Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

POTENSI MANUSIA DALAM PENDIDIKAN


PRESPEKTIF AL-QUR'AN
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah hadist tarbawi 1

Dosen pengampu :

Mahbub Junaidi, M. Th.I

Disusun oleh :
M.Luthfi.Maulana (22051088)
Muhammad Fahmi Fathoni (22051087)
Khofifah Indar Syafi’iyah (22051022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN

2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha
Esa, yang mana telah mencurahkan Nikmat dan Karunia-Nya kepada kita semua.
Tak lupa, sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafa’at di yaumul akhir.
Kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Potensi
manusia dalam pendidikan prespektif Al- qur'an”.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Mahbub Junaidi M. Th.I. selaku dosen
pengampu mata kuliah tafsir tarbawi 1 yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami dan terima kasih untuk seluruh
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Kami berharap
kritik dan saran yang dapat menjadi koreksi dimasa mendatang agar menjadi lebih
baik dari sebelumya dan meberikan manfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Lamongan, 27 Maret 2024

penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Manusia Sebagai Basyar ....................................................................................2
B. Manusia Sebagai Insan .......................................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................11
B. Saran .................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik di antara makhluk
Allah yang lain. Struktur manusia terdiri atas unsur jasmaniah dan rohaniah.
Dalam stuktur jasmaniah dan rohaniah tersebut, Allah memberikan seperangkat
kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, Manusia sebagai
makhluk ciptaan allah yang istimewa memang memiliki latar belakang
kehidupan yang penuh rahasia. Lembaran-lembaran kitab suci Al-Quran yang
memuat petunjuk Ilahi tentang penciptaan manusia memuat sejumlah informasi,
baik yang tersurat (jelas maknanya) maupun tersirat (perlu penafsiran) tentang
hakikat makhluk manusia ini. Manusia selaku makhluk ciptaan dengan segala
fungsi dan peran yang harus dilakukannya, semuanya diinformasikan dalam
Kitab Suci.Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk
yang lain dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian, baik
fisik maupun psikisnya, serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan
potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan
seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Sebagaimana firman Allah yang
artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja ayat yang menjelaskan manusia sebagai al-bahsar
2. Apa saja ayat yang menjelaskan manusia sebagai al-insan

C. TUJUAN
Memahami ayat yang menjelaskan tentang manusia sebagai al-bahsar dan al-
insan dalam Potensi manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Basyar


Kata Basyar merujuk pengertian manusia secara materi dalam kapasitasnya
sebagai makhluk jasmaniyah, yang secara fisik memiliki persamaan dengan
makhluk lainya ; yaitu dapat dibuktikan dengan empirik, membutuhkan makan
dan minum untuk tetap hidup. Kata Al-Basyar terdapat dalam Al-Qur’an kurang
lebih 35 kali di berbagai surat. Adapun ayat-ayat yang memuat kata Al-Basyar
antara lain adalah

 1. Surah Al-Kahfi: 110

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ْ‫صا ِل ًحا َّو َل‬


َ ‫ل‬ َ ْ‫احدْ فَ َمنْ كَانَْ يَر ُجوا ِلقَ ۤا َْء َربِهْ فَليَع َمل‬
ْ ً ‫ع َم‬ َّْ َ‫قُلْ اِنَّ َماْ اَنَاْ بَشَرْ ِمثلُ ُكمْ يُوحى اِل‬
ِ ‫ي اَنَّ َماْ اِل ُه ُكمْ اِلهْ َّو‬
‫يُش ِركْ ِب ِعبَادَِْة َر ِبهْ اَ َحدًا‬

“Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia,


seperti kamu, yang telah menerima wahyu bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka barangsiapa mengharap, pertemuan
dengan tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
(Qs. Al-Kahfi: 110).

2. Penafsiran ulama'

ImamTabrani telah meriwayatkan melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari


Ismail ibnu Ayyasy, dari Amr ibnu Qais Al-Kufi, bahwa ia pernah mendengar
Mu'awiyah ibnu Sufyan berkata, "Ayat ini merupakan ayat yang paling akhir
diturunkan ."

