Anda di halaman 1dari 14

TATA CARA SHALAT JENAZAH

Disusun Oleh:
 Leta Lestari
 M. Reihan Rozak
 Ahmad Mirzan

Guru Pembimbing:
Kurniawansyah, S.Pd

SMK MUHAMMADIYAH 1 PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

1
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
melaksanakan shalat jenazah. Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya
akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh
kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang Bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Palembang, 29 September 2021


Penyusun

Kelompok 3

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................................
a. Pengertian Shalat Jenazah............................................................................................................
b. Hukum Shalat Jenazah .................................................................................................................
c. Keutamaan Shalat Jenazah ..........................................................................................................
d. Syarat Shalat Jenazah ..................................................................................................................
e. Rukun Shalat Jenazah...................................................................................................................
f. Cara Menyalati Jenazah.................................................................................................................
g. Hukum Menyalati Orang yang mati Syahid .................................................................................
h. Kaifiat Shalat Jenazah..................................................................................................................
i. Cara Menshalati Jasad Yang Tinggal Potongan-Potongan Jasad .............................................
j. Analisis ........................................................................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................................


a. Kesimpulan ..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................

BAB I

3
PENDAHULUAN

Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan ditengah-tengah


masyarakat adalah kajian masalah shalat jenazah, kita memandang dari aspek teori shalat
jenazah merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika dibayangkan
bahkan kita menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita melihat dari aspek praktek
masih banyak kesalahan- kesalahan yang dilakukan dimasyarakat dalam masalah
pengurusan jenazah. Karena teori dengan praktek dilapangan sangatlah berbeda, apalagi
saat menjalani pratek kita harus mempersiapkan segala macam, dari segi peralatan dan
mental kita. Untuk itu dalam makalah ini mengangkat sebuah tema yang berkaitan dengan
menyolatkan jenazah dengan tujuan sebagai pandangan bagaimana seharusnya
menyolatkan jenazah dengan baik dan benar. 
Kemudian dalam makalah ini juga membahas bagaimanaapa pengertian shalat
jenazah itu sendiri, keutamaan-keutamaan dalam shalat jenazah, hukum sholat jenazah
berdasarkan menurut hadist, syarat-syarat menyolatkan jenazah, rukun-rukun yang benar
dalam melaksanakan sholat jenazah, dan yang terakhir ialah bagaimana hukumnya
menyolatkan orang yang matinya syahid diperbolehkan ataukah tidak. Tujuan penyusunan
makalah tersebut adalah untuk memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya bagi
mahasiswa tentunya dalam masalah cara menyolatkan jenazah sehingga dapat
meminimalisir kesalahan dan ketidak tahuan dalam masalah menyolatkan jenazah.

BAB II

4
PEMBAHASAN
a. Pengetian Shalat jenazah
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.

b. Hukum shalat jenazah 


Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah bagi semua orang muslim yg hidup. Jika
telah dikerjakan oleh satu orang sekalipun maka gugurlah kewajibannya dari yg lain.
Shalat ini mempunyai beberapa syarat rukun dan sunnah serta keutamaan sebagaimana
akan kami sebutkan. Dari Salamah bin Al-Akwa:

َ : ‫صلَّلى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اِ ْذ اُ تِ َى بِ َجنَا زَ ٍة قَا َل‬


‫صلُّوْ ا َعلَى‬ ِ ‫ع َْن َسلَ َمةَ ْب ِن ْاالَ ْك َو‬
َ ‫ ُكنَّا ُجلُوْ سًا ِع ْن َد النَّبِ ِّى‬: ‫ع‬
‫ رواه البخا رى‬.‫صا ِحبِ ُك ْم‬
َ

“Dari Salamah bin Al-Akwa’,” pada suatu saat kami duduk-duduk dekat Nabi Saw. Ketika
itu dibawa seorang mayat, beliau berkata kepada kami, ‘shalatkanlah teman kamu’.’
(riwayat Bukhari) 
c. Keutamaan Shalat Jenazah
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dan Khabab, ia berkata bahwasanya
Rasullah bersabda:

‫ ٍد‬33ُ‫ َأ صْ غ ََر هُ َما ِم ْث ُل ُأح‬,‫صلَّللى َعا َ ْيهَا فَلَهُ قِي َْر ا طٌ َو َم ْن تَبِ َعهَا َحتَّى يُ ْف َر َغ ِم ْنهَا فَلَهُ قِ ْي َر ا طَا ِن‬
َ ‫َم ْن تَبِ َع َجنَا زَ ةً َو‬
‫َأ َح َدهُ َما ِم ْث ُل ُأحُد‬    ْ  ‫َأ و‬ 
“Siapa yang mengantar jenazah dan menyalatinya, maka baginya satu qirath.
Siapa mengantar jenazah samapai selesai (proses pemakaman), maka baginya dua
qirath. Yang paling kecil adalah seperti gunung Uhud atau salah satu dari keduanya
adalah seperti gunung Uhud.”
Ibnu Umar lalu mengirim Khabab kepada Aisyah untuk menanyakan kebenaran
perkataan Abu Hurairah tersebut. Ketika kembali dari rumah Aisyah, Khatab bercerita
bahwa apa yang dikatakan Abu Hurairah itu benar. Mendengar apa yang dikatakan
Khabab, Ibnu Umar berkata, sungguh kami telah kehilangan banyak kesempatan untuk
mendapatkan beberapa qirath.

5
Dari Abdullah bin Abbas, bahwa seorang putranya meninggal di Qalid atau ‘Usfan
dan yang menyalatinya sebanyak empat puluh orang, Rasullah bersabda:
 ‫ َر ا‬3‫لُّ قِ ْي‬33‫ ُك‬,‫ ٍر‬3ْ‫طا ِن ِم ْن َأ ج‬
َ ‫لَهُ قِي َْر ا‬    َ‫ َكان‬. َ‫صلَّى َعلَ ْيهَا ثُ َّم تَبِعهَا َحتَّلى تُ ْد فَن‬
َ ‫َم ْن َخ َر َج َم َح َجنَا زَ ٍة ِم ْن بَ ْيتِهَا َو‬
‫ َج َع َكا نَ لَهُ ِم ْث ُل ُأ ُح ٍد‬ ‫صلَّى َغلَ ْيهَا ثُ َّم ر‬
َ ‫ َو َم ْن‬,‫ ٍط ِم ْث ُل ُأ ُح ٍد‬ 

“Tidaklah seorang muslim mati lalu jenazahnya di shalatkan empat puluh orang
laki-laki yang tidak menyekutukan Allah, melainkan Allah memberikan syafaat kepadanya
lantaran mereka.”
d. Syarat Shalat Jenazah
Shalatnya jenazah sebagaimana redaksi shalat lainnya. Shalat jenazah juga
memilki beberapa syarat sebagaimana syarat dalam melaksanakan shalat fardhu yaitu:

1. Badannya suci, suci dari hadats kecil dan besar


2. Menghadap ke kiblat
3. Menutupi aurat
4. Dilakukan setelah mayat dimandikan dan dikafani 
5. Letak mayat itu sebelah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali kalau shalat itu
dilaksanakan diatas kubur atau shalat gaib

Yang membedakan shalat jenazah dengan shalat fardhu adalah bahwa shalat
jenazah tidak terikat waktu, shalat jenazah dilakukan kapan saja ketika jenazah tiba,
bahkan dalam waktu yang dilarang pun dapat melaksankan shalat jenazah, menurut Imam
Abu Hanifah dan Syafi’i. Menurut Imam Ahmad, Ibnu Mubarok dan Ishak berpendapat
bahwa melaksanakan shalat jenazah saat matahari terbit, tepat berada diatas dan saat
tenggelam, hukummnya makruh kecuali jika tubuh dikhawatirkan akan membusuk.

e. Rukun Shalat Jenazah 


1. Niat
Allah SWT berfirman,
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah:5).

6
Niat letaknya ada dalam hati, karenanya melafalkan niat disyariatkan. Jadi
tidak diharuskan membaca bacaan shalat jenazah.

