istighfar, dll), Sholawat dan lain sebagainya yg bertujuan supaya amalan tsb, selain untuk yang membacanya juga bisa
bermanfaan bagi si mayit.
Berikut kami sampaikan beberapa dalil yang menerangkan sampainya amalan tsb (karena keterbatasan ruang & waktu
maka kami sampaikan sementara dalil yg dianggap urgen saja, Insya Alloh akan disambung karena masih ada beberapa
dalil hadits & pendapat ulama terutama ulama yang sering dijadikan sandaran sodara kita yg tidak menyetujui adanya
acara tahlilan diantaranya pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah, Imam Ibnul Qoyyim, Imam As-Saukani dll..
1. Dalil Alquran:
Artinya: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa : Ya Tuhan kami, beri
ampunlah kami dan saudar-saudar kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami (QS Al Hasyr: 10)
Dalam ayat ini Allah SWT menyanjung orang-orang yang beriman karena mereka memohonkan ampun (istighfar)
untuk orang-orang beriman sebelum mereka. Ini menunjukkan bahwa orang yang telah meninggal dapat manfaat dari
istighfar orang yang masih hidup.
2. Dalil Hadits
a. Dalam hadits banyak disebutkan doa tentang shalat jenazah, doa setelah mayyit dikubur dan doa ziarah kubur.
Artinya: Dari Auf bin Malik ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW. setelah selesai shalat jenazah-
bersabda: Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat
tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan
sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat
tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia
dari siksa kubur dan siksa neraka (HR Muslim).
Artinya: Dari Ustman bin Affan ra berkata: Adalah Nabi SAW. apabila selesai menguburkan mayyit beliau beridiri
lalu bersabda: mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintalah keteguhan hati untuknya, karena sekarang dia sedang
ditanya (HR Abu Dawud)
Sedangkan tentang doa ziarah kubur antara lain diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwa ia bertanya kepada Nabi SAW.:
Artinya: bagaimana pendapatmu kalau saya memohonkan ampun untuk ahli kubur ? Rasul SAW. menjawab, Ucapkan:
(salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada ahli kubur baik mumin maupun muslim dan semoga Allah memberikan
rahmat kepada generasi pendahulu dan generasi mendatang dan sesungguhnya insya Allah- kami pasti menyusul) (HR
Muslim).
b. Dalam Hadits tentang sampainya pahala shadaqah kepada mayyit
Artinya: Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa Saad bin Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak ada ditempat,
lalu ia datang kepada Nabi SAW. unntuk bertanya: Wahai Rasulullah SAW. sesungguhnya ibuku telah meninggal
sedang saya tidak ada di tempat, apakah jika saya bersedekah untuknya bermanfaat baginya ? Rasul saw. menjawab:
Ya, Saad berkata: saksikanlah bahwa kebunku yang banyak buahnya aku sedekahkan untuknya (HR Bukhari).
Artinya: Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Barang siapa yang meninggal dengan mempunyai
kewajiban shaum (puasa) maka keluarganya berpuasa untuknya(HR Bukhari dan Muslim)
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra bahwa seorang wanita dari Juhainnah datang kepada Nabi saw. dan bertanya:
Sesungguhnya ibuku nadzar untuk hajji, namun belum terlaksana sampai ia meninggal, apakah saya melakukah haji
untuknya ? rasul menjawab: Ya, bagaimana pendapatmu kalau ibumu mempunyai hutang, apakah kamu membayarnya
? bayarlah hutang Allah, karena hutang Allah lebih berhak untuk dibayar (HR Bukhari)
3. Dalil Ijma
a. Para ulama sepakat bahwa doa dalam shalat jenazah bermanfaat bagi mayyit.
b. Bebasnya hutang mayyit yang ditanggung oleh orang lain sekalipun bukan keluarga. Ini berdasarkan hadits Abu
Qotadah dimana ia telah menjamin untuk membayar hutang seorang mayyit sebanyak dua dinar. Ketika ia telah
membayarnya nabi saw. bersabda:
4. Dalil Qiyas
Pahala itu adalah hak orang yang beramal. Jika ia menghadiahkan kepada saudaranya yang muslim, maka hal itu tidak
ada halangan sebagaimana tidak dilarang menghadiahkan harta untuk orang lain di waktu hidupnya dan membebaskan
utang setelah wafatnya.
