Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
Orang tua dari Balita yang Menderita Diare di Puskesmas Niki-Niki ini dapat
terselesaikan. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
Penelitian ini juga dapat terselesaikan dengan baik karena bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Para orang tua peneliti yang telah membesarkan dan mendidik peneliti
dengan penuh kasih saying, serta memberi bantuan baik moral maupun
materi.
penelitian ini.
3. drg. Agnes Tiro Pari selaku Kepala Puskesmas Niki-Niki yang telah
di Puskesmas Niki-Niki.
inspirasi terhadap pembaca. Akhir kata, peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat kepada yang
membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak
di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF, pada tahun
2013, ada sekitar 2 miliar kasus penyakit diare di seluruh dunia setiap tahun, dan
1,9 juta anak kurang dari 5 tahun meninggal karena diare setiap tahunnya. Hal ini
semua kematian anak di bawah usia 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa lebih
Dari semua kasus kematian anak akibat diare pada tahun 2013 di dunia,
78% terjadi pada daerah Afrika dan Asia Tenggara. Setiap anak di bawah usia 5
tahun mengalami rata-rata 3 episode diare akut setiap tahun. Secara global pada
kelompok usia ini, diare akut adalah penyebab kematian terbanyak kedua (setelah
pneumonia), dan merupakan insiden dan risiko kematian yang terbesar di antara
diri diyakini telah memberikan kontribusi dalam penurunan angka kematian pada
negara berkembang. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia
karena infeksi diare. Meskipun mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan
program rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi.
Pada saat ini angka kematian yang disebabkan diare adalah 3,8 per 1000 per
tahun, dan median insidens secara keseluruhan pada anak usia dibawah 5 tahun
Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian
luar biasa (KLB) yang ditimbulkan. Survey morbiditas yang dilakukan oleh
Subdit Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan
insidens naik. Pada tahun 2000, IR (Insidency Rate) penyakit diare 301/1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi
jumlah penderita diare meningkat menjadi 8.443 kasus dengan korban yang
meninggal sebanyak 209 jiwa, dan terjadi KLB di 15 propinsi, sedangkan pada ta-
hun 2011 KLB diare terjadi di 11 propinsi dengan jumlah penderita sebanyak
4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR sebesar 1,74%.
Pada tahun 2012 dengan jumlah penderita sebanyak 5.870 orang. Insidens diare
bervariasi menurut umur. Anak-anak adalah kelompok usia rentan terhadap diare.
Setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada anak balita, dan hampir
tidak ada perubahan dalam dua dekade terakhir. WHO menyebutkan penyakit
infeksi seperti diare (18%), pneumonia (14%), dan campak (5%) merupakan
Insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah dua tahun, dan menurun
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
akibat diare adalah tata laksana yang kurang tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat
dan tepat.
Data menurut Riskesdas tahun 2013, angka kejadian diare pada balita di
Provinsi Nusa Tenggara Timor sebesar 4,6 %.4 Angka kejadian kasus diare pada
balita di Puskesmas Niki-Niki pada tahun 2016 sebanyak 338 kasus. Berdasarkan
data-data tersebut, angka kejadian ini cukup tinggi. Berdasarkan uraian di atas,
A. Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua dari balita
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pengetahuan, sikap
dan perilaku orang tua dari balita yang menderita diare di Puskesmas Niki-
Niki.
2. Tujuan khusus
April 2017.
C. Manfaat penulisan
4. Masyarakat
dan perilaku terhadap penderita diare pada anak dan membuat masyarakat
Indonesia
Puskesmas Niki-Niki.
6. Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat mendapat informasi dan wawasan
Populasi
Puskesmas Niki-Niki.
Sampel
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering
frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut
diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat
normal, hal tersebut tidak tergolong diare , tetapi merupakan intoleransi laktosa
sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang
minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya
frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair yang menurut ibunya
abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air
besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan ini sudah dapat
disebut diare.6
Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
melalui lalat. (4F= field, flies, fingers, fluid).6
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan
makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek
penurunan kadar antibodi ibu, berkurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan
makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung
dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan
melawan infeksi atau penyakit yang berulang yang membantu menjelaskan
menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang
dewasa.6
2.
Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif.
pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau
minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang
infeksius. Orang dengan infeksi yang asimtomatik berperan penting dalam
penyebaran banyak eneteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari
adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat yang lain.6
3.
Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. di daerah
tropis, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan
diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin.
didaerah tropis (termasuk Indonesia) diare yang disebabkan rotavirus dapat
terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,
sedangkan diare karena bakteri terus meningkat pada musim hujan.6
Infeksi virus atau bakteri tidak selamanya akan menyebabkan terjadinya diare
karena tubuh mempunyai mekanisme daya tahan tubuh. Usus adalah organ utama
yang berfungsi sebagai front terdepan terhadap invasi dari berbagai bahan yang
berbahaya yang masuk ke dalam lumen usus. Bahan-bahan ini antara lain
mikroorganisme, antigen toksin, dll. Jika bahan-bahan ini dapat menembus barieir
mekanisme daya tahan tubuh dan masuk kedalam sirkulasi sistemis, terjadilah
bermacam-macam reaksi seperti infeksi, alergi atau keadaan autoimunitas.5
1. Daya pertahanan tubuh nonimunologi5
a. Flora usus
Bakteri yang terdapat dalam usus normal (flora usus normal), dapat
mencegah pertumbuhan yang berlebihan dari kuman pathogen yang secara
potensial dapat menyebabkan penyakit. Setelah lahir usus sudah dihuni oleh
bermacam-macam mikroorganisme yang merupakan flora usus normal.
Penggunaan antibiotika dalam jangka panjang dapat mengganggu
keseimbangan flora usus, menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari
kuman-kuman non patogen yang mungkin juga telah resisten terhadap
antibiotika.
Pertumbuhan kuman pathogen dalam usus akan dihambat karena
adanya persaingan dengan flora usus normal. Hal ini terjadi karena adanya
kompetisi terhadap substrat yang mempengaruhi pertumbuhan kuman yang
optimal (pH menurun, daya oksidasi reduksi menurun,dsb) atau karena
terbentuknya zat anti bakteri terhadap kuman pathogen yang disebut colicines.
b. Sekresi usus
Mucin (Glikoprotein dalam usus) dan kelenjar ludah penting untuk
mencegah perlekatan kuman-kuman Streptococcus, Staphylococcus,
Lactobacilus pada mukosa mulut sehingga pertumbuhan kuman tersebut dapat
dihambat dan dengan sendirinya mengurangi jumlah mikrooganisme yang
masuk ke dalam lambung. Mucin serupa terdapat pula dalam mucus yang
dikeluarkan oleh sel epitel usus atau disekresi oleh usus secara kompetitif
mencegah melekatnya dan berkembangbiaknya mikroorganisme di epitel usus.
Selain itu muci juga dapat mencegah penetrasi zat-zat toksik seperti allergen,
enterotoksin,dll.
c. pertahanan lambung
Asam lambung dan pepsin mempunyai peranan penting sebagai penahan
masuknya mikroorganisme, toksin dan antigen kedalam usus.
d. gerak peristaltik
Gerak peristaltic merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
usaha mencegah perkembangbiakan bakteri dalam usus, dan juga ikut
mempercepat pengeluaran bakteri bersama tinja. Hal ini terlihat bila karna
sesuatu sebab gerak peristaltis terganggu (operasi, penyakit, kelainan bawaan
dsb), sehingga menimbulkan stagnasi isi usus.
e. filtrasi hepar
Hepar, terutama sel kupfer dapat bertindak sebagai filtrasi terhadap
bahan-bahan yang berbahaya yang diabsorbsi oleh usus dan mencegah bahan-
bahan yang berbahaya tadi masuk kedalam sirkulasi sistemik.
f. Lain-lain
- lisosim (mempunyai daya bakteriostatik)
- garam-garam empedu membantu mencegah perkembangbiakan kuman
- Natural antibodi : menghambat perkembangan beberapa bakteri pathogen,
tetapi tidak mengganggu pertumbuhan flora usus normal. Natural antibodi
ini mungkin merupakan hasil dari reaksi cross imunity terhadap antigen
yang sama yang terdapat pula pada beberapa mikroorganisme.
1) Usus halus
Memanjang dari pylorus hingga caecum. pada neonatus memeiliki panjang
275 cm dan tumbuh mencapai 5 sampai 6 meter pada dewasa. Epitel usus halus
tersusun atas lapisan tunggal sel kolumnar disebut juga enterosit. permukaan epitel ini
menjadi 300 kali lebih luas dengan adanya villus dan kripta. Villus berbeda dalam
bentuk dan densitas pada masing-masing regio usus halus. Di duodenum villus
tersebut lebih pendek, lebih lebar, dan lebih sedikit, meyerupai bentuk jari dan lebih
tinggi pada jejunum, serta menjadi lebih kecil dan lebih meruncing di ileum. Densitas
terbesar didapatkan di jejunum. Diantara villus tersebut terdapat kripta (Lieberkuhn)
yang merupakan tempat proliferasi enterosit dan pembaharuan epitel. terdapat
perbedaan tight junction antara jejunum dan ileum, tight junction ini berperan penting
dalam regulasi permeabilitas epitel dengan melakukan control terhadap aliran air dan
solute paraseluler. Terdapat berbagai macam jenis sel dengan fungsinya masing-
masing yaitu: 6
Sel Goblet
Merupakan sel penghasil mucus yag terpolarisasi. Mukus yang disekresi sel
goblet menghampar diatas glikokaliks berupa lapisan yang kontinyu,
membentuk barier fisikokimia, member perlindungan pada epitel permukaan.
mucus ini paling banyak didapatkan pada gaster dan duodenum
Sel Kripta
Sel kripta yang tidak berduferensiiasi merupakan tipe sel yang paling banyak
terdapat di sel kripta Lieberkuhn. Merupakan precursor sel penyerap villus, sel
paneth, sel enteroendokrine, sel goblet dan mungkin juga sel M. Sel kripta
yang tidak berdiferensiasi ini mensistesis dan mengekspresikan komponen
sekretori pada membrane basolateral, dimana molekul ini bertindak sebagai
reseptor untuk sintesis IgA oleh lamina propria sel plasma.