2. Berdiri bagi yang mampu


Dalam pandangan mayoritas ulama, berdiri merupakan bagian dari rukun shalat
jenazah. Maka, jika ada yang melakukan shalat jenazah dalam keadaan duduk maka
shalatnya tidak sah, karena ia tidak memenuhi salah satu dari rukun shalat, yaitu berdiri.
Pendapat ini sesuai dengan pandangan Abu Hanifah, Syafi’i dan Abu Tsaur. Dan
dalam hal ini, tidak ditemukannya adanya perbedaan pendapat.
Pada saat berdiri hendaknya tangan kanan menggenggam tangan kiri. Ada juga yang
mengatakan tidak perlu. Tetapi sebagian besar lebih banyak menerima pendapat yang
pertama.
3. Takbir sebanyak empat kali.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah Hadist yang bersumber dari Jabir
ra, bahwasanya Rasulullah SAW melakukan shalat jenazah raja Najasyi dengan emapt
takbir. Tirmizi berkata, shalat dengan 4 takbir merupakan amalan yang dilakukan para
sahabat dan yang lain dengan melihat Rasulullah melakukan shalat jenazah dengan takbir
empat kali. Pendapat ini dikemukakan oleh Syafan, Malik, Ibnu Mubarak, Syafi’I, Ahmad
dan Ishak.
4. Mengangkat dua tangan saat takbir
Mengangkat dua tangan saat shalat jenazah kecuali hanya pada takbir pertama.
Karenanya, takbir diberlakukan hanya pada saat takbiratul ihram, kecuali jika berpindah
dari rukun satu ke rukun lain sebagaimana yang berlaku dalam shalat selain shalat
jenazah. Sementara untuk shalat jenazah tidak dikenal takbiratul intiqal (takbir yang
menandakan perpindahan antara satu rukun dengan rukun yang lain).

5. Membaca Al-Fatihah
Tidaklah sah jika shalat jenazah tidak membaca surat Al-Fatihah (menurut ahli hadist).

6. Membaca shalawat atas Rasulullah SAW.

7
Imam syafi’i berkata, sebagaimana yang tercantum dalam musnadnya, dari Abu
memberitahukan kepadanya bahwa yang disunahkan dalam melaksanakan shalat jenazah
adalah hendaknya imam takbir, lalu diiringi dengan membaca al-Fatihah setelah takbir
yang pertama. Setelah itu membaca shalawat kepada Rasulullah saw. Dan membaca doa
untuk jenazah pada takbir selanjutnya yang disertai dengan keikhlasan.

7. Doa kepada jenazah


Membaca doa setelah shalat jenazah itu merupakan rukunnya. Dari HR. Muslim
berkata, Rasulullah bersabda:

‫ج َوبَ َر ٍد َونَقِّ ِه ِمنَ ْال َخطَا يَا َك َما‬


ٍ ‫ا للَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َو ا رْ َح ْمهُ َوعَا فِ ِه َوَأ ْك ِر ْم نُ ُز لَهُ َو َو َّس ْع ُم ْد َخلَهُ َوا ْغ ِس ْلهُ بِ َما ٍء َوثَ ْل‬
َ‫يُنَقَّى الثَّوْ بُ اَْأل ْبيَضُ ِمن‬
 ‫َار ِه َوَأ ْهالً خَ ْيرًا ِم ْن َأ ْهلِ ِه َو َزوْ جًا خَ ْي ًر ا ِم ْن َز وْ ِج ِه َوقِ ِه فِ ْتنَةَ ْالقَب ِْر َو َع َذابَالنَّار‬
ِ ‫َس َوَأ ْب ِد ْلهُ دَارًا َخ ْيرًا ِم ْن د‬
ِ ‫ال َّد ن‬ 

