Disusun oleh
Angkatan 2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. yang
makalah ini.
pengetahuan dan pengalaman bagi kami khususnya dan bagi semua pihak yang
dalam proses belajar dan mengajar. Kami sadar, bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf bila ada informasi yang
salah dan kurang lengkap. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca mengenai makalah ini agar kedepannya kami dapat membuat makalah
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
1.2..................................................................................Rumusan Masalah 3
1.3...................................................................................................Tujuan 3
3.1...........................................................................................Kesimpulan 30
3.2.....................................................................................................Saran 30
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga kependidikan
adalah tenaga pendidik/ tenaga pengajar yang tugas utamanya adalah mengajar.
Tenaga pendidik yang dimaksud penulis adalah guru. Guru merupakan faktor
yang sangat penting dalam pendidikan, karena guru menjadi tokoh teladan bagi
siswa. Oleh sebab itu, guru harus memiliki perilaku dan kemampuan yang
Tolak ukur tingkat kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari sisi
meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi lebih baik. Selain itu
1
dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi maka masyarakat akan
pendidikan yang tinggi dapat dengan mudah untuk mengatasi berbagai masalah
benar di masa yang akan datang. Oleh karena itu, guru dituntut selalu
harus peka terhadap perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
pada produk, berorientasi layanan dan berorientasi pelanggan, dan nilai yang
2
kompetitif dan meningkatkan kinerja perusahaan. Perusahaan yang mengelola
kompetitif yang dalam bentuk jangka panjang (Mohammed & Rashid, 2012; Bhat
& Darzi, 2015). Strategi yang diterapkan untuk mencapai hal tersebut ialah
dengan menciptakan hubungan yang stabil dan baik dengan konsumen. Dalam
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
& Woodman, 2010). Tentu saja perilaku kerja inovatif ini sangat penting agar
keberhasilan pekerjaan menjadi lebih optimal. Guru yang mampu berinovasi akan
kerja inovatif bagi guru dan tenaga kependidikan di Indonesia. Selain itu, terdapat
enam variabel intervening yang mempengaruhi perilaku kerja inovatif guru atau
tenaga kependidikan. Dari jumlah ini tentunya masih ada banyak variabel lain
yang bisa diteliti oleh peneliti selanjutnya dalam kaitan dengan perilaku kerja
5
(Wibowo & Saptono, 2017). Quality Work Life (QWL), penggunaan teknologi
(Riani et al., 2017). Soft skill, hard skill, organisasi pembelajar (Hutagalung et al.,
(Helmy & Pratama, 2018)dan (Sunardi et al., 2019). Motivasi (Monoyasa et al.,
2017)
Variabel yang diteliti oleh lebih dari seorang peneliti untuk melihat
pengaruhnya terhadap perilaku kerja inovatif adalah variabel soft skill, hard skill,
organisasi pembelajar, self-efficacy, dan motivasi. Lima variabel ini telah diteliti
oleh dua peneliti sejak tahun 2017. Sementara sebelas variabel lainnya baru
diteliti oleh seorang peneliti. Melihat data ini tentu saja masih banyak kesempatan
transformatif, knowledge sharing dan iklim organisasi. Hal ini dapat dicontohkan
6
bahwa ketika komunikasi diantara warga sekolah berjalan lancar, maka perilaku
kerja inovatif jugaakan semakin meningkat. Contoh lain adalah ketika budaya
positif seperti saling menghargai terjadi di sekolah, maka warga sekolah akan
lebih berinovasi dalam bekerja. Akan tetapi ada beberapa temuan yang menarik
kerja inovatif (Suhana et al., 2019). Akan tetapi penelitian Manoyasa justeru
pengaruhnya tidak signifikan. Guru tidak bisa memiliki ide untuk berinovasi
untuk mendapatkan ide tersebut (Monoyasa et al., 2017). Variabel motivasi dalam
Akansangat baik lagi apabila guru dan tenaga kependidikan memiliki motivasi
yang tinggi dalam bekerja. Iklim kerja berpengaruh signifikan terhadap perilaku
kerja inovatif menurut penelitian izzati, akan tetapi berpengaruh tidak signifikan
menurut Riani. Pekerjaan pada organisasi pelayanan (sekolah) terikat pada aturan
yang bertujuan mencari laba (Riani et al., 2017). Walau demikian iklim kerja yang
7
Dari temuan penelitian ini juga diketahui enam variabel memediasi
kerja inovatif. Enam variabel intervening itu adalah komitmen organisasi, hard
skill, soft skill, self-efficacy, motivasi dan knowledge sharing. Hasil penelitian ini
maksudnya adalah enam variabel ini menjadi perantara pengaruh suatu variabel
perilaku kerja inovatif. Maksudnya ketika seorang guru memiliki QWL yang
bagus
dan ditunjang oleh komitmen organisasi yang baik, maka perilaku kerja
inovatifnya akan semakin tinggi. Beberapa variabel yang memediasi variabel lain
2019).
