Anda di halaman 1dari 6

RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF

16 April 2013

Ini Dia Manusia Paling Ditakuti Para Setan


Umar-Bin-Khattab
Tahukah kamu siapa orang atau manusia yang paling ditakuti para setan bahkan jika
ketmu dengan orang ini maka setan akan kabur dan tidak akan mau mendekatiya ?
Seperti yang kita ketahui setan tidak akan pernah takut dengan manusia bahkan yang
paling takut dengan setan adalah manusia namun asal kamu ketahui tenyata ada satu
orang yang paling ditakuti setan dia adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yakni Abu
Hafsh Umar al-Faruq bin Khattab bin Nufail bin Abdil Uzza bin Adi bin Kaab bin Luaiy bin
Ghalib al-Qurasy atau yang sering kita kenal dengan nama Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab ketika memimpin islam merupakan pemimpin yang berani menujukan
ajaran islam di makkah. Sebelum masuk Islam dan menjadi sahabat Nabi Muhammad
Umar bin Khattab merupakan orang yang sangat keras dalam menetang islam bahkan ia
sering melakukan perbuatan kasar Terhadap kaum muslim pada waktu itu. Umar bin
Khattab juga pernah berkata tidak akan pernah masuk Islam slam sampai ada keledainya
al-Khattab yang masuk Islam.
Namun ALLAH SWT maha besar dan bisa meluluhkan hati Umar bin Khattab yang keras
untuk masuk Agama Islam. Setelah keislaman Umar, kemuliaan dan kekuatan Islam
semakin bertambah.
Nah lalau kenapa Umar bin Khattab bisa ditakuti para setan ? Ternyata setan pernah
berbicara dengan nabi Muhammad Demi Allah SWT, setiap kali saya bertemu dengan
Umar , mesti akan lari darinya,.
Hal ini sesuai hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mengatakan, Wahai Ibnul Khattab, demi dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan bertemu dengannmu di suatu jalan
melainkan ia akan mengambil jalan yang lain dari jalanmu. (HR. Bukhari, no.3480)
Dari hadis diatas setan akan takut dengan Umar bin Khattab dan jika bertemu dengan
Umar bin Khattab maka setan akan menghindar.
SETAN PUN TAKUT BERTEMU UMAR BIN KHATTAB -RADIALLAHU'ANHU- Berkata Hasan Nasrullah (Pemimpin
Hizbullah Syi'ah di Libanon): "Kami tidak mau masuk Masjid Nabawi melewati pintu Umar bin Khaththab,
kerana kami membencinya!!" Maka Syaikh DR. Muhammad al-'Arifi (Ahlu sunnah) berkata: "Semoga Allah
merahmatimu wahai Umar, Syaithan telah lari darimu baik ketika engkau hidup atau setelah engkau
meninggal." ===== Diriwayatkan dari Muhammad bin Saad bin Abi Waqqash dari ayahnya ia berkata, Umar bin
al-Khaththab memohon agar diizinkan masuk ke rumah Rasulullah Salallahu Alaihi wasallam ketika itu ada
beberapa orang wanita dari Quraisy sedang berbincang-bincang dengan Rasulullah dan mereka berbicara
dengan nada suara yang keras melebihi suara Rasululullah Salallahu alaihi wasallam Ketika Umar masuk mereka
segera berdiri dan menurunkan hijab. Setelah diberi izin Umar masuk ke rumah Rasulullah Salallahu Alaihi
wasallam sementara Rasulullah tertawa. Umar bertanya, Apa yang membuat anda tertawa wahai Rasulullah?
Rasulullah Salallahu Alaihi wasallam menjawab,