“Ya Allah, ampunilah (dosanya), sayangilah dia, maafkanlah (kesalahannya), muliakan


tempatnya, luaskan jalan masuknya, mandikan ia dengan air dan embun, bersihkan
dirinya dari segala kesalahan sebagaimana baju putih yang telah dibersihkan dari segala
kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik dan gantilah keluarganya
dengan keluarga yang lebih baik dan gantilah pasangannya dengan pasangan yang lebih
baik, juga selamatkan dari fitnah kubur dan siksa neraka. ”

8. Membaca doa setelah takbir keempat


Meskipun sudah membaca setelah takbir ketiga, berdoa setelah takbir keempat
juga dianjurkan. Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan Imam dari Abdullah bin
Aufa.Imam syafi’i berkata, setelah takbir keempat, hendaknya orang yang shalat membaca
doa,
ُ‫اللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا َأ جْ َر هُ َو الَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ َو ا ْغفِرْ لَنَا َولَه‬

“Ya Allah, jangalah Engkau halangi (tutupi) kami dari mendaptkan ganjarannya, janganlah
Engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia ” (Riwayat Hakim).

9. Salam

8
Ibnu Mas’ud berkata, salam dalam shalat jenazah sama halnya dengan salam
dalam shalat yang lain. Adapun lafal salam yang paling sederhana adalah 
“assalamualaikum Warahmatullahhiwabarakatuh.”

f. Cara Menyalati Jenazah


Posisi imam saat menyalati jenazah perempuan dan lelaki. Diantara cara yang
diajarkan Rasulullah saw. Bagi imam dalam meyalati jenazah lelaki adalah hendaknya
berada persis di bagian kepala jenazah. Dan untuk jenazah perempuan, hendaknya imam
berada di bagian tengah (perut).
Sebagai landasan atas hal ini adalah sebuah hadits yang bersumber dari Anas ra.
bahwasanya ada seseorang yang melakukan shalat tepat dibagian kepalanya. Setelah
jenazahnya dipangkat, kemudian di datangkan dengan jenazah perempuan dan ia
merubah posisinya tepat di bagian tengah jenazah. (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu
Majah).
Niat
Niat Untuk jenazah laki-laki sebelum memulai shalat dapat membaca niat:

‫ض ِكفَايَ ِة اِ َما ًما| َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫ت اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ ْ ‫صلِّى َعلَى هَ َذ‬
ِ ِّ‫اال َمي‬ َ ُ‫ا‬

Usholli ala hadzal mayyiti arba’a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma’muman lillahi ta’ala.
Sedangkan untuk jenazah perempuan:

‫ض ِكفَايَ ِة اِ َما ًما| َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫صلِّى َعلَى هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ َ ُ‫ا‬

Usholli ‘ala hadzahihil mayyitati arba’a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma’muman lillahi
ta’ala.
Takbir Pertama
Setelah membaca niat selanjutnya melakukan takbir, pada takbir pertama imam
dan makmum membaca Surat Alfatihah tidak dijaharkan atau suaranya tidak dilantangkan
cukup dalam hati saja.
Takbir Kedua
Setelah takbir imam dan makmum membaca shalawat nabi: Allâhumma shalli ‘alâ
Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ shallaita ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli Ibrâhim, wa
bârik ‘alâ Muhammad, wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli
Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun majîd. Atau cukup membaca: Allahumma sholli 'alaa
Muhammad.

