MAKALAH
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadist Dakwah
Oleh:
Dosen Pembimbing:
NIP. 195903171994031001
SURABAYA
JUNI 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahuwata’ala karena atas berkat dan
Rahmat-Nya kami memperoleh keberhasilan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Hadist
dengan membuat makalah yang berjudul “Penolakan Abu Lahab Terhadap Dakwah Nabi”
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis
mengen syarat-syarat perawi dan proses transformasinya.
Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk makalah ini, agar nantinya menjadi laporan yang lebih baik lagi
kedepannya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dr. H. M.
Munir Mansyur, M. Ag. Yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi yang
membutuhkan.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Syarat-syarat Perawi Hadis Dalam Meriwayatkan Hadis...............................................6
B. Pengertian Transformasi Hadis.......................................................................................8
C. Metode Transformasi (Periwayatan) Hadits...................................................................9
PENUTUP................................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abu Lahab adalah paman Nabi Muhammad SAW sekaligus besannya atas
pernikah Ruqaiyyah bint Muhammad SAW dengan ‘Utbah bin Abi Lahab dan Umm
Kulthsum dengan ‘Utaibah bin Abi Lahab. Silsilahnya dengan Rasulullah bertemu pada
kakeknya ‘Abd al-Mutthalib, serta Abu Lahab juga seorang tokoh Quraisy dari Bani
Hashim dan gelarnya adalah Abu ‘Utaibah.
Abu Lahab adalah gelar yang sejak zaman jahiliyah karena kegagahan dan
wajahnya yang selalu menyala-nyala. Menurut Tahir Ibn ‘Ar dalam kutipan Quraish
Shihab, al-Qur’an menggunakan gelar tersebut dan tidak menyebut namanya dengan
tegas, karena redaksi ‘Abd al- ‘Uzza bermakna penyembah ‘Uzza (salah satu nama
berhala), sehingga al-Qur’an enggan menggunakan nama tersebut.
Istri Abu Lahab bergelar Umm Jamil, bernama asli Arwa binti Harb bin Umayyah
bin ‘Abd Shams bin ‘Abd Manaf saudara perempuan Abu Sufyan, bibi Mu‘awiyah dan
merupakah salah satu tokoh Quraisy dari Bani ‘Abd Manaf. Nama panggilannya adalah
al-‘Aura. Imam al-Baihaqy dalam al-Sunan al-Kubra menyebutkan riwayat bahwa Abu
Lahab selalu mengikuti kemanapun langkah kaki Nabi Muhammad SAW untuk
berdakwah dan ketika Nabi berdakwah ia melempari dengan batu hingga melukai Nabi.
Lain dari pada itu bahwa Abu Lahab setiap pagi meletakkan kotoran hewan di depan pintu
rumah Nabi agar mengurungkan niatnya berdakwah, demikian menurut al-Baghdad.
Abu Lahab meninggal dunia pada tahun 2 Hijriyah. Di akhir hayatnya Abu Lahab
menderita penyakit lepra, keluarga dan teman-temannya enggan untuk merawatnya hingga
menguburkannya karena takut tertular. Tetapi setelah 3 (tiga) hari mereka terpaksa
menggali kubur karena tidak kuat menahan bau busuk yang menyengat, lalu menguburkan
jasad Abu Lahab dengan cara mendorongnya dengan kayu yang panjang ke dalam lubang
liang lahat dan melempar batu serta tanah hingga menimbunnya. Demikian riwayat
sebagian kebinasaan Abu Lahab
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1
Nur Ali Subhan, TAFSIR AL-QUR’AN SURAT AL-LAHAB, IAIN Purwakerto, Vol.8, No. 2. 2019.
dengan apapun juga. Percayalah dan jagalah saya, sehingga saya dapat
melaksanakan tugas yang dibebankan Alalh atas diri saya". “Setiap belaiu selesai
berbicara, orang yang dibelakang beliau berkata: “Hai Bani Fulan! Orang ini
menghendaki supaya kamu sekalian meninggalkan penyembahan kepada berhala
Latta dan Uzza dan jinjin Bani Malik bin Aqmas yang menjadi sekutu kamu,
berganti dengan penyembahan bid’ah dan kesesatan’ oleh karena itu janganlah
kamu turuti omongannya!” Saya (Rubai’ah) bertanya kepada ayah,”Siapa orang
itu?” “Paman beliau sendiri, Abu Lahab, “jawab ayah. Itulah salah satu cara Abu
Lahab menganggu Rasulullah Saw. dalam kegiatan dakwahnya. Sedangkan istrinya
bernama Arwa binti Harb atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ummu Jamil
adalah pembantu dan pendorongnya dalam perbuatan terkutuk ini. Sikap dan
tindakan Abu Lahab terhadap Rasulullah Saw. seperti itu sudah dilakukan sejak
awal mula beliau berdakwah.
