Anda di halaman 1dari 8

Nama Peserta: dr.

Fitria Wahyuningsih
Nama wahana: RSUD Bangkinang
Topik: Sirosis Hepatis
Tanggal (kasus): 17 September 2018
Nama Pasien: Tn. D No RM: 170108
Tanggal Presentasi: 18 Oktober 2018 Nama Pendamping: dr. Nur Aisyah,
M.Kes
Tempat Presentasi: RSUD Bangkinang
Objektif Presentasi:
 Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan
Pustaka
 Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja  Dewasa □ Lansia □ Bumil
Deskripsi:
Pasien laki – laki 51 tahun, datang dengan keluhan muntah darah
Tujuan:
 Mendiagnosa Sirosis Hepatis
 Mengetahui tatalaksana awal
Bahan Bahasan:  Tinjauan □ Riset  Kasus □ Audit
Pusataka
Cara Membahas: □ Diskusi  Presentasi dan □ Email □ Pos
diskusi
Data Pasien: Nama: Tn. D Nomor registrasi: 170108
Nama Klinik: IGD RSUD Telp: Terdaftar Sejak: 17 September
Bangkinang 2018
Data Utama untuk Bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Bangkinang dengan keluhan muntah darah sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. 2 tahun SMRS pasien mengeluh nyeri perut kanan
atas. Nyeri dirasakan terus menerus, tidak menjalar dan disertai demam. Pasien
mengeluh badan terasa lemas dan nafsu makan menurun, mata kuning, telapak tangan
dan kaki menguning. Pasien berobat ke rumah sakit dan dinyatakan sakit liver.
1 hari SMRS pasien muntah darah sebanyak 3 kali berwarna merah kehitaman dengan
volume 1 gelas. Pasien juga mengeluh BAB berwarna hitam seperti aspal dan encer.
Pasien merasa perut semakin membesar. BAK pasien berwarna kuning kecoklatan.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien saat ini tidak dalam masa pengobatan
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
2 tahun yang lalu pasien dirawat dirumah sakit dan dinyatakan sakit liver.
4. Riwayat Keluarga:
Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit menular, keturunan atau
kejiwaan.
5. Riwayat Pekerjaan:
bekerja sebagai kuli bangunan, riwayat kebiasaan merokok dan minum alkohol
ada.
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN,
PEKERJAAN):
Baik
Status Generalisata :
Keadaan Umum: tampak sakit sedang, kesadaran: composmentis
TD: 120/70 mmHg HR: 94 x/i, RR: 20 x/i, T: 38,3 0C, BB: 50 Kg, TB: 160 cm
 Kepala: normocephali
 Wajah: dalam batas normal
 Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+), pupil isokor ø 2mm = 2mm,
reflex cahaya (+/+) normal, nistagmus (-)
 Mulut: dalam batas normal
 Thoraks: Paru: Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus simetris
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
 Jantung: dalam batas normal
 Abdomen: Inspeksi : Bentuk cembung, skar (-), kolateral vein (+)
Palpasi : nyeri tekan (+) pada epigastrium, pembesaran hepar (-),
lien teraba pada schuffner 2
Perkusi : shifting dullness (+)
Auskultasi : BU menurun 5x/menit
 Ekstremitas Superior:
 Akral hangat, tampak pucat, kelemahan anggota gerak (-), CRT < 2”, edema
(+)
 Ekstremitas Inferior:
 Akral hangat, tampak pucat, kelemahan anggota gerak (-), CRT < 2”, edema
(+)
Hasil Pembelajaran:
1. Pemeriksaan klinis pada pasien Sirosis Hepatis
2. Penegakan diagnosis Sirosis Hepatis
3. Penatalaksanaan Sirosis Hepatis
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Primary Survey
A : Airway clear, Snoring (-), Gargling (-), Stridor (-)
B : RR = 20x/menit, suara nafas vesikuler
C : HR = 94x/menit reguler, akral hangat, CRT <2”
D : Alert
2. Subjektif
Pasien laki- laki umur 51 tahun, datang ke IGD RSUD Bangkinang pada tanggal 17