9
Takbir Ketiga
Pada takbir kali ini membaca doa meminta ampunan untuk jenazah:
Allahummagfir lahu warhamhu wa 'afihi wa 'fu'anhu wakrim nuzulahu wa wasi' madkholahu
wagsilhu bilma'i watsalju wal bardi wa naqqihi minadzunubi walkhotoyaya kama yunaqqi
atssaubulabyadhu binaddanasi wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wahlan khoyron
min ahliho, wa zaujan khoyron min zaujihi waqihi fitnatalqobri wa 'adzabi nnar.
Takbir Keempat
Pada takbir terakhir ini imam dan makmum doa untuk jenazah. Adapun jenazah
laki-laki doanya:
Allahumma tarimna Ajrohu walataftinna bakdahu. Untuk jenazah perempuan membaca:
Allahumma la tahrimna uhroha waltaftina bakdahu.

bacaan doa jenazah bayi yang dapat dilantunkan dalam sholat jenazah di takbir keempat:

ٰ ٰ
‫ح‬ َ ِ‫از ْينِ ِه َما َواَ ْع ِظ ْم بِ ِه اُجُوْ َرهُ َما َواَ ْل ِح ْقهُ ب‬
ِ ِ‫صال‬ ِ ‫اَللّهُ َّم اجْ َع ْلهُ فَ َرطًا َو ُذ ْخرًالِ َوالِ َد ْي ِه َو َشفِ ْيعًا ُم َجابًا اَللّهُ َّم ثَقِّلْ بِ ِهم َم َو‬

‫اب ْال َج ِحي ِْم‬


َ ‫ْن َواجْ َع ْلهُ فِ ْى َكفَا لَ ِة اِ ْب َرا ِه ْي َم َوقِ ِه بِ َرحْ َمتِكَ َع َذ‬3َ ‫ال ُمْؤ ِمنِي‬.
ْ

Allaahummaj'alhu farathan wa dzukhran liwalidaihi wa syafii’an mujaaban Allaahumma


tsaqqil bihim mawaziinihimaa wa a’dhim bihi ujuurahumaa. Wa alhiqhu bishaalihil
mu’miniina waj’alhu fii kafaalati ibrahiima waqihi birahmatika ‘adzabal jahiimi.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala dan simpanan bagi kedua
orangtuanya dan pemberi syafaat yang dikabulkan doanya. Oh Allah, dengan musibah ini,
beratkanlah timbangan perbuatan mereka dan berilah pahala yang agung. Anak ini
kumpulkan dengan orang-orang yang shaleh dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi
Ibrahim. Peliharalah dia dengan rahmat-Mu dari siksaan neraka jahim.”

‫ص ْب َر َعلَى قَ ْلبِ ِه َما‬ ِ ‫اَللَّهُـ َّم اجْ َعلهُ فَرْ طًا َأِلبَ َو ْي ِه َو َسلَفًا َو ُذ ْخرًا َو ِعظَةً َوا ْعتِبَارًا َو َشفِ ْيعًا َوثَقِّلْ بِ ِه َم َو‬
ِ ‫ازنَهُ َما َواَ ْف ِر‬
َّ ‫غ ال‬
ُ‫ َوالَ تَ ْفتِ ْنهُ َما بَ ْع َدهُ َواَل تَحْ ِر ْمهُ َما اَجْ َره‬.

‫كالي‬٢ ‫اَل َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُ ْه‬.

10
Allahummaj’alhu Farthon Li Abawaihi Wasalafan Wadzukhro Wa’idzotan Wa’tibaron
Wasyafi’an Watsaqil Bihi Mawazinahuma Wa Afrighish Shobro ‘Ala Qolbihima Wala
Taftinhuma Ba’dahu Wala Tahrimhuma Ajrohu.

