Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN


DIARE PADA BALITA USIA 1- 4 TAHUN DIDESA MEREMBU
LABUAPI LOMBOK BARAT

DISUSUN OLEH:

DIANA NOVITA

009STYC18

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK
2021/ 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan masalah kesehatan utama pada anak didunia. setiap tahunnya

terdapat sekitar 2 milyar kasus diare di dunia dan 1,9 juta anak usia dibawah 5 tahun

meninggal karena diare. Lebih dari setengah kematian pada balita yang diakibatkan oleh

diare terjadi di negara berkembang seperti india, pakista, Nigeria . setiap tahunnya

terdapat 25,2 % balita diindonesia yang meninggal dunia karena diare.( Depkes

RI ,2010).

Berdasarkan etiologinya, penyakit diare dapat disebabkan oleh mikroorganisme

seperti bakteri, virus, dan protozoa. Menurut penyebab diare terutama pada anak yang

paling banyak ditemukan antara lain Escehercia coli entrotoksigenetik shigella,

compylobacter jejuni dan cryptosporidium (Pratiwi,2015).

Menurut data World Healt Organization ( WHO,2012) Setiap tahunnya lebih dari

satu milyar kasus gastroenteritis . Angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaitu lebih 411

penderita per 1000 penduduk. Di perkirakan 82% kematian akibat gastroenteritis

rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika , dimana akses

kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah . Sedangkan data profil indonesia

menyebutkan tahun 2015 jumlah kasus diare ditemukan sekitar 213.435 penderita

dengan jumlah kematian 1.289, dan sebagian besar (70 – 80%) terjadi pada anak – anak

dibawah lima tahun, Seringkali 1-2% penderita diare akan jatuh.

Prevalensi diare pada balita di Indinesia juga mengalami peningkatan setiap tahunya.

Dalam penelitian yang berbasis masyarakat , Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) yang


dilaksanakan di 33 provinsi pada tahun 2007,melaporkan bahwa angka nasional

pravalensi diare 9,0% . Beberapa provinsi mempunyai pravalensi diatas angka nasional (

9%) di 14 provinsi, pravalensi tertinggi di Nanggroe Aceh Darussalam ( NAD ) dan

terendah di Yogyakarta . pravalensi diare berdasarkan kelompok umur pada balita ( 1-4

tahun) terlihat tinggi pada Riskesdas 2007 yaitu 16,7%. Demikian pada bayi ( <1 tahun)

yaitu 16,5% (Kemenkes RI,2011).

Gangguan pertumbuhan yang diakibatkan oleh diare terjadi karena asupan makanan

terhenti, sementara pengeluaran zat gizi terus berjalan . Infeksi yang disebabkan oleh

diare juga mempunyai konstribusi terhadap kekurangan enery, protein dan zat gizi

lainnya. Menurunnya nafsu makan menyebabkan asupan makanan menjadi berkurang.

Kebutuhan energy pada saat infeksi bisa mencapai dua kali kebutuhan normal karena

meningkatnya metabolisme basar 20-60%. Infeksi juga dapat meningkat kebutuhan

glukosa. Infeksi berpengaruh terhadap absorbs dan katabolisme serta mempengaruhi

praktek pemberian makanan selama dan sesudah sakit ( Thaha dalam Kartini,2008).

Asupan makanan yang terhenti berlangsung lama akan menyebabkan berat badan bayi

menurun. Akibatnya bayi akan kekurangan gizi yang menghambat pertumbbuhan fisik

dan jaringan otak( Wijadja,2002).

Menurut Notoatojo (2007) Pengetahuan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang

melakukan penindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia , yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman , rasa dan maba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

adalah hasil mengingat suatu hal , termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah

mengalami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang

melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarok et al,2007).
Berdasarkan peneltian – penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak

faktor yang mempengaruhi kejadian diare akut pada balita. Faktor – faktor tersebut

diantaranya adalah faktor yang berasal dari luar dan dapat diperbaiki, sehingga dengan

perbaiki faktor resiko tersebut diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian

diare pada balita.

Tabel 1.1 Data kunjungan diare di puskesmas Labuapi bulan Januari- November tahun

2021.

