Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nofia Dwi Sartika

Nim: 121811014

Mk : HIV AIDS

Prodi : s1 keperawatan

Askep Pasien arv Dan Peran Perawat Dalam Meningkatkan Adherence

A. DEFINISI

Terapi antiretroviral (ART) adalah kombinasi dari beberapa obat antiretroviral

yang digunakan untuk memperlambat HIV berkembang biak dan menyebar di dalam

tubuh. Obat antiretroviral sendiri adalah pengobatan untuk perawatan infeksi oleh

retrovirus, terutama HIV.

Tujuan terapi antiretroviral adalah untuk mengurangi jumlah virus HIV dalam

tubuh hingga ke tingkat yang tidak lagi dapat terdeteksi dengan tes darah. Meski begitu,

terapi antiretroviral ini harus dijalani seumur hidup.

Obat-obatan antiretroviral yang sering digunakan untuk mengobati HIV adalah:

1. Nucleoside / nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTIs), juga disebut

analog nukleosida, seperti abacavir, emtricitabine, dan tenofovir. Obat-obatan ini

sering dikombinasikan untuk hasil terbaik.

2. Nonnucleoside terbalik transcriptase inhibitor (NNRTI), seperti efavirenz,

etravirine, dan nevirapine.

1
3. rotease inhibitor (PI), seperti atazanavir, darunavir, dan ritonavir.

4. ntry Inhibitors (EI), seperti enfuvirtide dan Maraviroc. Integrase Inhibitors (II),

dolutegravir and Raltegrav

5. ntegrase Inhibitors (II), dolutegravir and Raltegravir.

B. ASKEP PENATALAKSANAAN PADA ARV

HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan

terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada pasien

untuk menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan mengurangi terjadinya

infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan. ARV tidak

menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan

memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas

golongan seperti nukleoside reverse transcripetase inhibitor, non-nucleotide reverse

transciptase inhibitor dan protease.

1. Tujuan pemberian ARV

ARV diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan tujuan untuk :

a. Menghentikan replikasi HIV.

b. Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadi infeksi oportunistik.

c. Memperbaiki kualitas hidup.

d. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV.

2. Jenis obat-obatan ARV

a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)

b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)

2
c. non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).

d. Protease inhibitor

e. Fusion inhibitor

3. Efek samping ARV

Hingga saat ini, ada lebih dari 40 jenis obat ARV, untuk menangani infeksi HIV.

Walau tidak dapat menyembuhkan, ARV dapat menekan jumlah virus di tubuh Anda,

serta melindungi sel yang menjadi target HIV. Seperti obat lain pada umumnya, ARV juga

memiliki beberapa efek samping, namun tetap bisa ditangani. Berikut ini beberapa efek

samping ARV, yang mungkin akan dirasakan oleh penderita infeksi HIV.

1. Penurunan nafsu makan

2. Mengalami kondisi lipodistrofi

3. Diare

4. Kelelahan

5. Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida

6. Mual dan muntah-muntah

7. Gangguan mental (perubahan suasana hati, gangguan kecemasan, kondisi

depresi)

8. Ruam di kulit

9. Sulit tidur

3
Efek samping ARV dalam jangka panjang

Efek samping ARV di atas umumnya termasuk sebagai dampak jangka pendek.

Selain efek jangka pendek, ada beberapa efek samping ARV, dalam jangka panjang.

Beberapa efek jangka panjang obat ARV yakni:

1. Penyakit organ hati

2. Gangguan ginjal

3. Kondisi osteoporosis

4. Gangguan pada saraf

5. Penyakit jantung

6. Naiknya kadar lemak di dalam darah

7. Penyakit diabetes

8. Insomnia

9. Depresi

C. PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN ADHERENCE

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat dipengaruhi oleh

keadaan sosial baik dari profesi perawatn maupun dari luar profesi keperawatan yang

bersifat konstan.

Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana pasien

mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya karena mematuhi

perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih meningkatkan tingkat

4
kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan harus selalu dipantau dan dievaluasi

secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan terapi ARV sering diakibatkan oleh

ketidak-patuhan pasien mengkonsumsi ARV.

