“SHOLAT
JENAZAH”
Mata Pelajaran : Agama Islam
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
SILVANI NOVELINA
KELAS : XI IPA 1
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan HidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Agama Islam yang berjudul “Sholat Jenazah”. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
melaksanakan shalat jenazah.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang Bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.wb
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2
A. Kesimpulan ............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan ditengah-tengah masyarakat
adalah kajian masalah shalat jenazah, kita memandang dari aspek teori shalat jenazah
merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika dibayangkan bahkan kita
menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita melihat dari aspek praktek masih banyak
kesalahan- kesalahan yang dilakukan dimasyarakat dalam masalah pengurusan jenazah.
Karena teori dengan praktek dilapangan sangatlah berbeda, apalagi saat menjalani pratek kita
harus mempersiapkan segala macam, dari segi peralatan dan mental kita. Untuk itu dalam
makalah ini mengangkat sebuah tema yang berkaitan dengan menyolatkan jenazah dengan
tujuan sebagai pandangan bagaimana seharusnya menyolatkan jenazah dengan baik dan
benar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah bagi semua orang muslim yg hidup. Jika telah
dikerjakan oleh satu orang sekalipun maka gugurlah kewajibannya dari yg lain. Salat ini
mempunyai beberapa syarat rukun dan sunnah serta keutamaan sebagaimana akan kami
sebutkan. Dari Salamah bin Al-Akwa:
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dan Khabab , ia berkata bahwasanya
Rasullah bersabda :
ْ َ أ,صلَّللى َعا َ ْي َها فَلَهُ قِ ْي َر ا طٌ َو َمنْ تَبِ َع َها َحتَّى يُ ْف َر َغ ِم ْن َها فَلَهُ قِ ْي َر ا طَا ِن
ص َغ َر ُه َما ِم ْث ُل َ َمنْ تَبِ َع َجنَا َزةً َو
أُ ُح ٍد أَ و أَ َح َد ُه َما ِم ْث ُل أُ ُحد
“ Siapa yang mengantar jenazah dan menyalatinya, maka baginya satu qirath. Siapa
mengantar jenazah samapai selesai (proses pemakaman), maka baginya dua qirath. Yang
2
3
paling kecil adalah seperti gunung Uhud atau salah satu dari keduanya adalah seperti gunung
Uhud.”
Ibnu Umar lalu mengirim Khabab kepada Aisyah untuk menanyakan kebenaran
perkataan Abu Hurairah tersebut. Ketika kembali dari rumah Aisyah, Khabab bercerita
bahwa apa yang dikatakan Abu Hurairah itu benar. Mendengar apa yang dikatakan Khabab,
Ibnu Umar berkata, sungguh kami telah kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan
beberapa qirath.
Dari Abdullah bin Abbas, bahwa seorang putranya meninggal di Qalid atau ‘Usfan
dan yang menyalatinya sebanyak empat puluh orang , Rasullah bersabda :
ُك ُّل, َكانَ لَهُ قِ ْي َر ا طَا ِن ِمنْ أَ ْج ٍر. َصلَّى َعلَ ْي َها ثُ َّم تَبِع َها َحتَّلى تُ ْد فَن
َ َمنْ َخ َر َج َم َح َجنَا زَ ٍة ِمنْ بَ ْيتِ َها َو
ٍصلَّى َغلَ ْي َها ثُ َّم ر َج َع َكا نَ لَهُ ِم ْث ُل أُ ُحد َ ْ َو َمن,قِ ْي َر ا ٍط ِم ْث ُل أُ ُح ٍد
“ Tidaklah seorang muslim mati lalu jenazahnya di shalatkan empat puluh orang laki-laki
yang tidak menyekutukan Allah, melainkan Allah memberikan syafaat kepadanya lantaran
mereka.”