Artinya: “Ya Allah Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala bagi kedua orang tuanya,
sebagai pendahulu, simpanan, Pelajaran, Contoh dan Penolong.
Setelah takbir keempat tersebut shalat jenazah ditutup dengan salam ke kanan dan ke kiri.
(OL-13)

g. Hukum menyalati orang yang mati syahid


Syahid adalah orang yang meninggal dunia ditangan-tangan orang-orang kafir
saat peperangan. Ada beberapa hadits yang dengan jelas menyatakan bahwa orang yang
syahid tidah perlu dishslati. Di antaranya adalah;

1. Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bahwasannya Rasulullah saw.


memerintahkan untuk mengebumikan para sahabat yang meninggalkan dunia
saat perang Uhud dengan darah mereka, tidak dimandikan dan tidak dishalati.
2. Imam Ahmad, Abu Daud dan Tirmmidzi meriwayatkan dari Anas ra. bahwasannya
mereka yang syahid di bukit Uhud tidak dishalati, jenazahnya langsung
dikebumikan dengan darahnya dan juga tidak dimandikan.

Adapun juga beberapa hadist yang menjelaskan bahwa jenazah para syuhada
tetap dishalati. Di antaranya adalah:

1. Imam Bukhari meriwayatkan dari Uqbah bin Amar bahwasannya rasulullah saw.
pernah keluar lalu beliu melakukan shalat untuk mereka yang gugur dibukit Uhud
sebagaimana beliu shalat jenazah setelah delapan tahun berlalu layaknya orang
yang sedang berpamitan baik kepada orang yang masih hidup ataupun orang
yang sudah meninggal dunia.
2. Dari Abu Malik al-Ghifari, ia berkata, “mereka yang terbunuh pada saat perang
Uhud sebanyak sembilan orang, sepuluh dengan Hamzah. Mereka dihadapkan
kepada Rasulullah saw. lalu di datangkan sembilan jenazah yang lain, sementara
jenazah Hamzah dibiarkan pada tempat semula.

11
Kemudian Rasulullah saw. melaksanakan shalat untuk ke sembilan jenazah
tersebut. HR. Baihaki.

h. Kaifiat shalat jenazah

Setelah syarat-syarat dipenuhi, maka orang yang mengerjakan salat jenazah


berdiri lurus di depannya, lalu mengangkat kedua tangan sambil membaca takbiratul
ihram. Letakkan tangan kanan di atas tangan kiri kemudian membaca surat Al Fatihah
diikuti dengan takbir lagi dan membaca salawat Nabi, kemudian takbir yang ketiga diikuti
membaca doa kepada jenazah, lalu takbir keempat dan berdoa lagi kemudian salam.
1.      Apabila jenazah ada di depan tempat Salat
Letakkanlah jenazah orang yang menyalatkan atau di depan imam jika berjamaah
dengan kepala jenazah sebelah utara. Jika jenazah itu laki-laki maka orang yang salat
(imam) berdiri sejajar dengan kepala. Jika perempuan maka orang yang salat (imam)
berdiri sejajar dengan tengah-tengah badan jenazah. Apabila jenazah lebih dari satu
orang, boleh disalatkan sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan ketentuan, jenazah
laki-laki diletakkan lebih dekat dengan imam dan jenazah perempuan lebih dekat dengan
arah kiblat, semuanya didepan imam dengan yang lebih utama di dekatnya, kemudian
disalatkan bersama-sama. Boleh juga menyalatkan yang laki-laki terlebih dahulu, baru
kemudian yang perempuan.
2.      Apabila jenazah ada di tempat yang jauh
Seseorang boleh menyalatkan jenazah yang berada di tempat yang jauh, yang
disebut salat gaib. Cara melaksanakannya sama dengan melaksanakan salat jenazah
biasa dengan niat salat gaib dan wajib menghadap kiblat. Ibnu Hazmin berkata bahwa
jenazah gaib itu disalatkan secara berjamaah. Rasulullah SAW. telah menyalatkan Raja
Najasyi yang meninggal di Habsyi bersama sahabat yang berdiri bersaf-saf. Ini merupakan
Ijma yang tak di ingkari.
3.      Apabila jenazah telah dikubur
Menyalatkan jenazah di atas kuburan hukumnya mubah walaupun ia telah
disalatkan sebelum dikubur (Abidin dan Suyono, 1998: 172).
i. Cara Menshalati Jasad Yang Tinggal Potongan-Potongan Jasad.
Potongan-potongan kecil seperti tangan atau kaki apabila didapati setelah pemiliknya
dishalati maka ia tidak usah dishalati. Misalnya kita telah menshalati seorang lelaki dan

