Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PARASIT DI TANAH DENGAN KEBERADAAN PARASIT PADA

KUKU PETANI SUMBER URIP 1 DESA WONOREJO


KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

Edza Aria Wikurendra1, Merry Crismiati2


Dosen S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Mahasiswa Program
Studi S1 Kesehatan Lingkungan STIKES Widyagama Husada Malang
Email : edzaaria@unusa.ac.id

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship of parasites in the soil with the presence of
parasites on the nails of farmers Sumber Urip 1 Desa Wonorejo. The research method used was
analytic with Cross Sectional approach. The sample used were 18 Sumber Urip 1 farmers in
Wonorejo Village. The sampling technique used was Total Sampling. Bivariate analysis uses pearson
SPPS correlation with decision making using significant <0.01. The results of identification of
parasites in 18 soil samples contained 12 positive samples of hookworm larvae and roundworm eggs.
While the results of parasite identification in 18 nail samples of farmers there are 11 positive samples
of hookworm larvae. From the results of Pearson correlation test on soil samples and nail samples
Sumber Urip 1 farmers in Wonorejo village there was a relationship between parasites in the soil with
the presence of parasites on the nails of Sumber Urip 1 farmers in Wonorejo village.

Keywords : Relationships, Parasites, Land, Farmers' Nails

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan parasit di tanah dengan keberadaan parasit
pada kuku petani Sumber Urip 1 Desa Wonorejo. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik
dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel yang digunakan adalah petani Sumber Urip 1 Desa
Wonorejo yaitu 18 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah Total Sampling. Analisa bivariat
menggunakan korelasi pearson SPPS dengan pengambilan keputusan menggunakan hasil singnifikan
< 0.01. Hasil identifikasi parasit pada 18 sampel tanah terdapat sampel 12 sampel positif larva cacing
tambang dan telur cacing gelang. Sedangkan hasil identifikasi parasit pada 18 sampel kuku petani
terdapat 11 sampel positif larva cacing tambang. Hasil uji korelasi pearson pada sampel tanah dan
sampel kuku petani Sumber Urip 1 Desa Wonorejo terdapat hubungan.

Kata kunci : Hubungan, Parasit, Tanah, Kuku Petani

PENDAHULUAN sendiri masih dianggap tidak penting di


Kecacingan merupakan penyakit infeksi masyarakat, karena dianggap tidak
disebabkan oleh parasit cacing yang dapat membahayakan atau menyebabkan kematian.
membahayakan kesehatan. Penyakit Namun pada kenyataannya dampak dari
kecacingan yang sering menginfeksi dan infeksi Soil Transmited Helminths dapat
memiliki dampak yang sangat merugikan menyebabkan penurunan kesehatan bahkan
adalah infeksi cacing yang ditularkan melalui kematian (Depkes RI, 2010).
tanah atau sering disebut “Soil Transmitted Soil Transmitted Helminths (STH)
Helminths (STH)”. Soil Transmitted Helminths merupakan istilah yang mengacu kepada
sekelompok penyakit parasit yang disebabkan Pengobatan selektif diberikan bila prevalensi
oleh cacing nematoda yang ditularkan <20%. Puskesmas Poncokusumo pada bulan
kepada manusia melalui tanah yang april 2018 terdapat 689 orang di Desa

terkontaminasi feses. Wonorejo membutuhkan obat cacing.

Jenis cacing yang ditransmisikan tanah yang Infeksi cacingan Soil Transmitted

menjadi perhatian utama bagi manusia adalah Helminths (STH) salah satunya ialah lapangan

Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, pekerjaan yang berhubungan atau

Necator americanus dan Ancylostoma menggunakan tanah sebagai bahan baku

duodenale. Prevalensi tertinggi terjadi di utamanya karena tempat yang baik bagi

daerah dengan sanitasi tidak memadai dan air Ascaris lumbricoides, Trichiuris trichiura

yang tidak aman (Wijaya, 2015). Necator americanus, Ancylostoma duodenale,

Menurut WHO (2015), lebih dari 1,5 dan Strongyloides stercoralis adalah tanah

miliar orang atau sekitar 24% dari penduduk yang lembab. Seringkali golongan pekerja

dunia mengalami infeksi Soil Transmitted pertanian (petani) yang langsung kontak

Helminths (STH). Dimana lebih dari 270 juta dengan tanah mendapatkan infeksi kecacingan

anak usia pra-sekolah dan lebih dari 600 juta ini (Wijaya, 2015).