Aku heran terhadap wanita-wanita yang berada di sisiku ini, ketika
mereka mendengar suaramu, segera mereka berdiri menarik hijab. Umar berkata, Sebenarnya engkau yang
lebih layak mereka segani Wahai Rasulullah. Kemudian Umar berbicara kepada mereka, Wahai para wanita
yang menjadi musuh bagi nafsunya sendiri, bagaimana kalian segan terhadap diriku dan tidak segan terhadap
Rasulullah? Mereka menjawab, Ya, sebab engkau lebih keras dan lebih kasar daripada Rasulullah Salallahu
Alaihi wasallam. Rasulullah Salallahu Alaihi wasallam bersabda, Wahai Ibnul al-Khaththab, demi Allah yang
jiwaku berada dalam genggaman tanganNya, sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di
suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui. Diriwayatkan dari Aisyah
radiallahu'anha bahwa Rasulullah pernah bersabda, Sesungguhnya setan lari ketakutan jika bertemu Umar.
(Inilah-bukti-kesesatan-syiah.blogspot.com)

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin


WASPADA LAGU-LAGUNYA HADDAD ALWI DAN SULIS KARENA BERBAU SYIAH Bagaimana bisa ada orang yang
membenci Syiah tapi masih mengidolakan tokoh2 Syiah dan menggemari karya2 mereka? Semoga mereka
melakukannya karena kebodohannya atau ketidak tahuannya akan hal itu. Ini peringatan untuk kita agar tidak
asal ikut2an. Karena banyak dari orang2 kita yang membenci Syiah, melaknat Syiah, namun mereka masih
mengidolakan tokoh Syiah dan menyukai karya2nya. Mereka masih mengidolakan tokoh Syiah semisal
Muhammad Quraish Shihab yang pemikirannya banyak terpengaruh ajaran Syiah, berikut dengan karyanya
Tafsir Al Misbah. Tidak ketinggalan juga dengan artis yang populer di Indonesia, yang pemikirannya juga
terpengaruh ajaran Syiah, yaitu Haddad Alwi dan sulis. Jangan kaget kalo lagu2 yang mereka bawakan diambil
dari lagu2 ajaran Syiah. Seperti lagu berikut ini: Ya Thayyibahya Thayyibah Contoh (dijamin 100% Syiah):
http://www.youtube.com/watch?v=9h2Wv-24rMc&feature=related (Ket: Jangan didengarkan dan jangan
dinikmati lagunya. Sekedar referensi saja) Disebutkan: Mengenai nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar)
itu juga nyanyian, hanya berbahasa Arab. Kalau nyanyian berbahasa Indonesia, Inggeris atau lainnya yang
biasanya berkisar tentang cinta, pacaran dan sebagainya, misalnya dinyanyikan di masjid, orang sudah
langsung faham bahwa itu tidak boleh. Nyanyian cinta-pacaran seperti itu justru kesalahannya jelas. Orang
langsung tahu. Sebaliknya, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, kalau itu mengandung kesalahan (dan
memang demikian), justru orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, dan
menyebut nama sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, menyebut Al-Quran dan sebagainya. Padahal,
nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu. Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai
Sang Penawar): Ya Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib. Artinya: Wahai Ali bin Abi Thalib,
darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat). Bagaimanapun, Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung
sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini
sangat berlebihan alias ghuluw. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Artinya: Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian
itu hanyalah karena ghuluw berlebih-lebihan dalam agama. (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan AlHakim, dari Ibnu Abbas, Shahih). Ali ra sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba, pendeta Yahudi
dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: Engkau lah Allah. Maka Ali bermaksud
membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam
riwayat lain, Abdullah bin Saba disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh Ali (dalam suatu
riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita
Menolak Syiah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6). Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba kini
berleluasa menyebarkan missinya. Kelompok yang oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung
tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang
dikenal dengan nyanyian Ya Robbi bil Mushtofaa. Nyanyian yang satu ini dikhawatirkan menjurus kepada syirik
(kemusyrikan, menyekutukan Allah subhanahu wa taala), kalau lafal bil (dari Yaa Robbi bil-Mushtofaa) itu
dimaksudkan untuk sumpah, artinya demi (Rasul) pilihan (Mu). Sebab Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: ( ). Barangsiapa bersumpah dengan selain
Allah maka sungguh ia telah musyrik (menyekutukan Alah). (HR At-Tirmidzi dalam bab iman dan nadzar, kata
Abu Isa, hadits ini hasan). Terlarang pula bila lafal bil (dari Yaa Robbi bil-Mushtofaa) itu dimaksudkan untuk
sababiyah atau perantara, karena berarti menjadikan Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang sudah wafat
sebagai perantara (wasilah) kepada Allah. Itu terlarang. Karena hal itu termasuk ibadah. Sedang ibadah harus
tauqifi, berdasarkan dalil. Karena tak ada dalilnya yang membolehkan, maka para sahabat Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam tidak bertawassul dengan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ketika
beliau sudah wafat. Adapun minta didoakan kepada Allah Subhanahu wa Taala ketika orang yang diminta itu
masih hidup atau tawassul ketika orangnya masih hidup, maka tidak terlarang. Kalau ada yang minta hadits
larangan bertawassul dengan dzat makhluk, dalam hal ini isi dari syair Ya Robbibil, sebenarnya sudah jelas
dalam keterangan di atas. Namun agar lebih jelas, kami kutipkan hadits: }



