Anda di halaman 1dari 23

ZIARAH KUBUR

DAN PROBLEMATIKANYA

Kajian GeBe
Fatkhur Rozaq, S.Ag., M.Ag.
BINROH RS Muhammadiyah Tuban
Allah SWT berfirman :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS. Ali ‘Imran : 185)

Hadits Nabi SAW :


. “
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian) ”
(HR. At Tirmidzi (no. 2307)),
A. TUJUAN ZIARAH KUBUR
1. Bagi Peziarah, terdapat faedah dan manfaat antara lain :
a) Memberikan nasehat bagi dirinya
b) Mengingatkannya kepada kematian, balasan dan hari kiamat.
c) Menambahkan kebaikan baginya.
d) Mengambil pelajaran.
e) Melunakkan (melembutkan) hati.
f) Menjadikannya zuhud terhadap dunia dan tamak terhadap kebaikan hari akhirat
Hadits Nabi SAW:

Rasulullah Saw bersabda: "………, Berziarahlah ke kuburan, karena dalam berziarah itu terdapat
peringatan (mengingatkan kematian)." (HR. Muslim)

2. Bagi Si Mayyit, untuk memberi salam kepada mereka, mendo'akan serta


memohonkan ampunan.

(Semoga keselamatan tercurah bagi penduduk kampung orang-orang mukmin dan muslim ini.
Dan semoga Allah memberi rahmat kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-
orang kemudian, dan kami insya Allah akan menyusul kalian semua).'" (HR. Muslim No.1619).
B. HUKUM ZIARAH KUBUR
Berziarah kubur adalah sesuatu yang disyari’atkan di dalam agama
berdasarkan (dengan dalil) hadits-hadits Rasulullah SAW dan ijma’
(kesepakatan).

Hadits Buraidah bin Al-Hushoib RA, bahwa Rasulullah SAW


bersabda :

“Sesungguhnya aku pernah melarang kalian untuk menziarahi kubur, maka (sekarang)
ziarahilah kuburan”. (HR. Imam Muslim (3/65 dan 6/82)
Dan dalam riwayat Abu Daud (2/72) dengan tambahan lafazh :

“Sebab ziarah kubur itu akan mengingatkan pada hari akhirat”.
C. HUKUM WANITA ZIARAH KUBUR
- - :
“Dari Abu Hurairah RA dia berkata : “Rasulullah SAW melaknat
wanita-wanita peziarah kubur””. (HR Ibnu Hibban no.3178)
Kesimpulan Hadits:
1. Wanita boleh berziarah kubur, tapi tidak dianjurkan, karena ditakutkan
akan terjadi padanya hal-hal yang bertentangan dengan syari’at disebabkan
karena kelemahan hati wanita dan karena perbuatannya, seperti akan
terjadinya teriakan atau raungan ketika menangis/sedih, tabarruj (berhias),
ikhtilath (bercampur baur dengan laki-laki) dan hal-hal lain yang sejenis.

Hadits Dari Anas RA:

Dari Anas bin Malik ra berkata: "Rasulullah Saw berjalan melewati seorang wanita yang sedang
berada di kuburan dalam keadaan menangis. Maka Beliau berkata;: "Bertakwalah kamu kepada
Allah dan bersabarlah". (HR. Al-Bukhari No.1174).
2. Hadits dari shahabat Abdullah bin Abi Mulaikah :
:

“Aisyah suatu hari pulang dari pekuburan. Lalu aku bertanya


padanya : “Wahai Ummul Mukminin, dari mana engkau?” Ia
menjawab : “Dari kubur saudaraku Abdurrahman bin Abi Bakr”.
Lalu aku berkata kepadanya : “Bukankah Rasulullah melarang
ziarah kubur?” Ia berkata : “Ya, kemudian beliau memerintahkan
untuk berziarah” HR. Al Hakim (1/376) dan Al Baihaqi (4/78) Adz
Dzahabi berkata : “Shahih”. Al Bushiri berkata : “Sanadnya shahih
dan perawinya tsiqah”.