September 2018 dengan:
Keluhan Utama: muntah darah sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Bangkinang dengan keluhan muntah darah sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. 2 tahun SMRS pasien mengeluh nyeri perut kanan
atas. Nyeri dirasakan terus menerus, tidak menjalar dan disertai demam. Pasien
mengeluh badan terasa lemas dan nafsu makan menurun, mata kuning, telapak tangan
dan kaki menguning. Pasien berobat ke rumah sakit dan dinyatakan sakit liver.
1 hari SMRS pasien muntah darah sebanyak 3 kali berwarna merah kehitaman dengan
volume 1 gelas. Pasien juga mengeluh BAB berwarna hitam seperti aspal dan encer.
Pasien merasa perut semakin membesar. BAK pasien berwarna kuning kecoklatan.
Riwayat Pasien Terdahulu :
- Sakit liver 2 tahun yang lalu
Menurut Literatur :
Anamnesis pada pasien ini didapatkan keluhan berupa muntah darah sejak 1
hari SMRS. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa gejala tersebut
dapat ditegakkan diagnosis pasien adalah sirosis hepatis stadium dekompensata. Pada
stadium awal (kompensata), dimana kompensasi tubuh terhadap kerusakan hati masih
baik, sirosis seringkali muncul tanpa gejala sehingga sering ditemukan pada waktu
pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala-gejala awal sirosis meliputi
perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung,
mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan
dada membesar, serta hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut, (berkembang
menjadi sirosis dekompensata) gejala-gejala akan menjadi lebih menonjol terutama bila
timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta. Selain itu, dapat pula disertai
dengan gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid,
ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, hematemesis, melena, serta
perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai
koma.
Pada kasus ini, berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan, didapatkan
beberapa gejala yang dapat mengarah pada keluhan yang sering didapat pada sirosis
hati yaitu lemas pada seluruh tubuh, mual dan muntah yang disertai penurunan nafsu
makan dan berat badan yang menurun. Selain itu, ditemukan juga beberapa keluhan
yang terkait dengan kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta, diantaranya perut yang
membesar (asites), air kencing yang berwarna seperti teh pekat, ikterus pada kedua
mata dan kulit, melena dan pemeriksaan penunjang USG abdomen didapatkan kesan
sirosis hepatis dan asites.
3. Objektif
Status Generalisata :
Keadaan Umum: tampak sakit sedang, kesadaran: composmentis
TD: 120/70 mmHg HR: 94x/i, RR: 20 x/i, T: 38,3,1 0C, BB: 50 Kg
 Kepala: normocephali
 Wajah: dalam batas normal(-)
 Mata: konjungtivaa nemis (+/+), sklera ikterik (+/+), pupil isokor ø 2mm = 2mm,
reflex cahaya (+/+) normal, nistagmus (-)
 Mulut: dalam batas normal
 Thoraks: Paru: Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris,
Palpasi : Vokal fremitus simetris
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
 Jantung: dalam batas normal
 Abdomen: Inspeksi : Bentuk cembung, skar (-), kolateral vein (+)
Palpasi : nyeri tekan (+) pada epigastrium, pembesaran hepar (-),
lien teraba pada schuffner 2
Perkusi : shifting dullness (+)
Auskultasi : BU menurun 5x/menit
 Ekstremitas Superior:
 Akral hangat, kelemahan anggota gerak (-), CRT < 2”, edema (+)
 Ekstremitas Inferior:
 Akral hangat, kelemahan anggota gerak (-), CRT <2”, edema (+)