No. Bulan Jumlah kunjungan


1. Januari 175 kunjungan
2. Februari 175 kunjungan
3. Maret 175 kunjungan
4. April 175 kunjungan
5. Mei 175 kunjungan
6. Juni 175 kunjungan
7. Juli 175 kunjungan
8. Agustus 175 kunjungan
9. September 175 kunjungan
10. Oktober 175 kunjungan

11.. November 175 kunjungan


Total 1.925 kunjungan

Dari data kunjungan diatas, didapatkan bahwa jumlah kunjungan di puskesmas labuapi

bulan Januari – November tahun 2021, terdapat 1-3 pasien diare perhari. Ini berarti

bahwa dipuskesmas labuapi yang membawahi satu kelurahan labuapi setiap hari selalu

ada pasien yang datang dengan penyakit diare. Oleh karena itu penulis meneliti

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita usia 1- 4 tahun di Desa

Merembu Kelurahan Labuapi Lombok barat.


1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas,penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “ Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian diare

pada balita di Desa Merembu Kelurahan Labuapi lombok barat.

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian

diare pada balita usia 1-4 tahun Didesa Merembu Labuapi Lombok Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan

ibu tentang kejadian diare.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada balita.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis


Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dalam

meningkatkan pelayanan keperawatan balita terutama tentang hubungan tingkat

pengetahuan orang tua dengan kejadian diare .

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai tingkat

pengetahuan orang tua dengan kejadian diare pada balita Desa Merembu

kelurahan Labuapi kabupaten Lombok barat.

b. Bagi institusi keperawatan

Diharapkan adanya penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan studi

bagi mahasiswa untuk lebih memahami tentang pengetahuan orang tua

dengan kejadian diare pada balita.

c. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan wawasan terkait tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian diare

pada balita.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti hubungan tingkat pengetahuan

ibu tentang kejadian diare pada balita di Desa Merembu Kelurahan Labuapi

Lombok barat. Desain yang digunakan adalah deskriftif , variabel yang akan

diteliti adalah variabel independen yaitu tingkat pengetahuan ibu sedangkan

variabel dependen yaitu kejadian diare pada balita di Desa Merembu.

1.6 Keaslian penelitian


Table. Perbedaan Peneliti

No Judul,Pengarang variabel Metode Hasil Persamaan dan


dan Tahun penelitian perbedaan
1 Hubungan tingkat Variabel 1.Desain Hasil Persamaan:vari
pengetahuan ibu independ penelitian: penelit abel
tentang diare en Kuantitatif ian independent
dengan prilaku yaitu:pen korelasion menun yaitu:pengetah
pencegahan diare getahuan al jukkan uan ibu dan
pada Ibu dan Dengan bahwa dependent
balita,uswatun depende pendekata sebany yaitu:kejadian
khasanah,galuh n n cross ak diare.
kartika sari(2016). yaitu:kej sectional (54,1 Perbedaan:
adian Populasi %) 1.tahun
diare. dan memp penelitian .
sampel unyai 2.jumlah
penelitian: perilak sampel yang
72 u digunakan
responden penceg dalam
2.Analisis ahan penelitian
data:uji yang 3.tempat
korelasi buruk penelitian dan
kendal tau sebany waktu
3.instrume ak penelitian.
n: (77%) 4.desain
Kuesioner dan penelitian.
. penget
ahuan
ibu
sebany
ak
0,416 .

2.
Hubungan tingkat Variabel
pengetahuan ibu independ 1.Desain Persamaan:
tentang Berdas
en penelitian: variabel
penanganan diare arkan
yaitu:pen desain independent
dengan kejadian hasil
getahuan analitik yaitu
diare pada balita penelit
ibu dan observasio pengetahuan
dikelurahan ian ini
depende nal ibu dan
korong gadang ditemu
nt yaitu dengan dependent
kecamatan kuranji kan
kejadian desain yaitu kejadian
kota padang,yessi bahwa
diare. cross diare.
arsurya,eka agustia respon
sectional. den
rini,abdiana(2017). 2.populasi yang Perbedaan:
dan tidak 1.tahun peneliti
sampel tahu 2.jumlah
penelitian: tentan sampel yang
sebanyak g digunakan
150 penget dalam
sampel ahuan penelitian.
3.instrume kejadi 3.tempat
n:kuesione an penelitian dan
r. diare waktu
pada penelitian.
anak 4.desain
balita, penlitian.
hubun Persamaan:ind
gan epent
yang yaitu:pengetah
berma uan ibu dan
kna dependent
denga yaitu kejadian
n diare.
kejadi
an
pada
balita
(p=<a
0,042
<0,05)
.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses

sensoris,terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang penting dalam terbentuknya prilaku terbuka atau open

behavior (Donsu,2017). pengetahuan atau knowledge adalah hasil pengindaraan

manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang

dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan (Notoatmodjo,2014)