12
kita kuburkan tetapi tanpa kaki, kemudian setelah itu kita mendapati kakinya, maka ia
dipendam tetapi tidak dishalati karena mayatnya telah dishalati. Apabila mayat belum
didapati, tetapi hanya mendapatkan sebagian anggota badannya seperti kepala atau
tangan, sedangkan tubuhnya yang lain tidak didapati, maka ia dishalati dengan apa yang
ada dari anggota tubuhnya setelah dimandikan dan dikafani, setelah itu ia dimakamkan.

Tata cara salat gaib kurang lebih sama dengan tata cara salat jenazah. Perbedaan
salat gaib dan salat jenazah terletak pada niat dan keberadaan jenazah. Sholat ghoib juga
dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Salat ini bisa dilakukan sendiri atau
berjamaah.
Niat
Niat boleh dibaca di dalam hati atau dilafalkan dengan bahasa Arab atau bahasa
Indonesia.

‫ َمْأ ُموْ ًما) هّلِل ِ تَ َعالى‬/ ‫ض ْال ِكفَايَ ِة (ِإ َما ًما‬ ٍ ‫ب َأرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ ِ ‫(ال َميِّتَ ِة) ْالغَائ‬
ْ ‫ت‬ َ ‫ُأ‬
ِ ِّ‫صلِّى َعلَى ْال َمي‬

"Saya niat salat gaib atas jenazah (nama jenazah) empat kali takbir fardu kifayah karena
Allah ta'ala."

j. Analisis 
Dengan melihat kontrakdisi pada masalah hukum menyalati orang yang mati
Syahid itu menurut analisis kami kedua-duanya baik dilakukan, karena baik menyolati
maupun tidak menyolati, kedua-duanya memiliki dasar yang bersumber dari rasullullah
saw. kami berpegang dari riwayat Ibnu Hazm yang menyatakan bahwasannya boleh
dilakukan dan boleh ditinggalkan. Jika ia menyolatkan orang-orang yang gugur dalam
peperangan. Ini juga salah satu riwayatkan dari Ahmad, dan dinilai benar oleh Ibnu al-
Qayyim.
Pendapat ini mengompromikan nash-nash yang shahih.  Selain itu dalam kitab Al-
Umm, Imam Syafi’i menyatakan bahwasannya ada beberapa hadist yang seakan-akan
hadist ini mutawatir, bahwa Rasulullah saw. tidak menyolati mereka yang syahid di perang
uhud. Adapun hadist yang berasal dari Uqbah bin Amir, bahwa peristiwa tersebut terjadi
setelah delapan tahun berlalu. Lebih lanjut Imam Syafi’i berkata: “seakan-akan rasulullah
saw. Mendoakan saat itu mendoakan dan meminta ampuna untuk mereka setelah beliau
akan wafat.

13
Jadi dapat disimpulkan bahwa menyolatkan dan tidak menyolatkan orang yang
mati syahid semuanya boleh dilakukan sesuai kehendaknya.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN

Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah
ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan
pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia, maka didak ada lagi kewajiban
kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut. Kemudian
shalat jenazah sudah ada syarat dan rukun-rukunnya yang berpegang pada dasar-dasar
sunnah Rasulullah saw. Selain itu bahwa menyolatkan jenazah yang matinya syahid boleh
dan tidak disholatkan karena Rasulullah pernah mengerjakan kedua-duanya, pernyataan
ini didasarkan pada hadist-hadist yang ada, kemudian telah diamati bahwa nash-nashnya
shahih.

DAFTAR PUSTAKA

www.awitrom.com-tentang-shalat-jenazah 
https://supriyadicfc.wordpress.com

14

Anda mungkin juga menyukai