anak usia sekolah yang menderita infeksi Soil Petani sayur yang memiliki risiko

Transmitted Helminths (STH) dan terinfeksi penyakit cacingan ini yaitu

membutuhkan perlakuan yang intensif. Di kelompok tani Sumber Urip 1 Desa Wonorejo,

Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit dimana para petani hanya menggunakan

rakyat umum, infeksinya dapat terjadi secara sarung tangan yang terbuat dari kain dan

simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus. penggunaan alas kaki berupa sepatu boot

Hasil survei kecacingan oleh Ditjen PP & PL jarang digunakan.

(2009) menyebutkan bahwa 31,8% siswa - Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

siswi SD menderita kecacingan. Dari data hubungan parasit di tanah dengan keberadaan

penyakit cacing 2017 di Puskesmas parasit pada kuku petani Sumber Urp 1 Desa

Poncokusumo Kabupaten Malang, terdapat 11 Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo,

kasus penyakit cacing. Berdasarkan dari Kabupaten Malang.

Ditjen PP & PL (2012) , untuk daerah dengan


METODE
prevalensi sekitar ≥ 20% - <50%, pemberian
Penelitian ini merupakan penelitian
obat dilakukan secara massal kepada seluruh
Analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
anak sekolah dasar di suatu kabupaten/kota
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui
satu kali dalam setahun. Apabila prevalensi
hubungan parasit di tanah dengan keberadaan
≥50% dilakukan pemberian obat cacing
parasit pada kuku petani Sumber Urp 1 Desa
kepada seluruh anak sekolah dasar di suatu
Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo,
kabupaten/kota 2 kali dalam setahun.
Kabupaten Malang.
Populasi penelitian ini adalah petani perempuan tidak tergabung sehingga saat ini
Sumber Urip 1 Desa Wonorejo dengan jumlah anggota kelompok tani Sumber Urip 1
sampel 18 orang menggunakan teknik merupakan laki – laki.
pengambilan sampel Total Sampling. Sampel Karakteristik usia responden sebagian
pada penelitian ini berupa sampel tanah dan besar usia anggota petani 45 – 50 Tahun
sampel kuku anggota petani Sumber Urip 1 dengan presentase 44.4%. Hal ini
Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo, kemungkinan terjadi karena orang-orang yang
Kabupaten Malang. mau bekerja sebagai petani tidak berada pada
Instrumen dalam penelitian ini kelompok umur remaja atau pun kelompok
menggunakan observasi untuk data sekunder umur tua walau ada beberapa (Gultom, 2018).
berupa karakteristik responden dan Karakteristik tingkat pendidikan
pemeriksaan laboratorium untuk data primer. anggota petani sebagian besar berpendidikan
Pemeriksaan laboratorium penelitian ini untuk Sekolah Dasar (SD) dengan presentase 38.9%.
identifikasi parasit di tanah pertanian petani Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum
Sumber Urip 1 Desa Wonorejo dengan menganggap penting dan belum memiliki
menggunakan metode apung dan identifikasi kesadaran dalam menyelesaikan pendidikan
parasit pada kuku petani Sumber Urip 1 Desa minimal sembilan tahun tanpa memandang
Wonorejo menggunakan metode sedimentasi. jenis pekerjaan yang akan dijalaninya.
Dalam penelitian ini, ada dua langkah Karakteristik masa kerja seluruh
pengolahan data, yakni pengolahan data anggota petani lebih dari 10 tahun dengan
manual dan pengolahan data dengan presentase 100%. Masa kerja anggota Sumber
komputer.. Teknik analisa data menggunakan Urip 1 lebih dari 10 tahun karena anggota
analisa univariat dan bivariat menggunakan uji petani Sumber Urip 1 merupakan anggota
korelasi pearson pada SPSS. yang dari awal terbentukan kelompok hingga
saat ini merupakan anggota lama dan tidak ada
HASIL DAN PEMBAHASASN penambahan anggota baru.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian Hasil Identifikasi Parasit pada Tanah
ini dikelompokkan empat kategori yang Hasil identifikasi parasit pada sampel
berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan tanah pertanian petani Sumber Urip 1 Desa
dan masa kerja. Hasil observasi yang Wonorejo Kecamatan Poncokusumo,
dilakukan terhadap 18 anggota petani Sumber Kabupaten Malang menggunakan metode
Urip 1 Desa Wonorejo, Kecamatan apung dengan pengamatan hasil menggunakan
Poncokusumo, Kabupaten Malang mikroskop sebagai berikut :
keseluruhan merupakan 100% berjenis Tabel 5.3.1 Distribusi Frekuensi hasil
kelamin laki – laki. Hal ini karena pada awal identifikasi parasit pada tanah
terbentuknya kelompok tani Sumber Urip 1
No Hasil Frekuensi Presentase Sedangkan cacing gelang secara umum
(%) tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah
1 Positif 12 66.7 % tropis dan subtropis yang kelembaban
2 Negatif 6 33.9 % udaranya tinggi. Telur cacing gelang ini dapat
bertahan sampai 1 tahun dalam tanah
Jumlah 18 100 % (Soedarto, 2011). Dari hasil penelitian parasit
pada tanah, terdapatnya larva cacing tambang
Berdasarkan tabel 5.2.1 diketahui hasil
dan telur cacing gelang karena daerah Desa
pemeriksaan parasit pada tanah dengan jumlah
wonorejo merupakan daerah dingin dan dekat
sampel 18, terdapat hasil positif parasit 12
dengan pengunungan sehingga kelembaban
sampel dengan presentase 66.7% dan hasil
terhadap tanah tinggi. Bentuk tanah pertanian
negatif parasit 6 sampel dengan presentase
di Desa Wonorejo merupakan tanah yang
33.9%. Hasil identifikasi sampel tanah yang
gembur sehingga cocok untuk pertanian dan
positif parasit, ditemukan adanya larva cacing
menjadi tempat perkembangan biak cacing
tambang dan telur cacing gelang sebagai
tambang dan cacing gelang.
berikut :