Shalatnya jenazah sebagaimana redaksi shalat lainnya. Shalat jenazah juga memilki
beberapa syarat sebagaimana syarat dalam melaksanakan shalat fardhu yaitu :
Yang membedakan shalat jenazah dengan shalat fardhu adalah bahwa shalat jenazah
tidak terikat waktu, shalat jenazah dilakukan kapan saja ketika jenazah tiba, bahkan dalam
waktu yang dilarang pun dapat melaksankan shalat jenazah, menurut Imam Abu Hanifah dan
Syafi’i. Menurut Imam Ahmad, Ibnu Mubarok dan Ishak berpendapat bahwa melaksanakan
4
shalat jenazah saat matahari terbit, tepat berada diatas dan saat tenggelam, hukummnya
makruh kecuali jika tubuh dikhawatirkan akan membusuk.
1. Niat
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”(Al-Bayyinah:5).
Niat letaknya ada dalam hati, karenanya melafalkan niat disyariatkan. Jadi tidak
diharuskan membaca bacaan shalat jenazah.
Dalam pandangan mayoritas ulama, berdiri merupakan bagian dari rukun shalat
jenazah. Maka, jika ada yang melakukan shalat jenazah dalam keadaan duduk maka shalatnya
tidak sah, karena ia tidak memenuhi salah satu dari rukun shalat, yaitu berdiri. Pendapat ini
sesuai dengan pandangan Abu Hanifah, Syafi’i dan Abu Tsaur. Dan dalam hal ini, tidak
ditemukannya adanya perbedaan pendapat.
Pada saat berdiri hendaknya tangan kanan menggenggam tangan kiri. Ada juga yang
mengatakan tidak perlu. Tetapi sebagian besar lebih banyak menerima pendapat yang
pertama.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah Hadist yang bersumber dari Jabir ra,
bahwasanya Rasulullah SAW melakukan shalat jenazah raja Najasyi dengan emapt takbir.
Tirmizi berkata, shalat dengan 4 takbir merupakan amalan yang dilakukan para sahabat dan
yang lain dengan melihat Rasulullah melakukan shalat jenazah dengan takbir empat kali.
Pendapat ini dikemukakan oleh Syafan, Malik, Ibnu Mubarak, Syafi’I, Ahmad dan Ishak.
Mengankat dua tangan saat shalat jenazah kecuali hanya pada takbir
pertama.Karenanya, takbir diberlakukan hanya pada saat takbiratul ihram, kecuali jika
berpindah dari rukun satu ke rukun lain sebagaimana yang berlaku dalam shalat selain shalat
jenazah. Sementara untuk shalat jenazah tidak dikenal takbiratul intiqal (takbir yang
menandakan perpindahan antara satu rukun dengan rukun yang lain).
5. Membaca Al-Fatihah
Tidaklah sah jika shalat jenazah tidak membaca surat Al-Fatihah (menurut ahli hadist).
Imam syafi’i berkata, sebagaimana yang tercantum dalam musnadnya, dari Abu
memberitahukan kepadanya bahwa yang disunahkan dalam melaksanakan shalat jenazah
adalah hendaknya imam takbir, lalu diiringi dengan membaca al-Fatihah setelah takbir yang
pertama. Setelah itu membaca shalawat kepada Rasulullah saw. Dan membaca doa untuk
jenazah pada takbir selanjutnya yang disertai dengan keikhlasan.
Meskipun sudah membaca setelah takbir ketiga, berdoa setelah takbir keempat juga
dianjurkan. Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan Imam dari Abdullah bin
6
Aufa.Imam syafi’i berkata, setelah takbir keempat, hendaknya orang yang shalat membaca
doa,
ُاللَّ ُه َّم الَ ت َْح ِر ْمنَا أَ ْج َر هُ َو الَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ َو ا ْغفِ ْر لَنَا َولَه
“ Ya Allah, jangalah Engkau halangi (tutupi) kami dari mendaptkan ganjarannya, janganlah
Engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia”(Riwayat Hakim).
9. Salam
Ibnu Mas’ud berkata, salam dalam shalat jenazah sama halnya dengan salam dalam
shalat yang lain. Adapun lafal salam yang paling sederhana adalah
“As-salamualaikum Warahmatullahhiwabara’katuh.”
