wahyupratiwi@ymail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Enterobiasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Enterobius vermicularis.
Besarnya prevalensi enterobiasis pada anak-anak sebanyak 45,7% di Kelurahan Tambakwedi, Kecamatan
Kenjeran. Dampak yang bisa ditimbulkan antara lain gatal-gatal (pruritus) di sekitar kulit perianal sehingga
anak-anak merasa kesulitan untuk tidur dan pada akhirnya tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran di
sekolah. Adapun siklus hidupnya yang berhubungan dengan kebiasaan hospes dan kondisi lingkungan
sangat mempengaruhi prevalensi infesi ini. Infeksi tersebut lebih banyak mengenai anak-anak dikarenakan
aktivitas mereka lebih banyak dihabiskan di luar rumah dan paparan terhadap telur menjadi semakin besar.
Higienes perorangan dan sanitasi lingkungan sangat mempengaruhi prevalensi kejadian enterobiasis ini,
antara lain jenis kelamin, kebersihan tangan dan kuku, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan
setelah bermain, riwayat enterobiasis, frekuensi memotong kuku dan penggantian sprei serta jenis lantai
rumah. Oleh karena itu, peneliti ingin membuktikan keterkaitan antara faktor hospes dan lingkungan dengan
kejadian enterobiasis. Tujuan: Untuk menentukan korelasi antara enterobiasis dengan faktor risiko hospes
dan lingkungan pada anak umur 8-10 tahun di MI Unggulan Assa Adah Surabaya. Metode: Penelitian analitik
observasional dengan menggunakan metode cross-sectional. Pengamatan dilakukan dengan
mewawancarai subyek, mengambil sampel dari kulit perianal dengan sellotape dan mengobservasi di bawah
mikroskop. Hasil: Prevalensi enterobiasis sebesar 16% dan terdapat korelasi antara enterobiasis dengan
variabel faktor risiko riwayat kesakitan enterobiasis, sedangkan variabel lain tidak menunjukkan korelasi.
Pembahasan: Faktor-faktor eksternal dan internal pada saat proses penelitian dapat mempengaruhi hasil
penelitian tersebut sehingga diperlukan kekooperatifan antara subyek dan peneliti. Kesimpulan: Terdapat
korelasi antara enterobiasis dengan riwayat kesakitan enterobiasis?
Kata Kunci: Enterobiasis, Faktor risiko lingkungan dan hospes, dan Metode sellotape
ABSTRACT
Keywords: Enterobiasis, Risk factors of environment and host, and Sellotape method
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
2
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Hubungan Enterobiasis dengan Faktor Risiko Hospes dan Lingkungan pada Anak Umur 8-10 Tahun di MI
Unggulan Assa Adah Surabaya
(Wahyu Pratiwi, et al.)
vermicularis [1]. Cacing Enterobius vermicularis Oleh karena enterobiasis banyak ditemukan pada
yang menginfeksi saluran pencernaan dapat anak-anak dengan faktor risiko hospes dan
menyebabkan gatal-gatal dan menginfeksi lebih lingkungan yang relatif cukup besar serta
dari 200 juta orang di dunia [2]. Hasil survei ditemukannya prevalensi yang tinggi di Surabaya,
Subdit Diare Kemenkes RI tahun 2002 dan 2003 maka perlu dilakukan penelitian untuk
di 40 sekolah dasar di 10 provinsi menunjukkan membuktikan adanya hubungan enterobiasis
prevalensi kecacingan yang berkisar antara 2,2% dengan faktor risiko hospes dan lingkungan pada
- 96,3%. Sementara hasil penelitian di Kelurahan anak-anak.
Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran Kota
Surabaya pada tahun 2009 dengan jumlah
sampel 46 orang didapatkan prevalensi infeksi METODE
cacing Enterobius vermicularis sebesar 45,7% [3].