Menurut Ibn Hajar al-Asqalani, hadits ini menunjukkan bahwa


Nabi Saw membiarkan wanita tetap berada di kuburan.
Pembiaran ini menjadi dalil bahwa wanita boleh melakukan
ziarah kubur.(Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Li Ibn Hajar, IV/325.)
2. Wanita tidak diperbolehkan Banyak (Sering) Berziarah Kubur, karena
hal ini bisa menjadi penyebab terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang
disebutkan tadi dan Peringatan Nabi SAW:

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Allah melaknat kepada
kaum wanita yang sering berziarah kubur” (HR. Al-Tirmidzi, Ibn Majah, dan lain-
lain)

Menurut Imam al-Qurthubi bahwa yang dimaksud dengan “laknat” yang


tercantum dalam hadits tersebut adalah ditujukan kepada kaum wanita yang
sering melakukan ziarah kubur, melihat lafal yang digunakan dalam hadits
tersebut adalah bentuk superlatif (shighah mubalaghah).

Boleh jadi pelaknatan itu dikarenakan adanya kemungkinan melecehkan hak


suami, banyak keluar rumah, atau kemungkinan meratapi, termasuk amalan-
amalan lain yang dilarang syariat. Karena itu apabila ada jaminan bahwa wanita
yang ziarah kubur itu tidak melakukan hal-hal yang terlarang tersebut, maka
tidaklah mengapa kaum wanita diizinkan ziarah ke kubur. Karena “mengingat
kematian” sama-sama dibutuhkan baik bagi kaum laki-laki maupun wanita.
D. WAKTU-WAKTU BERZIARAH KUBUR
1. Kapan Saja, Ziarah kubur tidak ada waktu yang khusus dan tidak boleh
(tidak layak) dikhususkan untuk itu, baik pada malam atau bulan tertentu,
seperti Malam Jum’at, Bulan sya’ban, Menjelang dan akhir Ramadhan, syawal
maupun waktu-waktu yang lainnya.

Di dalam kitab Faidl al-Qadir Syarah Kitab al-Jami‘ ash-Shaghir karya Abd ar-Rauf al-
Manawi, Juz VI: 141. disebutkan:

.
Artinya: “Riwayat Abu asy-Syaikh dan ad-Dailamiy dari Abu Bakar: Barangsiapa berziarah kubur kedua
orang tuanya atau salah satunya pada setiap hari Jum‘at, kemudian membaca surat “Yasin wa al-Qur’an al-
Hakim”, maka diampunilah dia sebanyak jumlah ayat dan huruf dari surat itu.”

Menurut kitab Mizan al-I‘tidal fi Naqd ar-Rijal, karya Syams ad-Din Abu Abdillah
Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-Dzahabi, Juz V: 316, dinyatakan bahwa sanad hadits
tersebut bathil, dengan demikian tidak bisa dijadikan hujjah.

2. Tidak Adanya Dalil yang shohih, menunjukkan tentang adanya


waktu khusus atau afdhal (paling baik) untuk berziarah kubur, sehinga
kepada hukum asahal (kapan saja boleh)
E. TATA CARA ZIARAH KUBUR
1. Memberi salam kepada penghuni kubur (muslimin) dan
mendo’akan kebaikan bagi mereka.
Doa nabi SAW setiap Ziarah kubur:

.
Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penduduk kampung (Barzakh) dari orang-
orang mukmin dan muslim. Sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusulkan,
kami mohon kepada Allah untuk kami dan kamu, agar diberi keselamatan (dari apa
yang tidak diinginkan). [HR. Muslim 2/671 dan Ibnu Majah 1/494]

Firman Allah Ta’ala,

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb
Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami,
dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang
beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-
Hasyr: 10)
2. Tidak Boleh Mendoakan Orang Kafir yang Meninggal
Berdasarkan riwayat, ketika Abu Thalib meninggal dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangat sedih. Sedih bukan karena ditinggal pamannya, tapi sedih karena
sang paman mati dalam keadaan musyrik. Pamannya tidak bersedia mengucapkan laa
ilaaha illallah.
Karena saking sedihnya, sampai beliau bersumpah untuk memohonkan ampunan
bagi pamannya,

”Demi Allah, aku akan memohonkan ampunan untukmu, selama aku tidak dilarang.” (HR. Bukhari 1360
& Muslim 24).

Karena peristiwa ini, Allah menurunkan teguran kepada beliau,

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-
orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka,
bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. ( ) Sementara permintaan ampun dari
Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada
bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas
diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun. (QS. At-
Taubah: 113 – 114).
Lalu terkait Nabi Ibrahim pernah mendoakan ayahnya
dengan doa ampunan,

Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan


memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat
baik kepadaku. (QS. Maryam: 47)

Dan doa ini beliau panjatkan sebelum beliau tahu, ayahnya akan mati
kafir.