Sel Paneth
Terdapat di basis kripta. memiliki granula eosinophilic sitoplasma dan basofil.
Granula lisosom dan zymogen didapatkan juga pada sitoplasma, meskipun
fungsi sekretori sel panet velumk diketahui, diduga membunuh bakteri dengan
lisosom dan immunoglobulin intrasel, menjaga keseimbangan flora normal
usus.
Sel Enteroendokrin
Merupakan sekumpulan sel khusus meuroskretori, sel enteroendokrin terdapat
di mukosa saluran cerna, melapisi kelenjar gaster, villus, dan kripta usus. Sel
enteroendokrine mensekresi neuropeptide seperti gastrin, sekretin, motilin,
neurotensin, glucagon, enteroglukagon, VIP, GIP, neurotensin, cholesistokinin
dan somatostatin.
Sel M merupakan sel epitel khusus yang melapisi folikel limfoid.
Penyerapan air dan elektrolit pada usus halus terjadi melalui 2 cara : 7
a. Transport aktif : penyerapan Na+ dan glukosa secara aktif dilaksanakan oleh
enterosit yang terdapat pada mukosa usus halus. Enterosit menyerap 1 molekul
glukosa dan Na+, dan bersama-sama dengan absorbsi glukosa dan Na+ ini secara
aktif juga terabsorbsi air. Glukosa masuk ke dalam ruang interseluler atau
subseluler, kemudian masuk peredaran darah. Na+ masuk ke dalam sirkulasi
berdasarkan proses enzimatik Na-K-ATPase yang terdapat pada basal dan lateral
enterosit. Proses ini dikenal dengan istilah pompa Na ( sodium pump ). Dengan
masuknya Na+ secara aktif ke dalam peredaran darah, tekanan osmotic meningkat
dan memperbanyak terjadinya penyerapan air.
b. Transport Pasif : terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotic. Setelah Na+
masuk ke dalam sirkulasi melalui mekanisme pompa Na, tekanan osmotic plasma
meningkat dan akan menarik air, glukosa dan elektrolit secara pasif.
2.1.5 Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi
adalah non-inflamatory dan inflammatory.6
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun
Di samping itu penyebab diare non-infeksi yang dapat menimbulkan daire pada anak
antara lain:
2.1.6 Patofisiologi
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan osmotik.
Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering
ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat
terjadi bersamaan pada satu anak.6,9
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus
dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeable, air akan
mengalir kea rah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na
akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan
intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan
dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan
yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen
ileum dan melebihi kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan
seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah
berlabihan akan memberikan dampak yang sama.6
2. Diare Sekretorik
Diare sekterik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus
yang terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan
sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan
elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang
disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin
E.coli atau V. cholera.01.10
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya
bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologi. Gejala
gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.6
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic, dehidrasi hipertonik (
hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bias tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.6
Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita
tidak panas atu hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare,
menunjukan bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien
immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi tentang adanya
imunodefisiensi atau penyakit.
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Gejala klinis :
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Nyeri kepala - + + - - -
lamanya sakit 5-7 hari >7hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
Sifat tinja:
Darah - + Kadang - + -
Warna Kuning hijau Merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Seperti air cucuian beras
Leukosit - + + - - -
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-
tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak,
ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.6
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang
terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare.
Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.6
Penilaian A B C
Lihat:
Rasa haus Minum biasa,tidak haus *haus ingin minum *malas minum atau tidak
banyak bias minum
Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat
dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L
Rasa haus - + +
3. Laboratorium
darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
b. Pemeriksaan mikroskopik
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)
bila terdapat leukosit lebih dari lapang pandang besar disebut (+++)
(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100 buah
per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai lapang
pandang
(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang
pandang atau sel memenuhi lebih dari lapang pandang
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan
nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan
pengobatan:9
1. Mencegah dehidrasi
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang
sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:12
- jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang
sebagai tambahan
- jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air matang
Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus
oralit (200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu berapa
banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi
kebutuhan cairanya sehari-hari:
Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan
dosis :
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik sesuai
yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Usia <4 bulan 4-11 bulan 12-23 bulan 5-4 tahun 5-14tahun >15 tahun
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui
mulut, sementara infus disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer
asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl)yang dibagi sebagai berikut.