Islam telah memberikan penjelasan sampainya pahala ibadah badaniyah seperti membaca Alquran dan lainnya
diqiyaskan dengan sampainya puasa, karena puasa adalah menahan diri dari yang membatalkan disertai niat, dan itu
pahalanya bisa sampai kepada mayyit. Jika demikian bagaimana tidak sampai pahala membaca Alquran yang berupa
perbuatan dan niat.
Adapun dalil yang menerangkan shadaqah untuk mayit pada hari-hari tertentu seperti hari ke satu, dua sampai dengan
ke tujuh bahkan ke-40 yaitu hadits marfu mursal dari tiga orang tabi`ien yaitu Thaus, Ubaid bin Umair dan Mujahid
yang dapat dijadikan qaid kepada hadits-hadits mutlak (tidak ada qaid hari-hari untuk bershadaqah untuk mayit) di
atas:
a. Riwayat Thaus :
Bahwa orang-orang mati itu akan mendapat fitnah (ujian) di dalam alam kubur mereka tujuh hari. Maka mereka (para
sahabat) itu menganjurkan untuk memberi shadaqah makanan atas nama mereka selama hari-hari itu.
Terjadi fitnah kubur terhadap dua golongan orang yaitu orang mukmin dan orang munafiq. Adapun terhadap orang
mukmin dilakukan tujuh hari dan terhadap orang munafiq dilakukan 40 hari.
Ruh-ruh itu berada diatas pekuburan selama tujuh hari, sejak dikuburkan tidak memisahinya.
Kemudian dalam beberapa hadits lain menyatakan bahwa kedua malaikat Munkar dan Nakir itu mengulangi
pertanyaan-pertanyaan tiga kali dalam satu waktu. Lebih jelas dalam soal ini dapat dibaca dalam buku Thulu ats-
tsuraiya di izhaari makana khafiya susunan al Imam Suyuty dalam kitab Al-Hawi lil fatawiy jilid II.
11. Tahlilan-4 (.... sambungan No.1,2,3 ...) Sepertinya Anda selalu membatasi bahwa sunah nabi itu hanya sesuatu
yang pernah Nabi lakukan sehingga pertanyaan Anda selalu apakah Nabi SAW pernah melakukannya, apakah ada
contohnya dari nabi ...... begitu terus pertanyaannya Anda dari awal .... TENTANG 1 7 HARI. Komentar saya
terdahulu menyebutkan tentang tiga macam sunah nabi; 1.Sunnah Fi`liyah (perbuatan nabi saw, yang diberi contohnya
oleh Nabi saw), 2. Sunnah Qouliyah (perkataan Nabi saw seperti anjuran, perintah dll), 3. Sunnah Taqririyah
(perbuatan sahabat yang disetujui Nabi saw, tidak dilarang). Tentang tradisi kirim pahala sedekah atas mayit 1-7 hari
tidak termasuk sunah fi`liyah yang diberi contoh Nabi saw, atau juga tidak termasuk sunah qouliyah yang angka 1-7
hari itu (tetapi kalau sedekah atas mayit pahalanya termasuk sunah qouliyah). Adapun tentang angka 1-7 hari termasuk
sunah nabi yang ketiga, yaitu sunah taqririyah alias disetujui nabi saw, atau tidak ada larangan dari Nabi saw -- seperti
kata riwayat Imam Ahmad bin Hanbal, yang mendapatkan riwayat dari Hasyim bin al-Qasim, meriwayatkan dari Al-
Asyjai, dari Sofyan, bahwa Imam Thawus bin Kaisan radliyallahu anhu (seorang TABI`IN) mengatakan;
Sesungguhnya orang mati difitnah (diuji dengan pertanyaan malaikat) didalam quburnya selama 7 hari, dan mereka
menganjurkan agar memberikan makan atau sedekah (pahalanya) untuk yang meninggal selama 7 hari tersebut.
