Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SIRAH NABAWIYYAH

TAHUN DUKA CITA DAN PERISTIWA ISRA MI’RAJ

Dosen Pengampu : Lukman Hakim, MA.

Disusun Oleh :

Asep Kholil 221410072

Ahmad firmansyah 221410070

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS


USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS PTIQ
JAKARTA 2023 M/1445 H

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta’aala, shalawat dan


salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam. Makalah ini kami susun sebagai bagian
pembelajaran mata kuliah sirah nabawiyah dengan tema tahun duka
cita dan peristiwa isra mi’raj.

Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yan telah


membimbing dan memotivasi kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna karena
memang kesempurnaan hanya milik Allah subhanahu wa ta’aala
untuk itu saran dan kritik dari para pembaca sangat kami nantikan.

Semoga makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan


dan keilmuan di lingkungan kampus PTIQ khususnya dan juga bagi
masyarakat umum.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wa barakaatuh.

Jakarta 06 november 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………II

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….1

A. Latar Belakang..............………………………………………..1

B. Rumusan Masalah………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………...2

A. Kewafatan Abu Thalib………………………………………….2

B. Wafatnya Siti Khodijah…………………………………………5

C. Peristiwa Isra Mi’raj………………………………………7


D. Upaya-upaya Kaum Quraisy Membunuh Nabi Pasca
Meninggalnya Abu Thalib…………………………………...8

BAB III PENUTUP………………………………………………...10

A. Kesimpulan……………………………………………...10

B. Penutup…………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar sejarah merupakan hal yangsangat penting, salah satunya


untuk menghargai pelaku sejarah tersebut dan juga untuk kita
mengetahui sampainya ajaran islam ke kita adalah penuh perjuangan
tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Setelah kita ketahui sejarah tersebut kita dapat mengambil beberapa


ibrah yang dapat kia terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam
makalah ini penulis akan menyajikan Sirah Nabawiyyah dengan judul
“Tahun Duka Cita (Amul Huzni) dan Peristiwa Isra Mi’raj”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis ingin


merumuskan masalah dalam penulisan makalah ini, selain agar
penulisan lebih fokus pada pembahasan juga supaya
tidak menyulitkan penulis dalam pencarian referensi. Adapun
rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:

1. Wafanya Abu Thalib dan Siti Khadijah


Peristiwa isra mi’raj

2. Upaya-upaya kafir Quraisy membunuh nabi pasca


meninggalnya Abu Thalib

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kewafatan Abu Thalib

Akibat pemboikotan dan blokade yang di lakukan kaum Quraisy


terhadapa Bani Hasyim dan Bani Muththalib berdampak banyak,
bukan hanya terhadap kesehatan mereka yang di boikot, lebih-lebih
yang berusia lanjut, tetapi juga berpengaruh pada dakwah Islamiyyah.
Abu Thalib dan Khadijah ra. Yang mendampingi Nabi Muhamad
saw. Dan membela beliau sekuat tenaga dan pikiran adalah dua orang
dari beberapa orang yang wafat pasca peristiwa pemboikotan itu.
Pemboikotan tersebut tidak seluruhnya berdapak negatif. Ia telah
membuka mata masyarakat secara umum bahwa ada ajaran baru yang
mengajak kepada keluhuran budi pekerti, yang penganut-
penganutnya bersedia berkoban demi mempertahankan agamanya1.
Sakit yang dialami Abu Thalib semakin parah, hingga berujung
kewafatannya pada bulan rajab tahun ke-sepuluh kenabian2. Ada pula
riwayat yang menunjukkan bahwa wafatnya Abu Thalib adalah tiga
hari sebelum wafatnya Khadijah ra3 Quraish Shihab menjelaskan
bahwa saat Abu Thalib dalm keadaan sakit keras, berkumpullah
tokoh-tokoh Quraisy sekitar 25 orang- membicarakan apa yang akan
terjadi bila Abu Thalib wafat. Mereka khawatir jangan sampai
kekuatan umat islam semakin besar sehingga mereka kehilangan
segalanya. Kekhawatiran mereka juga mengenai kecaman bahwa Abu
Thalib wafat karena akibat pemboikotan yang dilakukan oleh mereka.

