Anda di halaman 1dari 24

Muslim.or.

id
AQIDAH
Adab Islami Ziarah Kubur
Yananto Sulaimansyah
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Dzat yang telah menciptakan hidup dan mati untuk
menguji manusia siapa yang terbaik amalannya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan juga
kepada keluarganya, shahabatnya, dan orang-orang
yang mengikuti mereka denga baik.
Ketahuilah hamba-hamba Allah, sadar atau tidak
sadar, kita semua saat ini sama-sama sedang menuju
garis akhir kehidupan kita di dunia, meskipun
jaraknya berbeda-beda setiap orang. Ada yang cepat,
ada yang lama. Tetapi, perlahan tapi pasti, setiap orang
menuju garis akhir kehidupannya di dunia, itulah
kematian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan” (QS. Ali ‘Imran :
185)
Setelah mati, seorang hamba hanya tinggal memetik apa
yang selama ini ia tanam di dunia, tidak ada kesempatan
kedua untuk menambah amal. jika kebaikan yang ia
tanam, itulah yang akan ia panen. Jika keburukan yang ia
tanam, maka dialah yang akan merasakannya sendiri.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan kita untuk banyak-banyak
mengingat kematian. Beliau bersabda,

.
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yakni
kematian) ”[1]
Dan di antara cara untuk mengingat kematian adalah
dengan berziarah kubur. Banyak sekali manfaat yang
dapat dipetik dari amalan berziarah ke kubur. Inilah yang
akan menjadi topik pembahasan kali ini[2] mengingat
masih banyaknya kaum muslimin yang salah dalam
menyikapi ziarah ini sehingga bukannya manfaat yang
mereka raih, akan tetapi ziarah mereka justru
mengundang murka Allah ‘Azza wa Jalla. Semoga Allah
Ta’ala memberikan kita semua petunjuk.

Hukum ziarah kubur


Ziarah kubur adalah sebuah amalan yang disyari’atkan.
Dari Buraidah Ibnul Hushaib radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka


(sekarang) berziarahlah” [3]
Bolehkah wanita berziarah kubur?
Para ulama berselisih dalam hal ini. Syaikh Muhammad
bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan ada 5
pendapat ulama dalam masalah ini :
 Disunnahkan seperti laki-laki
 Makruh
 Mubah
 Haram
 Dosa besar[4]
Ringkasnya, pendapat yang paling kuat wallahu a’lam
adalah wanita juga diperbolehkan untuk berziarah
kubur asal tidak sering-sering.
Hal ini berdasarkan beberapa alasan :
Pertama: Keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam hadits yang sudah lewat :

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak


membedakan antara laki-laki dan wanita.
Kedua: Hadits-hadits yang menunjukkan bolehnya
wanita berziarah lebih shahih daripada hadits yang
melarang wanita berziarah. Hadits yang melarang wanita
berziarah tidak ada yang shahih kecuali hadits Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

Ketiga: Lafazh ‫ ﺯﻭّﺍﺭﺎﺗ‬dalam hadits di atas menunjukkan


makna wanita yang sering berziarah. Al Hafizh Ibnu
Hajar menukil perkataan Imam Al Qurthubi : “Laknat
dalam hadits ini ditujukan untuk para wanita yang sering
berziarah karena itulah sifat yang ditunjukkan lafazh
hiperbolik tersebut (yakni 7]”( ‫] ﺯﻭّﺍﺭﺎﺗ‬. Oleh karena itu,
wanita yang sesekali berziarah tidaklah masuk dalam
ancaman hadits ini.
Keempat: Persetujuan (taqrir) Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam terhadap seorang wanita yang sedang menangis di
sisi kubur kemudian beliau hanya memberikan
peringatan kepada wanita tersebut seraya berkata,

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


tidaklah mengingkari perbuatan wanita tersebut. Dan
sudah diketahui bahwa taqrir Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah hujjah.
Kelima: Wanita dan laki-laki sama-sama perlu untuk
mengingat kematian, mengingat akhirat, melembutkan
hati, dan meneteskan air mata dimana hal-hal tersebut
adalah alasan disyari’atkannya ziarah kubur.
Kesimpulannya, wanita juga boleh berziarah kubur
Keenam: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
keringanan kepada para wanita untuk berziarah kubur.
Dalilnya adalah hadits dari shahabat Abdullah bin Abi
Mulaikah :

