Anda di halaman 1dari 5

Pembatalan Piagam

Masa pemboikotan terus berjalan bahkan hingga 3 tahun lamanya bani


hasyim dan bani muthallib merasakan kesulitan yang amat berat terutama kelaparan
yang menimpa mereka dikarnakan bahan pangan yang sulit mereka dapati mulai dari
tolakan kaum quraisy dalam jual beli dengan mereka ataupun harga yang
menjunjung tinggi sehingga mereka tidak sanggup membelinya, sebagaimana yang
mungkin telah dijelaskan pada sub topik 1 ataupun 2. Namun diakhir penderitaan
yang mereka alami sebagian kaum quraisy memulai sebuah gerakan protes atas
perjanjian dzalim yang terdapat pada piagam tersebut, karna pada awalnya kaum
quraisy sendiri terbagi menjadi 2 kelompok, atara yang setuju dengan yang tidak
setuju, dan mereka yang tidak menyetujui berusaha untuk membatalkan piagam
tersebut.
Orang yang memulai pergerakan ini adalah Hisyam bin Amr dari Bani Amir bin
Lu’ay. Selama masa pemboikotan dia biasa berhubungan dengan Bani Hasyim dan
memberikan bantuan berupa pangan kepada mereka dan hal ini terjadi pada malam
hari khawatir akan sergapan Kaum Quraisy.
Hisyam bin Amr memulai pergerakannya dengan mendatangi pemuka-
pemuka. Quraisy lainnya yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Bani Hasyim
dan Bani Muthallib dan mendukungnya, termasuk didalamnya Zuhair bin abu
Umayyah Al-Makhzumi (ibunya adalah Atikah, putri Abdul Muthallib), Al-Muth’im bin
adi, abul Bakhtari bin Hisyam, Zam’ah bin Al-Aswad bin Al-Muthallib bin Asad
berbicara degan mereka dan menyebutkan hubungan kekerabatan yang mereka
miliki, mereka pun berkumpul di suatu tempat terpencil dan bersepakat untuk
membatalkan piagam.
Keesokan harinya mereka pergi ke tempat yang biasa di gunakan untuk
pertemuan, zuhair melakukan thawaf 7x mengelilingi ka’bah dan berdiri menghadap
orang-orang dan mengumumkan sebuah pernyataan untuk membatalkan piagam
tersebut, namun di sela pernyataan tersebut abu jahal yang hadir dalam
perkumpulan itu membantahnya.
Berikut percakapan diantara ke 5 orang yang berusaha membatalkan piagam
dengan Abu Jahal,

___________________________________________________________________
__
Zuhair bin abu Umayyah Al-Makhzumi berkata : “Wahai penduduk mekah,
kita dapat menikmati makanan dan mengenakan pakaian, sementara bani hasyim
binasa, tidak diperkenankan berjual beli. Demi Allah, aku tidak akan duduk kecuali
setelah piagam yang dzalim dan keji itu dirobek.”
Abu jahal yang berada di bagian pojok masjid menimpali: “engkau pendusta!
Demi Allah piagam itu tidak boleh dirobek.”
“engkau lebih pendusta”, kata Zam’ah bin Al-Aswad, “sebenarnya dulu pun
kami tidak rela saat piagam itu ditulis.”
“Benar apa yang dikatakan Zam’ah” kata Abul Bakhtari, “Dulu kami tidak rela
dengan penetapan piagam itu dan kami juga tidak ikut menetapkannya”.
“kalian berdua benar”, kata Al-Muth’im bin Adi, “dan siapa yang berkata
selain itu dusta. Kami menyatakan kepada Allah unuk membebaskan diri dari piagam
itu dan dan apa yang tertulis didalamnya.”
“pasti hal ini sudah diputuskan malam tadi, dan kalian berembug di tempat
terpencil,” kata abu jahal.
Tercatat didalam kitab Ar-Rahiqul Makhtum
___________________________________________________________________
__

Saat itu Abu thalib hanya duduk di pojok masjid. Dia merasa perlu menemui
mereka, karna Allah telah mengisyaratkan kepada Rasul-Nya masalah piagam ini, dan
juga sudah mengutus rayam untuk memakan papan piagam tersebut, lalu Abu Thalib
menemui orang-orang Quraisy dan mengabarkan kepada mereka bahwa anak
saudaranya (Rasulullah) telah berkata demikian, dan mengatakan kepada mereka
bahwa seandainya Muhammad benar maka mereka harus berhenti melakukan
pemboikotan tersebut, maka orang-orang Quraisy pun menyetujuinya. Setelah
mereka bangkit dan melihat kedalam ka’bah, apa yang mereka dapati adalah
benarnya perkataan nabi shallallau ‘alaihi wa sallam, papan piagam itu telah hancur
termakan rayap meninggalkan beberapa penggalan kata berupa “Bismika
Alahumma” dan setiap kata yang terdapat lafadz Allah. Allaahu Akbar….