1
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Dalam
Sorotan Al-Qur’an Dan Hadist-Hadist Shahih, (Jakarta: Lentera Hati,
2011) hal. 419
2
M. Quraish berpendapat wafatnya Abu Thalib di bulan Syawwal.
3
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarokfuri, Ar-Rakhiq Al-Makhtum, (Jakarta:
CV. Mulia Sarana Press, 2001) terj. Hanif Yahya hal. 161
2
Mereka datang dalam rangka menawarkan kompromi kepada Abu
Thalib dan hidup berdampingan. “Ambillah dari kami, wahai Abu
Thalib buat Muhammad dan Ambilkan juga dari Muhammad buat
kami, sehingga kami tidak diganggunya dan kami pun tidak
mengganggunya,” demikian usul mereka. Hal itu disampaikan
kepada Nabi Muhammad. Nabi menjawab: “Aku ingin mereka
mengucapkan satu kalimat yang dampaknya buat mereka adalah
seluruh masyarakat arab akan tunduk kepada mereka” “Apakah
kalimat itu?” tanya Abu Jahal yang ikut delegasi tokoh-tokoh
Makkah itu. “Bahkan sepuluh kalimat kami akan memberinya”
tambahnya lagi, Nabi menjawab “Berucaplah Laa ilaaha illallaah,
sambil meninggalkan apa yang kalian sembah” mendengar jawaban
ini mereka menggeleng-gelengkan kepala. Sambil berlalu mereka
menyimpulkan bahwa Muhammad tidak akan beranjak dari
pendiriannya. Inilah akhir pertemuan delegasi Kafir Quraisy yang
melatar belakangi turunnya QS. Shaad 1-8.4

Dalam shahih al-Bukhari dari (Sa’id) bin al-Musayyib disebutkan


bahwa ketika Abu Thalib dalam keadaan sekarat, Nabi
mengunjunginya sementara di waktu yang sama di sisinya sudah
berada Abu Jahal. Beliau bertutur kepada pamannya, “wahai
pamanku, ucapkanklah Laa ilaaha illallah, kalimat yang akan aku
jadikan hujjah untuk membelamu kelak di hadapan allah.” Namun
Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah memotong, “wahai Abu
Thalib! Sudah bencikah engkau terhadap agama Abdul
Muththalib?”5Dalam sejarah lain disebutkan Abu Thalib mengatakan
“Andaikan masyarakat Quraisy tidak akan merendahkanku jika aku
mengucapkan kalimat itu, aku tahu mereka akan mengatakan, “Abu
Thalib mengucapkannya karena ketakutan”, maka aku akan
membuatmu senang dengan mengucapkan kalimat itu.” Maka Allah
berfirman: QS. Al-Qashash 56.6. Menurut sejarah yang di tuturkan

4
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah, hal. 422
5
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarokfuri, Ar-Rakhiq Al-Makhtum,
hal. 161
6
Muhammad Ali Ash-Shalabi, As-Sirah An-Nabawiyyah, Sejarah
lengkap Rasulallah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012) terj. Faesal
Saleh hal. 219
3
oleh Marting Lings seorang orientalis yang kemudian setelah masuk
islam dikenal dengan nama Abu Bakar Sirajuddin bahwa ketika ajal
Abu Thalib mendekat Abbas melihat dia menggerakan bibirnya. Ia
mendekatkan telinganya ke Abu Thalib dan mendengarkannya. Lalu
ia berkata “saudaraku telah mengucapkan kalimat yang kau minta
agar mengucapkannya.” Tapi Nabi berkata, “Aku tidak
mendengarnya.”7 Akhirnya Abu Thalib menghembuskan nafasnya
yang terakhir. Rasulullah sangat berduka karenanya. Beliau berkata,
“Aku akan memohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang
untuk itu.” Akan tetapi Allah menurunkan QS. At-Taubah: 113 atas
peristiwa tersebut:8
ْۢ
‫وِل قُ ْرٰٰب ِم ْن بَ ْْع ِِ َما‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫ما َكا َن لِلن‬
َ ْ ‫َّب َوالَّذيْ َن اٰ َمنُ ْْٓوا اَ ْن يَّ ْستَ ْغف ُرْوا ل ْل ُم ْش ِرك‬
ْ ِ ُ‫ْي َولَ ْو َكانُ ْْٓوا ا‬ ّ َ
‫اْلَ ِحْي ِم‬
ْ ‫ب‬ ُ ‫ص ٰح‬ْ َ‫ْي ََلُْم اَنَّ ُه ْم ا‬
َ َّ َ‫تَب‬
Artinya: tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik,
walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatya, sesudah
jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu
adalahpenghuni neraka jahannam”. (QS. At-Taubah: 113).

Banyak perdebatan disini yaitu masalah iman atau tidaknya Abu


Thalib ketika wafat. Yang mengatakan Abu Thalib kafir diantaranya
dengan argumen bahwa kejadian kafirnya Abu Thalib Menjadi
penyebab turunnya ayat QS. Al-Qoshosh: 56.