Selanjutnya ia mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada


Rasul-Nya, Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam:

“Katakanlah.” (Al-Kahfi: 110) kepada orang-orang musyrik yang mendustakan


kerasulanmu kepada mereka. “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kalian.” (Al-Kahfi: 110) Maka barang siapa menyangka bahwa aku ini
dusta, hendaklah ia mendatangkan hal yang semisal dengan apa yang aku
sampaikan ini. Karena sesungguhnya aku tidak mengetahui hal yang gaib
menyangkut berita masa silam yang kusampaikan kepada kalian berdasarkan
permintaan kalian, seperti kisah tentang para pemuda penghuni gua, dan kisah

2
Zulqarnain. Kisah tersebut ternyata sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
Seandainya bukan karena Allah yang telah memberitahukan-nya kepadaku,
tentulah aku tidak mengetahuinya. Dan sesungguhnya aku hanya
memberitahukan kepada kalian bahwa: “Sesungguhnya Tuhan kalian itu.”(Al-
Kahfi: 110) yang aku seru kalian untuk menyembah-Nya. “adalah Tuhan Yang
Maha Esa.” (Al-Kahfi: 110) tidak ada sekutu bagi-Nya. “Barang siapa
mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110) Yakni ingin
memperoleh pahala dan balasan kebaikan-Nya. “Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh.” (Al-Kahfi: 110) Yaitu segala amal perbuatan
yang disetujui oleh syariat Allah. “Dan janganlah ia mempersekutukan seorang
pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110) Yakni dengan
mengerjakan amal yang semata-mata hanya karena Allah, tiada sekutu bagi-
Nya. Demikianlah syarat utama dari amal yang diterima oleh-Nya, yaitu harus
ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat yang telah dijelaskan
oleh Rasulullah SAW.1

3. Asbabun nuzul

Diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam Kitab al-Mustadrak, tapi maushuul,


dari Thawus, yang bersumber dari Ibnu Abbas. Al-Hakim menyahihkannya
berdasarkan syarat asy-syaikhaan (al-Bukhari dan Muslim). Bahwa seorang
laki-laki berkata: “Ya Rasulallah. Aku ini tabah dalam peperangan dan
mengharap ridha Allah. Namun aku juga ingin kedudukanku terlihat oleh orang
lain.” Rasulullah tidak menjawab sedikitpun, sehingga turun ayat (al-Kahfi:
110) sebagai pegangan bagi orang yang mengharap rida Allah. Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid bahwa ada seorang Muslim
yang berperang karena ingin terlihat kedudukannya oleh orang lain. Maka Allah
menurunkan ayat ini (al-Kahfi: 110) yang memberikan pegangan bagaimana
seharusnya untuk mencapai rida Allah. Diriwayatkan oleh Abu Nu‟aim dan
Ibnu „Asakir di dalam kitab Taarikh-nya, dari as-Suddish shaghir, dari al-Kalbi,
dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, yang bersumber dari Jundub bin Zubair
bahwa ayat ini (al-Kahfi: 110) turun sebagai teguran kepada orang yang shalat,
shaum, atau sedekah, yang memperbanyak ibadahnya apabila mendapat pujian
dan merasa gembira atas pujian tersebut.2

4. Tadabbur

ْ‫ْحدثناْأبو‬،‫ْ َحدَّثَنَاْالنَّض ُرْبنُ ْشميل‬،‫ق‬ ٍ ‫ش ِقي‬


َ ْ‫س ِنْب ِن‬
َ ‫ع ِليِْب ِنْال َح‬ َ ْ ُ‫ْ َحدَّثَنَاْ ُم َح َّمدُْبن‬:‫ار‬ُ ‫ظْأَبُوْبَك ٍرْالبَ َّز‬
ُ ِ‫قَالَْال َحاف‬
ْ‫علَي ِه‬ َّْ ْ‫صلَّى‬
َ ُْ‫ّللا‬ َّ ‫سول‬
َ ِْ‫ُّْللا‬ َ ‫ْقَال‬:َ‫ْقَال‬،ُ‫عنه‬
ُ ‫َْر‬ َّْ ‫ي‬
َ ُْ‫ّْللا‬ َ ‫ض‬ِ ‫ْر‬،
َ ‫ب‬ ِ ‫َطا‬ َّ ‫ع َم َرْب ِنْالخ‬ ُ ْ‫عن‬ َْ ْ،‫ب‬ ِ َّ‫سي‬
َ ‫س ِعيدِْب ِنْال ُم‬
َ ْ‫عن‬ َ ْ،‫قُ َّررة‬
،}‫ْربِْ ِهْأَ َحدًا‬
َ ِ‫اْولْيُش ِركْبِ ِعبَادَة‬
َ ‫صا ِل ًح‬َ ْ‫ع َمل‬ َ ْ‫ْربِ ِهْفَلْيَع َمل‬َ ‫ْ{فَ َمنْ َكانَ ْيَر ُجوْ ِلقَا َء‬:ٍ‫ْ" َمنْقَ َرأَْفِيْلَيلَة‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫َو‬

1
Imaduddin Abul Fida Ismail ibnul Khatib Abu Hafs Umar ibnu Katsir Syekh Imam Al-Hafiz,
Terjemah Tafsir Ibnu Katsir.
2
Aisyah nabila dkk., ‘Tafsir Ayat-Ayat Tentang Motivasi Kerja’, 2 (2021), hal. 83.