:

{ Thabrani meriwayatkan di dalam kitabnya, Mujam Al-Kabir: Bahwa dulu
pada zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam ada seorang munafiq (Abdullah bin Ubay) menyakiti/
mengganggu orang-orang mukmin, maka Abu Bakar berkata: Bangkitlah dengan kami, kami akan minta tolong
kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari (gangguan) munafiq ini. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Sesungguhnya aku tidak (boleh) dimintai tolong, dan sesungguhnya hanya Allah lah yang

dimintai tolong. (Disebutkan oleh al-Haitsami dalam Majma Az-Zawaaid 10/159 dan ia berkata: Diriwayatkan
oleh Thabrani sedang para periwayatnya shahih selain Ibnu Lahiah dan hadits ini hasan). Dalam kitab Fathul
Majid dikomentari, Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam itu adalah nash/ teks bahwasanya tidak (boleh)
minta tolong kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan juga orang lainnya. Beliau membenci perbuatan ini
sebenarnya, walaupun beliau termasuk mampu mengerjakannya (memberi pertolongan) dalam hidupnya
(tetapi ini) sebagai penjagaan akan terjauhnya Tauhid, dan menutup jalan ke arah bahaya syirik, dan adab
serta tawadhu kepada Tuhannya, dan memberikan peringatan kepada ummatnya tentang sarana-sarana
kemusyrikan dalam ucapan dan perbuatan. Kalau dalam hal yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam mampu
mengerjakannya ketika hidupnya saja (beliau tidak membolehkan), maka bagaimana beliau akan membolehkan
untuk minta tolong (diperantarakan kepada Allah, misalnya) setelah beliau wafat, dan dimintai untuk
mengerjakan hal-hal yang beliau tidak mampu atasnya kecuali Allah saja yang mampu mengerjakannya?
Sebagaimana telah dilakukan oleh lisan-lisan sebagian banyak penyair seperti Al-Bushiri, Al-Barai dan lainnya,
yang beristighotsah (minta tolong) kepada orang yang tidak memiliki manfaat dan mudhorot pada dirinya
sendiri( Fathul Majid, hal. 196-197). Secara pasti, ibadah itu harus ada dalilnya (ayat Al-Quran atau Hadits
yang shahih) atau ada contohnya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam atau para sahabat Nabi shallallahu
alaihi wa sallam (kesepakatan Sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam). Dalam kasus ini, syair itu tidak
sesuai dengan dalil, seperti uraian tersebut di atas, dan tidak pernah ada contoh dari Nabi shallallahu alaihi
wa sallam ataupun para sahabatnya. Ibadah saja mesti ada dalilnya atau contohnya dari Nabi shallallahu alaihi
wa sallam. Sedang syair Ya Rabbi bil Musthofaa itu menyangkut aqidah, maka dalilnya untuk
membolehkannya harus jelas. Ternyata tidak ada dalil yang membolehkan secara jelas, yang ada justru isi dan
bentuk syair itu bertentangan dengan dalil aqidah yang benar. Jadi pertanyaan yang mestinya diajukan
adalah: Mana hadits yang membolehkan atau membenarkan isi syair itu, bukan mana haditsnya yang
melarang. Karena isi syair itu menyangkut aqidah, yang dalam hal aturannya justru lebih ketat dibanding
ibadah. Apalagi isi syair itu sudah tidak sesuai dengan aqidah yang benar. Masalah ulama tidak tahu atau tahu
tetapi tidak menyatakan bahwa itu salah, ini hal yang sering diungkapkan orang dalam berbagai kesempatan.
Namun yang jelas, agama itu landasannya adalah dalil (ayat Al-Quran atau Hadits yang shahih) dengan
pemahaman yang sesuai dengan penjelasan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, para sahabatnya, tabiin, dan
tabiit tabiin. Di sinilah pentingnya mempelajari agama, agar tidak hanya mengikuti apa kata orang, walau
disebut ulama. Insya Allah kalau menempuh jalan seperti ini, kita akan selamat. Amien. Demikian pula
sholawat Badar, di sana ada lafal bil haadii Rasuulillaah. Itu sama dengan keterangan tersebut di atas. (lebih
jelasnya, baca buku Tasawuf Belitan Iblis, Darul Falah, Jakarta, 1422H, atau Aliran dan Paham Sesat di
Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2002, atau Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan, WIP Solo, 2007).
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