Hasil Identifikasi Parasit pada Kuku Petani


Hasil identifikasi parasit pada sampel
kuku petani Sumber Urip 1 Desa Wonorejo
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang

a. Gambar telur cacing gelang menggunakan metode sedimentasi dengan


b. Gambar larva cacing tambang
pengamatan hasil menggunakan mikroskop
Cacing tambang merupakan salah satu sebagai berikut :
jenis Soil Transmitted Helminths yang dapat Tabel 5.3.2 Dristribusi frekuensi hasil
dengan mudah menginfeksi inangnya karena identifikasi parsit pada kuku
selain telur, bentuk larva infektif dapat No Hasil Frekuensi Presentase
memasuki tubuh inang secara aktif. Lahan (%)
perkebunan, halaman sekolah dan pemukiman 1 Positif 11 61.6 %
merupakan tempat - tempat dimana sering 2 Negatif 7 38.9 %
terjadi aktifitas manusia, adanya kontaminasi Jumlah 18 100 %
tanah oleh telur maupun larva cacing tambang Berdasarkan tabel 5.2.1 diketahui hasil
ditambah dengan kurangnya kesadaran pemeriksaan parasit pada kuku petani Sumber
masyarakat untuk menjaga kebersihan diri saat Urip 1 dengan jumlah sampel 18, terdapat
beraktifitas di luar rumah akan semakin hasil positif parasit 11 sampel dengan
meningkatkan risiko penularan cacing presentase 61.1% dan hasil negatif parasit 7
tambang (Hairani, 2015). sampel dengan presentase 38.9%. Hasil
identifikasi sampel yang postitif parasit pada
kuku petani, ditemukan adanya larva cacing Hubungan Parasit di Tanah dengan
tambang sebagai berikut : Keberadaan Parasit pada Kuku Petani
Hasil uji korelasi yang dilakukan
terhadap hasil identifikasi sampel tanah dan
sampel kuku petani sebagai berikut :
Tabel 5.4 Hasil hubungan parasit pada
tanah dengan parasit pada kuku petani
Variabel Korelasi Signifikasi
Sampel tanah
Gambar larva cacing tambang 0.004
Sampel kuku