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri
tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah
anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak
tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6
jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi)
untuk melanjutkan penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan
untuk memberikan pada penderita:
PENGOBATAN DIETETIK
Memuasakan penderita diare (hanya member air teh) sudah tidak dilakukan
lagi karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan atau KKP.
Sebagai pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetic dipakai singkatan O-B-E-
S-E, sebagai singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding, Simultaneously with
Education.5
Gejala klinis menghilang Susu rendah laktosa (ml) Susu normal (ml)
(hari)
Ke 1 150 50
Ke 2 100 100
Ke 3 50 150
Ke 4 0 200
Tabel 9. Tabel panduan kembali ke susu normal ( untuk setiap 200 ml)
Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak
atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energy diit harus
berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau lebih)
dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan tambahan
seperti serealia pada umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak yang telah
disapih. Makanan padat memiliki keuntungan, yakni memperlambat pengosongan
lambung pada bayi yang minum ASI atau susu formula, jadi memperkecil jumlah
laktosa pada usus halus pr satuan waktu. Pemberian makanan lebih sering dalam
jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang sama dalam mencernakan laktosa
dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan makanan yang terdiri
dari:makanan pokok setempat misalnya nasi, kentang, gandum, roti, atau bakmi.
Untuk meningkatkan kandungan energinya dapat ditambahkan 5-10 ml minyak nabati
untuk setiap 100 ml makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya
akan karoten. Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-
sayuran, serta ditambahkan tahu,tempe, daing atau ikan. Sari buah segar atau pisang
baik untui menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman
ringan, sebaiknya dihindari.
Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa
kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila terjadai anorexia hebat.
Oleh karena itu perlu pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi beberapa minggu
setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk mencapai serta
mempertahankan pertumbuhan yang normal. Berikan ekstra makanan pada saat anak
merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak dapat menghabiskan
tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya.6,9,14
ZINC
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare
akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran
cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc
pada diare dapat meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus
meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border
apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen di
usus. Pengobatan dengan zinc cocok ditetapkan di negara-negara berkembang seprti
Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh
karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitasnya yang kurang
memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosis zinc untuk anak-anak:
Terapi medikamentosa
Antibiotik
Antbiotik apda umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh
bakteri pathogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella,
Campilobacter, dan sebagainya,6
Obat antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan
tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat
ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:5,6
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine).
Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya
untuk mengikat dan menginaktifasi toksin abkteri atau bahan lain yang
menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan melindungi
mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada bukti keuntungan praktis dari
penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.
Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opiii,
paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada
orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari
itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat
memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme
penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal. Tidak satupun dari
obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.
Obat-obat lain:
Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat
menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi
oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan
diare, muntah biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi
PROBIOTIK
A. Komplikasi5,6
1. Gangguan elektrolit
- Hipernatremia
- Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L).
Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari
hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer
laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum
yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan
dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam.6
- Hiperkalemia
- Hipokalemia
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada
umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam
sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang
timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah
mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang
demam. Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.5
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang
tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada
edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat
yang diberi larutan garam faali. Pengobatan dengan pemberian cairan
intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.5
4. Asidosis metabolik
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut
kembung, muntah, peristaltik usus berkurang atau tidak ada. Pengobatan
dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung
banyak K.5
6. Kejang5
Tindakan:
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan
cairan intravena5
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan
infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral
terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok
makan tiap 2-3 menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena sering
menyebabkan penurunan kesadaran.5
10. Akut kidney injury
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12
jam setelah hidrasi cukup.5
2.1.10 Pencegahan
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak
dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
2.1.11 Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan menjadi diare persisten.9
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,
2011). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
b. Memahami (Comprehension)
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip, dan
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria yang ada
(Notoatmodjo, 2011).
oleh Hendra (2008), ada beberapa faktor yang memperngaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka
proses proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur
tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berumur
belasan tahun. Selain itu, Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa daya ingat
seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur umur tertentu atau
14 tahun : bayi dan anak - anak 15 49 tahun : orang muda dan dewasa 50 tahun ke
atas : orang tua 8 2. Interval 5 tahun : Kurang dari 1 tahun, 1 4 tahun, 5 9 tahun,
berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi
bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai
di mana seseorang dapat mempelajari hal hal yang baik dan juga hal hal yang
karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied hary A. (1996),
menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah atau tidaknya
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi,
radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
dalam Rahmahayani (2010), sumber informasi adalah asal dari suatu informasi atau
data yang diperoleh. Sumber informasi ini dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu:
dengan dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi. Dokumen resmi adalah bentuk
dokumen yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan di bawah tanggung jawab
instansi resmi. Dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau
menjadi tanggung jawab dan wewenang badan instansi tidak resmi atau perorangan.
Sumber primer atau sering disebut sumber data dengan pertama 10 dan hukum
tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu dari buku,
pengetahuan seseorang tentang suatu hal sehingga informasi yang diperoleh dapat
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
Rahmahayani, 2010).