Dari hasil penelitian di desa Karangasem Penelitian ini tergolong penelitian analitik
kecamatan Kutorejo kabupaten Mojokerto observasional dengan menggunakan rancangan
dengan mengambil sampel sebanyak 196 cross-sectional. Pengambilan sampel
responden, didapatkan data prevalensi menggunakan teknik total sampling. Populasi dari
Enterobius vermicularis sebanyak 45 orang penelitian ini adalah siswa kelas 3 dan 4 MI
(22,45 %) di mana sebagian besar terdapat pada Unggulan Assa Adah, Kecamatan Benowo,
responden usia 5 – 9 tahun yaitu sebesar 27 anak Kabupaten Surabaya, Provinsi Jawa Timur
( 60 %) dan pada higienes perorangan yang baik sebanyak l58 siswa.
didapat prevalensi enterobiasis sebesar 7,18%
sedangkan pada higienes perorangan yang buruk Adapun variabel yang diteliti dari faktor hospes
didapat prevalensi sebesar 79,06%. terdiri dari jenis kelamin, kebersihan tangan dan
kuku, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
Gejala yang paling umum akibat infeksi tersebut dan setelah bermain, kebiasaan memotong kuku
adalah gatal-gatal di daerah anus dan perineal tiap minggu dan kebiasaan mengganti sprei tiap
(pruritus ani atau perineal pruritus). Gejala lain bulan serta riwayat kesakitan enterobiasis.
yang biasanya dialami penderita adalah insomnia Sedangkan dari faktor lingkungan terdiri dari jenis
(tidak bisa tidur nyenyak malam hari) karena gatal lantai rumah.
di sekeliling anus, lelah, anak-anak bisa
mengalami anoreksia, penurunan berat badan, Aplikasi sellotape dari anus menjadi nilai
atau penurunan konsentrasi, emosi yang labil dan diagnostik yang cukup meyakinkan ketika dilihat
lain-lain. Hal ini secara tidak langsung akan di bawah mikroskop. Pemeriksaan dilakukan pada
menurunkan prestasi dan aktivitas anak baik di pagi hari (sebaiknya setelah bangun tidur,
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. sebelum mandi atau defekasi). Sellotape ditekan
beberapa kali pada kulit disekeliling anus dan
Siklus hidup cacing ini dimulai dari telur yang perianal. Pemeriksaan dengan sellotape ini akan
tertelan oleh hospes dan akhirnya menetas pada memberikan hasil yang lebih akurat daripada
lumen usus besar. Pada malam hari, cacing pemeriksaan tinja karena telur Enterobius
betina akan bermigrasi ke kulit perianal untuk vermicularis banyak ditemukan di daerah perianal
bertelur. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya dan perineum [4]. Hasil pemeriksaan mikroskop
sensasi gatal-gatal pada malam hari dan hospes dinyatakan positif apabila ditemukan minimal satu
akan berusaha menggaruknya. Garukan ini telur Enterobius vermicularis. Analisis data
apabila hospes tidak mencuci tangan dan sprei menggunakan uji chi-square dengan nilai
tidak diganti secara berkala, akan terjadi signifikansi (p) lebih dari 0,05.
autoinfeksi karena kontaminasi dari telur.
Dari hasil sampel yang ada diketahui bahwa yang Dari tabel di atas, didapatkan persentase masing-
positif terinfeksi enterobius vermicularis terdapat masing variabel pada faktor risiko hospes dan
pada 9 subyek (16%) dari total 58 subyek. lingkungan. Terdapat perbedaan jumlah yang
cukup signifikan pada variabel frekuensi
Tabel 1. Hasil Penelitian Deskriptif dan Analitik memotong kuku tiap minggu dan jenis lantai
rumah. Sedangkan pada variabel lain, tidak
Faktor Variabel Jumlah Nilai didapatkan perbedaan yang menonjol antar sub-
risiko (persen signifik variabelnya. Didapatkan pula hasil uji chi-square
tase) ansi (p) dengan nilai signifikansi (p) lebih dari 0,05 untuk
Frekue 5x 31(53%) delapan variabel dan hanya ada satu variabel
nsi 3x 27(47%) dengan nilai signifikansi (p) kurang dari 0,05 yaitu
mencuc riwayat kesakitan enterobiasis.