3
ُ‫عدَنَ ْأَبيَنَ ْ ِإلَىْ[ َم َّكةَ]ْ َحش ُوهُْال َم َلئِ َْك ْة‬
َ ْ‫ْمن‬،
ِ ‫ور‬ ِ ‫ْ َكانَ ْلَه‬
ٍ ُ‫ُْمنْن‬
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan,telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepada kami
An-Nadr ibnu Syamil, telah menceritakan kepada kami Abu Qurrah, dari Sa'id
ibnul Musayyab, dari Umar ibnul Khattab yang mengatakan bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Barang siapa di suatu malam
membaca firman-Nya, "Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan
Tuhannya" (Al-Kahfi: 110), hingga akhir ayat, maka untuknya ada nur (cahaya)
yang kelihatan jelas dari Adn sampai ke Mekah, di dalam nur itu penuh dengan
para malaikat.3 Dan tadabbur dalam perbuatan amal manusia yang mengerjakan
amal saleh untuk tidak mempersekutukan seorang pun dalam beribadah.4

 2. Surah Ar-Rum ;20

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َْ‫ب ث ُ َّْم اِذَاْ اَنتُمْ بَشَرْ ت َنتَش ُِروْن‬


ٍْ ‫َو ِمنْ ايتِهْ اَنْ َخلَقَ ُكمْ ِمنْ ت ُ َرا‬

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari


tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Qs.
Ar-Rum ; 20)

2. Penafsiran ulama'

Di antara bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Dia berkuasa atas segala


sesuatu, seperti menumbuhkan dan melenyapkan, serta mengadakan dan
meniadakan, ialah bahwasanya Dia telah menciptakan kalian dari tanah, lalu
memberi kalian makan yang adakalanya dari daging hewan, air susu, minyak
samin, dan adakalanya dari tumbuh-tumbuhan.

Hewan makan tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan berasal dari tanah,


karena sesungguhnya tunas-tunas itu tidak akan menjadi tanaman melainkan
dengan tanah yang bercampur dengan air, sehingga terbentuklah cairan-cairan
yang dikeluarkan sebagai makanan, tumbuh-tumbuhan. Kemudian sesudah
kalian diciptakan dari tanah, tiba-tiba kalian menjadi manusia yang berkembang
biak di bumi. Lalu kalian bertasaruf untuk men- capai tujuan-tujuan kalian yang
beraneka ragam dan padanya kalian mela- kukan perjalanan-perjalanan yang
jauh. Kalian bekerja dan memeras keringat untuk mencari rezki kalian dari
limpahan karunia dan nikmat-nikmat-Nya yang berlimpah.5

3
Syekh Imam Al-Hafiz.
4
Syekh Imam Al-Hafiz.
5
Ahmad Mustafa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi (1992: CV. Toha Putra Semarang, 1992).

4
3. Asbabun Nuzul

Dalam Al-Quran dan Tafsirnya, Surat Ar-Rum yang berarti Bangsa Romawi.
Surat ini terdiri atas 60 ayat, dan termasuk pada golongan Makkiyah.
Dinamakan Ar-Rum karena pada surat ini terdapat pemberitaan bangsa Romawi
yang mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia, tetapi setelah beberapa tahun
kemudian kerajaan Ar-Rum dapat menuntut bebas dan mengalahkan kerajaan
Persia kembali. Ini adalah salah satu dari mukjizat Al-Quran yaitu
memberitakan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan juga
sebagai isyarat bahwa kaum muslimin yang demikian lemahnya di waktu itu
akan memenangi peperangan dengan kaum musyrikin.6