2.3 Sikap
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2012).
2.4 Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
(Notoatmodjo, 2012).
tiga bidang perilaku yajni kognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian dalam
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Sikap (attitude)
tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
tindakan yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah
dimiliki.
Penelitian tentang pengetahuan dan perilaku ibu-ibu yang memiliki anak usia
di bawah 5 tahun dalam menangani kejadian diare yang dilakukan di India pada 204
penyebab, cara penularan dan tingkat pencegahan masih kurang. Selain itu, penelitian
ini juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara tingkat
menangani diare sehingga edukasi kesehatan dapat menjadi salah satu cara untuk
memiliki anak usia dibawah 5 tahun, tentang pengetahuan dalam menangani kasus
diare. Tingkat pengetahuan tersebut berkaitan erat dengan usia ibu, pendidikan ayah
yang terkait status sosial dan tingkat ekonomi, jumlah anak, pekerjaan ibu dan sumber
pengetahuan. Responden yang mendapat informasi dari media dan bacaan memiliki
pengetahuan yang lebih baik daripada responden yang mendapat informasi dari pihak
keluarga atau orang sekitar. Namun, responden yang memiliki pengetahuan yang
baik, tidak dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dengan baik dalam praktek
penanganan diare. Sebagian besar menangani diare di rumah. Intervensi yang dapat
diberikan dalam mengatasi hal tersebut adalah program edukasi untuk para responden
penduduk asli dan transmigrasi, yang dipilih secara random, tentang Pengetahuan,
Persepsi dan Keterampilan dalam Pencegahan dan Penanganan diare pada anak
tersebut terlihat pada responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki
dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini dikarenakan responden
dengan tingkat pendidikan rendah tidak memiliki pengetahuan dasar yang cukup
tentang dampak dari faktor penyebab diare seperti suplai air, kebersihan, sanitasi yang
dapat menyebabkan diare. Oleh karena itu, pengetahuan ibu menjadi poin utama
diare pada daerah urban dengan jumlah responden 120 ibu, memberikan kesimpulan
bahwa sebagian besar responden memiliki pengertian yang baik tentang diare namun
memiliki pengetahun yang baik tentang penyebab diare dan cara pencegahan diare.
Responden tidak mampu mengenali tanda bahaya dan bagaimana cara untuk
menangani diare. Oleh karena itu, peningkatan kewaspadaan respon akan tanda
bahaya dan cara penanganan menjadi kunci dalam mengurangi morbiditas dan
yang rendah akan faktor penyebab diare dan hal ini berkaitan langsung dengan tingkat
pendidikan responden. Hanya sepertiga responden yang sadar akan faktor peyebab
diare berasal dari sanitasi dan air yang buruk. Anggapan bahwa diare merupakan hal
yang wajar terjadi pada masa tumbuh kembang anak menjadi halangan bagi anak
dalam mendapatkan tindakan yang tepat dalam menangani diare. Anggapan tersebut
berkaitan dengan tingkat pendidikan responden (buta huruf). Selain itu, keterlambatan
memperoleh tindakan yang tepat dari tenaga kesehatan dan penggunaan pengobatan
Rekomendasi dari penelitian ini antara lain melakukan penelitian lebih lanjut pada
bahan yang digunakan pada pengobatan tradisional dan edukasi tentang sanitasi
kepada ibu dan pengasuh dari anak yang berusia dibawah 5 tahun.25
dikembangkan Bloom. Faktor pengetahuan sikap dan perilaku orang tua dari balita
Perilaku
Keterangan:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.3. Populasi
3.3.1. Populasi Target
Seluruh orang tua yang memiliki anak balita di wilayah kerja Puskesmas Niki-Niki,
Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara
Timur
3.3.2. Populasi Terjangkau
Seluruh orang tua yang memiliki anak balita penderita diare di wilayah kerja
Puskesmas Niki-Niki, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timur Tengah
Selatan, Nusa Tenggara Timur.
3.3.3 Sampel
Seluruh orang tua yang memiliki anak balita penderita diare di wilayah kerja
Puskesmas Niki-Niki, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timur Tengah
Selatan, Nusa Tenggara Timur.yang datang berobat ke Puskesmas Niki-Niki pada
Februari 2017 sampai April 2017.
Orang tua balita yang anaknya menderita sakit diare dan berobat di Puskesmas Niki-
Niki, Amanuban Tengah, Kecamatan Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
pada bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017 yang tidak bersedia diperiksa,
tidak dapat berbahasa Indonesia, dan tidak bersedia diwawancara.
3.5. Sumber Data
Data primer dikumpulkan dengan cara mewawancarai orang tua yang memiliki anak
balita penderita diare yang datang berobat di Puskesmas Niki-Niki, Kecamatan
Amanuban Tengah, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur pada
bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017.
B. Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair), dengan
atau tanpa darah dan atau lendir.