Terdapatnya larva cacing tambang Berdasarkan tabel 5.4 diketahui hasil uji

karena petani Sumber Urip 1 memiliki kuku korelasi pearson pada sampel tanah dan

yang kurang terawat dan pengolahan lahan sampel kuku yang berjumlah masing – masing
pertanian tidak menggunakan sarung tangan. 18 sampel didapatkan singnifikan 0.004. Hasil
Dikatakan larva cacing tambang karena signifikasi 0.004 lebih kecil dari 0.01 maka

berbentuk langsing panjang tubuhnya 600 sampel tanah dan sampel kuku berkorelasi

mikron, berwarna putih ke abu-abuan dan atau terdapat hubungan yang signifikasi.
rongga mulut tidak kelihatan sempurna. Adanya hubungan parasit pada tanah

Sebaran cacing tambang sangat luas ke seluruh dengan parasit pada kuku petani kemungkinan

dunia, terutama daerah tropis dan subtropis karena kebiasaan petani Sumber Urip 1 yang

yang bersuhu panas dan mempunyai tidak menggunakan sarung tangan pada saat

kelembaban yang tinggi (Soedarto, 2011). mengolah tanah pertanian, mencuci tangan
Cacing tambang merupakan salah satu tidak menggunakan sabun, pengetahuan petani
jenis Soil Transmitted Helminths yang dapat tentang infeksi parasit atau cacing yang kurang

dengan mudah menginfeksi inangnya karena dan penggunaan pupuk dari kotoran ternah

selain telur, bentuk larva infektif dapat sebagai penyubur tanah.

memasuki tubuh inang secara aktif (Hairani, Pencemaran tanah merupakan penyebab
2015). Telur ataupun larva cacing sering kali terjadinya transmisi telur cacing dari tanah

terselip pada kuku yang kotor. Kondisi ini kepada manusia melalui tangan atau kuku

sering terjadi pada anak yang sering bermain yang mengandung telur cacing, lalu masuk ke

ditanah serta pada orang dewasa yang bekerja mulut bersama makanan. Adanya lahan
dikebun atau disawah. Penularan infeksi pertanian/perkebunan, kebiasaan penduduk
cacingan bisa saja melalui kuku jari tangan dan pekerjaan penduduk dapat menjadi faktor