Posisi imam saat menyalati jenazah perempuan dan lelaki. Diantara cara yang
diajarkan Rasulullah saw. Bagi imam dalam meyalati jenazah lelaki adalah hendaknya berada
persis di bagian kepala jenazah. Dan untuk jenazah perempuan, hendaknya imam berada di
bagian tengah (perut).
Sebagai landasan atas hal ini adalah sebuah hadits yang bersumber dari Anas
ra.bahwasanya ada seseorang yang melakukan shalat tepat dibagian kepalanya. Setelah
jenazahnya dipangkat, kemudian di datangkan dengan jenazah perempuan dan ia merubah
posisinya tepat di bagian tengah jenazah.(HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Syahid adalah orang yang meninggal dunia ditangan-tangan orang-orang kafir saat
peperangan. Ada beberapa hadits yang dengan jelas menyatakan bahwa orang yang syahid
tidah perlu dishslati. Di antaranya adalah;
Imam Ahmad, Abu Daud dan Tirmmidzi meriwayatkan dari Anas ra.bahwasannya
mereka yang syahid di bukit Uhud tidak dishalati , jenazahnya langsung dikebumikan dengan
darahnya dan juga tidak dimandikan.
Adapun juga beberapa hadist yang menjelaskan bahwa jenazah para syuhada tetap
dishalati. Di antaranya adalah:
Dari Abu Malik al-Ghifari, ia berkata, “mereka yang terbunuh pada saat perang Uhud
sebanyak sembilan orang, sepuluh dengan Hamzah. Mereka dihadapkan kepada Rasulullah
saw.lalu di datangkan sembilan jenazah yang lain, sementara jenazah Hamzah dibiarkan pada
tempat semula.
H. Analisis
Dengan melihat kontrakdisi pada masalah hukum menyalati orang yang mati Syahid
itu menurut analisis kami kedua-duanya baik dilakukan, karena baik menyolati maupun tidak
menyolati, kedua-duanya memiliki dasar yang bersumber dari rasullullah saw.kami
berpegang dari riwayat Ibnu Hazm yang menyatakan bahwasannya boleh dilakukan dan
boleh ditinggalkan. Jika ia menyolatkan orang-orang yang gugur dalam peperangan. Ini juga
salah satu riwayatkan dari Ahmad, dan dinilai benar oleh Ibnu al- Qayyim.
Pendapat ini mengompromikan nash-nash yang shahih. Selain itu dalam kitab Al-
Umm, Imam Syafi’i menyatakan bahwasannya ada beberapa hadist yang seakan-akan hadist
ini mutawatir, bahwa Rasulullah saw.tidak menyolati mereka yang syahid di perang uhud.
Adapun hadist yang berasal dari Uqbah bin Amir, bahwa peristiwa tersebut terjadi
setelah delapan tahun berlalu. Lebih lanjut Imam Syafi’i berkata: “seakan-akan rasulullah
saw. Mendoakan saat itu mendoakan dan meminta ampuna untuk mereka setelah beliau akan
wafat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menyolatkan dan tidak menyolatkan orang yang mati
syahid ssemuanya boleh dilakukan sesuai kehendaknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini
adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan
pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia, maka didak ada lagi kewajiban
kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut.
Kemudian shalat jenazah sudah ada syarat dan rukun-rukunnya yang berpegang pada
dasar-dasar sunnah Rasulullah saw. Selain itu bahwa menyolatkan jenazah yang matinya
syahid boleh dan tidak disholatkan karena Rasulullah pernah mengerjakan kedua-duanya,
pernyataan ini didasarkan pada hadist-hadist yang ada, kemudian telah diamati bahwa nash-
nashnya shahih.
9
DAFTAR PUSTAKA
www.awitrom.com-tentang-shalat-jenazah
https://supriyadicfc.wordpress.com
http://tugasnyapelajar.blogspot.com/2017/11/makalah-mengenai-tata-cara-shalat-
Jenazah.html
10