Anda di halaman 1dari 3

Benarkah Abu Thalib Kafir?

OPINI | 26 June 2012 | 11:26

Dibaca: 1143

Komentar: 45

13 bermanfaat

Abu Thalib Ibn Abdul Muthalib (Wafat 3 SH, nama sebenarnya adalah Abdu Manaf bin
Abdul Muthalib bin Hasyim, sedang Abu Thalib adalah nama Panggilan yang berasal dari
putra pertamanya yaitu Thalib. Abu Thalib adalah paman dan ayah asuh dari Nabi
Muhammad Saww. Ia juga adalah ayah dari Ali Ibn Abi Thalib.
Abu Thalib telah menerima amanat dari ayahnya Abdul Mutthalib untuk mengasuh Nabi dan
telah dilaksanakan amanat tersebut. Nabi adalah sebaik-baik asuhan dan Abu Thalib adalah
sebaik-baik pengasuh. Abu Thalib membela Nabi dengan jiwa raganya dalam berdakwah.
Ketika Nabi Shallallahu alaihi wassalam dan pengikutnya di hadang di sebuah lembah. Lalu
datanglah Abu Thalib dengan tegar berkata: Kalian tidak akan dapat menyentuh Muhammad
sebelum kalian menguburkanku. Abu Thalib selalu setia mendampingi Nabi. Beliau adalah
orang yang banyak membantu perjuangan dakwah Islam. Abu Thalib ketika mau meninggal
dunia berwasiat kepada keluarganya untuk selalu berada di belakang Nabi dan membelanya
untuk menenangkan dakwahnya.
Dengan reputasinya yang demikian membela dan menyayangi Nabi Saw, tak pelak membuat
sebagian kalangan yang merasa heran bahwa pada akhirnya Abu Thalib wafat dalam keadaan
belum menerima Islam alias kafir. Di kemudian hari keheranan sebagian kalangan ini
menimbulkan gugatan2 terhadap hadist2 yang menyatakan kekafiran Abu Thalib dengan
kembali melakukan kritik terhadap hadist2 tyang menyatakan kekafiran Abu Thalib. Kritik2
tersebut bertambah kencang takkala mendapati kenyataan bahwa Abu Sufyan yang terkenal
sebagai dedengkot kafir Quraisy justru berada di pihak Islam dengan mengucapkan kalimah
syahadat ketika peristiwa futuh Makkah.
Artikel ini bertujuan untuk mendudukan kembali perihal hadist2 tentang kekafiran Abu
Thalib dan disertai dengan kritik2 yang menyertai hadist2 tersebut. Adapun percaya atau
tidaknya, saya mengembalikan kepada Allah Swt semata dan penilaian objektif dari para
pembaca. Berikut di bawah ini hadist2 yang menyatakan kekafiran Abu Thalib beserta
kritikan terhadapnya.
1. Hadist riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Abi Thalib menjelang wafatnya disuruh oleh
Nabi Saw untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun Abu Jahal dan Abdullah Ibn
Umayyah memperingatkan Abi Thalib untuk tetap berpegang teguh pada agama Abdul
Muthalib. Hingga hembusan nafas terakhir, Abi Thalib tidak mengucapkan kalimat syahadat.
Dan Ia wafat sebagai orang yang kafir.
Nabi sangat sedih akan kenyataan tersebut, karenanya Nabi Saw ingin memohon ampunan
bagi Abu Thalib, tetapi turunlah QS: At-Taubah 113 yang melarang Nabi untuk memohonkan
ampunan bagi orang2 musyrik. Nabi ingin sekali Abu Thalib mendapat petunjuk Allah, tetapi
-lagi2- Allah Swt menegurnya melalui QS: Al-Qashash: 56, bahwa Sesungguhnya Engkau
tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang Engkau cintai..
Jawaban:

a. Hadist riwayat Muslim pada sanad pertamanya ialah sahabat Abu Hurairah Ra. Dari
sejarah kita dapat mengetahui bahwa Abu Hurairah masuk Islam pada perang Khaibar dan ini
disepakati oleh para ahli tarikh (sejarah Islam), yaitu pada tahun ke-7 Hijriyyah. Sedangkan
peristiwa Abu Thalib wafat adalah satu atau dua tahun sebelum Rassul Saw hijrah ke
Madinah (sebagai awal dari tahun hijriyyah). Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana Abu
Hurairah dapat meriwayatkan hadist tentang wafatnya Abu Thalib sementara ia tak hadir di
sana?, bahkan jika kita menilik dari bahasa hadist, seakan Ia -Abu Hurairah- turut hadir dan
menyaksikan peristiwa wafatnya Abu Thalib. Bukankah ia belum masuk Islam pada waktu
itu?. Dan ini kejanggalan pertama.
b. Mengenai QS: At-Taubah 113. Para ahli tafsir mengatakan bahwa ayat tersebut termasuk
ayat terakhir yang turun di Madinah. Sementara QS: Al-Qashash turun pada waktu perang
Uhud. Dari sini kita telah mendapatkan kejanggalan, yaitu jarak bertahun2 yang menjadi
selisih antara turunnya kedua ayat tersebut. Jadi ayat tersebut tidak turun pada satu
kesempatan untuk menjelaskan peristiwa yang sama, yaitu wafatnya Abu Thalib.
Kejanggalan ini belum ditambah dengan fakta bahwa QS; At-Taubah: 113, ialah ayat yang
turun di Madinah, sementara Abu Thalib wafat di Makkah (sebelum hijrah). Bukankah suatu
kejanggalan bahwa ayat yang turun di Madinah menjadi penjelasan terhadap peristiwa yang
turun di Makkah?.
2. Hadist Ad-Dhahdah dalam riwayat Bukhari dan Muslim:
Bersumber dari Abdullah bin Al Harits, beliau berkata, Aku mendengar Al Abbas berkata,
Aku bertanya kepada Rasullulah saw., Ya Rasulullah! Abu Thalib dulu merawatmu dan
menolongmu. Lalu apakah itu ada manfaatnya baginya? Rasullulah saw. Bersabda: Ya!
Aku menemukannya berada diluapan neraka, lalu aku mengeluarkannya ke kedangkalan.
Bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa Rasullulah saw. Bersabda: Ahli neraka yang paling
ringan adalah Abu Thalib. Dia memakai sepasang terompah yang menyebabkan otaknya
mendidih.
Jawaban:
Kata dhahdah diterjemahkan sebagai kedangkalan. Dalam kamus bahasa Arab Dhahdhah
diartikan sebagai bagian yang tergenang air di permukaan bumi yang genangannya
mencapai mata kaki.. Kemudian genangan air yang dangkal ini digunakan untuk
menggambarkan permukaan neraka. Coba kita telaah hadis-hadis tadi, secara kritis.
- Jika kita perhatikan orang-orang yang meriwayatkan hadis (rijal), hampir semuanya
termasuk rangkaian para pendusta dan mudallis, atau tidak dikenal. Muslim menerima hadis
ini dari Ibnu Abi Umar yang dinilai para ahli sebagai majhul. Ibnu Abi Umar menerimanya
dari Sufyan al-Tsauri. Syufan disebutkan oleh Al-Dzahabi dalam Mizan al-Itidal sebagai
innahu yudallis wa yaktubu mi al-kadzdzabin, ia melakukan tadlis dan meriwayatkan hadis
dari para pendusta. Syufan menerimanya dari Abdul Malik bin Umayr, yang panjang usianya
dan buruk hafalannya. Kata Abu Hatim: Tidak bisa dipercaya hafalannya. Dengan demikian
hadis ini wajib kita pertanyakan kembali kevaliditasannya.
Dengan mempertimbangkan berbagai kejanggalan2 hadist di seputar wafatnya Abu Thalib
dalam keadaan kafir, seyogyanya kita bersikap menahan diri terhadap pengkafiran diri Abu
Thalib. Terlebih menimbang pada kenyataan bahwa Abi Thalib adalah termasuk dari

sebagian gelintir orang yang membela dakwah Nabi Muhammad Saw pada awal
perkembangan Islam di Makkah. Niscaya tanpa perlindungan dari Abu Thalib, Islam tidak
akan menyebar hingga kita-pun dapat merasakan nikmatnya hidup di bawah panji2 Islam.
Alangkah baiknya bila kita menahan lidah untuk mengkafirkan orang2 yang disayangi oleh
Rassulallah Saw. Saya pribadi sebagai muslim Sunni bersikap untuk menahan diri dan
menyerahkan vonis mengenai Abu Thalib kepada Allah Swt semata, dan seluruhnya kembali
kepada Allah Swt.
Salam;
Selamat menikmati hidangan.
NB: Tadlis: istilah dalam ilmu hadist, yaitu perawi meriwayatkan suatu hadits yang hadits
tersebut tidak pernah didengarnya, tanpa menyebutkan bahwa perawi pernah mendengar
hadits tersebut darinya.

Anda mungkin juga menyukai