‫ت‬ ِ ِ
َ ‫َّك ََل تَ ْهِ ْي َم ْن اَ ْحبَ ْب‬
َ ‫ان‬

7
Martin Lings, Muhammad: His Life Based On the Earliest Source,
Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik,
(Jakarta: PT Srambi Ilmu Semesta, 2010) cet. IX terj. Qomaruddin
hal. 148
8
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, My Beloved Prophet Teladan
Sepanjang Zaman, (Jakarta: Qishti Press, 2007) hal. 160
4
Artinya: Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada
orang yang kamu kasihi.9

Ada pula yang mengatakan bahwa ayat tersebut tidak berhubungan


dengan peristiwa itu10. Dan yang tidak kalah pentingnya bagi kita
pengkaji sejarah adalah mengetahui ibrah atau mengambil pelajaran
mengapa Allah mewafatkan Abu Thalib yang sangat gigih membela
dakwah Nabi Muhammad saw. Diantara ibrah itu adalah agar tidak
ada anggapan bahwa jayanya islam adalah satu-satunya karena jasa
pamannya itu. Dia diwafatkan agar terbukti gamblang peranan
mutlak Allah.

B. Wafatnya Siti Khadijah

Khadijah ra. Wafat sebelum luka hati pulih akibat wafatnya


Abu Thalib paman tercinta, yakni hanya tiga hari setelah kewafatan
Abu Thalib. Khadijah Wafat setelah mengisi hati dan fikiran Nabi
dengan Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Bahkan beliaulah satu-
satunya orang yang meng-imani kenabian saat orang-orang
mendustainya. Dialah wanita yang pertama kali dinikahi nabi
Muhammad dan tidak pernah di madu selama hidupnya.11

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Khadijah wafat tiga bulan


setelah wafatnya Abu Thalib. Tepatnya bulan Ramadhan tahun
sepuluh kenabian dalam usia 65 tahun sedang Rasul dalam usia 50
tahun. Khadijah adalah nikmat yang paling agung selama seperempat
abad hidup bersama Nabi. Beliau selalu menghibur Nabi dikala
cemas, memberi dorongan di saat paling kritis, menyokong
penyampaian risalahnya, mendampingi beliau dalam rintangan jihad

9
Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarokfuri, Ar-Rakhiq Al-Makhtum,
hal. 162
10
Lihat misalnya dalam Sirah yang ditulis prof. Quraish hal. 424
11
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah, hal. 428
5
yang amat pahit dan selalu membela beliau baik dengan jiwa maupun
hartanya.12

Dalam mengenang jasa-jasa Khadijah Rasulullah sering bertutur,


“Dia telah beriman kepadaku saat manusia kufur kepadaku, dia
membenarkanku disaat manusia mendustakanku, dia berikan
kepadaku hartanya disaat manusia tidak mau memberikannya
kepadaku, Allah mengaruniaiku anak darinya sementara Dia tidak
menganugerahiku dari istri yang lain.13

Kepergian dua tokoh itu membuat orang Quraisy semakin lancang


menyakiti Nabi. Ibnu Ishaq berkata seperti yang di kutp Syaikh
Shofiyyurrahman. ketika Abu Thalib wafat, kaum Quriasy menyiksa
Rasulullah dengan siksaan yang semasa Abu Thalib masih hidup
mereka tidak berani melakukannya. Lebih dari itu, salah seorang
begundal Quraisy menghalangi jalan beliau, lalu menaburi kepala
beliau dengan debu. Tatkala beliau masuk kerumah dalam keadaan
demkian, salah seorang putrinya menyongsongnya dan membersihan
debu tersebut dengan menangis. Beliau berkata kepadanya, “Jangan
menangis wahai putriku! Sesungguhnya hanya Allah yang akan
menolong ayahmu”14.