Hasil Laboratorium : tanggal 17 Oktober 2018


Pemeriksaan Darah

Hemoglobin : 6,6 gr/dl

Hematokrit : 22 %

Leukosit : 8.000 / mm3

Trombosit : 66.000 / mm3

GDS : 124 mg/dl

SGOT : 57 U/L

SGPT : 39 U/L

Ureum : 50 mg/dl

Kreatinin : 0,6 mg/dl

HbsAg : reaktif
Menurut Literatur :
Dari pemeriksaan fisik didapatkan perut yang membesar dan dinamakan asites.
Asites merupakan penimbunan cairan secara abnormal di rongga perioteneum. Asites
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Asites yang berhubungan dengan sirosis
hepatis terjadi melalui mekanisme transudasi yaitu terjadi akibat volume cairan plasma
yang menurun akibat hipertensi porta dan hipoalbuminemia. Hipertensi porta akan
meningkatkan tekanan hidrostatik venosa ditambah hipoalbuminemia akan
menyebabkan transudasi sehingga cairan intravascular menurun. Pada kasus ini terjadi
penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum (asites) dilihat dengan adanya keluhan
perut yang membesar dan ditandai dengan shifting dullness yang positif.
Melena merupakan menifestasi klinik baik dari perdarahan saluran cerna atas
mapun saluran cerna bawah. Pada kasus sirosis hepatis melena dan menifestasi
perdarahan saluran cerna disebabkan oleh pecahnya varises eosofagus (62%), ulkus
peptikum (18%) dan erosi lambung (5%). Hati selain salah satu organ ditubuh terbesar
juga mempunyai fungsi yang terbanyak. Salah satu fungsi hati adalah mensintesis
albumin dan komponen penunjang pembentukan sel darah merah di hati. Pada pasien
dengan sirosis hepatis akan terjadi penurunan produksi albumin dan komponen
penunjang sel darah merah akibatnya kerusakan sel-sel parenkim hati sehingga dapat
terjadi hipoalbuminemia dan anemia.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperiksa tes fungsi hati yang meliputi
aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil transpeptidase, bilirubin, albumin,
dan waktu protombin. Nilai aspartat aminotransferase (AST) atau serum glutamil
oksaloasetat transaminase (SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT) atau serum
glutamil piruvat transaminase (SGPT) dapat menunjukan peningkatan. AST biasanya
lebih meningkat dibandingkan dengan ALT, namun bila nilai transaminase normal
tetap tidak menyingkirkan kecurigaan adanya sirosis.
4. Assessment
Keluhan yang di temukan pada pasien :
Berdasarkan anamnesa:
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Bangkinang dengan keluhan muntah darah sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. 2 tahun SMRS pasien mengeluh nyeri perut kanan
atas. Nyeri dirasakan terus menerus, tidak menjalar dan disertai demam. Pasien
mengeluh badan terasa lemas dan nafsu makan menurun, mata kuning, telapak tangan
dan kaki menguning. Pasien berobat ke rumah sakit dan dinyatakan sakit liver. 1 hari
SMRS pasien muntah darah sebanyak 3 kali berwarna merah kehitaman dengan
volume 1 gelas. Pasien juga mengeluh BAB berwarna hitam seperti aspal dan encer.
Pasien merasa perut semakin membesar. BAK pasien berwarna kuning kecoklatan.
Berdasarkan Pemeriksaan Lokalisata:
Didapatkan hasil postif pada Konjungtiva anemis, sklera ikterik, Perut cembung,
kolateral vein, nyeri tekan pada epigastrium, shifting dullness dan bising usus menurun
5x/menit serta edema ekstremitas.
Dengan demikian berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
pada pasien, serta merujuk pada teori yang ada, maka ditegakkan diagnosis pasien ini
adalah sirosis hepatis.
 Plan :
 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm.
 Transfusi PRC 2 pack.
 Spironolakton 1 x 100 mg
 Inj asam traneksamat 3x1 amp
 Curcuma 3 x 1
 Omeprazol 2 x 1
 Inj. Vit K 1 x 1
 Sistenol 3x1

Edukasi :
- Pasien di rawat inap
- Bed rest
- Diet makanan cair rendah garam (5,2 gram/hari) dan protein (1,5g/KgBB/hari)
Penatalaksanaan sirosis hepatis berdasarkan literatur:
Penatalaksanaan kasus sirosis hepatis dipengaruhi oleh etiologi dari sirosis
hepatis. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi progresifitas dari penyakit.
Menghindarkan bahan-bahan yang dapat menambah kerusakaan hati, pencegahan dan
penanganan komplikasi merupakan prinsip dasar penanganan kasus sirosis.
Pada kasus sirosis hepatis pasien diberikan diet cair tanpa protein, rendah
garam, serta pembatasan jumlah cairan kurang lebih 1 liter per hari. Jumlah kalori
harian dapat diberikan sebanyak 2000-3000 kkal/hari. Diet protein tidak diberikan pada
pasien yang mengalami ensepalopati hepatikum, sehingga pemberian protein yang
dapat dipecah menjadi amonia di dalam tubuh dikurangi.
Pembatasan pemberian garam juga dilakukan agar gejala ascites yang dialami
pasein tidak memberat. Diet cair dapat diberikan pada pasien yang mengalami
perdarahan saluran cerna. Hal ini dilakukan karena salah satu faktor resiko yang dapat
menyebabkan pecahnya varises adalah makanan yang keras dan mengandung banyak
serat.
Daftar Pustaka :
1. David C Wolf. 2012. Cirrhosis. http://emedicine.medscape.com/article/ 185856-
overview#showall .
2. Robert S. Rahimi, Don C. Rockey. Complications of Cirrhosis. Curr Opin
Gastroenterol. 2012. 28(3):223-229.
3. Guadalupe Garcia-Tsao. Prevention and Management of Gastroesophageal
Varices and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. Am J Gastroenterol. 2007.
102:2086–2102.
4. Siti Nurdjanah. Sirosis Hepatis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I,
Simadibrata MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th ed.
Jakarta; Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.
2009. Page 668-673.

Anda mungkin juga menyukai