Anda di halaman 1dari 4

PENYEBAB DAN SARANA KEMUSYRIKAN

Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah memperingatkan kita dengan tegas dari segala sarana dan penyebab yang dapat mengantarkan kepada kemusyrikan. Namun masih amat banyak manusia yang tidak mengetahuinya. Sehingga di antara mereka ada yang terjerumus ke dalam kemusyrikan tanpa mereka sadari lantaran ketidaktahuan akan penyebab dan sarananya. Maka memberitahukan kepada kaum muslimin akan sarana dan penyebab kemusyrikan adalah sesuatu yang amat penting dan mendesak. Apalagi di negri yang boleh dibilang masyarakatnya hobi dengan ziarah-ziarah kubur orang shalih, wisata ke tempat-tempat bertuah dan keramat (menurut keyakinan mereka) dan tempattempat lain yang diyakini memberikan pengaruh tertentu bagi kehidupan. Di antara penyebab dan sarana kemusyrikan yang dapat disebutkan di sini adalah: 1. Ghuluw atau Kultus Individu terhadap Orang-Orang Shalih. Ini merupakan salah satu penyebab kemusyrikan, bahkan awal kemusyri-kan yang terjadi di muka bumi ini dise-babkan ghuluw terhadap orang shalih. Semenjak Nabi Adam diturunkan ke bumi, seluruh manusia pada masa itu dalam keadaan Islam (bertauhid). Ibnu Abbas berkata, Antara Nabi Adam dengan Nabi Nuh jaraknya sepuluh generasi, kesemuanya dalam keadaan Islam. Setelah itu mulailah orang-orang mempunyai ketergantungan dengan orangorang shalih, sehingga terjadilah kemusyrikan di bumi. Maka Allah mengutus Nabi Nuh untuk menyeru kaumnya agar kembali beribadah kepada Allah saja. Akan tetapi mereka menolak dengan mengatakan sebagai-mana yang difirmankan Allah, Dan mereka berkata, Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilahilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyemba-han) wadd, dan jangan pula suwaa, yaghuts, yauq dan nasr. (QS. 71:23) Mereka adalah nama-nama orang sholih dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka meninggal dunia, maka dibuat-lah semacam prasasti dengan menulis-kan namanama mereka di atas tempat yang biasa mereka tempati semasa masih hidup. Pada mulanya mereka tidak disembah, namun setelah ilmu dilupakan, akhirnya mereka menyembah dan meminta-minta kepada mereka. Ini semua disebabkan oleh sikap berlebihan dalam mengkultuskan orang shalih dan memang setan selalu membisikkan manusia agar mengultuskan seseorang dan menyembah kubur-nya. Pada mulanya memang hanya sekedar terlintas dalam benak manusia untuk membangun kubur dan berdiam (itikaf) di atasnya, sebagai bukti rasa cinta terhadap orang tersebut, baik itu Nabi, wali dan orang-orang shalih. Kemudian memasukkan keyakinan bahwa berdoa di samping kuburannya adalah mustajaba. Dan setelah itu, meningkat menjadi berdoa kepada ahli kubur serta menjadikannya sebagai sekutu bagi Allah, maka mereka meminta kepadanya, beribadah, minta syafaat dan menjadikannya sebagai berhala yang dipuja, dibuatkan kelambu, lalu thawaf mengelilinginya, mengusap-usap dan menciuminya dan menyembelih hewan di sisinya. Belum cukup dengan itu semua, mereka akhirnya pasang iklan menga-jak orang untuk ikut-ikutan melakukan-nya dan menjadikan tempat itu untuk melakukan acara-acara ritual. Dan lebih dari itu, mereka juga membuat cap bahwa orang yang melarang dari hal-hal tersebut adalah orang yang tidak punya adab serta merendahkan kedudukan para Nabi, wali dan orang sholeh, hingga demikianlah kesesatan mereka. Allah telah menegur orang Nashara yang menempatkan Isa bin Maryam melebihi kedudukannya sebagai hamba dan rasul Allah.

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa putera Maryam itu, ada-lah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampai-kan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya (QS.An-Nisaa :171) Rasulullah sendiri juga telah memperingatkan hal itu dengan sabdanya, Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku, sebagaimana orang Nasha-ra telah berlebihan terhadap Ibnu Maryam, aku adalah hamba-Nya maka ucapkan, Hamba Allah dan Rasul-Nya. (HR. Al-Bukhari). 2. Membangun Masjid di atas Kubur Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah memperingatkan kita agar jangan sampai membangun masjid di atas kuburan atau menjadikan kuburan sebagai masjid. Sebab beribadah kepada Allah di sisi kuburan orang shalih dapat mengantarkan kepada peribadatan terhadap kubur tersebut. Pernah suatu ketika Ummu Habibah dan Ummu Salamah menyebutkan sebuah kanisah (tempat ibadah orang Nashara) di Habasyah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar (manusia), maka Rasulullah bersabda, Mereka itu, apabila ada orang shalih di antara mereka yang meninggal, maka dibangun di atasnya tempat ibadah kemudian mereka buat gambar-gambar (sebagaimana) gambar itu. Mereka adalah seburuk-seburuk makhluk di sisi Allah nanti pada Hari Kiamat. (HR. Al-Bukhari) Betapa antusias dan perhatian Nabi terhadap umatnya dalam masalah ini, hingga menjelang wafatnya, beliau masih sempat memperingatkan kita, Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nashara, mereka telah menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai masjid. Berkata Aisyah Radhiallaahu anha, Beliau memperingatkan dari apa yang mereka perbuat. (HR. Al-Bukhari) 3. Menjadikan Kuburan sebagai Masjid (Tempat Beribadah). Rasulullah memperingatkan de-ngan keras terhadap orang yang menjadikan kuburan beliau sebagai berhala yang diibadahi selain Allah. Maka kuburan orang selain beliau tentu lebih tidak layak lagi. Beliau bersabda, Ya Allah janganlah Engkau jadikan kuburku berhala yang diibadahi, amat besar kemarahan Allah terhadap kaum yang menjadikan kubur Nabi mereka sebagai masjid. (lihat Al-Muwaththa Imam Malik 1/172). 4. Menerangi Kuburan dan Ziarah-nya Para Wanita ke Sana

Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah memperingatkan kita tentang memberi penerang (lampu) di kuburan karena termasuk rangkaian sarana kesyirikan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, Rasu-lullah Shallallaahu alaihi wa Sallam melaknat wanita-wanita peziarah kubur, orang yang menjadi-kannya sebagai masjid dan yang memberi lampu penerang di atasnya.(HR. An-Nasai, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

5.Duduk di atas Kubur dan Shalat Menghadap ke Arahnya.

Nabi n tidak pernah membiarkan adanya celah atau sarana yang dapat mengantarkan kepada kemusyrikan. Dan termasuk sarana yang beliau peringatkan adalah sebagaimana dalam sabdanya,

Janganlah kalian duduk di atas kubur, dan janganlah shalat menghadap ke sana. (HR. Muslim) 6. Mengadakan Acara Ibadah atau Perayaan (Ied) di atas Kuburan. Bentuknya bisa shalat atau sujud di sana dan juga mengadakan acara-acara ritual yang bersifat rutin baik itu mingguan, bulanan atau tahunan, demikian pula mengkhususkan shalat dan bershalawat di makam Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam. Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, dan janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai ied, dan bershalawatlah kalian atasku karena sesungguhnya shalawat tersebut akan sampai kepadaku di mana-pun kalian berada. (HR. Abu Dawud dan Ahmad). 7. Membangun Kubah diatas Kubur dan Memasang Gambar