Variabel hard skill dan soft skill memediasi pengaruh variabel organisasi
8
kerja inovatif bagi guru dan tenaga kependidikan adalah kepemimpinan
dan iklim organisasi. Berdasarkan jumlah ini tentu masih banyak variabel lain
yang bisa diteliti untuk melihat faktor yang mempengaruhi perilaku kerja inovatif
dipengaruhi oleh perilaku kerja inovatif dalam lembaga pendidikan. Dua variabel
itu adalah kinerja (Hutagalung et al., 2020); (Karim, 2019); (Nasir et al., 2019);
(Tibahary & Muliana, 2018) dan OCB (Riani et al., 2017). Secara umum terlihat
bahwa perikaku kerja inovatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
Akan tetapi hasil penelitian Manoyasa menyatakan bahwa perilaku kerja inovatif
sebaliknya, perilaku kerja inovatif justeru menurunkan kinerja. Hal ini disebabkan
dalam berinovasi guru membutuhkan tenaga, waktu dan uang. Guru yang
dengan jam mengajar, sehingga akan menurunkan kinerja mereka. Inovasi juga
9
khusus ini menjadikan perhatian untuk pelaksanaan tugas utama menjadi
selalu memiliki inovasi dalam bekerja terutama saat pandemi ini. Penelitian Riani
terhadap OCB. Hal ini disebabkan bahwa di sekolah atau organisasi publik
pekerjaannya sebatas tupoksi yang telah baku sehingga sulit melakukan inovasi.
Dengan melakukan pekerjaan yang bersifat rutin dan baku perilaku OCB tidak
ingin dilakukan. Guru yang melaksanakan OCB secara umum tidak memperoleh
tunjangan, maka perilaku ini tidak ditampilkan (Riani et al., 2017). Meski
demikian, penulis melihat bahwa perilaku kerja inovatif penting dimiliki oleh
guru dan tenaga kependidikan dalam bekerja. Selain menjadi variabel yang
berpengaruh langsung terhadap kinerja dan OCB, perilaku kerja inovatif juga
kerja inovatif terhadap kinerja adalah variabel soft skill, hard skill, organisasi
pembelajar (Hutagalung et al., 2020) dan variabel motivasi (Nasir et al., 2019).
Temuan ini berarti bahwa untuk soft skill, hard skill, organisasi pembelajar dan
motivasi dapat meningkatkan kinerja ketika dimediasi oleh perilaku kerja inovatif.
meningkatkan kinerja mereka. Melihat hal ini tentu saja perilaku kerja inovatif
10
penting dimiliki oleh guru dan tenaga kependidikan. Inovasi Dalam Pembelajaran
Oleh Guru Selain melihat faktor yang mempengaruhi suatu variabel terhadap
variabel perilaku kerja inovatif, dan pengaruh perilaku kerja inovatif terhadap
perilaku siswa (Asrul, 2020) dan (Tibahary & Muliana, 2018). Semakin guru
bersemangat belajar karena mereka menerima pelajaran dengan cara baru. Variasi
berinovasi dengan memberikan contoh nyata kepada siswa. Inovasi guru dalam
(Noviani, 2020). Contoh nyata yang diberikan guru menjadikan siswa dapat
belajar langsung dari guru. Guru akan menjadi sosok yang mampu untuk di gugu
dan di tiru. Guru diharapkan tidak hanya mampu memberikan contoh tetapi
mampu menjadi contoh untuk diteladani. Guru yang memiliki inovasi akan
11
Kooperatif dan kuantum (Tibahary & Muliana, 2018). Selain itu, strategi PPR,
bermain peran, TGT dan ARCS serta simulasi dan penggunaan media cerita,
2020). Kepala sekolah yang mampu mendelegasikan tugas dengan baik akan
menjadikan guru berinovasi agar pekerjaan yang dibebankan dapat berhasil. Guru
Berdasarkan sifatnya inovasi dapat terjadi dari atasan ke bawahan atau sebaliknya.
