Anda di halaman 1dari 2

Salah satu tokoh tercela dalam panggung sejarah kehidupan yang terabadikan dalam al Qur'an

adalah Abu Lahab, dinobatkan sebagai penentang keras terhadap dakwah Nabi Muhammad saw,
ia termasuk masih kerabat sendiri, secara nasab Abu Lahab adalah pamannya sendiri atau
saudara dari ayah Nabi Muhammad saw yaitu Abdullah. Tidak seperti paman lainnya yang justru
membantu dan melindungi seperti Hamzah ra. Abu Lahab berbeda dengan Abu Lahab plus
isterinya.

Abu Lahab adalah nama julukan (alam laqab) nama aslinya adalah Abdul ‘Uzza bin Abdul
Muthalib, masih sedarah dengan Ayahanda Nabi Muhammad saw itu sendiri yaitu Abdullah. Ia
tergolong tokoh kaum kafir Quraisy yang sangat disegani dan ditakutim sebagai pelajaran bagi
ummat ummat setelahnya karena saking istimewa buruknya ia hingga diceritakan dalam satu
surat penuh.

َ ‫ َما َأ ْغنَى َع ْنهُ َمالُهُ َو َما َك َس‬. َّ‫ب َوتَب‬


‫ب‬ ٍ َ‫َّت يَدَا َأبِي لَه‬
ْ ‫تَب‬

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah
kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.

Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan ‘kedua tangan’ Abu Lahab, isyarat bahwa totalitas yang
dilakukan oleh Abu Lahab dalam menentang dakwah Nabi saw berakibat sedikitpun amal
perbuatannya tidak bermanfaat bagi dirinya di dunia dan masa depan akhiratnya. Isterinya se-ide
dengan Abu lahab, tugas isterinya sebagai pihak penyebar isu dan fitnah yang dilancarkan
kepada dakwah islamiyah, hakekatnya bukan menolong melainkan justru memperbesar kobaran
api neraka jahannam yang akan membakar Abu Lahab termasuk diri isterinya sendiri.

Lebih jauh bila kita lihat perdalam diksi aghna yang disebut dalam bentuk kata kerja lampau
memberikan pengertian, Abu Lahab tidak butuh pertolongan yang bisa menyelamatkan karena
akan sia sia, saking dengki dan durhaka -nya dalam menentang ajaran tauhid yang disebarkan
oleh pasangan keluarga pamannya itu.

Siksa pedih yang diterima sangat mengerihkan, sebagaimana firman Allah dalam ayat
selanjutnya: “Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya,
pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS. al-Lahab: 3-5), isteri yang
semestinya menjadi belahan jiwa, kepadanya apapun rela dikorbankan, justru digambarkan
sebagai seorang istri yang tersiksa bersama sama, sama sekali harta dan usahanya tidak berguna,
bahkan sang isteri seolah memperbesar kobaran api neraka, laksana pembawa kayu bakar yang
menuangkan ke dalam nyala api yang sedang sengit-sengitnya.
Tidak hanya itu, isteri Abu Lahab nama aslinya adalah Arwa justru malah dihinakan dengan
memakai kalung dari sabut, sejenis tali kuat yang dipakai orang Yaman. Keadaan ini
mengesankan adanya penistaan keadaan dari semestinya. Wajarnya leher menjadi tempat
perhiasan sejenis emas atau berlian, sebagai bentuk penghinaan siksanya, justru leher isterinya
dikalungi sejenis tali saja yang kuat mencekik leher.

Surat al-Lahab sedemikian istimewa dalam menggambarkan dahsatnya siksa Abu Lahab, kalau
kita cermati, kedua tokoh pelaku dalam surat al-Lahab tidak disebutkan nama aslinya, menurut
Mutawalli Sya’rawi, bila sebuah tokoh nama aslinya memberikan isyarat kemungkinan adanya
pengulangan dalam sejarah-sejarah hidup berikutnya. Atas dasar pijakan pendapat tersebut, kita
mesti mengambil pelajaran dan mengantisipasi sejak dini agar tidak terjebak dengan sifat
identiknya Abu Lahab.

Latar belakang turunnya surat al-Lahab (asbabun nuzul), suatu hari di waktu pagi di dekat bukit
Shafa, Rasulullah saw mengumpulkan orang banyak, kemudian berkata:”Seandainya aku
menyampaikan kepadamu bahwa akan ada musuh yang menyerang di pagi atau sore hari, apakah
kamu akan mempercayaiku?”, mereka menjawab:”Kami tidak pernah mengetahui kamu
berbohong.” Nabi kemudian menjelaskan tentang ancaman hari akhir, spontan Abu Lahab
berkata:”binasalah engkau sepanjang hari!, Apakah untuk itu engkau mengumpulkan kami.
(Tafsir Al Mishbah: XV, 2007) Kemudian turunlah surat al-Lahab.

Dahsyatnya siksa Abu Lahab sebagai penentang ajaran tauhid terlihat nyata dipenghujung
hayatnya, ia meniggal diserang penyakit lepra, hingga tiga hari mayatnya tidak ada satupun yang
berani menguburkannya karena takut tertulari penyakitnya, kemudian mereka sepakat dengan
kayu panjang mendorong mayat Abu Lahab ke liang kuburnya. Sungguh sebuah pelajaran
berharga bagi kita yang membaca dan memahami al Qur'an secara mendalam.

Anda mungkin juga menyukai