i tangan 0,556
sebelu
m PEMBAHASAN
makan
Frekue 3x 23(40%) Penelitian ini merupakan penelitian analitik
nsi 1x 35(60%) observasional tentang hubungan enterobiasis
mencuc dengan faktor risiko hospes dan lingkungan pada
i tangan 0,749 anak umur 8-10 tahun. Sesuai dengan rumusan
setelah masalah yang dikemukakan, hasil dari penelitian
bermai ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
n hubungan antara enterobiasis dengan faktor risiko
Kebersi Bersih 35(60%) hospes dan lingkungan pada anak umur 8-10
han Kotor 23(40%) 0,072 tahun. Peneliti melakukan wawancara dan
kuku observasi langsung pada para siswa serta
Riwayat Pernah 35(60%) pemeriksaan sampel pada laboratorium
kesakit Tidak 23(40%) parasitologi.
an pernah 0,03
enterob Pembahasan deskriptif
Hospes iasis Variabel-variabel yang terdapat pada faktor risiko
Kebersi Bersih 40(69%) hospes mempunyai persentase yang tidak jauh
han Kotor 18(31%) 0,084 berbeda antar subvariabelnya. Namun terdapat
tangan satu variabel yang memiliki perbedaan cukup
Frekue 1x 38(66%) signifikan antar subvariabelnya yaitu frekuensi
nsi 2x 20(34%) memotong kuku tiap minggu. Hal ini dapat
pengga disebabkan karena aturan dalam sekolah yang
ntian 0,494 berbasis islam, mewajibkan para siswanya untuk
sprei memotong kuku satu kali tiap minggu yaitu pada
tiap hari jumat sehingga para siswa yang memotong
bulan kuku dua kali tiap minggu berjumlah sedikit. Tetapi
Frekue 1x 52(90%) apabila dilihat secara keseluruhan antar
nsi 2x 6(10%) variabelnya, perbedaan antar subvariabel yang
memot ada tidak jauh berbeda. Hal ini dapat
ong 0,203 menunjukkan bahwa kesadaran subyek tentang
kuku kebersihan dirinya sudah cukup bagus. Hal ini
tiap berdampak pada rendahnya prevalensi
minggu enterobiasis yang ditemukan pada penelitian ini
Laki- 37(64%) yaitu sebanyak 16%. Waktu pengambilan sampel
Jenis laki pada saat jam belajar dapat memungkinkan
0,189 kecilnya kemungkinan hasil positif yang
kelamin Perem 21(36%)
puan didapatkan karena para siswa saat itu tidak
melakukan aktivitas bermain di luar sekolah.
Jenis Tanah 53(91%)
Lingku
lantai Ubin 5(9%) 0,114
ngan Sedangkan variabel yang terdapat pada faktor
rumah
risiko lingkungan menunjukkan perbedaan yang
cukup signifikan antar subvariabelnya. Hal ini
dapat disebabkan oleh perkembangan ekonomi
infeksi enterobiasis pada saat ini jika tidak ada DAFTAR PUSTAKA
upaya pencegahan dari penderita tersebut.
1. Chittenden AM, Ashford RW. Enterobius
Jenis kelamin gregorii Hugot 1983; first report in the UK.
Meskipun resiko terjadinya infeksi Enterobius Ann Trop Med Parasitol 1987; 81: 195-8.
vermicularis adalah lebih besar pada laki–laki 2. Elston, D.M. What's eating you?
daripada perempuan. Hal ini dapat disebabkan Enterobius vermicularis (pinworms,
karena laki – laki lebih aktif dalam beraktifitas threadworms). 2003. Cutis 71, 268–270.
sehingga memperbesar resiko kontak, juga 3. Hidri Dwian Putri. Fakultas Kesehatan
kecenderungan laki – laki yang relatif kurang Masyarakat: Faktor Yang Berhubungan
menjaga kebersihan badan daripada anak Dengan Enterobiasis Pada Anak SD Di
perempuan [10]. Namun, kondisi saat ini Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan
memperlihatkan bahwa intensitas beraktifitas Kenjeran 100730315. 2009. Available
antara laki-laki dan perempuan tidak jauh from: http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?