Riwayat ini disebutkan tidak hanya oleh Imam Ahmad Ahmad bin Hanbal, tetapi juga oleh Imam Suyuthi, Imam Abu
Nuaim al-Ashbahani, Ibnu Hajar al-Haitami dll. As-Suyuthi menyatakan bahwa dari sisi riwayat, para perawi atsar
Thawus termasuk kategori perawi hadits-hadits shohih dikenal sebagai salah seorang generasi pertama ulama negeri
Yaman dan pemuka para tabiin yang sempat menjumpai lima puluh orang sahabat Nabi Saw. Nama Imam al-Hafidz
as-Suyuthi yang mengatakan diatas saya kira sudah tidak asing lagi dikalangan pesantren, si empunya Kitab Tafsir
Jalalain dan Asbabun Nuzul al-Qur`an, yang kitab-kitabnya tentang ilmu al-Qur`annya menjadi rujukan para ahli tafsir
sesudahnya mengatakan kaum muslimin telah melakukannya pada masa Rasulullah -- dan Nabi SAW juga mengetahui
dan taqrir (menyetujui, tidak melarang), para sahabat melakukannya namun tidak sampai kepada Rasulullah
shallallahu alayhi wa sallam. Atas hal demikian disimpulkan bahwa khabar ini berasal dari seluruh sahabat maka
jadilah itu sebagai ijma, tetapi ada juga yang mengatakan hanya sebagian shahabat saja, dan masyhur dimasa mereka
tanpa ada yang mengingkarinya. Ini merupakan anjuran mengasihi mayit yang baru meninggal selama ujian dalam
kuburnya dengan cara melakukan shadaqah makan selama 7 hari yang pahalanya untuk mayit. Hal demikian telah
dilakukan oleh para sahabat. Sedangkan ulama telah berijma bahwa pahalanya bermanfaat bagi mayit. Kata Imam
Suyuthi, Sesungguhnya sunnah memberikan makan selama 7 hari, telah sampai kepadaku bahwa sesungguhnya
amalan ini berkelanjutan dilakukan sampai sekarang (zaman Imam Suyuthi) di Makkah dan Madinah. Maka secara
dhahir, amalan ini tidak pernah di tinggalkan sejak masa para shahabat Nabi hingga masa kini (zaman Imam as-
Suyuthi), dan sesungguhnya generasi yang datang kemudian telah mengambil amalan ini dari pada salafush shaleh
hingga generasai awal Islam. Dalam kitab-kitab tarikh dituturkan tentang para Imam, mereka mengatakan manusia
menegakkan amalan diatas kuburnya selama 7 hari dengan membaca al-Quran. Shadaqah seperti yang dilakukan
diatas (pahalanya ditujukan untuk mayit) berlandaskan hadits Nabi yang banyak disebutkan dalam berbagai riwayat.
TENTANG ANGKA 7, 40, 100, 1000 HARI Angka-angka ini pada komen terdahulu sedikit juga sudah saya singgung
bahwa para wali tidak serta merta mengharamkan tradisi sebelumnya. Bahkan dengan tradisi itu justru digunakan
untuk mengislamkan mereka dengan cara mengganti lafal-lafal mantera di upacara-upacara adat mereka dengan
kalimah tauhid yang ada dalam tahlilan itu. Pada kenyataannya mereka berbondong-bondong memasuki agama Islam
dengan cara demikian melalui pendekatan yang adaptif menggunakan kearifan local dengan tidak begitu saja
mengatakan musyrik, bid`ah, sesat, neraka dsb. Representasi (keterwakilan) dari masyarakat demikian bisa dicoba
dengan dakwah di masyarakat yang masih tradisional kultural kalau dengan mudah kita mengatakan tradisi mereka
sesat atau bid`ah dijamin mereka akan langsung tersinggung akibatnya masyarakat sudah lari duluan tidak mau
mendengarkan pengajian (ora kena iwake wis buthak banyune = tidak dapat ikannya sudah keruh airnya). Dengan
kata lain, kita sikapi saja dengan kearifan, toh angka-angka 7, 40, 100, 1000 hari bukanlah prinsip, justru yang
prinsip tauhidnya itu --- kecuali juga bisa kita gunakan sebagai alat syiar. (kecuali di kota-kota yang masyarakatnya
rasional, tidak lagi kultural cara atau proses islamisasinya sudah lain).
Balas
Balas
Balas
Balas
Balas
Balas
Balas
Balas
Balas
Balas
Balas