Kematian Sang Paman


Setelah berhasil melawati masa yang amat sulit saat menjalani pemboikotan,
nabi sallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin tidaklah lepas dari kesulitan yang
biasa mereka jalani bahkan sebelum pemboikotan, orang-orang Quraisy masih terus
melancarkan tekanan terhadap kaum muslimin, bahkan paman nabi Abu Thalib harus
berbaring di tempat tidurnya setelah masa pemboikotan berakhir dikarnakan sakit
yang ia alami, hari demi hari penyakitnya kian memburuk hingga akhirnya
mengantarkannya kepada kematian, diriwayatkan bahwa ia wafat pada bulan Rajab
tahun kesepuluh dari nubuwah, selang 6 bulan setelah keluar dari pemboikotan. Ada
juga yang berpendapat bahwa ia wafat pada bulan Ramadhan, 3 bulan sebelum
wafatnya Khadijah. (Kitab Ar-Rahiqul Makhtum)
Pada saat ajal menjemput Abu Thalib, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menemuinya yang saat itu disisinya terdapat Abu Jahal, Nabi berusaha untuk
meminta pamannya agar mengucapkan 2 kalimat syahadat, beliau hendak
menyelamatkan pamannya dikarnakan hanya hal itulah yang akan menjadi hujjah
baginya dihadapan Allah, namun Abu Jahal tidak tinggal diam dan terus menyakinkan
Abu Thalib agar tetap teguh pada agama leluhurnya.
Hal ini tercantum dalam kitab shahih riwayat Al-Bukhari,
_____________________________________________________________________
Dari Said bin al-Musayyib dari ayahnya, ia berkata, “Menjelang wafatnya Abu
Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemuinya. Saat itu beliau
melihat telah hadir Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah. Beliau
bersabda,

ِ‫ َكلِ َمةً ُأ َحاجُّ لَكَ بِهَا ِع ْن َد هللا‬،ُ‫ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللا‬: ْ‫ قُل‬،‫َأيْ َع ِّم‬

‘Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallaah. Dengan kalimat ini, akan aku bela
engkau nanti di sisi Allah.’

Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah menanggapi,

ِ ِ‫َأتَرْ غَبُ ع َْن ِملَّ ِة َع ْب ِد ْال ُمطَّل‬


‫ب؟‬

‘Apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib?’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menawarkan kepada pamannya. Namun


kedua orang itu juga terus menimpalinya. Akhirnya Abu Thalib mengatakan kepada
mereka, ‘Di atas agamanya Abdul Muthalib’. Ia enggan mengucapkan laa ilaha
illallaah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

َ ‫ك َما لَ ْم ُأ ْنهَ َع ْن‬


‫ك‬ َ َ‫َوهَّللا ِ َأل ْستَ ْغفِ َر َّن ل‬

‘Demi Allah, akan kumohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang.’
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,

َ‫َما َكانَ لِلنَّبِ ِّي َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ْن يَ ْستَ ْغفِرُوا لِ ْل ُم ْش ِر ِكين‬

‘Tidak patutu bagi seorang nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan
ampunan kepada orang-orang musyrik.’ (QS. At-Taubah: 113).

Allah mengisahkan ayat ini tentang Abu Thalib. Dan untuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, allah Ta’ala berfirman,

‫ك اَل تَ ْه ِدي َم ْن َأحْ بَبْتَ َولَ ِك َّن هللاَ يَ ْه ِدي َم ْن يَ َشا ُء‬
َ َّ‫ِإن‬
‘Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang yang engkau
cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia kehendaki.’ (QS. Al-
Qashash: 56). (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab Tafsir al-Quran, Suratu al-
Qashash, 4494 dalam Fath al-Bari).

_________________________________________________________________________
Tentu hal ini memberikan duka yang mendalam bagi Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, tidak dapat dibayangkan betapa besarnya jasa Abu Thalib, dia menjadi
pelindung nabi dalam menjalani dakwah islam dari serangan kaum kafir Quraisy,
namun karna keteguhan hatinya untuk untuk tetap memegang agama leluhurnya, ia
tetap berada didalamnya hingga ia wafat.

‘Amul Huzni (Tahun Kesedihan)


Selang beberapa bulan, lebih tepatnya 2 atau 3 bulan setelah wafatya Abu
Thalib, ummul mukmini Khadijah juga meninggal dunia, tepatnya pada bulan
Ramadhan pada tahun kesepuluh dari nubuwah, pada usia 65 tahun, saat itu nabi
berusia 50 tahun.
Kedua peristiwa ini terjadi pada tahun ini dan memberikan duka yang
bertumpuk-tumpuk kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ditambah dengan
gangguan yang diberikan oleh kaum kafir Quraisy yang terus bertambah dikarnakan
kedua orang yang biasa melindungi nabi telah tiada. Hal ini hampir membuat nabi
putus asa, oleh karna itu beliau pergi ke thaif dengan secercah harapan agar mereka
memberikan perlindungan dan pertolongan kepada beliau. Namun yang terjadi
malah sebaliknya, beliau justru mendapatkan perlakuan yang amat kejam dari
mereka yang tidak pernah beliau dapati dari kaumnya sebelumnya.

Point Penting Pada Masa Akhir Pemboikotan Dan Kejadian Setelahnya:


 Pembatalan Piagam (Tokoh yang terlibat dalam pembatalan tersebut)
 ‘Amul Huzni (Kematian Paman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan
Kematian Khadijah RA)
 Hijrah Ke Thaif

Anda mungkin juga menyukai