Nasihat Kematian Umar Bin Abdul Aziz


Jumat 12 Syaaban 1434 / 21 Juni 2013 21:35

Laporkan iklan ?

SUATU ketika Umar bin Abdul Aziz r.a mengiringi jenazah. Ketika semuanya telah bubar,
Umar dan beberapa sahabatnya tidak beranjak dari kubur sang jenazah tadi. Beberapa
sahabatnya bertanya, Wahai Amirul Mukminin, ini adalah jenazah yang engkau cintai dan
engkau menungguinya disini lalu akan meninggalkannya.
Laporkan iklan ?

Umar berkata, Ya. Sesungguhnya kuburan ini memanggilku dari belakang. Maukah kalian
kuberitahu apa yang ia katakan kepadaku?.
Mereka menjawab, Tentu.
Umar berkata, Kuburan ini memanggilku dan berkata, Wahai Umar bin Abdul Aziz,
maukah kuberitahu apa yang akan kuperbuat dengan orang yang kau cintai ini?, Tentu,
jawabku.
Kuburan itu berkata, Aku bakar kafannya, kurobek badannya dan kusedot darahnya serta
kukunya dagingnya. Maukah kau kau kuberitahu apa yang kuperbuat dengan anggota
badannya?.
Tentu, jawabku.