4. Tadabbur

Menunjukkan keagungan dan kesempurnaan qudrat Allah swt. Pada ayat ini
Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah, kemudian
berubah menjadi mani, kemudian berubah menjadi lempengan-lempengan
darah, kemudian berubah menjadi lempengan-lembengan daging, kemudian
Allah menciptakan tulang dan membentuknya sesuai bentuk manusia, dan
membungkus tulang tersebut dengan daging. Kemudian Allah meniupkan ruh,
maka bayi pun bisa melihat dan bisa mendengar. Kemudia dia keluar dari rahim
ibunya dalam keadaan kecil, tidak punya kekuatan dan sedikit bergerak.
Kemudian seiring bertambahnya umur maka semakin kuat dan ruang geraknya
semakin luas, sehingga mampu membangun kota, melakukan perjalanan di atas
jagat raya ini, menaklukan lautan, mengelilingi dunia, berusaha dan
mengumpulkan harta. Mereka diberi akal pikiran dan semangat, pemikiran dan
ilmu, menciptakan manusia dengan segala kelebihannya.

 3. Surah al-Hijr: 33

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ْ‫ل ِمنْ َح َمٍْا َّمسنُوْ ٍن‬


ٍْ ‫صا‬ َ ْ‫َر َخلَقت َهْ ِمن‬
َ ‫صل‬ ٍْ ‫ل لَمْ ا َ ُكنْ ِلَس ُج ْدَ ِلبَش‬
َْ ‫قَا‬

Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan bersujud kepada manusia yang
Engkau ciptakan dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.”(QS. Al-Hijr[15]:33).

3. Penafsiran ulama'

Ayat ini secara gamblang menyebutkan bagaimana makhluk yang diciptakan


dari api yang panas itu memiliki sifat ghurur, sombong dan ingkar. Iblis hanya
menyebut tanah liat kering dan lumpur hitam, dan tidak menyinggung masalah
tiupan roh yang telah bersenyawa dengan tanah. Dengan kepalanya yang

6
‘Surat Ar-Ruum Ayat 20-25 (Ketuhanan)’, Jum"at 24 Mei, 2013.

5
mencongak dia mengatakan bahwa dia dengan kebesarannya tidak layak untuk
sujud kepada manusia yang Allah cipta- kan dari tanah liat kering yang berasal
dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Seharusnya dia tidak pantas untuk
mengucapkan kata-kata itu.7

2. Asbabun Nuzul

Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan perihal Adam di kalangan para


malaikat-Nya sebelum Adam diciptakan dan dimuliakan-Nya dengan
memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya. Allah menyebutkan
pula pembangkangan yang dilakukan oleh iblis yang tidak mau bersujud kepada
Adam, pada saat itu iblis berada bersama golongan para malaikat. Iblis tidak
mau bersujud kepada Adam karena kafir, ingkar, sombong, dan membanggakan
dirinya dengan kebatilan. Iblis menjawab alasan penolakannya, seperti yang
disitir oleh firman-Nya: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang
Engkau lelah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.” (Al-Hijr: 33).8

4. Tadabbur

Tercela bagi orang sombong, karena hal ini akan menghapus kesempurnaan di
dunia dan di akhirat, dan keutamaan tanah atas api, karena Adam diciptakan dari
tanah, Iblis dari api.

B. Manusia Sebagai Insan


Kata al-Insan lebih mengacu kepada peningkatan derajat yang karenanya
manusia diberi potensi berupa akal dan nurani demi mengemban beban
tanggung jawab dan amanat sebagai kholifah fil ‘ardh. Hal inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Oleh sebab itu, walaupun
manusia sebagai Khalifah fil ‘Ardhi akan tetapi manusia juga tidak dapat
mengelak dari esensial tabiat manusia yaitu pelupa. Di dalam Al-Qur’an kurang
lebih 65 ayat yang menjelaskan kata-kata tersebut, antara lain:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 1. Surah Al-insan ;1-3
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ْ‫َاجْنَّبت َ ِلي ِه‬
ٍ ٍۖ ‫ْمنْنُّطْفَةٍْاَمش‬
ِ َ‫سان‬ ِ ‫ْمنَ ْالدَّه ِرْلَمْيَ ُكنْشَيـًٔاْ َّمذْ ُكو ًراْ اِنَّاْ َخلَقن‬
َ ‫َاْالن‬ ِ ‫ْحين‬ ِ ‫ان‬
ِ ‫س‬ ِ َ‫عل‬
َ ‫ىْالن‬ َ ْ‫هَلْاَتى‬
‫اْواِ َّماْ َكفُو ًرا‬
َّ ‫لْاِ َّماْشَا ِك ًْر‬ َّ ‫صي ًراْْ اِنَّاْ َهدَينهُْال‬
َْ ‫سبِي‬ ِ َ‫س ِميعً ۢاْب‬
َ ُْ‫فَ َجعَلنه‬

