sekolah MI Unggulan Assa Adah Dwi Rianti. Korelasi Antara Prevalensi
Surabaya, Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M. Sc., Enterobiasis Vermicularis Dengan
Sp. PD., K-EMD, FINASIM sbg Dekan FK UA, Higienes Perorangan Pada Anak Usia 5 –
Prof. Dr. Nancy Margarita Rehatta, dr., Sp. 18 Tahun di Desa Karangasem
AN.KIC, KNA sbg Koordinator Pelaksana Modul Kecamatan Kutorejo Kabupaten
KBK, Dr. Florentina Sustini dr., MS sbg PJMK Mojokerto. 2009. Available from:
Modul Penelitian, Bapak, Ibu, dan adik tercinta http://fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/vol
atas kontribusi yang diberikan terhadap penelitian %20edisi%20khusus%20desember
ini. %202009/korelasi%20antara
%20prevalensi%20enterobiasis

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga


2. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Hubungan Enterobiasis dengan Faktor Risiko Hospes dan Lingkungan pada Anak Umur 8-10 Tahun di MI
Unggulan Assa Adah Surabaya
(Wahyu Pratiwi, et al.)

%20vermicularis%20dengan%20higienes
%20perorangan%20pada%20anak
%20usia%205.pdf

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga


2. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai