Anda di halaman 1dari 4

Hati-Hati Ada Ajaran Syiah Terselubung Dalam Lagu Yaa Thaybah Versi

Hadad Alwi
Filed under: Dunia Islam, Konspirasi, Kontroversi Tinggalkan komentar
5 Mei 2015

Perbedaan lagu Yaa Thaybah versi Syiah Hadad Alwi dengan versi Syaikh Misyari
Rasyid

Ajaran Syiah yang sesat dan menyesatkan penuh dengan tipu muslihat, fitnah, dan kerancuan. Caracara Syiah menyebarkan ajaran sesatnya yaitu dengan memutarbalikkan fakta, memanipulasi sejarah,
menggunakan riwayat-riwayat palsu, kisah-kisah dusta, berita-berita bohong, dan logika yang salah
kaprah.
Kaum Syiah juga begitu memanfaatkan berbagai media untuk menyebarkan ajaran sesat mereka. Selain
begitu banyaknya situs sesat yang membela ajaran Syiah dan mempropagandakan dogma-dogma Syiah,
ternyata telah ditemukan pula tersiarnya lagu-lagu Syiah yang begitu merakyat.
Lagu berjudul Yaa Thaybah yang dibawakan oleh penyanyi Hadad Alwi yang sempat menjadi lagu
yang begitu populer pada tahun 90-an adalah salah satunya. Pada saat itu, banyak masyarakat Muslim
Indonesia yang gemar memutar dan mendengarkan lagu yang terkesan Islami ini.
Masyarakat awam yang tidak sepenuhnya memahami arti lagu ini seakan begitu dibuai dengan nafas
religi yang dimasukkan ke dalam lagu ini.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya rahasia terselubung di dalam lagu ini pun terkuak. Dewasa ini,
pada zaman melek bahaya Syiah ini, terbongkarlah segala propaganda Syiah yang terselubung itu.
Begitu pula dengan lagu-lagu yang disyiarkan oleh Hadad Alwi.
Dibalik lagu Yaa Thaybah ini diketahui ada kultus dan penuhanan kepada Ali bin Abi Thalib
radhiallahuanhu, serta berlebih-lebihan dalam memuji Hasan dan Husain. Tidak heran, terjemahan
makna lagu ini sangat jarang ditemukan pada masa populernya.
Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memang sering diputar makna permukaannya saja,
namun jika difahami dalam kaidah arabnya bermakna pemujaan kepada Ali, Hasan, dan Husain. Kini
telah banyak beredar di internet postingan-postingan yang mengungkap rahasia di balik lagu ini.
Sementara itu, sebagaimana kita ketahui bahwa Syaikh Misyari Rasyid Alafasy juga mengeluarkan
album Yaa Thaybaa. Syaikh Misyari Rasyid sendiri merupakan seorang Ahlussunnah yang sangat
membenci Syiah.

Maktabah Islam Zulfan Afdh mengungkapkan pemujaan kepada Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husein
bin Ali radhiallahu anhum begitu kental ditemukan dalam lagu Yaa Thaybah yang dibawakan Hadad
Alwi. Hal ini jauh berbeda dengan yang dibawakan oleh Syaikh Misyari Rasyid. Berikut ulasan titik
celah perbedaan dari kedua lagu ini.
Pertama, mari kita simak lirik lagu Yaa Thaybah versi Syiah yang dibawakan oleh Hadad Alwi
berikut:


Yaa thaybah, yaa thaybah, yaa dawalayanaa
Isytaqnaa lika wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana







Yaa aliy yaa ibna abi thalib
Minkumu mashdarul mawahib
Yaa tura hal ura liy haajib
Indakum afdhalul ghilmana, afdhalul ghilmana






Asyadiy alhasan wal husaini
Ila annabiy qurrata aini
Yaa syababal jannataini
Jaddukum shahibul qurana, shahibul qurana.

Mengapa lagu ini terlarang bagi umat Islam?


Lagu Yaa Thaybah versi Syiah dan Hadad Alwi terkontaminasi dengan bentuk kesyirikan dan
ghuluw. Syirik karena memuji Ali, Hasan dan Husein radhiallahu anhum melebihi taraf normal sampai
pada titik pengagungan laksana Tuhan. Ghuluw karena sastra yang dibawakan tidak seharusnya
disandarkan kepada manusia.

Di mana letak penuhanannya?


Ada pada 3 kalimat berikut:
Pertama,


Yaa dawalayanaa
Wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana
Artinya:
Wahai penyejuk mata kami. Kami telah merindukanmu dan hawa itu telah memanggil kami, dan hawa
itu telah memanggil kami.
Kedua,



Yaa aliy yaa ibna abi thalib
Minkummashdarul mawahib
Artinya:
Wahai Ali,wahai putera Abi Thalib darimu lah sumber keutamaan.
Ketiga,

Yaa tura hal ura liy haajib
Artinya:
Wahai engkau yang dilihat (maksudnya Ali pada baris sebelumnya), apakah tirai menjadi penghalang
bagiku (dari melihatmu).
Sungguh jika dilihat pada tiga kalimat di atas, nyatalah mereka kufur kepada Allah. Tidak ada
kerinduan mereka kepada Allah, mereka tidak ingat kepada Allah ketika mengucapkan kalimat-kalimat
itu. Seakan-akan semua hidup dan mati hanya dipersembahkan untuk keluarga Ali dengan melupakan
Allah.
Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam
nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakatbakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebih-lebihan alias ghuluw.
Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam bersabda: Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena
sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw berlebih-lebihan dalam
agama. (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih)
Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wassallam sendiri melarang kita, umatnya, agar jangan terlalu
berlebihan memuji dan memuja diri beliau. Pada diri beliau yang mulia saja terlarang, apalagi pada diri
orang lain, tentu hal itu dilarang keras. Beliau bersabda:
Janganlah kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung
Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah hamba Allah dan Rasul-Nya (HR. AlBukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284),
Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat Umar bin alKhaththab Radhiyallahu anhu)
Telah bercerita kepada kami Al Humaidiy telah bercerita kepada kami Sufyan berkata, aku mendengar
Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdullah dari Ibnu Abbas
radliallahu anhu bahwa dia mendengar Umar radliallahu anhu berkata di atas mimbar, Aku
mendengar Nabi Shallallahu alaihi wassallam bersabda: Janganlah kalian melampaui batas dalam
memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan Isa bin Maryam.
Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah
dan utusan-Nya). (HR. Bukhari)
Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami!
Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami! Maka seketika itu juga Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh
syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian
mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku. (HR.
Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan alLalika-i dalam Syarah Ushuul Itiqaad Ahlussunnah wal Jamaaah (no. 2675). Sanadnya shahih
dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu)
Ali radhiallahu anhu sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba, pendeta Yahudi dari
Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: Engkau lah Allah. Maka Ali bermaksud
membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain

(Iran). Dalam riwayat lain, Abdullah bin Saba disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu
dibakar oleh Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs
Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syiah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6)
Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba kini berleluasa menyebarkan missinya. Kelompok yang
oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga
merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang dikenal dengan nyanyian Ya
Robbi bil Mushtofaa yang juga salah satu lagunya Hadad Alwi.

Adakah fatwa Ulama tentang lagu ini?

Anda mungkin juga menyukai