Aku cabut satu per satu jari-jari ditelapak tangannya, lalu dari tangannya ke lengan dan dari
lengan menuju pundak. Lalu kucabut pula lutut dari pahanya. Dan paha dari lututnya. Ku
cabut pula lutut itu dari betis. Dan dari betis menuju telapak kakinya.
Lalu Umar bin Abdul Aziz menangis dan berkata,
Ketahuilah, umur dunia hanya sedikit. Kemuliaan didalamnya adalah kehinaan. Yang muda
akan menjadi renta, dan yang hidup akan mati. Celakalah yang tertipu olehnya.
Janganlah kau tertipu oleh dunia. Orang yang tertipu adalah yang tertipu oleh dunia.
Dimanakah penduduk yang membangun suatu kota, membelah sungai-sungai dan
menghiasinya dengan pepohonan, lalu tinggal di dalamnya dalam jangka waktu sangat
pendek. Mereka tertipu, menggunakan kesehatan yang dimiliki untuk berbuat maksiat.
Demi Allah, di dunia mereka dicengkeram oleh hartanya, tak boleh begini dan begitu, dan
banyak orang yang dengki kepadanya. Apa yang diperbuat oleh tanah dan kerikil kuburan
terhadap tubuhnya? Apa pula yang diperbuat binatang-binatang tanah terhadap tulang dan
anggota tubuhnya?
Dulu, di dunia mereka berada di tengah-tengah keluarga yang mengelilinginya. Diatas kasur
yang empuk dan pembantu yang setia. Keluarga yang memuliakan dan kekasih yang
menyertainya. Tetapi ketika semuanya berlalu dan maut datang memanggil, lihatlah betapa
dekat kuburan dengan tempat tinggalnya. Tanyakan kepada orang kaya, apa yang tersisa dari
kekayaannya? Tanyakan pula kepada orang fakir, apa yang tersisa dari kefakirannya?
Tanyalah mereka tentang lisan, yang sebelumnya mereka gunakan berbicara. Juga tentang
mata yang mereka gunakan melihat hal-hal yang menyenangkan. Tanyakan tentang kulit yang
lembut dan wajah yang menawan serta tubuh yang indah, apa yang dilakukan cacing tanah
terhadap itu semua? Warnanya pudar, dagingnya dikunyah-kunyah, wajahnya terlumuri
tanah. Hilanglah keindahannya. Tulang meremuk, badan membusuk dan dagingnya pun
tercabik-cabik.
Dimanakah para punggawa dan budak-budak? Dimana kawan, dimana simpanan harta
benda? Demi Allah, mereka tidak membekali si mayit dengan kasur, bahkan tongkat untuk
bertopang sekalipun. Dahulu dirumah mereka merasakan kenikmatan. Kini ia tenggelam
dibawah benaman tanah. Bukankah kini mereka tinggal ditempat yang lusuh dan menjijikan?
Bukankah sama saja bagi mereka, siang dan malam? Bukankah sekarang mereka tenggelam
dalam pekatnya kegelapan? Tak ada lagi kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang
tercinta.
Berapa banyak orang yang dulunya mulia, kini wajahnya hancur. anggota badannya tercerai
berai. Mulut mereka belepotan dengan darah dan nanah. Binatang-binatang tanah
mengerubuti jasad mereka, sehingga satu per satu anggota tubuh terlepas. Hingga akhirnya
tak tersisa, kecuali hanya sebagian kecil saja. Mereka telah meninggalkan istananya.
Berpindah dari tempat lapang ke lubang yang sempit. Sesudah itu, istri-istri mereka dinikahi

orang lain. Anak-anaknya pun berkeliaran dijalan. Harta bendanya dibagi-bagi oleh ahli
warisnya.
Diantara mereka, ada pula yang dilapangkan kuburnya. Diberi kenikmatan dan bersenangsenang dengannya didalam kubur. Tetapi ada pula yang di adzab dalam sempitnya lubang
kubur. Menyesali apa yang telah mereka kerjakan.
Umar lalu menangis dan berkata, Wahai yang menjadi penghuni kubur esok hari, bagaimana
dunia bisa menipumu? Dimana kafanmu? Dimana minyak (wewangian untuk orang mati)mu
dan dimana dupamu? Bagaimana nanti ketika kamu telah berada dalam pelukan bumi.
Celakalah aku, dari bagian tubuh yang mana pertama kali cacing tanah itu melumatku?
Celakalah aku, dalam keadaan bagaimana aku kelak bertemu dengan malaikat maut, saat
ruhku meninggalkan dunia? Keputusan apakah yang akan diturunkan oleh Rabbku?.
Ia menangis dan terus menangis, lalu pergi . Tak lebih dari satu pekan setelah itu, ia
meninggal. Semoga Beliau dirahmati Allah. [ra/islampos]

Anda mungkin juga menyukai