7
Sayyid Quthb, TAFSIR FI ZHILALIL QURAN (Jakarta: GEMA INSANI, 2004).
8
Sayyid Quthb.

6
“Bukankah telah datang kepada manusia suatu waktu dari masa yang ia belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya kami Telah menciptakan
manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya
(dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan
Melihat.Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir”. (QS. Al-Insaan:1-3).
2. Penafsiran Ulama'
Memberitahukan bahwa telah datang kepada manusia suatu hatas waktu yang
pada saat itu belum berupa sesuatu yang dapat disebut dan dikenal. Kemudian
Dia menyebutkan bahwa anak-anak Adam itu, pada mu lanya adalah setetes air
mani yang terdapat dalam sulbi, kemudian menjadi segumpal darah yang kental,
kemudian menjadi mudgah di dalam rahım. Lalu Allah menjelaskan kepada
mereka jalan, dan menerangkan kepada mereka mana jalan yang baik dan mana
jalan yang buruk. Kemudian di antara mereka itu ada yang bersyukur dan ada
pula yang kafir.9
3. Asbabun Nuzul
Telah datang kepada jenis manusia ini suatu batas waktu yang dia belum ada,
sehingga dapat diketahui dan patut disebutkan.
Berkata Al-Farra' dan Sa'lab, yang dimaksud ialah jasad yang dibentuk dari
debu dan tanah, tidak disebutkan, tidak dikenal, tidak diketahui apa namanya
dan tidak diketahui pula apa maksudnya. Kemudian ditiupkan kepadanya ruh,
sehingga menjadilah ia sesuatu yang patut disebutkan.10
4. Tadabbur
Proses kejadian manusia dari tidak ada menjadi ada, pada saat manusia belum
berwujud sama sekali. Disebutkan bahwa manusia berasal dari tanah yang tidak
dikenal dan tidak disebut-sebut sebelumnya. Apa dan bagaimana jenis tanah itu
tidak dikenal sama sekali. Kemudian Allah meniupkan roh kepadanya, sehingga
jadilah dia makhluk yang bernyawa.
 2. Surah Al-‘Alaq ; 1-5

9
Ahmad Mustafa Al Maragi.
10
Sayyid Quthb.

7
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ْ‫ق اِق َْرأْْ َو َربُّكَْْالَك َر ُم‬ٍْ ‫ع َل‬


َ ْْ‫سانَْْ ِمن‬
َ ‫الن‬ ِ َْْ‫َخلَق‬ َْ‫اِق َرأْْبِاس ِْمْ َربِكَْْالَّذِيْْ َخلَق‬
ْ‫سانَْْ َماْلَمْْيَعلَم‬ ِ ْ‫علَّ َْم‬
َْ ‫الن‬ َ ‫علَّ َْمْ ِبالقَلَ ِْم‬
َ ْْ‫اِق َرأْْ َو َربُّكَْْالَك َر ُْم الَّذِي‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.Al-‘Alaq 1-5)

2. Penafsiran Ulama’

Ayat-ayat ini yang mulia lagi diberkati, ayat-ayat ini merupakan permulaan
rahmat yang diturunkan oleh Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-
Nya, dan merupakan nikmat yang mula-mula diberikan oleh Allah kepada
mereka. Di dalam surat ini terkandung peringatan yang menggugah manusia
kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari 'alaqah. Dan bahwa di antara
kemurahan Allah Subhanahu wa Ta'ala ialah Dia telah mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan
dan menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot tersendiri
yang membedakan antara Abul Basyar (Adam) dengan malaikat. Ilmu itu
adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan, adakalanya pula berada
di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di
lisan, dan di tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya
penguasaan pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Karena itulah
disebutkan dalam firman-Nya: Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5).11

3. Asbabun Nuzul
Al-„Alaq ayat 1-5 merupakan surat pertama kali yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. saat menyendiri di Gua Hiro, yang merupakan ayat
pertama memerintahkan untuk membaca.