yang panjang yang kemungkinan terselip telur risiko kejadian infeksi cacing tambang pada
cacing dan nantinya bisa tertelan ketika makan manusia. Larva cacing tambang dapat tumbuh
(Irawati, 2013). dan berkembang dengan sangat baik pada
tanah gembur disebabkan pada tanah gembur
larva tersebut dapat dengan leluasa mengambil bahwa ada hubungan kebiasaan mencuci
oksigen dibandingkan jika berada di tanah liat. tangan dengan sabun antiseptik dengan
Penggunaan pupuk kandang yang kejadian cacingan. Hanidy dan Fitri (2012)
mengandung telur cacing pada lahan menunjukkan bahwa ada hubungan kebiasaan
perkebunan kemungkinan menyebabkan cuci tangan terhadap infeksi kecacingan.
kontaminasi tanah perkebunan oleh cacing Infeksi kecacingan dapat dipengaruhi oleh
tambang maupun jenis cacing lainnya higiene perorangan seperti kebersihan tangan
(Hairani, 2015). dan kuku. Infeksi cacingan kebanyakan
Gejala infeksi cacing tambang dapat ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku
disebabkan oleh larva maupun cacing jemari tangan yang kotor dan panjang sering
dewasanya. Sesuai dengan tempat tersimpan telur cacing. Sejalan dengan teori
predileksinya, cacing tambang dapat hidup di yang dikemukakan Entjang (2003),
rongga usus halus. Cacing tambang dewasa Kebanyakan penyakit cacing ditularkan
menyebabkan kehilangan darah secara melalui tangan dan kaki yang kotor serta kuku
perlahan-lahan. Hal tersebut disebabkan yang panjang terselip oleh telur cacing
karena cacing dewasa dapat menghisap darah (Jusuf,dkk. 2013).
0,2-0,3 cc setiap harinya. Sehingga pada Kebersihan diri yang kurang terutama
infeksi yang kronis dapat menyebabkan kebiasaan defekasi dan sanitasi, status sosial-
anemia progesif, hipokromik mikrositter dan ekonomi renda, kurangnya tingkat pendidikan
defisiensi besi. Hb dapat turun hingga 2 gr %. merupakan faktor resiko terjadinya infeksi
Selain itu jika keadaan semakin buruk dapat cacing tambang. Perbaikan sanitasi,
menyebabkan sesak nafas, mudah lelah, kebersihan dan kemoterapi telah membuat
pusing hingga kelemahan jantung. Larva infestasi cacing tambang jarang ditemukan
cacing tambang dapat menembus kulit dan pada Negara maju, tetapi masih menjadi
dapat menimbulkan rasa gatal (ground itch). endemik di dunia (Ahmad, 2014). Infeksi
Larva cacing tambang juga dapat bermigrasi cacing tambang dapat dicegah dengan
ke paru dan menimbulkan pneumonitis. memberikan obat cacing kepada penderita dan
Infeksi A.duodenale lebih berat dari pada sebaiknya juga dilakukan pengobatan masal
infeksi yang disebabkan oleh N.americanus pada seluruh penduduk di daerah endemis.
(Noviastuti, 2015). Pendidikan kesehatan diberikan kepada
Dari penelitian Rahmawati (2009) penduduk untuk membuat jamban yang baik
menunjukkan bahwa ada hubungan yang untuk mencegah pencemaran tanah, dan jika
signifikan antara memotong kuku seminggu berjalan di tanah selalu menggunakan alas
sekali pemakaian alas kaki, cuci tangan kaki untuk mencegah terjadinya infeksi pada
sebelum makan dan kebiasaan mencuci kaki kulit oleh larva filarifom cacing tambang
dengan kejadian kecacingan. Demikian halnya (Soedarto, 2011).
dengan Siregar Irham (2013) menujukkan
Keterbatasan Penelitian adanya larva cacing tambang dan telur
Dalam penelitian ini peneliti melakukan cacing gelang.
identifikasi kontaminasi parasit pada sampel 2. Hasil identifikasi parasit pada 18 sampel
tanah dan sampel kuku petani yang dilakukan kuku petani yang positif terdapat parasit 11
hanya dengan satu kali uji tanpa dilakukan sampel dengan presentase 61.6 % dan yang
pengulangan, yang dimana semestinya uji negatif terdapat parasit 7 sampel dengan
laboratorium tidak dilakukan hanya satu kali presentase 38.9 %. Hasil identifikasi positif
saja tetapi dilakukan lebih dari satu kali agar parasit pada 11 sampel kuku petani
bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal ditemukan adanya larva cacing tambang.
lagi. 3. Karakteristik petani Sumber Urip 1 Desa
Pada saat pengambilan sampel tanah Wonorejo keseluruhan merupakan laki-laki