berbeda. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor mod=browse&op=read&id=adlnfkm-adln-
yang menyebabkan infeksi Enterobius hidridwian-1476.
vermicularis dapat mengenai semua subyek baik 4. Gut. Leading article: Tropical infection of
laki-laki maupun perempuan sehingga hasil yang the gastrointentinal tract and liver series.
didapatkan tidak menunjukkan hubungan yang 1994; 35:1159-1162.
signifikan antara dua variabel tersebut. 5. Luby et all. PLoSMed Journal: The Effect
of Handwashing at Recommended Times
with Water Alone and with Soap on Child
KESIMPULAN Diarrhea in Rural Bangladesh: An
Observational Study. 2011. Available
Setelah dilakukan penelitian pada 58 subyek, from: PLoSMed Journal.
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan 6. Chung WC, et al. Epidemiology of
yang signifikan antara enterobiasis dengan faktor Enterobius vermicularis Infection Among
risiko riwayat kesakitan enterobiasis pada anak Orphans in Orphanages in Taipei City.
umur 8-10 tahun di MI Unggulan Assa Adah 1978. Available: PubMEd.
Surabaya. Faktor risiko lain yang diteliti tidak 7. Lengkong Brian R, Woodford B.S.
berkorelasi positif mungkin disebabkan Joseph, Victor D. Pijuh. Hubungan Antara
enterobiasis yang terjadi adalah karena kejadian Higiene Perorangan dengan Infestasi
sakit di masa lalu, faktor lain yang tidak diteliti Cacing pada Pelajar Sekolah Dasar
atau kekurangan pada faktor subyek yang diteliti Negeri 47 Kota Manado. 2013. Available
(tempat dan waktu pengambilan sampel, syarat- from: http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
syarat subyek yang mengikuti penelitian dan content/uploads/2013/08/Jurnal-Brian-R-
ketidakkooperatifan subyek dalam menjawab Lengkong-091511146-KESLING.pdf.
pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti). 8. Kundaian Friscasari, Jootje M. L. Umboh,
Adapun saran yang bisa dilakukan guna Billy J. Kepel. Hubungan Antara Sanitasi
penelitian berikutnya adalah dengan Lingkungan dengan Infeksi Cacing pada
memperhatikan faktor subyek tersebut. Murid Sekolah Dasar di Desa Teling
Kecamatan Tombariri Kabupaten
UCAPAN TERIMAKASIH Minahasa. 2011. Available from:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kes
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada mas/article/download/80/76.
Dr. Sulistiawati, dr., M. Kes sebagai dosen 9. Soedarto. Parasitologi Klinik. Jakarta:
pembimbing I, Sri Wijayanti Sulistyawati, dr. Sagung Seto. 2008.
sebagai dosen pembimbing II, H. Khoirul Huda, S. 10. Heru Setiawan, Mas Mansyur, E. Devi
Ag sbg Kepala Sekolah MI Unggulan Assa Adah Dwi Rianti. Korelasi Antara Prevalensi
Surabaya, Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M. Sc., Enterobiasis Vermicularis Dengan
Sp. PD., K-EMD, FINASIM sbg Dekan FK UA, Higienes Perorangan Pada Anak Usia 5 –
Prof. Dr. Nancy Margarita Rehatta, dr., Sp. 18 Tahun di Desa Karangasem
AN.KIC, KNA sbg Koordinator Pelaksana Modul Kecamatan Kutorejo Kabupaten
KBK, Dr. Florentina Sustini dr., MS sbg PJMK Mojokerto. 2009. Available from:
Modul Penelitian, Bapak, Ibu, dan adik tercinta http://fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/vol
atas kontribusi yang diberikan terhadap penelitian %20edisi%20khusus%20desember
ini. %202009/korelasi%20antara
%20prevalensi%20enterobiasis
%20vermicularis%20dengan%20higienes
%20perorangan%20pada%20anak
%20usia%205.pdf