Kepatuhan adalah istilah yang digunakan utnuk menggambarkan perilaku pasien

dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya. Supaya patuh,

pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum obat atau tidak. Kepatuhan ini amat

penting dalam penatalaksaan ART, karena:

a. Bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan memungkinkan

berkembangnya resistensi.

b. Minum dosis obat tepat waktu dan meminumnya secara benar.

c. Derajat kepatuhan sangat berkolerasi dengan keberhasilan dalam mempertahankan

supresi virus.

Terdapat kolerasi positif antara kepatuhan dengan keberhasilan, dan HAART

sangat efektif bila diminum sesuai aturan. Hal ini berkaitan dengan.

a. Resistensi obat.

b. Menekan virus secara terus menerus.

c. Kiat penting untuk mengingat minum obat.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau faktor prediksi kepatuhan:

a. Karakteristik Pasien.

b. Paduan terapi ARV.

c. Karakteristik penyakit penyerta.

d. Hubungan pasien-tenaga kesehatan.

5
2. Kesiapan Pasien Sebelum Memulai Terapi ARV

Menelaah kesiapan pasien untuk terapi ARV. Mempersiapan pasien untuk memulai

terapi ARV dapat dilakukan dengan cara:

a. Mengutamakan manfaat minum obat daripada membuat pasien takut minum

obat dengan semua kemunginan efek samping dan kegagalan pengobatan.

b. Membantu pasien agar mampu memenuhi janji berkunjung ke klinik

c. Mampu minum obat profilaksis IO secara teratur dan tidak terlewatkan

d. Mampu menyelesaikan terapi TB dengan sempurna.

e. Mengingatkan pasien bahwa terapi harus dijalani seumur hidupnya.

f. Jelaskan bahwa waktu makan obat adalah sangat penting, yaitu kalau dikatakan

dua kali sehari berarti harus ditelan setiap 12 jam.

g. Membantu pasien mengenai cara minum obat dengan menyesuaikan kondisi pasien

baik kultur, ekonomi, kebiasaan hidup (contohnya jika perlu disertai dengan banyak

minum wajib menanyakan sumber air, dll).

h. Membantu pasien mengerti efek samping dari setiap obat tanpa membuat pasien

takut terhadap pasien, ingatkan bahwa semua obatmempunyai efek samping untuk

menetralkan ketakutan terhadap ARV.

i. Tekankan bahwa meskipun sudah menjalani terapi ARV harus tetap menggunakan

kondom ketika melakukan aktifitas seksual atau menggunakan alat suntik steril bagi

para penasun.

k. Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi dengan obat ARV

yang diminumnya.

l. Menanyakan cara yang terbaik untuk menghubungi pasien agar dapat memenuhi

6
janji/jadwal berkunjung.

m. Membantu pasien dalam menemukan solusi penyebab ketidak patuhan tanpa

menyalahkan pasien atau memarahi pasien jika lupa minum obat.

n. Mengevaluasi sistem internal rumah sakit dan etika petugas dan aspek lain diluar

pasien sebagai bagian dari prosedur tetap untuk evaluasi ketidak patuhan pasien.

3. Unsur Konseling untuk Kepatuhan Berobat

a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien

b. Memberikan informasi yang benar dan mengutamakan manfaat postif dari ARV

c. Mendorong keterlibatan kelompok dukungan sebaya dan membantu menemukan

seseorang sebagai pendukung berobat

d. Mengembangkan rencana terapi secara individual yang sesuai dengan gaya hidup

sehari-hari pasien dan temukan cara yang dapat digunakan sebagai pengingat

minum obat

e. Paduan obat ARV harus disederhanakan untuk mengurangi jumlah pil yang harus

diminum dan frekuensinya (dosis sekali sehari atau dua kali sehari), dan

meminimalkan efek samping obat.

f. Penyelesaian masalah kepatuhan yang tidak optimum adalah tergantung dari faktor

penyebabnya.

4. Monitoring

a. Monitoring berkala.

b. Monitoring klinis.

c. Pemeriksaan laboratorium dasar

d. Monitoring efektivitas

7
8

Anda mungkin juga menyukai