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dibedakan menjadi 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu( Know) Tahu (know) merupakan mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Ukuran bahwa seseorang tahu adalah dapat mengingat

suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehention) kemampuan seseorang unutk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahuai.

c. Aplikasi (aplication) kemampuan seseorang untuk menerapkan atau

menggunkan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi.

d. Analisis (analysis) kemampuan untuk menjabarkan atau menguraikan materi

ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur objek yang masih

terkait satu sama lain.


e. Sintesis (synthtesis) kemampuan untuk menghubungan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kemampuan ini merupakan

menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuaikan.

f. Evaluasi (evaluation) kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri atau yang telah ada (Sunaryo, 2004

dalam Wardiyono, 2016).

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo ( Wawan & Dewi ,2010) yaitu:

1. Faktor internal

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses pengajaran atau bimbingan yang diberikan

seseorang pada orang lain mengenai sesuatu agar mereka dapat memahami.

Pendidikan bisa didapatkan melalui sekolah (formal) maupun diluar sekolah.

Namun seseorang yang berpendidikan rendah belum tetntu memiliki

pengetahuan yang rendah karena pengetahuan seseorang bukan hanya

dientukan oleh pendidikan yang tinggi (Budiman, 2013).

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keigatan berulang yang harus dilakukan seseorang

terutama untuk menunjang kehidupan. Pekerjaan akan berkorelasi dengan

keadaan sosial ekonomi seseorang. Dengan keadaan sosial ekonomi yang baik

maka kemampuan untuk memperoleh informasi, pengalaman dan

pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung semakin baik

(Notoadmojo, 2007).

c. Usia
Usia memepengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik (Budiman,

2013).

2. Faktor eksternal

a. Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan

pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau

kelompok.

b. Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang

memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain dan

mengalami proses belajar memperoleh suatu pengetahuan.

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmojo (2012) adalah sebagai berikut:

1. Cara kuno memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah( trial and error )

Cara coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan trsebut tidak berhasil

maka dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini

gagal pula, maka dicoba kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan

ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai


masalah tersebut dapat di pecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan –pimpinan

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintahan, dan berbagai prinsip orang lain yang kemukakan oleh

orang mempunyai otoritas, tanpa menguju terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun

penalaran.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan tentang cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

d. Cara akal sehat

Akal sehat atau common sense kadang- kadang dapat menemukan

teori atau kebenaran. Cara menghukum anak ini sampai sekarang

berkembang menjadi teori atau kebenaran. Bahwa hukuman adalah

merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidik

anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment)

merupakan cara yang masih dianut banyak orang untuk mendisiplinkan

anak dalam konteks pendidikan.

e. Melalui jalan pikiran

Dengan adanya perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang . Manusia mampu menggunakan

penalaran dalam memperoleh pengetahuan.


2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah , atau lebih populer disebut

metedeologi penelitian ( research methodology) .Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Fracis Bacon ( 1561-626), kemudian dikembangkan

oleh Deabold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

2.2 Konsep diare

2.2.1 Definisi Diare

Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan

lebih dari 3 kali pada anak , konsistensi feses encer , dapat berwarna hijau atau dapat

pula bercampur lendir dan darah saja(Ngastiyah,2005). Menurut Arief Mansjoer

(2000) diare adalah defekasi lendir dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau

lendir. Sedangkan menurut Suharyo(2008) diare adalah buang air besar dengan

frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsisten tinja yang lebih lembek atau

cair.

Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatric sosial karena diare merupakan

salah satu penyakit utama yang terdapat dinegara berkembang, dimana adanya faktor

yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor

penyebab (agent), penjamu (host), dan faktor lingkungan( environment)

(Suharyo,2008).

Faktor penyebab (agent) yang dapat menyebabkan kejadian diare pada balita

diantaranya karena faktor infeksi, faktor malabsorbsi , faktor


makanan(Ngastiyah,2005). Sedangkan dari faktor penjamu( host) yang menyebabkan

diare pada balita yaitu dari faktor status gizi dan faktor prilaku hygine yang buruk

misalnya dalam prilaku mencuci tangan , kebersihan puting susu, kebersihan dalam

botol susu dan dot susu pada balita. Kemudian dari faktor lingkungan (environment)

yang menyebabkan balita terkena diare yaitu dari kondisi sanitasi lingkungan yang

kurang baik misalnya dalam penggunaan kebersihan air yang digunakan untuk

mengolah susu dan makanan balutan(Soegijanto,2002).

Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat utama, Hal ini

disebakan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian terutama pada bayi

dan balita , serta sering menimbulkan kejadian luar biasa(KLB) (Depkes RI,2002).

Penyakit diare ditularkan secara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang

tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita(Depkes,2013).

2.2.2 Klasifikasi Diare

Penyakit diare berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Diare Akut

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 7 hari. Akaibatnya adalah

dehidrasi ,sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita

diare. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi dan bila kurang megonsusmsi

makanan akan mengakibatkan kurang gizi ( Ernawati, 2012).

b. Diare persisten

Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 7 hari hingga 14 hari.

Akibatnya diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme.

c. Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung selama lebih 14 hari secara terus

menerus. Biasanya tidak disebabkan virus, namun disebabkan oleh gangguan fungsi

usus dalam mencerna makanan (Ngastiyah,2012).

2.2.3 Manifestasi klinis diare

Menurut sudarti( 2010), Manifestasi klinis diare yaitu:

1. Cengeng

2. Gelisah

3. Suhu meningkat

4. Nafsu makan berkurang atau tidak ada

5. Tinja cair

6. Anus lecet

7. Dehidrasi

8. Berat badan menurun

9. Turgor kulit menurun

10. Mata cekung

11. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering(sudarti,2010)

2.2.4 Komplikasi Diare

a. Dehidrasi

Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan

terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata terlihat normal, rasa

hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit kembali cepat. Dehidrasi sedang

keadaan umumnya terlihat gelisah dan rewel, mata terlihat cekung, haus dan

merasa ingin minum banyak dan turgor kulitnya kembali lambat. Sedangkan

dehidrasi berat keadaan umumnya terlihat lesu, lunglai atau tidak sadar, mata
terlihat cekung, dan turgor kulitnya kembali sangat lambat > 2 detik. (Depkes RI,

2008).

b. Hipernatremia

Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah, menurut

penelitian jurmalis, Sayoeti, dan Dewi tahun (2008) , menemukan bahwa 10,3%

anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat mengalami hipernatremia.

c. Hiponatremia

Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saja atau hanya

mengandung sedikit garam, ini sering terjadi pada anak yang mengalami infeksi

shigella dan malnutrisi berat dengan edema (Sayoeti & Dewi tahun 2008).

d. Hipokalemia

Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi yang

menyebakan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan otot, peristaltik

usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia (Ngastiyah, 2005 dalam

penelitian Andri 2015).

e. Demam

Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika

penyebab diare berinvansi ke dalam sel epitel usus (Grace & Jerald, 2010).

Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh.

Bakteri tersebut mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan membran sel. Sel

yang bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksi tersebut adalah

neutrofil dan makrofag dengan cara fagosistosis. Sekresi fagosik menginduksi

timbulnya demam (Ariani, 2016).


2.2.5 Penyebab Diare

Penyebab diare berasal dari beberapa faktor yang terdiri dari :

a. Faktor makanan

Faktor makanan disebabkan karena toksin yang ada tidak mampu diserap

dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya

menyebabkan penururnan kesempatan untuk menyerap makanan atau minuman

yang terkontaminasi mikroorganisme dan paling banyak disebabkan oleh infeksi

bakteri seperti Escherihcia coli, Salmonella dan Vibro cholera (Maradona, 2011).

Faktor makanan juga bisa disebabkan karena makanan yang sudah basi , makanan

beracun, dan alergi makanan sehingga usus tidak mampu menyerap dengan baik

yang kemudian akan menyebabkan diare (Ngastiyah,2014).

b. Faktor infeksi

Faktor infeksi diawali dengan adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam

saluran pencernaan yang kemudian kuman akan berkembang dalam usus dan

merusak sel mukosa usus yang dapat mengakibatkan menurunkan permukaan usus

(Hidayat, 2006).

c. Faktor malabsorbsi

Faktor malabsorbsi karbohidrat yaitu terganggunya sistem pencernaan yang

berpengaruh pada penyerapan karbohidrat dalam tubuh. Gejalanya berupa diare

berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut, terganggunya penyerapan

lemak dalam tubuh, dan terganggunya penyerapan protein lemak dalam tubuh

(Ngatiyah, 2014)
d. Faktor infeksi

Faktor infeksi diawali dengan adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam

saluran pencernaan yang kemudian kuman akan berkembang dalam usus dan

merusak sel mukosa usus yang dapat mengakibatkan menurunkan permukaan usus

(Hidayat, 2006).

e. Faktor malabsorbsi

Faktor malabsorbsi karbohidrat yaitu terganggunya sistem pencernaan yang

berpengaruh pada penyerapan karbohidrat dalam tubuh. Gejalanya berupa diare

berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut, terganggunya penyerapan

lemak dalam tubuh, dan terganggunya penyerapan protein lemak dalam tubuh

(Ngatiyah, 2014)

f. Faktor psikoligis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi terjadinya peristaltik usus

sehingga mempengaruhi proses penyerapan makanan. Penyebab diare yang paling

sering ditemukan di lapangan atau secara klinis karena infeksi dan keracunan

(Depkes RI, 2011).