Pasca mangkatnya Abu Thalib dan Khadijah cobaan yang di hadapi


oleh kaum islam semakin sulit, pernah juga Abu Bakar hampir hijrah
ke Abbyssinia. Namun sebelum sapai di laut merah, ia bertemu
dengan Ibnu ad-Dughunnah, yang saat itu mengepalai kelompok
kecil dari suku-suku yang bersatu dekat makkah, sekutu Quraisy.
Kepala suku ini mengenal Abu Bakar saat masih jaya dan
berpengaruh. Namun kini nampak berbeda. Terkejut akan hal itu Ibnu
ad-Dughunah menanyakannya. “Aku diperlakukan buruk oleh
kaumku.” Jawab Abu Bakar “kini aku hanya ingin berkelana dimuka
bumi ini untuk menyembah Allah swt.” Kembalilah! Engkau dalam
12
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarokfuri, Ar-Rakhiq Al-Makhtum,
hal. 163
13
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarokfuri, Ar-Rakhiq Al-Makhtum,
hal. 163
14
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarokfuri, Ar-Rakhiq Al-Makhtum,
hal. 164
6
perlindunganku. Maka ia membawa Abu Bakar ke makkah dan
berseru kepada masyarrakat bahwa “wahai penduduk Quraisy, aku
memberi perlindungan kepada anak Abu Quhafah ini.” Perlindungan
itu di akui orang Quraisy dan Abu Bakar dijamin aman. Tetapi Bani
Jumah berkata kepada pelindung Abu Bakar agar menyembah
Tuhannya di dalam ruangan saja. Dan ketika hal ini disampaikan,
Abu Bakar pun menyepakatinya.15

Demikianlah cobaan demi cobaan yang datang silih berganti di tahun


yang sama. Itulah sebabnya para ahli sejarah menyebut tahun itu
dengan tahun “duka cita” (Am al-Huzni) sekalipun begitu tidak ada
riwayat yang mengatakan bahwa rasul menyebut tahun itu dengan
tahun duka cita16.

C. Peristiwa isra dan mi’raj

adalah perjalanan Nabi satu malam dari masjid al-Haram di


Makkah ke masjid al-Aqsha di palestina. Sedangkan Mi’raj adalah
perjalanan Beliau dari masjid al-Aqsha menuju ke Sidhrah al-
Mutaha, satu tempat yang tidak terjangkau hakikatnya oleh akal
manusia. Pada kesempatan tersebut Rasulullah “bertatap muka”
langsung dengan Allah.17

Banyak yang berkata bahwa Isra’ Mi’raj terjadi berurutan waktu.


Isra’ dan Mi’raj terjadi sebelum hijrah, tetapi mereka diperselisihkan
tahun dan tanggal kejadiannya. Yang populer dan terkuat adalah
tanggal 27 Rajab tahun ke-sepuluh kenabian18.

Menyangkut Isra’ dan Mi’raj Bukhari dan Muslim meriwayatkan


sebagaimana dikutip Quraish Shihab dalam Sirahnya bahwa Sebelum
berangkat nabi saw di bedah dan di cuci hati beliau agar dipenuhi
dengan iman lalu disiapkan untuk perjalanan beliau satu kendaraan

15
Martin Lings, Muhammad: His Life, hal. 150
16
Lihat Mahdi Rizqullah Ahmad, As-Sirah, hal. 271; M. Quraish
Shihab, Membaca Sirah, hal. 428; Muhammad Ali Ash-Shalabi, As-
Sirah, hal. 220
17
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah, hal. 443
18
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah, hal. 443
7
yang lebih kecil daripada kuda dan ebih besar daripada bighal yang
dinamai buraq. Yang kecepatannya sejauh mata memandang. Beliau
di antar oleh Malaikat Jibril dengan kendaraan itu dari langit pertama
hingga langit ketujuh. Disetiap langit beliau bertemu dengan
Nabi/utusan Allah, bermula dari Adam as, lalu Yahya dan Isa as, lalu
dilangit ke-tiga Nabi Yusuf as, dan dilangit ke-empat Nabi Idris as,
dilangit ke-lima Nabi Harun, di langit ke-enam Nabi Musa as, dan
dilangit ke-tujuh Nabi Ibrahim as. Dari sana Beliau di antar malaika
Jibril ke As-Sidhrah al-Muntaha19. Berkat perjalanan itu, semua
kesedihan dan kegundahan hati beliau sirna.

Setibanya di masjid al-Haram beliau duduk disana tanpa menyadari


sikap dan tanggapan orang Quraisy terhadap peristiwa ini. Beliau
tetap duduk disana hingga Abu Jahal lewat di sisi Beliau dan
bertanya sambil mengolok-olok, “Apakah Engkau mendapatt sesuatu
malam ini?” Rasul menjawab, “ya, aku di isra’ kan ke Bayt al-
Muqaddas malam ini.” Abu Jahal memotong, “dan engkau telah tiba
di depan kita saat ini?” Nabi menjawab “ya.

Apa kaummu harus ku beritahu tentang ini? beliau menjawab, “ya.”


