Disusun Oleh:
Leta Lestari
M. Reihan Rozak
Ahmad Mirzan
Guru Pembimbing:
Kurniawansyah, S.Pd
1
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
melaksanakan shalat jenazah. Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya
akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh
kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang Bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Kelompok 3
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................................
a. Pengertian Shalat Jenazah............................................................................................................
b. Hukum Shalat Jenazah .................................................................................................................
c. Keutamaan Shalat Jenazah ..........................................................................................................
d. Syarat Shalat Jenazah ..................................................................................................................
e. Rukun Shalat Jenazah...................................................................................................................
f. Cara Menyalati Jenazah.................................................................................................................
g. Hukum Menyalati Orang yang mati Syahid .................................................................................
h. Kaifiat Shalat Jenazah..................................................................................................................
i. Cara Menshalati Jasad Yang Tinggal Potongan-Potongan Jasad .............................................
j. Analisis ........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................
BAB I
3
PENDAHULUAN
BAB II
4
PEMBAHASAN
a. Pengetian Shalat jenazah
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.
“Dari Salamah bin Al-Akwa’,” pada suatu saat kami duduk-duduk dekat Nabi Saw. Ketika
itu dibawa seorang mayat, beliau berkata kepada kami, ‘shalatkanlah teman kamu’.’
(riwayat Bukhari)
c. Keutamaan Shalat Jenazah
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dan Khabab, ia berkata bahwasanya
Rasullah bersabda:
ٍد33ُ َأ صْ غ ََر هُ َما ِم ْث ُل ُأح,صلَّللى َعا َ ْيهَا فَلَهُ قِي َْر ا طٌ َو َم ْن تَبِ َعهَا َحتَّى يُ ْف َر َغ ِم ْنهَا فَلَهُ قِ ْي َر ا طَا ِن
َ َم ْن تَبِ َع َجنَا زَ ةً َو
َأ َح َدهُ َما ِم ْث ُل ُأحُد ْ َأ و
“Siapa yang mengantar jenazah dan menyalatinya, maka baginya satu qirath.
Siapa mengantar jenazah samapai selesai (proses pemakaman), maka baginya dua
qirath. Yang paling kecil adalah seperti gunung Uhud atau salah satu dari keduanya
adalah seperti gunung Uhud.”
Ibnu Umar lalu mengirim Khabab kepada Aisyah untuk menanyakan kebenaran
perkataan Abu Hurairah tersebut. Ketika kembali dari rumah Aisyah, Khatab bercerita
bahwa apa yang dikatakan Abu Hurairah itu benar. Mendengar apa yang dikatakan
Khabab, Ibnu Umar berkata, sungguh kami telah kehilangan banyak kesempatan untuk
mendapatkan beberapa qirath.
5
Dari Abdullah bin Abbas, bahwa seorang putranya meninggal di Qalid atau ‘Usfan
dan yang menyalatinya sebanyak empat puluh orang, Rasullah bersabda:
َر ا3لُّ قِ ْي33 ُك, ٍر3ْطا ِن ِم ْن َأ ج
َ لَهُ قِي َْر ا َ َكان. َصلَّى َعلَ ْيهَا ثُ َّم تَبِعهَا َحتَّلى تُ ْد فَن
َ َم ْن َخ َر َج َم َح َجنَا زَ ٍة ِم ْن بَ ْيتِهَا َو
َج َع َكا نَ لَهُ ِم ْث ُل ُأ ُح ٍد صلَّى َغلَ ْيهَا ثُ َّم ر
َ َو َم ْن, ٍط ِم ْث ُل ُأ ُح ٍد
“Tidaklah seorang muslim mati lalu jenazahnya di shalatkan empat puluh orang
laki-laki yang tidak menyekutukan Allah, melainkan Allah memberikan syafaat kepadanya
lantaran mereka.”
d. Syarat Shalat Jenazah
Shalatnya jenazah sebagaimana redaksi shalat lainnya. Shalat jenazah juga
memilki beberapa syarat sebagaimana syarat dalam melaksanakan shalat fardhu yaitu:
Yang membedakan shalat jenazah dengan shalat fardhu adalah bahwa shalat
jenazah tidak terikat waktu, shalat jenazah dilakukan kapan saja ketika jenazah tiba,
bahkan dalam waktu yang dilarang pun dapat melaksankan shalat jenazah, menurut Imam
Abu Hanifah dan Syafi’i. Menurut Imam Ahmad, Ibnu Mubarok dan Ishak berpendapat
bahwa melaksanakan shalat jenazah saat matahari terbit, tepat berada diatas dan saat
tenggelam, hukummnya makruh kecuali jika tubuh dikhawatirkan akan membusuk.
6
Niat letaknya ada dalam hati, karenanya melafalkan niat disyariatkan. Jadi
tidak diharuskan membaca bacaan shalat jenazah.
5. Membaca Al-Fatihah
Tidaklah sah jika shalat jenazah tidak membaca surat Al-Fatihah (menurut ahli hadist).