Inovasi yang bersifat bottom up (dari bawah ke atas) biasanya lebih langgeng
Inovasi dalam pendidikan harus melibatkan semua unsur agar berjalan dengan
baik (Srilaksmi & Indrayasa, 2020). Sementara inovasi yang bersifat top down
bahwa inovasi dalam pembelajaran dapat dilakukan guru dalam penerapan metode
siswa juga bagian dari inovasi dalam pembelajaran. Penggunaan berbagai media
12
pembelajaran juga merupakan bagian dari inovasi dalam kegiatan belajar
mengajar.
kependidikan.
2. Seorang guru adalah seorang ahli. Sebagai seorang ahli, maka seorang
13
fenomena yang berhubungan dengan Bahasa Inggris, walaupun dalam hal
yang justru akan membedakan guru dengan ahli lain dalam bidang bahasa
bakat tersendiri juga diperlukan latihan dan belajar secara sistematis dan
berkelanjutan.
kepuasan dari para pengguna jasa guru yaitu siswa. Kepuasaan siswa
sebagai pihak yang dilayani guru terletak pada pencapaian prestasi belajar,
14
memberikan kepuasan ini tentunya dibutuhkan kesungguhan, kerja keras
6. Seorang guru mampu berperilaku sesuai kode etik profesi serta dapat
etik profesi.
value, berinteraksi dengan pelanggan, dan juga memberikan produk dan layanan
yang customized.
lainnya.
15
utama dari LTV yang sangat penting bagi organisasi, seperti jumlah transfer yang
dilakukan pelanggan yang dapat dilacak oleh perusahaan atau jangka waktu dari
contohnya dengan menjual produk dan jasa tambahan kepada pelanggan. Tujuan
inti CRM ditunjukkan oleh kepala anak panah pada ujung kanan rantai nilai CRM,
Buttle, Op. Cit., hlm. 56. 13 d. Tahapan Rantai Nilai CRM Model ini
16
termasuk organisasi-organisasi dan orang-orang yang berkontribusi pada
dan pemilik/inverstor, dan juga pihak internal yang penting, yaitu pegawai.
struktur.
Proses,
dan budaya, data dan teknologi informasi (TI), SDM, dan proses.
17
a) Pimpinan memutuskan apakah CRM difokuskan pada tujuan strategis,
18
d) SDM lintas fungsi saling berkoordinasi satu sama lain untuk
menjalankan CRM
pelanggan.
1. Continuity marketing
2. One-to-one marketing
19
3. Partnering program
secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang
disukai di masa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi
sebagai persentase dari total pembelanjaan dalam suatu kategori produk atau
adanya kecintaan atau kedekatan pada penyedia jasa atau organisasi lain, maka
hubungan.
20
Kategori Loyalitas Konsumen
1. No Loyalty
suatu produk atau jasa baru diperkenalkan atau pemasarnya tidak mampu
sikap yang positif terhadap produk atau perusahaan, tetapi pemasar dapat
strategis.
21
stratgeis pada rak pajangan, lokasi outlet di pusat pembelanjaan). Selain
3. Latent Loyalty Latent loyalty terjadi apabila terdapat sikap yang kuat
disertai pola pembelian ulang yang lemah. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh faktor-faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung
lebih kuat dari pada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang,
tertentu, namun tetap saja mencari variasi karena pertimbangan harga atau
22
2. Prospek (prospect), merupakan orang-orang yang memiliki kebutuhan
kepadanya.
membeli produk yang sama sebanyak dua kali atau lebih, atau membeli
dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda
pula.
6. Klien Klien membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan
pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka
23
mereka agar membeli barang atau jasa perusahaan atau merekomendasikan
perusahaan tersebut pada orang lain. Dengan begitu, secara tidak langsung
perusahaan.
8. Mitra, merupakan bentuk hubungan yang paling kuat antara pelanggan dan
Ada dua cara utama untuk mendefinisikan dan mengukur kesetiaan, yaitu
konsumen datang ke sebuah toko atau membeli suatu produk. Ada dua
dimensi yang harus dikaji dalam kaitannya dengan perilaku loyal ini.