3. Ketika berdoa, boleh mengangkat tangannya, tidak


menghadap ke kubur tapi menghadap ke kiblat saat berdoa;

Dari Salman ra, dari Nabi saw bersabda: Sesungguhnya Tuhanmu adalah "sangat
malu" lagi Maha Pemurah, Dia merasa malu kepada hamba-Nya yang
menengadahkan kedua tangannya kepada-Nya, kemudian ditolak-Nya sama sekali
atau sia-sia." (HR. Ibnu Majah dan at-Tirmidzi)
4. Tidak Berjalan Di Atas Kuburan Dengan Mengenakan Sandal, kecuali
dikawatirkan terkena duri atau benda sejenis.
Nabi SAW bersabda:

“Wahai pemilik (yang memakai) sandal celakalah engkau lepaskanlah sandalmu”.


(HR. Abu Daud 2/72, Ibnu Majah 1/474, Al-Hakim 1/373)

5. Tidak duduk atau bersandar pada kuburan.


 Hadits Abu Marbad RA, NabiSAW bersabda::

“Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan jangan melakukan shalat padanya”.
(HR.Muslim 2/228. )
 Hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Seandainya salah seorang dari kalian duduk di atas bara api hingga (bara api itu)
membakar pakaiannya sampai mengenai kulitnya itu adalah lebih baik daripada
dia duduk di atas kuburan”. (HR.Muslim)
6. Jika berziarah ke kubur orang kafir tidak boleh salam
kepadanya tidak juga mendo'akan, bahkan memberinya
berita siksa akan neraka;

7. Tidak disyariatkan menaruh wangi-wangian dan


kembang di atas kubur, karena hal ini tida ada dasar
amalannya dari ulama salaf terdahulu, andaikan hal ini
baik niscaya mereka lebih dahulu melaksanakannya dari
pada kita.

8. Begitu juga menancapkan pelepah kurma di atas kubur,


pengamalan yang ada dari Nabi Saw tentang hal itu
merupakan kekhususan bagi Nabi Saw
F. ZIARAH KUBUR YANG DILARANG
Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman Al-Bassam dalam Kitab
Taudhihul Ahkam (2/562-563), bahwa keadaan seorang yang
berziarah ada empat jenis, yaitu :

1. Mendo’akan Para Penghuni Kubur


Memohon kepada Allah SWT berupa pengampunan dan rahmat
bagi para penghuni kubur, dan memohonkan do’a khusus bagi
yang dia ziarahi dan pengampunan. Mengambil pelajaran dari
keadaan orang mati sehingga bisa menjadi peringatan dan
nasehat baginya. Inilah bentuk ziarah yang syar’i.
2. Berdo’a Kepada Allah SWT Bagi Dirinya Sendiri Dan Bagi
Orang-orang Yang Dicintainya Dipekuburan Atau Di Dekat
Sebuah Kuburan Tertentu
Berdoa dengan keyakinan bahwa berdo’a dipekuburan atau pada
kuburan seseorang tertentu adalah tempat yang sangat afdhal
(lebih utama) dan lebih mustajab daripada berdo’a di mesjid.
Dan ini adalah bid’ah munkarah, haram hukumnya.
Lanjutan …….. !!!
3. Berdo’a kepada Allah SWT dengan mengambil
perantara jah (kedudukan) penghuni kubur atau
haknya.
Seperti dia berkata : “Aku memohon pada-Mu wahai Rabbku
berikanlah …(sesuatu)… dengan jah (kedudukan) penghuni
kuburan ini atau dengan haknya terhadap-Mu, atau dengan
kedudukannya disisi-Mu” ; atau yang semisalnya. Dan ini
adalah bid’ah muharramah dan haram hukumnya, sebab
perbuatan tersebut adalah sarana/jalan yang mengantar
kepada kesyirikan kepada Allah SWT (Syirkul Asbab).
4. Tidak Berdo’a Kepada Allah SWT Melainkan Berdo’a Kepada
Para Penghuni Kubur Atau Kepada Penghuni Kubur
Tertentu,
Seperti dia berkata : Wahai wali Allah, Wahai Nabi Allah,
Wahai tuanku, cukupilah aku atau berilah
aku…(sesuatu)…dan semisalnya. Dan ini adalah syirik
Akbar (besar).
Model-Model Ziarah KUBUR
Peringatan …….!!!