Beberapa yang menyebabkan resiko terjadinya diare yaitu:

Tidak diberikan ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan .

a. Penggunaan botol susu yang tidak bersih dapat memudahkan kuman masuk ke

dalam botol pada saat susu dimasukan ke dalam botol susu.

b. Menyimpan makanan masak yang terpapar kuman

c. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses, hal ini disebabkan

karena tangan yang tercemar atau terkontamiasi oleh bakteri mengenai air

sewaku mengambil air dari tempat penyimpanan.


d. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, membuang fese, atau sebelum

memasak makanan (Sodikin, 2011).

2.2.6 Pencegah Diare

a. Memberikan ASI

Pemberian ASI pada bayi dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi oleh

bakteri dan mikroorganisme lain penyebab diare. Pemberian ASI memberikan antibodi

dan zat-zat lain yang terkandung di dalamnya memberikan perlindungan secara

imunologi (Depkes RI, 2011).

b. Memperbaiki makanan pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada saat bayi mulai terbiasa

dengan makanan orang dewasa, hal ini desebakan karena pemberian makanan

pendamping ASI meningkatkan resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang

menyebabkan kematian (Sinthamurniwaty, 2012).

c. Menggunakan air bersih yang cukup

Menggunakan air yang bersih dan melindungi air dari kontaminasi bisa dengan

mengambil air dari sumber air yang bersih, simpan air di tempat bersih dan tertutup,

menggunakan gayung khusus untuk mengambil air, jaga sumber air dari pencemaran

seperti; air bekas mandi anak dan binatang, minum air yang sudah matang (dimasak

sampai mendidih), serta cuci semua alat masak dan alat makan dengan air bersih dan

cukup (Depkes RI, 2011).


d. Mencuci tangan

World Bank menyatakan bahwa melakukan kebiasaan mencuci tangan dapat

mengurangi resiko terserang gangguan pencernaan dan diare sebesar 48% (Unilever,

2011). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa mencuci tangan menggunakan sabun

khususnya setelah kontak dengan feses dapat menurunkan insiden diare sebesar 42-

47% (Kemenkes, 2010).

e. Menggunakan jamban

Penggunaan jamban dapat menurunkan resiko terhadap diare, jamban yang

berfungsi dengan baik dibersihkan secara teratur, serta menggunakan alas kaki bila

akan buang air besar. Jarak jamban sebaiknya berjauhan dengan sumber air minum,

paling sedikit 10 meter (Ernawati, 2012).

f. Membuang tinja bayi dengan benar

Membuang tinja bayi ke dalam jamban dengan sesegera mungkin. Bila tidak

dibuang di jamban dapat dibuang dalam lubang atau kebun yang kemudian ditimbun

dan jangan lupa mencuci tangan dengan sabun (Kemenkes RI, 2011).

g. Pemberian imunisasi campak

Pemberian imunisasi campak pada anak merupakan salah satu upaya pencegahan

diare, karena anak yang sakit campak sering disertai dengan diare, sehingga imunisasi

campak sangat penting untuk mencegah penyakit diare pada anak (Depkes RI, 2011).

h. Pengolaan sampah

Pengolaan sampah sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan penyakit

diare dengan cara menyediakan tempat sampah, sampah dikumpulkan setiap hari dan

dibuang di tempat pembuangan sampah (Ernawati,2012).


2.2.7 Penatalaksanaan Diare

Menurut Kemenkes RI (2011),prinsip penatalaksanaan diare pada balita adalah

LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare ), yang didukung oleh Ikatan Dokter

Bayi Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu–satunya cara untuk

mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau

menghentikan diare dan mencegah bayi kekurangan gizi akibat diare jug menjadi cara

untuk mengobati diare.

Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah.

2. Zinc diberikan selama 10 hari berurut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan makanan

4. Aktibiotik selektif

5. Nasihat kepada orang tua dan pengasuh. ( Kemenkesm RI,2011).


2.3 Konsep Balita

1 .Definisi Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan

cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir

pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada

masa prasekolah kenaikan BB kurang lebih kg/tahun ,kemudian pertumbuhan konstan

mulai berakhir (Saputra,2012).