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah berusaha keras membersihkan bumi dari segala sarana kemusyrikan. Beliau telah mengutus para shahabatnya untuk menghancurkan kubah-kubah di atas kubur yang dipuja-puja dan melenyapkan gambar-gambar. Diriwayatkan dari Abul Hiyaj al-Asadiy dia berkata, Telah berkata kepadaku Ali bin Abi Thalib Radhiallaahu anhu , Maukah engkau aku utus dengan sesuatu yang aku diutus oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dengannya? Yaitu, Jangan sekali-kali kau tinggalkan satu berhala-pun kecuali engkau hancurkan, dan tak satu kubur pun yang dikeramatkan kecuali engkau ratakan. (HR. Muslim)

8.Melakukan Lawatan ke Selain Tiga Masjid (Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha) Lawatan atau mungkin yang lebih dikenal dengan ziarah untuk tujuan peribadatan atau dengan keyakinan adanya keutamaan dengan bersusah payah mengeluarkan biaya dan perbe-kalan, tidak diperbolehkan, kecuali ke tiga masjid yang telah disebutkan di atas. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda, Tidak boleh bersusah payah melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid; Masjidku ini, Masjidil Haram dan Masjid Al-Aqsha. (HR. Al-Bukhari) Masuk ke dalam larangan ini adalah berziarah ke makam-makam dan tempat yang dianggap keramat, sebagaimana yang difahami oleh para shahabat. Maka ketika Abu Hurairah Radhiallaahu anhu pergi ke bukit Ath-Thur, Bashrah bin Abi Bashrah Al-Ghifari menemuinya dan berkata, Kamu baru datang dari mana? Dia menjawab, Dari Ath-Thur. Bashrah lalu berkata, Andaikan aku mendapatimu sebelum kamu pergi tentu kamu tidak akan jadi pergi ke sana, aku telah mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, Janganlah kalian melakukan perjalanan jauh kecuali ke tiga masjid. (HR. An-Nasai, Malik dan Ahmad) 9. Berziarah Kubur Tidak Sesuai Tuntunan Islam. Bentuknya bisa berupa ziarah syirkiyah (syirik) dan ziarah bidiyyah (bidah), dan macamnya ada tiga yaitu: 1. Meminta-minta kepada si mayit untuk memenuhi hajatnya, dan inilah yang masuk kategori syirik dan menyembah berhala. 2. Meminta kepada Allah, namun dengan menggunakan perantaraan si mayit, misalnya mengucapkan, Ya Allah saya bertawassul dengan perantaraan Nabi-Mu, atau dengan hak Syaikh Fulan dan kedudukannya, lalu setelah itu memohon

hajatnya. Maka jenis ini adalah termasuk bidah (perkara yang diada-adakan) dalam Islam. 3. Meminta dan berdoa kepada Allah di sisi kuburan si mayit tanpa bertawassul kepadanya dengan keyakinan bahwa tempat tersebut mustajabah atau memiliki keutamaan. Ini pun telah disepakati merupakan kemungkaran. 10. Shalat ketika Matahari Terbit dan Terbenam Hal ini terlarang di dalam Islam, sebab di dalamnya ada penyerupaan dengan orang-orang yang menyembah matahari pada kedua waktu tersebut. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah memperingatkan kita semua melalui sabdanya, Janganlah kalian memilih waktu shalat ketika terbit matahari dan ketika terbenamnya, karena ia terbit di antara dua tanduk syetan. (HR. Muslim) Demikian di antara beberapa sarana dan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kemusyrikan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala menjaga kita dari semua itu dan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang bertauhid, yang terbebas dari noda-noda syirik. Sumber, Buku Nur At-Tauhid wa Zhulumat Asy-Syirk fi Dhaual kitab was Sunnah, Dr. Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, hal 60-72. Netter Muslim yang dimuliakan Allah. Setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut berdakwah adalah menyampaikan Buletin ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahui nya.

Anda mungkin juga menyukai