“Aisyah suatu hari pulang dari pekuburan. Lalu aku


bertanya padanya : “Wahai Ummul Mukminin, dari mana
engkau?” Ia menjawab : “Dari kubur saudaraku
Abdurrahman bin Abi Bakr”. Lalu aku berkata
kepadanya : “Bukankah Rasulullah melarang ziarah
kubur?” Ia berkata : “Ya, kemudian beliau
memerintahkan untuk berziarah” “[9]
Ketujuh: Disebutkan dalam kisah ‘Aisyah yang
membuntuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke
pekuburan Baqi’ dalam sebuah hadits yang panjang,
‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah,

“Ya Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan kepada


mereka (penghuni kubur-ed)?” Rasulullah menjawab,
“Katakanlah : Assalamu’alaykum wahai penghuni kubur
dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Semoga
Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan
orang-orang yang dating kemudian. Dan insya Allah
kami akan menyusul kalian”[10]
Syaikh Al Albani rahimahullah berkata setelah
membawakan hadits ini : “Al Hafizh di dalam At Talkhis
(5/248) berdalil dengan hadits ini akan bolehnya
berziarah kubur bagi wanita”[11]
Dengan berbagai argumen di atas jelaslah bahwa wanita
juga diperbolehkan berziarah kubur asalkan tidak sering-
sering. Inilah pendapat sejumlah ulama semisal Al
Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, Al ‘Aini, Al Qurthubi,
Asy Syaukani, Ash Shan’ani, dan lainnya
rahimahumullah.[12]
Hikmah ziarah kubur
Ziarah kubur adalah amalan yang sangat bermanfaat baik
bagi yang berziarah maupun yang diziarahi. Bagi orang
yang berziarah, maka ziarah kubur dapat mengingatkan
kepada kematian, melembutkan hati, membuat air mata
menetes, mengambil pelajaran, dan membuat zuhud
terhadap dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

“Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur,


sekarang berziarahlah karena ziarah dapat melembutkan
hati, membuat air mata menetes, dan mengingatkan
akhirat. Dan janganlah kalian mengucapkan al
hujr[13]”[14]
Dalam hadits tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan hikmah dibalik ziarah kubur. Ketika
seseorang melihat kubur tepat di depan matanya, di
tengah suasana yang sepi, ia akan merenung dan
menyadari bahwa suatu saat ia akan bernasib sama
dengan penghuni kubur yang ada di hadapannya.
Terbujur kaku tak berdaya. Ia menyadari bahwa ia
tidaklah hidup selamanya. Ia menyadari batas waktu
untuk mempersiapkan bekal menuju perjalanan yang
sangat panjang yang tiada akhirnya adalah hanya sampai
ajalnya tiba saja. Maka ia akan mengetahui hakikat
kehidupan di dunia ini dengan sesungguhnya dan ia akan
ingat akhirat, bagaimana nasibnya nanti di sana? Apakah
surga? Atau malah neraka? Nas-alullahas salaamah wal
‘aafiyah.
Selain itu, ziarah kubur juga bermanfaat bagi mayit yang
diziarahi karena orang yang berziarah diperintahkan
untuk mengucapkan salam kepada mayit,
mendo’akannya, dan memohonkan ampun untuknya.
Tetapi, ini khusus untuk orang yang meninggal di atas
Islam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

“Nabi pernah keluar ke Baqi’, lalu beliau mendo’akan


mereka. Maka ‘Aisyah menanyakan hal tersebut kepada
beliau. Lalu beliau menjawab : “Sesungguhnya aku
diperintahkan untuk mendo’akan mereka””[15]
Adapun jika mayit adalah musyrik atau kafir, maka tidak
boleh mendo’akan dan memintakan ampunan untuknya
berdasarkan sabda beliau,

“Nabi pernah menziarahi makam ibu beliau. Lalu beliau


menangis. Tangisan beliau tersebut membuat menangis
orang-orang disekitarnya. Lalu beliau bersabda : “Aku
meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan
ampunan untuk ibuku. Tapi Dia tidak mengizinkannya.
Dan aku meminta izin untuk menziarahi makam ibuku,
maka Dia mengizinkannya. Maka berziarahlah kalian
karena ziarah tersebut dapat mengingatkan kalian kepada
kematian”[16]
Maka ingatlah hal ini, tujuan utama berziarah adalah
untuk mengingat kematian dan akhirat, bukan untuk
sekedar plesir, apalagi meminta-minta kepada mayit yang
sudah tidak berdaya lagi.