dan kuku petani, peneliti tidak bertemu secara dengan presentase 100% dengan usia
langsung dengan seluruh responden anggota petani sebagain besar adalah 40 –
dikarenakan pada saat pengambilan sampel 50 Tahun dengan presentase 44.4 % serta
tanah responden tidak berada dilahan pertanian pendidikan sebagain besar anggota petani
dan pada saat pengambilan sampel kuku berpendidikan SD dengan presentase 38.9
responden tidak berada dirumah sehingga % dan masa kerja anggota petani adalah >
sampel kuku dikumpulkan kepada ketua 10 Tahun dengan presentase 100 %.
kelompok tani. 4. Hasil uji korelasi pearson pada sampel
Selain itu penelitian ini hanya dilakukan tanah dan sampel kuku petani didapatkan
pada satu kelompok petani saja tanpa hasil signifikan yang dimana parasit di
melakukan perbandingan dengan kelompok tanah denga parasit pada kuku petani
petani yang lain. Semestinya dilakukan Sumber Urip 1 Desa Wonorejo terdapat
perbandingan antara satu kelompok petani hubungan.
dengan kelompok petani yang lainnya agar
SARAN
kita bisa mengetahui apakah hasil yang
didapatkan dari satu kelompok petani dengan 1. Bagi petani Sumber Urip 1 Desa Wonorejo
kelompok petani yang lainnya itu sama atau perlu menggunakan sarung tangan dan alas
justru ada perbedaan. kaki berupa sepatu pada saat mengolah
lahan pertanian, mencuci tangan
KESIMPULAN
menggunakan sabun dan bagian kuku
1. Hasil identifikasi parasit pada 18 sampel
disikat agar kotoran yang menempel hilang,
tanah yang positif terdapat parasit 12
dan mengkonsumsi obat cacing.
sampel dengan presentase 66.7 % dan yang
2. Bagi Dinas Kesehatan agar melakukan
negatif terdapat parasit 6 sampel dengan
penyuluhan atau memberikan informasi
presentase 33.9 %. Hasil identifikasi positif
kepada petani yang berada di Desa
parasit pada 12 sampel tanah ditemukan
Wonorejo mengenai manfaat penggunaan
alat pelindung diri pada saat berkerja dan Desa Waiheru Kecamatan
Baguala Kota Ambon. Bagian
kebersihan diri pada saat bekerja sehingga
Kesehatan Lingkungan FKM
mereka dapat terhindar dari penyakit salah Universitas Hasanuddin
Noviastuti. 2015. Infeksi Soil Transmitted
satunya penyakit akibat parasit.
Helminths. Majority , Volume
4 Nomor 8, November 2015
DAFTAR PUSTAKA ,107.
Rahmawati S, L. 2009. Hubungan Antara
Depertemen Kesehatan RI. 2010. Profil Sanitasi Lingkungan Rumah
Kesehatan Indonesia. Depkes dan Praktek Kebersihan Diri
RI. Jakarta Dengan Kejadian Kecacinga
Ditjen PP & PL. 2009. Pedoman (studi kasus pada murid SD
Pengendalian Kecacingan. negeri Asinan 01 Desa Asinan
Kemenkes RI.Jakarta kecamatan Bawen kabupaten
. 2012. Profil Pengendalian Semarang). Universitas
Penyakit dan Penyehatan Diponegoro, Semaran
Lingkungan. Kemenkes RI Siregar. 2013. Hubungan Personal Hygiene
Entjang. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Dengan Penyakit Cacing (Soil
untuk Akademi Keperawatan Transmitted Helminth) Pada
dan Sekolah Tenaga Pekerja Tanaman Kota
Kesehatan yang Sederajat, PT. Pekanbaru. Pusat Penelitian
Citra Aditya Bakti, Bandung Lingkungan Hidup Universitas
Gulton. 2018. Hubungan Kebiasaan Riau.
Penggunaan Alat Pelindung Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi
Diri (Apd) Dan Personal
Hygiene Dengan Kejadian Kedokteran. Jakarta
Infeksi Kecacingan Pada
Petugas Sampah Di Kota
Medan Tahun 2017. Skripsi
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan 2018
Hanidy dan Fitri. 2012. Analisis Faktor-
Faktor Resiko Infeksi
Kecacingan Murid Sekolah
Dasar di Kecematan Angkola
Timur Kabupaten Tapanuli
Selatan Tahun 2012.
Universitas Sriwijaya
Irawati. 2013. Hubungan Personal hygiene
Dengan Cacingan Pada Anak
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tamangapa Antang Makassar.
Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
2013 . http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/3102/1/Irawati.
pdf
Jusuf, Ruslan, dan Makmur. 2013. Gambaran
Parasit Soil Transmitted
Helminths Dan Tingkat
Pengetahuan, Sikap Serta
Tindakan Petani Sayur Di

Anda mungkin juga menyukai