11
Syekh Imam Al-Hafiz.

8
4. Tadabbur

Perintah untuk “membaca” dalam ayat itu disebut dua kali perintah kepada
rosulullah SAW. dan selanjutnya perintah kepada seluruh umatnya. Membaca
adalah sarana untuk belajar dan kunci ilmu pengetahuan, baik secara etimologis
berupa membaca huruf-huruf yang tertulis dalam buku-buku, maupun
terminologis, yakni membaca dalam arti lebih luas. Maksudnya, membaca alam
semesta (ayatul-kaun).

 3. Surah Ar-rahman ; 3

َْ‫سان‬ ِ َ‫َخلَق‬
َ ‫ْالن‬

"Dia menciptakan manusia." (QS. Ar-Rahman:3).

2. Penafsiran ulama’

“Yang Menciptakan Manusia”. Kata al-insanu pada ayat ini mencakup semua
jenis manusia sejak adam hingga akhri zaman.8 Penciptaan manusia pun satu
diantara tanda Rahman Tuhan kepada alam ini. Sebab dantara bagitu banyak
makluk Ilahi didalam alam, mausia satu-satunya makhluk paling mulia.
Kemuliaan itu lah salah satu bentuk rahmat ilahi dan Sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami
beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.12

3. Asbabun nuzul

Surah ini merupakan pemberitahuan ihwal hamparan alam semesta dan


pemberitahuan aneka nikmat Allah swt. Yang cemerlang lagi nyata, keajaiban
makhluk-Nya, limpahan nikmat-Nya, pengaturan-Nya atas alam nyata ini
berikut segala isinya, dan pada pengarahan semua makhluk agar menuju dzat-
Nya Yang Mulia. Surah ini merupakan pembuktian umum ihwal seluruh alam
nyata kepada dua makhluk, yaitu jin dan manusia, yang disapa oleh surah secara

12
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII (Jakarta: Pustaka panjimas jakarta).

9
sama. Kedua makhluk ini tinggal di pelataran alam, dan disaksikan oleh segala
yang maujud. Surah ini juga menantang keduanya secara berulang-ulang, kalau-
kalau keduanya mampu mendustakan aneka nikmat Allah setelah nikmat
tersebut diterangkan secara rinci. Dia telah menjadikan seluruh alam semesta
ini sebagai pelataran nikmat dan hamparan akhirat.13

4. Tadabbur

Pelajaran yang terdapat dalam surat itu, dimana Allah itu Sebagai pendidik
pertama dimuka bumi dan alam semesta ini. Dalam surat ar-Rahman ayat 1
sampai 4 kita diajarkan menjadi sebagai seorang pendidik yang sebenarnya,
yang harus memilik sifat rahman kasih syang, dan sebagai seorang pendidik kita
harus mengajarkan apaun dengan sejelas-jelasnya, seperti ayat ke 4 dalam surat
ar-Rahman.

13
Sayyid Quthb.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan :
1. Hakikat manusia menurut Al-qur’an adalah wujud yang diciptakan.
penciptaan manusia ini, manusia telah diberi oleh pencipta-Nya (Allah)
potensi-potensi untuk hidup yang dalam hal ini berhubungan dengan
konsep fitrah manusia. Kemudian perilaku atau sifat hakikat manusia ini
merupakan karakteristik yang hanya dimiliki oleh manusia.
2. Dalam Al-Qur’an Allah menyebut kata manusia dengan berbagai macam
sebutan sesuai karakteristiknya seperti insan dan basyar.
3. Kemudian dalam hakikat dan karakteristik manusia dan relasinya dengan
proses kependidikan dalam potensi manusia menurut Al-Qur’an, hakikat
fitrah manusia dan relasinya dengan proses kependidikan
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini terbatas dan masih banyak
kekurangan untuk dijadikan dasar penelitian ilmiah, sehingga kepada para
pembaca untuk melihat referensi lain terkait pembahasan makalah ini untuk
relevansi penelitian ilmiah yang akurat. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca,
terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustafa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi (1992: CV. Toha Putra
Semarang, 1992)

Aisyah nabila dkk., ‘Tafsir Ayat-Ayat Tentang Motivasi Kerja’, 2 (2021), hal. 83

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII (Jakarta: Pustaka panjimas jakarta)

Sayyid Quthb, TAFSIR FI ZHILALIL QURAN (Jakarta: GEMA INSANI, 2004)

‘Surat Ar-Ruum Ayat 20-25 (Ketuhanan)’, 24 Mei, 2013

Syekh Imam Al-Hafiz, Imaduddin Abul Fida Ismail ibnul Khatib Abu Hafs Umar
ibnu Katsir, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir

12

Anda mungkin juga menyukai