Menurut Ibnu Abbas, pada suatu hari Rasulullah Saw. pergi ke Batha, lalu
beliau naik ke atas gunung dan berseru,”Shubuh!” Seketika itu orang-orang
Quraisy berkumpul di sekeliling beliau lalu bertanya , “Bagaiman kalau saya
katakan ada musuh yang akan menyerang saudara-saudara pagi atau sore ini,
apakah saudara-saudara mau percaya?” Mereka menjawab, “Ya!” Sabda beliau:
“Saya peringatkan saudara-saudara bahwa muka saya tersedia siksaan yang berat.”
(Maksud Rasulullah adalah ancaman siksa neraka kalau mereka tidak beriman).2
Abu Lahab langsung bertanya dengan nada membantah, “Untuk inikah
engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!” Menurut riwayat lain, ketika itu
Abu Lahab berdiri sambil mengacungkan tangannya dan berkata, “Celakalah
engkau seterusnya! Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah
engkau!” Ketika itu turunlah QS. al-Lahab :1-5. Dan (begitu pula) istrinya,
pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS. al-Lahab:1-5)
Ummu Jamil memang hampir tidak pernah berbicara dalam usahanya
mencelakakan Nabi Saw. Dia suka membawa dahan-dahan kayu berduri untuk
ditebar di jalan yang biasa dilalui Rasulullah Saw.3
2
Ira Puspita Jati,” Kisah-Kisah Dalam Al-Quran Dalam Perspektif Pendidikan”, Dalam Jurnal Didaktika
Islamika Vol. 8 No. 2 (Agustus 2016, hlm.) 77
3
Ahmad bin ‘Abd al-Hali>m bin ‘Abd al-Sala>m Ibn Taimiyah, Tafsi>r Su>rat al-Masad (Riyad}: Markaz
Tafsi>r li alDira>sa>t al-Qur’a>niyah, t.th), 55
B. Surah Al Lahab beserta Tafsirannya
Tafsir surat Al Lahab yaitu Pada ayat ke-1 kata tabbat memili arti
kesinambungan dalam kerugian atau dapat diartikan celaka, binasa dan tercela.
Sedangkan kata yada yang berarti tangan sebagaian berpendapt bahwa Abu Lahab
menggunakan tanganya untuk melempari nabi. Aja juga yang memaknai keduaa dunia
dan akhiratnya. Maka makna kecelakan yang dimaksudkan memiliki arti kecelakaan
bagi Abu lahab didunia dan akherat.14
Pada ayat ke-2 menunjukan bahwa harta benda harus memiliki fungsi sosial,
Abu Lahab merasa bahwa harta yang ada dalam genggaman tanagannya adalah
hartanya sendiri, dan karena itu disini Allah mengecamnya sekaligus menyatakan
bahwa hartanya yang demikian itu tidak akan berguna baginya. Demikian juga semua
usaha yang dilakukannya. Usaha-usaha disini mencangkup segala yang dilakukan
dengan sadar oleh yang bersangkutan. Bahkan temasuk didalamnya anak-anaknya
karena anak adalah hasil usaha orangtua.
Pada ayat ke-3 Abu Lahab sendiri mempunyai beberapa orang istri, karena itu
disini dijelaskan gelar istrinya yang dimaksud adalah Hammalah al-hathah. Wanita ini
sangat memusuhi Nabi saw. Sebgaimana sikap suaminya terhadap nabi. Ada yang
memahami gelar ini secara harfiah dan mengaitkan dengan prilaku buruk Ummu
Jamil yang membawa kayukayu berduri untuk ditaburkan di jalan yang dilalui nabi.
Sedangkan yang memahami secara majazi adalah pembawa berita bohong yang
memecah belahkan antar secara manusia atau dalam arti orang yang memikul dosa-
dosa yang dihari kemudian akan menjadi kayu bakar di api neraka.