Firman Allah SWT:

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-
orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah
mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka
tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak
menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS Az Zumar: 3)
G. KESYIRIKAN DISEKITAR KUBUR
Prilaku Syirik yang sering terjadi dikuburan
adalah :
1. Menyembelih untuk penghuni kubur,
2. Menunaikan nadzar kepadanya,
3. Memberikan persembahan kepada penghuni kubur yang
disertai dengan keyakinan dan perasaan cinta dan atau
berharap dan atau takut terhadap penghuni kubur,
4. Bertawakkal kepadanya,
5. Berdo’a kepadanya,
6. Meminta pertolongan untuk mendapatkan kebaikan
(isti’anah) atau untuk lepas dari kesulitan (istighotsah) pada
penghuni kubur,
7. Thawaf pada kuburan,
8. Dan ibadah lainnya yang ditujukan untuk penghuni kubur.
H. PERKARA YANG DILARANG SAAT DIKUBUR
1. Duduk di atas kuburan Dan Shalat menghadap kubur,
Hadits dari Abi Martsad Al-Ghanawy sabda Nabi SAW:

“Janganlah kalian shalat menghadap kuburan dan jangan pula kalian duduk di atasnya”.
(HR. Muslim 3/62).

2. Menjadikan kuburan sebagai tempat peringatan, dikunjungi pada


waktu-waktu tertentu dan pada musim-musim tertentu untuk
beribadah disisinya atau untuk selainnya
Hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda :

“Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat peringatan dan janganlah


menjadikan rumah kalian sebagai kuburan dan dimanapun kalian berada bersholawatlah
kepadaku sebab sholawat kalian akan sampai kepadaku”. ((HR. Ahmad 2/367, Abu Daud
no.2042. (Lihat : Kitab Ahkamul Jana`iz dan kitab Min Bida’il Qubur)).
Lanjutan :
3. Melakukan perjalanan (bersafar) dengan maksud
hanya untuk berziarah kubur
Hadits Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda :

" .
.
“Tidaklah (boleh) dilakukan perjalanan (untuk ibadah) kecuali kepada tiga
mesjid : Al-Masjidil Haram dan Masjid Ar-Rasul dan Masjid Al-Aqsho”. (HR.
Bukhary dan Muslim )

4. Membaca Al-Qur`an dikuburan


Hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :
.
“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai pekuburan,
sesungguhnya syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan padanya surah
Al-Baqarah”. (HR. Muslim no. 780)
Lanjutan :
5. Mengkhususkan ziarah kubur pada hari-hari tertentu,
seperti Malam Jum’at, Bulan Nisfu sa’ban, Setelah
Sholat id, dll.
6. Menyalakan lampu (pelita) pada kuburan.
7. Mengeraskan suara di kuburan
8. Menaburkan kembang padanya.
9. Mengusap-usap kuburan dan menciumnya, agar
mendapat berkah kubur serta mengambil sesuatu
(tanah) dari Kubur.
10. Perbuatan-perbuatan lainnya yang tidak pernah
diperintahkan dan dicontohkan oleh Syaari’ (Allah dan
Rasulnya)
I. Hadits_ Mayit Diadzab Karena Ratapan
Keluarganya
Dari Ibnu Umar RA, dari NabiSAW , beliau bersabda:

“Sesungguhnya mayit itu akan diadzab karena ratapan keluarganya.” (Muttafaqun „alaih)
Dalam riwayat lain:

“Mayit itu akan diadzab di kuburnya dengan sebab ratapan atasnya.” (HR Muslim)

Maksud Hadits:
1. Jumhur Ulama berpendapat, hadits ini dibawa kepada pemahaman bahwa mayit yang
ditimpa adzab karena ratapan keluarganya adalah orang yang berwasiat supaya diratapi,
atau dia tidak berwasiat untuk tidak diratapi padahal dia tahu bahwa kebiasaan mereka
adalah meratapi orang mati.
2. Abdullah Ibnul Mubarak rahimahullahu berkata: “Apabila dia telah melarang mereka
(keluarganya) meratapi ketika dia hidup, lalu mereka melakukannya setelah kematiannya,
maka dia tidak akan ditimpa adzab sedikit pun.” (Umdatul Qari‟, 4/78)
3. Syaih Albani berkata: “Adzab di sini menurut mereka maknanya adalah hukuman”.
(Ahkamul Jana‟iz, hal. 41)
Semoga Allah menjadikan kita
Hamba-Nya yang istiqamah
di atas kebenaran…

Anda mungkin juga menyukai