7
Imam syafi’i berkata, sebagaimana yang tercantum dalam musnadnya, dari Abu
memberitahukan kepadanya bahwa yang disunahkan dalam melaksanakan shalat jenazah
adalah hendaknya imam takbir, lalu diiringi dengan membaca al-Fatihah setelah takbir
yang pertama. Setelah itu membaca shalawat kepada Rasulullah saw. Dan membaca doa
untuk jenazah pada takbir selanjutnya yang disertai dengan keikhlasan.
“Ya Allah, jangalah Engkau halangi (tutupi) kami dari mendaptkan ganjarannya, janganlah
Engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia ” (Riwayat Hakim).
9. Salam
8
Ibnu Mas’ud berkata, salam dalam shalat jenazah sama halnya dengan salam
dalam shalat yang lain. Adapun lafal salam yang paling sederhana adalah
“assalamualaikum Warahmatullahhiwabarakatuh.”
ض ِكفَايَ ِة اِ َما ًما| َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى ٍ ت اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا
َ ْت فَر ْ صلِّى َعلَى هَ َذ
ِ ِّاال َمي َ ُا
Usholli ala hadzal mayyiti arba’a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma’muman lillahi ta’ala.
Sedangkan untuk jenazah perempuan:
ض ِكفَايَ ِة اِ َما ًما| َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى ٍ صلِّى َعلَى هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا
َ ْت فَر َ ُا
Usholli ‘ala hadzahihil mayyitati arba’a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma’muman lillahi
ta’ala.
Takbir Pertama
Setelah membaca niat selanjutnya melakukan takbir, pada takbir pertama imam
dan makmum membaca Surat Alfatihah tidak dijaharkan atau suaranya tidak dilantangkan
cukup dalam hati saja.
Takbir Kedua
Setelah takbir imam dan makmum membaca shalawat nabi: Allâhumma shalli ‘alâ
Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ shallaita ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli Ibrâhim, wa
bârik ‘alâ Muhammad, wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli
Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun majîd. Atau cukup membaca: Allahumma sholli 'alaa
Muhammad.
9
Takbir Ketiga
Pada takbir kali ini membaca doa meminta ampunan untuk jenazah:
Allahummagfir lahu warhamhu wa 'afihi wa 'fu'anhu wakrim nuzulahu wa wasi' madkholahu
wagsilhu bilma'i watsalju wal bardi wa naqqihi minadzunubi walkhotoyaya kama yunaqqi
atssaubulabyadhu binaddanasi wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wahlan khoyron
min ahliho, wa zaujan khoyron min zaujihi waqihi fitnatalqobri wa 'adzabi nnar.
Takbir Keempat
Pada takbir terakhir ini imam dan makmum doa untuk jenazah. Adapun jenazah
laki-laki doanya:
Allahumma tarimna Ajrohu walataftinna bakdahu. Untuk jenazah perempuan membaca:
Allahumma la tahrimna uhroha waltaftina bakdahu.
bacaan doa jenazah bayi yang dapat dilantunkan dalam sholat jenazah di takbir keempat:
ٰ ٰ
ح َ ِاز ْينِ ِه َما َواَ ْع ِظ ْم بِ ِه اُجُوْ َرهُ َما َواَ ْل ِح ْقهُ ب
ِ ِصال ِ اَللّهُ َّم اجْ َع ْلهُ فَ َرطًا َو ُذ ْخرًالِ َوالِ َد ْي ِه َو َشفِ ْيعًا ُم َجابًا اَللّهُ َّم ثَقِّلْ بِ ِهم َم َو
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala dan simpanan bagi kedua
orangtuanya dan pemberi syafaat yang dikabulkan doanya. Oh Allah, dengan musibah ini,
beratkanlah timbangan perbuatan mereka dan berilah pahala yang agung. Anak ini
kumpulkan dengan orang-orang yang shaleh dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi
Ibrahim. Peliharalah dia dengan rahmat-Mu dari siksaan neraka jahim.”
ص ْب َر َعلَى قَ ْلبِ ِه َما ِ اَللَّهُـ َّم اجْ َعلهُ فَرْ طًا َأِلبَ َو ْي ِه َو َسلَفًا َو ُذ ْخرًا َو ِعظَةً َوا ْعتِبَارًا َو َشفِ ْيعًا َوثَقِّلْ بِ ِه َم َو
ِ ازنَهُ َما َواَ ْف ِر
َّ غ ال
ُ َوالَ تَ ْفتِ ْنهُ َما بَ ْع َدهُ َواَل تَحْ ِر ْمهُ َما اَجْ َره.
كالي٢ اَل َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُ ْه.
10
Allahummaj’alhu Farthon Li Abawaihi Wasalafan Wadzukhro Wa’idzotan Wa’tibaron
Wasyafi’an Watsaqil Bihi Mawazinahuma Wa Afrighish Shobro ‘Ala Qolbihima Wala
Taftinhuma Ba’dahu Wala Tahrimhuma Ajrohu.