24
2. Merekomendasikan perusahaan kepada orang lain yang meminta saran
informasi
gabungan yang terdiri dari sebuah kompilasi yang diperhitungkan atau sebuah
perkiraan dari berbagai faktor yang berbeda yang terlibat dalam hubungan antara
pelanggan bisa diterima secara positif sementara beberapa lainnya diterima secra
mengalami kepuasan “total” mereka merasa bahwa mereka telah terlibat dalam
lebih dari transaksi bisnis biasa, mereka mungkin akan merasa bahwa mereka
25
mungkin tidak tampak jelas oleh orang lain, pelanggan yang bersangkutan bisa
merasakan perbedaannya.
hubungan yang baik. Sebagai hasil dari perasaan yang bagus dan benar-benar
sehingga akan tercipta hubungan yang lebih kuat dalam jangka panjang.
Hal itu berarti penilaian bahwa suatu bentuk keistimewaan dari suatu brang atau
jasa ataupun barang/jasa itu sendiri, memberikan tingkat kenyamanan yang terkait
bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang
pelanggan, yaitu:
26
2. Mengamati tingkat kehilangan pelanggan dan menghubungi pelanggan
alasannya.
potensial dan melaporkan titik kuat dan lemah yang dialaminya dalam
1. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut
27
3. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah yang disebut
loyalitas pelanggan.
menjadikan pelanggan yang acuh tak acuh menjadi lebih loyal. Salah satu yang
28
dapat dilakukan untuk menerapkan relationship marketing, yaitu dengan
email marketing dapat mengirim konten yang berguna untuk konsumen dan lebih
1. Kepercayaan
untuk kerjasama masa depan dan keyakinan salah satu pihak yang kebutuhannya
akan digenapi di masa depan dengan tindakan yang dilakukan oleh pihak lain.
2. Komunikasi
Komunikasi bisa berjalan efektif jika informasi yang benar dan tepat
komunikasi dengan konten email marketing salah satunya yaitu dengan pemilihan
kata atau kalimat dalam email marketing, misalkan dalam bentuk artikel atau
29
tertarik sehingga segera memutuskan untuk memilih produk yang ditawarkan.
Sehingga konsumen menaruh rasa percaya terhadap produk yang ditawarkan dan
30
31
BAB III
PENUTUP
3.1.......................................................................................... Kesimpulan
& Woodman, 2010). Tentu saja perilaku kerja inovatif ini sangat penting agar
keberhasilan pekerjaan menjadi lebih optimal. Guru yang mampu berinovasi akan
3.2. Saran
gabungan yang terdiri dari sebuah kompilasi yang diperhitungkan atau sebuah
perkiraan dari berbagai faktor yang berbeda yang terlibat dalam hubungan antara
pelanggan bisa diterima secara positif sementara beberapa lainnya diterima secra
mengalami kepuasan “total” mereka merasa bahwa mereka telah terlibat dalam
lebih dari transaksi bisnis biasa, mereka mungkin akan merasa bahwa mereka
perusahaan lain.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience/article/view/
1555/1159
Schermerhorn, J. R., Hunt, J. G., Osborn, R. N., & Uhl-Bien, M. (2010).
Organizational Behavior
(11th ed.).
Wiley: New Jersey.
Srilaksmi, N. K. T., & Indrayasa, K. B. (2020). Inovasi Pendidikan Dalam
Meningkatkan Strategi Mutu
Pendidikan. Pintu: Pusat Penjaminan Mutu, 1(1), 28–35.
Suhana, S., Udin, U., Suharnomo, S., & Mas’ud, F. (2019). Transformational
Leadership and Innovative
Behavior: The Mediating Role of Knowledge Sharing in Indonesian Private
University. International
Journal of Higher Education, 8(6), 15–25. https://doi.org/10.5430/ijhe.v8n6p15
Sunardi, S., Sunaryo, W., & Laihad, G. H. (2019). Peningkatan Keinovatifan
Melalui Pengembangan
Kepemimpinan Transformasional dan Efikasi Diri. Jurnal Manajemen
Pendidikan, 7(1), 740–747.
https://doi.org/10.13841/j.cnki.jxsj.2013.01.021
Tibahary, A. R., & Muliana. (2018). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Scolae:
Jourma; of Pedagogy, 1(1), 54–
http://eprints.ums.ac.id/29613/4/04._BAB_I.pdf
http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/04/Materi.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/11976/2/EM198741.pdf
http://eprints.stainkudus.ac.id/980/5/5.%20BAB%20II.pdf
34