Pada ayat ke-4 menjelaskan tentang adzab yang akan diterimanya bahwa
kelak dia akan dimasukan dalam api neraka. Kata lahab disimbolkan dalam al-quran
sebagai julukan namanya karena dia mempunyai muka yang berbinar-binar seperti api
neraka.
Pada ayat ke-5 bila difahami secara harfiah, maka ia sejajar dengan makna
harfiah ayat-ayat setelahnya. Sedangkang secara majazi, maka untuk menggambarkan
keburukan dan kehinaan sekaligus mengisyaratkan keadaanya kelak dihari kemudian.
Tali tersebut dapat dipahami sebagai tali-tali yang terbuat dari besi dan kayu yang
dipikulnya kelak dihari kemudian terambil kayu yang berasal dari satu pohon yang
dinamai al-Qur’an syajarat az-zaqqum dan yang tumbuh di dasar neraka jahim.na (4
Akhlak madzmumah dalam Q.S al-Lahab tergolong dalam akhlak pribadi (al-
akhlak al-afrdiyah) berupa akhlak pribadi yang dilarang (annawhu)20 yang terdapat
pada sifat pendusta, takabur dan dengki Abu Lahab, ahlak tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pendusta
Dikisahkan bahwa salah satu prilaku tercela Abu lahab yang dilakukan
terhadap nabi, dia menfitnah nabi dengan mengatakan bahwa nabi Muhammad
merupakan seorang pembohong bahkan nabi Muhammad dianggap gila. Serta
Abu Lahab terus menfitnah nabi dengan mengtakan bahwa nabi Mumammad
merupakan seorang yang telah merusak agama nenek moyang yang
menyembah pada berhala Latta dan Uzza. Berdusta dapat diartikan dengan
melakukan pernyataan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Penyataan atau prilaku tersebut tidak hanya menyangkut ucapan namun bisa
dengan perbutan. Dalam pandangan agama, berdusta merupakan pokok dan
4
M. Qurais Shihab, “Tafsir Al-Qur’anul Karim”, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), hlm. 370
induk dari berbagai macam perbuatan buruk.yang tidak hanya merugikan
masyarakat pada umunya, akan tetapi merugikan orang yang berdusta sendiri 5.
Pada saat seseorang melakukan perbuatan dusta orang tersebut akan
kehilangan kepercayaan oleh orang lain bahkan masyarakt. Akibat yang lebih
buruk masyarakat akan mengangap dia pendusta walaupun dia berkata dengan
jujur.
2. Takabbur
3. Dengki
Sifat dengki merupakan sifat merasa tidak senang atas nikmat yang
diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan tersebut
dari orang lain dengan maksud supaya kenikmatan itu perpindah ketangan
sendiri atau tidak. Sifat dengki biasanya tumbuh karena berinduk dari sifat
“Takabur” maka sebagian besar orang yang takabur akan memiliki sifat
dengki. Kemiripan serupa terjadi pada sifat takabur seorang akan merasa tidak
ada yang melebihi darinya. Dia merasa orang lain tidak bisa mendapatakna
5
Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kaustsar, 2001), hlm. 117.
kenikamtan yang melebihinya. Hal demikian yang menjadikan sebab orang
dengki merasa sakit hati melihat orang lain mendapat suatu kebaikan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abu Lahab termasuk orang yeng menandatangani surat pemboikotan terhadap
Bani Hasyim. Isi pemboikotan itu diantaranya adalah memutuskan hubungan boikot
terhadap makanan dan perdagangan hingga Bani Hasyim mau menyerahkan
Muhammad SAW untuk dibunuh. Sebelum Muhammd SAW diutus menjadi Rasul,
Abu Lahab telah meminang kedua putri beliau Ruqayyah dan Ummi Kulsum untuk
dipertunangkan dengan kedua anak laki-lakinya. Tetapi setelah Nabi Muhammad
SAW diutus sebagai Rasul, dia menyuruh kedua anaknya untuk memutuskan
pertungannya itu. Abu Lahab dan istrinya selalu melakukan teror fisik dan metal
terhadap Nabi Muhammad SAW dan dakwah Islamiyah secara keji dan kejam
DAFTAR PUSTAKA