Artinya: “Ya Allah Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala bagi kedua orang tuanya,
sebagai pendahulu, simpanan, Pelajaran, Contoh dan Penolong.
Setelah takbir keempat tersebut shalat jenazah ditutup dengan salam ke kanan dan ke kiri.
(OL-13)
Adapun juga beberapa hadist yang menjelaskan bahwa jenazah para syuhada
tetap dishalati. Di antaranya adalah:
1. Imam Bukhari meriwayatkan dari Uqbah bin Amar bahwasannya rasulullah saw.
pernah keluar lalu beliu melakukan shalat untuk mereka yang gugur dibukit Uhud
sebagaimana beliu shalat jenazah setelah delapan tahun berlalu layaknya orang
yang sedang berpamitan baik kepada orang yang masih hidup ataupun orang
yang sudah meninggal dunia.
2. Dari Abu Malik al-Ghifari, ia berkata, “mereka yang terbunuh pada saat perang
Uhud sebanyak sembilan orang, sepuluh dengan Hamzah. Mereka dihadapkan
kepada Rasulullah saw. lalu di datangkan sembilan jenazah yang lain, sementara
jenazah Hamzah dibiarkan pada tempat semula.
11
Kemudian Rasulullah saw. melaksanakan shalat untuk ke sembilan jenazah
tersebut. HR. Baihaki.
12
kita kuburkan tetapi tanpa kaki, kemudian setelah itu kita mendapati kakinya, maka ia
dipendam tetapi tidak dishalati karena mayatnya telah dishalati. Apabila mayat belum
didapati, tetapi hanya mendapatkan sebagian anggota badannya seperti kepala atau
tangan, sedangkan tubuhnya yang lain tidak didapati, maka ia dishalati dengan apa yang
ada dari anggota tubuhnya setelah dimandikan dan dikafani, setelah itu ia dimakamkan.
Tata cara salat gaib kurang lebih sama dengan tata cara salat jenazah. Perbedaan
salat gaib dan salat jenazah terletak pada niat dan keberadaan jenazah. Sholat ghoib juga
dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Salat ini bisa dilakukan sendiri atau
berjamaah.
Niat
Niat boleh dibaca di dalam hati atau dilafalkan dengan bahasa Arab atau bahasa
Indonesia.
َمْأ ُموْ ًما) هّلِل ِ تَ َعالى/ ض ْال ِكفَايَ ِة (ِإ َما ًما ٍ ب َأرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا
َ ْت فَر ِ (ال َميِّتَ ِة) ْالغَائ
ْ ت َ ُأ
ِ ِّصلِّى َعلَى ْال َمي
"Saya niat salat gaib atas jenazah (nama jenazah) empat kali takbir fardu kifayah karena
Allah ta'ala."
j. Analisis
Dengan melihat kontrakdisi pada masalah hukum menyalati orang yang mati
Syahid itu menurut analisis kami kedua-duanya baik dilakukan, karena baik menyolati
maupun tidak menyolati, kedua-duanya memiliki dasar yang bersumber dari rasullullah
saw. kami berpegang dari riwayat Ibnu Hazm yang menyatakan bahwasannya boleh
dilakukan dan boleh ditinggalkan. Jika ia menyolatkan orang-orang yang gugur dalam
peperangan. Ini juga salah satu riwayatkan dari Ahmad, dan dinilai benar oleh Ibnu al-
Qayyim.
Pendapat ini mengompromikan nash-nash yang shahih. Selain itu dalam kitab Al-
Umm, Imam Syafi’i menyatakan bahwasannya ada beberapa hadist yang seakan-akan
hadist ini mutawatir, bahwa Rasulullah saw. tidak menyolati mereka yang syahid di perang
uhud. Adapun hadist yang berasal dari Uqbah bin Amir, bahwa peristiwa tersebut terjadi
setelah delapan tahun berlalu. Lebih lanjut Imam Syafi’i berkata: “seakan-akan rasulullah
saw. Mendoakan saat itu mendoakan dan meminta ampuna untuk mereka setelah beliau
akan wafat.
13
Jadi dapat disimpulkan bahwa menyolatkan dan tidak menyolatkan orang yang
mati syahid semuanya boleh dilakukan sesuai kehendaknya.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah
ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan
pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia, maka didak ada lagi kewajiban
kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut. Kemudian
shalat jenazah sudah ada syarat dan rukun-rukunnya yang berpegang pada dasar-dasar
sunnah Rasulullah saw. Selain itu bahwa menyolatkan jenazah yang matinya syahid boleh
dan tidak disholatkan karena Rasulullah pernah mengerjakan kedua-duanya, pernyataan
ini didasarkan pada hadist-hadist yang ada, kemudian telah diamati bahwa nash-nashnya
shahih.
DAFTAR PUSTAKA
www.awitrom.com-tentang-shalat-jenazah
https://supriyadicfc.wordpress.com
14