Bawah lima tahun atau sering disingkat sebagai balita merupakan salah satu

periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia dimulai dari usia

sampai dengan lima tahun. Atau bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60

bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah. Adapun masa

perkembangan dan kebutuhan balita / prasekolah adalah sebagai berikut:

2. Perkembangan fisik

Di awal balita , pertambahan berat badan menurun disebutkan banyaknya energy

unrtuk bergerak. Sekalipun perkembangan – perkembangan anak masa awal anak- anak

ini bisa diramalkan tetapi terdapat perbedaan individual dalam semua aspek

perkembangan fisik. Misal anak dengan kecerdasan tinggi, maka tumbuh kembangnnya

dan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak dengan kecerdasan sedang atau

dibawah rata- rata , dan ggi sementaranya akan lebih cepat tanggal. Anak dari kelompok

sosial ekonomi tinggi cenderung memperoleh gizi dan perawatan yang lebih baik

sebelum dan sesudah kelahirannya. Oleh karena itu, perkembangan tinggi, berat, dan

otot- otot badan cenderung lebih baik.

3. Perkembangan psikologis

Terjadinya perubahan yang cukup dratis dari kemampuan psikomotor balia yang

mulai terampil dalam pergerakannya (locomotio), mulai melatih kemampuan motorik

kasar misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, mengenggam,


melempar yang berguna untuk mengolah keseimbangan dan mempertahankan rentang

antesis pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih

seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang

alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya.,

mengikat tali sepatu. Pada masa balita adalah saatnya dilakukan latihan mengendalikan

diri atau bisa disebut sebagai toilet training. Freuid mengatakan bahwa pada usia

individu mulai berlatih untuk mengikuti aturan melalui proses penahanan keinginan

untuk membuangan kotoran.

4 .Kognitif

a. Pada periode usia ini pemahaman terhadap objek telah lebih ajeg. Balita memahami

bahwa objek yang disembunyikan masih tetap ada , dan akan mengetahui keberadaan

objek tersebut jika proses penghilangan objek terlihat, balita mengetahui dengan tepat

dengan letak objek tersebut, Balita akan mencari pada permainan sulap sderhana,

balita masih kesulitan untuk membuat prediksi tempat persembunyiannya objek

sulap.

b. Kemampuan bahasa balita bertumbuh dengan persat. Pada periode awal balita yaitu

usia dua tahun kosa kata rata- rata balita adalah 50 kata, pada usia lima tahun telah

menjadi 1000 kosa kata. Pada usia tiga tahun balita mulai mempelajari tata bahasa

dari bahasa ibunya: “aku haus minta minum”.


5.pendidikan dan pengembangkan

Cara belajar dilakukan pada usia prasekolah ini melalui bermain serta rangsangan dan

lingkungannya, terutama lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan diluar rumah yang

melakukan kegiatan belajar lebih terprogram dan terinstruktur ,walau tidak selamanya

lebih baik.

Cara peran balita dalam bermain:

 Permainan peran, melatih kemampuan pemahaman sosial ,contoh permainan sekolah,

dokter – dokteran ,rumah – rumahan, dll.

 Permainan imajinasi, melatih kemampuan kreativitas anak.

 Permainan motorik , melatih kemampuan motorik kasar dan halus . Motorik kasar,

contohnya: spider web, permainan palang, permainan keseimbangan, dall. Motorik

halus, contohnya: meronce, mewarnai, menyuap.


2.4 Kerangka Teori

2.4.1 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Faktor internal

a. Umur

b. Pendidikan

c. Pekerjaan

2. Faktor eksternal

a. Lingkungan

b. Sosial Budaya

2.4.2 Tingkat Pengetahuan Mempunyai 6 Tingkat Yaitu

1. Tahu (Know)

2. Memahami (Comperhetion)

3. Aplikasi (Application)

4. Analisis (Analysis)

5. Sitesis (Syithesiis)

6. Evaluasi (Evaluation)

2.4.3 Faktor Faktor Yang Memepengaruhi Terjadinya Diare Pada Balita

1. Faktor Penyebab

a. Infeksi Bakteri, Virus, Dan Parasit

b. Metabsorbsi

c. Psikologis

2. Faktor Penjamin (Host)

a. Keadaan Gizi

b. Perilaku Hygine

Anda mungkin juga menyukai