C. Usia
Usia adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai saat penelitian
dilakukan. Usia dihitungdari tanggal, bulan dan tahun penelitian dikurangi tanggal,
bulan dan tahun lahir yang tertera di KTP yang masih berlaku. Bila terdapat
kelebihan, umuru kurang dari enam bulan, dibulatkan ke bawah.
D. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah pengelompokan suatu individu melalui pengamatan
perkembangan seks sekunder. Pada perempuan adalah berupa payudara, suara yang
tinggi dan bentuk pinggul yang lebar. Seks sekunder pada laki-laki dilihat dari adanya
jakun, suara yang berat, dan kumis.
Alat ukur adalah KTP
Skala data adalah nominal
Kategori:
JENIS KELAMIN
Perempuan
Laki-laki
E. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur
TINGKAT PENDIDIKAN
SD
SMP
SMA
SARJANA
F. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu hubungan yang melibatkan dua pihak
sebagai balas jasa dari pihak perusahaan, dan jumlahnya tergantung dari jenis profesi
yang dilakukan.
PEKERJAAN
Wiraswasta
Pegawai negeri
G. Gaya Hidup
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi. Aktifitas fisik bisa kita nilai dari kegiatan sehari-hari
MENCUCI TANGAN
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
Di bakar
Di tanah
Di sungai
Di jamban
Di mana saja
Air sumur
Air PAM
Air sungai
Air hujan
Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timor pada tanggal 20 Maret sampai 20 April
A. Pengetahuan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah atau tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya. Dari hasil
penelitian yang di dapat ternyata pengetahuan orang tua dari balita penderita diare
yang berobat ke puskesmas Niki-Niki paling tinggi tingkat pengetahuannya SMP
hal ini akan mempengaruhi pengetauhan terhadap penyakit diare, hal senada juga
diungkapkan oleh penelitian di Tanzania tahun 2010 memberikan kesimpulan
bahwa pengetahuan responden yang rendah akan faktor penyebab diare dan hal ini
berkaitan langsung dengan tingkat pendidikan responden.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair),
dengan atau tanpa darah dan atau lendir. Dari hasil penelitian didapat pengetahuan
ibu terhadap penyakit diare :
- Ny. D,A,Yn,F : buang air besar lebih dari 3 kali dengan tinja yang encer
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri
dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non-
inflamatory dan inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare
melalui produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh
virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri.
Sebaliknya inflammatoyi diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi
usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.Menurut ibu, apakah penyebab
penyakit diare?
- Ny. D,A,Yn,F,Ys,E : bisa karena makanan tidak bersih, alergi susu, dan
air yang tercemar kuman
Komplikasi yang terjadi jika diare tidak ditangani adalah gangguan elektrolit,
demam, dehidrasi, asidosis metabolik, ileus paralitik, kejang. Bila kita
menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%) kasus
diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%)
akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
menjadi diare persisten.
Pencegahan diare pada anak adalah pemberian ASI yang benar, memperbaiki
penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih
yang cukup, membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan, penggunaan jamban yang bersih dan higienis
oleh seluruh anggota keluarga, membuang tinja bayi yang benar.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan dan sikap responden tentang
cara pencegahan diare cukup baik. Hal ini dibuktikan dari jawaban setiap
responden saat wawancara.
B. Sikap
Penanganganan diare pada anak adalah pemberian cairan tambahan (ASI, kuah sayur,
air tajin atau air matang) oralit dan zinc.
Jawaban :
- Ny. D,A,F,J : air garam campur gula (oralit),ASI.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sikap responden dalam menangani diare cukup
baik. Hal ini dibuktikan dari jawaban setiap responden saat wawancara.
3. Kondisi anak seperti apa yang membuat ibu membawa anak ke dokter untuk
ditangani lebih lanjut?
Jawaban :
- Ny. D : Jika anak masih diare setelah diberikan air garam dan gula
- Ny. A : Bila anak masih diare setelah diberi minum air campuran gula
dan garam
- Ny. Yn : Anak masih diare setelah dikasih oralit
- Ny. F : Pada saat diare pertama kali
- Ny. Ys : Diare 1 hari
- Ny. E : Jika diare dalam satu hari sudah berulang-ulang kali
- Ny. J : Jika diare langsung di bawa ke dokter
Berdasarkan jawaban dari 5 pertanyan yang berkaitan dengan sikap orangtua terhadap
penyakit diare, dapat dilihat :
- Pertanyaan 1 : 4 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai penanganan
pertama pada anak diare
- Pertanyaan 2 : 4 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai oralit dan
cara pembuatannya
- Pertanyaan 3 : 5 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai tindakan
pencegahan diare pada anak
- Pertanyaan 4 : 7 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai penanganan
lanjutan jika diare berlanjut
- Pertanyaan 5 : 3 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai kondisi