Ketika sudah berkumpul, kabar ini begitu besar implikasinya. Hingga
ada yang murtad kembali setelah keimanan mereka. Lalu Abu Bakar
pun di beritahu tentang ini oleh beberapa orang musyrikin. “temanmu
mengaku telah di-Isra’-kan ke Bayt al-Muqaddas.” Beliau menjawab
“Jika Beliau mengatakan demikian maka itu adalah benar.” Sejak
itulah beliau mendapat gelar Abu Bakar as-Shiddiq.20

D. Upaya Kaum Quraisy Membunuh Nabi

Rencana kaum Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad


SAW pun dimatangkan sedemikian rupa sebelum akhirnya Allah
melalui malaikat Jibril memberitahukan hal itu kepada Rasulullah
SAW. Jelang hijrah, situasi di Kota Makkah kala itu sangatlah
genting bagi kaum Muslim. Rencana kaum Quraisy untuk membunuh
Nabi Muhammad SAW pun dimatangkan sedemikian rupa sebelum

19
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah, hal. 446
20
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, My Beloved Prophet, hal. 168
8
akhirnya Allah melalui malaikat Jibril memberitahukan hal itu
kepada Rasulullah SAW.

Di tengah kondisi genting di Makkah, Rasulullah meminta para


sahabatnya berangsur-angsur hijrah ke Madinah menyusul adanya
tindakan kekerasan, penganiayaan, dan pembunuhan terhadap umat
Muslim Makkah. Sedangkan yang masih tetap tinggal di Makkah
hanyalah Rasulullah, Sayyidina Abu Bakar, dan Sayyidina Ali yang
mana ketiganya benar-benar berada dalam bahaya besar.

Dalam buku Ali bin Abi Thalib karya Ali Audah disebutkan, para
tokoh Quraisy telah mengadakan pertemuan di Daar an-Nadwa untuk
mengatur strategi mencegah Rasulullah keluar dari Makkah. Mereka
mencari jalan untuk menangkap dan memenjarakannya,
membunuhnya, atau mengasingkannya ke luar Tanah Air. Dengan
berbagai pertimbangan yang ada, cara-cara tersebut memiliki
konsekuensi bagi komunitas mereka. Akhirnya dalam pertemuan itu
mereka menyepakati usulan yang diberikan Abu Jahal. Adapun
usulannya adalah mengumpulkan para pemuda dari berbagai kabilah
dan melengkapi mereka dengan pedang Pemuda-pemuda tersebut
diperintahkan untuk menyerang Nabi Muhammad SAW dan
membunuhnya secara beramai-ramai.

Darahnya disebarkan ke semua kabilah, dengan demikian Bani


Hasyim (klan garis leluhur Rasulullah) tak akan dapat menuntut balas
kepada semua kabilah. Maka sesuai dengan rencana Abu Jahal, para
pemuda itu pun disiapkan untuk membunuh beliau pada malam hari
setelah mengepung rumahnya. Pengepungan dilakukan pada malam
hari karena dikhawatirkan Rasulullah akan lari. Namun, sebelum
rencana itu berlangsung, Allah melalui malaikat Jibril datang kepada
Nabi dan memberitahukan hal yang harus dilakukannya. Pada tengah
hari sebelum malam tiba, saat tidak biasanya orang berkunjung,
Rasulullah SAW pergi ke rumah Abu Bakar. Melihat kedatangan
Rasul yang begitu tidak biasa, Abu Bakar sudah menangkap maksud
kedatangan itu terkait hal yang sangat penting. Seperti diketahui,
Rasulullah memang merahasiakan hijrahnya sehingga tak ada satu
orang pun yang tahu

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Salah satu hikmah kewafatan Abu Thalib adalah agar tidak ada
anggapan bahwa tanpa Abu Thalib islam tidak akan jaya.

2. Saat dakwah di suatu tempat telah mengalami ke-beku-an maka


saat itu yang paling baik adalah mencoba untuk menawarkan dakwah
ke luar daerah tersebut. Inilah yang di lakukan Nabi.

3. Dalam keadaan ketaatan yang sulit namun kita tetap sabar, maka
disitulah Allah akan menurunkan Tabsyir-nya sebagaimana peristiwa
Isra’ dan Mi’raj.

B. PENUTUP

Demikian makalah ini kami susun. Penulis sadar betul bahwa


keberadaan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam
segi isi maupun penulisan. Dari sini penulis berharap adanya kritik
dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan
penyusunan makalah-makalah berikutnya.

10
Daftar pustaka

Syihab Quraisy M, 2021,Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW


Dalam Sorotan Al-Qur’an Dan Hadist-Hadist Shahih.

Munthaha Ahmad Al-fathi. 2018,Makalah Sirah Nabawiyyah

Al-Mubarokfuri Syaifurrahman, Ar-Rakhikh Al-Makhtum

Ash-Shalabi Ali Muhammad,As-Sirah

11

Anda mungkin juga menyukai