anak yang mengalami diare yamg membutuhkan penanganan lebih lanjut
C. Perilaku
1. Apakah yang dilakukan oleh ibu sebelum menyiapkan makanan untuk anak?
Jawaban :
- Ny. D : Cuci tangan, pakai peralatan masak bersih, dan cuci sayur
- Ny. A : Cuci tangan, cuci sayur, dan pakai piring bersih
- Ny. Yn : Cuci sayur, alat makan yang bersih, dan cuci tangan
- Ny. F : Cuci bahan makanan dan pakai peralatan kering terus cuci
tangan
- Ny. Ys : Cuci tangan
- Ny. E : Cuci semua bahan yang akan dimasak
- Ny. J : Cuci tangan
2. Apakah ibu dan anak ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah anak makan?
Jawaban :
- Ny. D : Selalu
- Ny. A : Selalu
- Ny. Yn : Kalau ingat
- Ny. F : Selalu
- Ny. Ys : Kadang-kadang
- Ny. E : Jarang
- Ny. J : Kadang-kadang
Jadi lampiran
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu di wilayah kerja
Puskesmas Niki-Niki yang menjadi responden pada penelitian ini kurang mengetahui
responden pada penelitian ini dikategorikan cukup baik, namun ada beberapa
responden masih belum dapat menjawab dengan benar. Pada penelitian ini didapatkan
hasil yang sama dengan penelitian di India, Iran, Ethiopia, Pakistan dan Tanzania
kurang. Hal ini terkait dengan tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi
keterkaitan ini karena ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki
kesempatan yang lebih besar dalam memperoleh pengetahuan tentang diare
lebih dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ayah dan sumber pengetahuan. Tingkat
pendidikan ayah mempengaruhi status social dan tingkat ekonomi yang menyebabkan
pengetahuan para ibu menjadi rendah tentang diare. Begitupun dengan sumber
pengetahuan yang diperoleh para ibu mempengaruhi seberapa jauh pengetahuan ibu
tentang diare. Responden yang mendapat informasi dari media dan bacaan memiliki
pengetahuan yang lebih baik daripada responden yang mendapat informasi dari pihak
4.2.2 Sikap
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa orangtua di wilayah kerja
Puskesmas Niki-Niki yang menjadi responden pada penelitian ini memiliki sikap yang
benar dalam menangani diare pada anak. Meskipun pengetahuan responden mengenai
diare dikategorikan kurang baik tetapi hal ini tidak mempengaruhi responden dalam
menyikapi kejadian diare. Hal ini dikarenakan kebiasaan sehari-hari yang telah
keluarga dan orang sekitar dan diwariskan turun temurun dari masa ke masa.
4.2.3 Perilaku
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa orangtua di wilayah kerja
Puskesmas Niki-Niki yang menjadi responden pada penelitian ini memiliki perilaku
yang kurang baik dalam menyikapi kejadian diare. Hal ini dapat dipengaruhi karena
pengetahuan responden mengenai diare masih kurang. Demikian pula hasil penelitian
di India, Iran, Ethiopia, Pakistan, dan Tanzania yang mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan erat antara tingkat pengetahuan dengan tindakan yang dilakukan responden
dalam menangani diare. Responden dengan tingkat pendidikan rendah tidak memiliki
pengetahuan dasar yang cukup tentang dampak dari faktor penyebab diare seperti
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Niki-
Niki dapat dilihat bahwa pengetahuan dan perilaku responden masih kurang
sedangkan sikap responden terhadap kejadian diare cukup baik, sehimgga dapat
disimpulkan bahwa responden memiliki sikap yang benar dalam menangani kejadian
diare tetapi pengetahuan dan perilaku responden tidak berjalan seiring dengan sikap
tersebut.
5.2 Saran
Indonesia; 2011.
4. Riskesdas 2013
6. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
9. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta:
184.2008.
11. Berkes et al. Intestinal Epithelial responses to enteric pathogens: effect on the
12. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
14. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
17. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus
111.
21. Kiran et al. A Study on Knowledge and Practice of Mothers of Under- Five
705-10, 2016.
D. Pengetahuan
1. Apakah yang ibu ketahui tentang penyakit diare?
Jawaban :
- Ny. D : buang air besar lebih dari 3 kali dengan tinja yang encer
- Ny. A : buang air besar dengan tinja yang encer dan sangat sering
- Ny. Yn : buang air besar dengan tinja encer dan berkali-kali
- Ny. F : buang air besar dengan tinja encer
- Ny. Ys : mencret
- Ny. E : mencret
- Ny. J : mencret, keluar cairan lender-lendir
4. Apakah ibu tahu bahaya yang terjadi pada anak jika diare tidak diobati?
Jawaban :
- Ny. D : bisa sampai bikin lemas dan tidak sadar
- Ny. A : tidak tahu
- Ny. Yn : tidak tahu
- Ny. F : tidak tahu
- Ny. Ys : menyebabkan kematian
- Ny. E : bisa meninggal
- Ny. J : bisa mati
5. Apakah yang ibu tahu untuk mencegah anak agar tidak diare?
Jawaban :
- Ny. D : jaga kebersihan dan sering cuci tangan sebelum dan setelah
makan
- Ny. A : cuci tangan saat mau makan dan jaga kebersihan
- Ny. Yn : sering mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, jaga
kebersihan
- Ny. F : jaga kebersihan, dan sering cuci tangan
- Ny. Ys : menjaga kebersihan
- Ny. E : menjaga kebersihan makanan, air, lingkungan, sering cuci
tangan
- Ny. J : Air harus dimasak, makanan harus bersih, halaman harus bersih,
buang sampah ditempat sampah
Berdasarkan jawaban dari 5 pertanyan yang berkaitan dengan pengetahuan orangtua
terhadap penyakit diare, dapat dilihat :
- Pertanyaan 1 : 3 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai definisi
diare
- Pertanyaan 2 : 1 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai penyebab
diare
- Pertanyaan 3 : 3 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai kebiasaan
anak yang berhubungan dengan kejadian diare
- Pertanyaan 4 : 4 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai dampak
diare pada anak
- Pertanyaan 5 : 6 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai pencegahan
diare pada anak
E. Sikap
4. Apa yang biasanya diberikan ibu pada saat anak diare?
Jawaban :
- Ny. D : air garam campur gula
- Ny. A : air gula yang diberikan garam
- Ny. Yn : obat untuk menghentikan diare
- Ny. F : obat oralit
- Ny. Ys : obat warung
- Ny. E : ASI dan susu formula
- Ny. J : Oralit
6. Apa yang harus dilakukan oleh ibu agar anak terhindar dari diare?
Jawaban :
- Ny. D : Menjaga kebersihan makanan dan cuci tangan
- Ny. A : Menjaga kebersihan anak termasuk peralatan makan dan cuci
tangan
- Ny. Yn : Mencuci tangan dan kebersihan makanan anak
- Ny. F : Mejaga kebersihan anak dan ibu termasuk peralatan makan
- Ny. Ys : Minum vitamin
- Ny. E : Menjaga kebersihan makanan, lingkungan tempat tinggal, air,
cuci tangan
- Ny. J : Menjaga kebersihan
7. Apakah yang dilakukan oleh ibu jika diare terus berlanjut meski telah
ditangani di rumah?
Jawaban :
- Ny. D : Bawa ke dokter
- Ny. A : Bawa ke puskesmas
- Ny. Yn : Bawa ke rumah sakit
- Ny. F : Bawa ke dokter
- Ny. Ys : Bawa ke dokter
- Ny. E : bawa ke rumah sakit
- Ny. J : bawa kedokter
8. Kondisi anak seperti apa yang membuat ibu membawa anak ke dokter untuk
ditangani lebih lanjut?
Jawaban :
- Ny. D : Jika anak masih diare setelah diberikan air garam dan gula
- Ny. A : Bila anak masih diare setelah diberi minum air campuran gula
dan garam
- Ny. Yn : Anak masih diare setelah dikasih oralit
- Ny. F : Pada saat diare pertama kali
- Ny. Ys : Diare 1 hari
- Ny. E : Jika diare dalam satu hari sudah berulang-ulang kali
- Ny. J : Jika diare langsung di bawa ke dokter
Berdasarkan jawaban dari 5 pertanyan yang berkaitan dengan sikap orangtua terhadap
penyakit diare, dapat dilihat :
- Pertanyaan 1 : 4 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai penanganan
pertama pada anak diare
- Pertanyaan 2 : 4 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai oralit dan
cara pembuatannya
- Pertanyaan 3 : 5 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai tindakan
pencegahan diare pada anak
- Pertanyaan 4 : 7 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai penanganan
lanjutan jika diare berlanjut
- Pertanyaan 5 : 3 dari 7 ibu dapat menjawab dengan benar mengenai kondisi
anak yang mengalami diare yamg membutuhkan penanganan lebih lanjut
F. Perilaku
6. Apakah yang dilakukan oleh ibu sebelum menyiapkan makanan untuk anak?
Jawaban :
- Ny. D : Cuci tangan, pakai peralatan masak bersih, dan cuci sayur
- Ny. A : Cuci tangan, cuci sayur, dan pakai piring bersih
- Ny. Yn : Cuci sayur, alat makan yang bersih, dan cuci tangan
- Ny. F : Cuci bahan makanan dan pakai peralatan kering terus cuci
tangan
- Ny. Ys : Cuci tangan
- Ny. E : Cuci semua bahan yang akan dimasak
- Ny. J : Cuci tangan
7. Apakah ibu dan anak ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah anak makan?
Jawaban :
- Ny. D : Selalu
- Ny. A : Selalu
- Ny. Yn : Kalau ingat
- Ny. F : Selalu
- Ny. Ys : Kadang-kadang
- Ny. E : Jarang
- Ny. J : Kadang-kadang
Jadi lampiran