Adab Islami ziarah kubur


Agar berbuah pahala, maka ziarah kubur harus sesuai
dengan tuntunan syari’at yang mulia ini. Berikut ini
adab-adab Islami ziarah kubur :
Pertama: Hendaknya mengingat tujuan utama berziarah
Ingatlah selalu hikmah disyari’atkannya ziarah kubur,
yakni untuk mengambil pelajaran dan mengingat
kematian.
Imam Ash Shan’ani rahimahullah berkata : “Semua
hadits di atas menunjukkan akan disyari’atkannya ziarah
kubur dan menjelaskan hikmah dari ziarah kubur, yakni
untuk mengambil pelajaran seperti di dalam hadits Ibnu
Mas’ud (yang artinya) : “Karena di dalam ziarah terdapat
pelajaran dan peringatan terhadap akhirat dan membuat
zuhud terhadap dunia”. Jika tujuan ini tidak tercapai,
maka ziarah tersebut bukanlah ziarah yang diinginkan
secara syari’at”[17]
Kedua: Tidak boleh melakukan safar untuk berziarah
Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,

“Janganlah melakukan perjalanan jauh (dalam rangka


ibadah, ed) kecuali ke tiga masjid : Masjidil Haram,
Masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam (Masjid
Nabawi), dan Masjidil Aqsha”[18]
Ketiga: Mengucapkan salam ketika masuk kompleks
pekuburan
“Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, dahulu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan mereka (para
shahabat) jika mereka keluar menuju pekuburan agar
mengucapkan :

“Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah


(kuburan) dan kaum mu’minin dan muslimin, mudah-
mudahan Allah merahmati orang-orang yang terdahulu
dari kita dan orang-orang yang belakangan, dan kami
Insya Allah akan menyusul kalian, kami memohon
kepada Allah keselamatan bagi kami dan bagi
kalian”[19]
Keempat: Tidak memakai sandal ketika memasuki
pekuburan
Dari shahabat Basyir bin Khashashiyah radhiyallahu
‘anhu : “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedang berjalan, tiba-tiba beliau melihat seseorang
sedang berjalan diantara kuburan dengan memakai
sandal. Lalu Rasulullah bersabda,

“Wahai pemakai sandal, celakalah engkau! Lepaskan


sandalmu!” Lalu orang tersebut melihat (orang yang
meneriakinya). Tatkala ia mengenali (kalau orang itu
adalah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia
melepas kedua sandalnya dan melemparnya”[20]
Kelima: Tidak duduk di atas kuburan dan menginjaknya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh jika salah seorang dari kalian duduk di atas
bara api sehingga membakar bajunya dan menembus
kulitnya, itu lebih baik daripada duduk di atas kubur”[21]
Keenam: Mendo’akan mayit jika dia seorang muslim
Telah lewat haditsnya di footnote no. 14. Adapun jika
mayit adalah orang kafir, maka tidak boleh
mendo’akannya.
Ketujuh: Boleh mengangkat tangan ketika mendo’akan
mayit tetapi tidak boleh menghadap kuburnya ketika
mendo’akannya (yang dituntunkan adalah menghadap
kiblat)
Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
ketika beliau mengutus Barirah untuk membuntuti Nabi
yang pergi ke Baqi’ Al Gharqad. Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berhenti di dekat Baqi’, lalu
mengangkat tangan beliau untuk mendo’akan
mereka.[22] Dan ketika berdo’a, hendaknya tidak
menghadap kubur karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang shalat menghadap kuburan. Sedangkan
do’a adalah intisari sholat.

Kedelapan: Tidak mengucapkan al hujr


Telah lewat keterangan dari Imam An Nawawi
rahimahullah bahwa al hujr adalah ucapan yang bathil.
Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan : “Tidaklah
samar lagi bahwa apa yang orang-orang awam lakukan
ketika berziarah semisal berdo’a pada mayit,
beristighotsah kepadanya, dan meminta sesuatu kepada
Allah dengan perantaranya, adalah termasuk al hujr yang
paling berat dan ucapan bathil yang paling besar. Maka
wajib bagi para ulama untuk menjelaskan kepada mereka
tentang hukum Allah dalam hal itu. Dan memahamkan
mereka tentang ziarah yang disyari’atkan dan tujuan
syar’i dari ziarah tersebut”[23]
Kesembilan: Diperbolehkan menangis tetapi tidak boleh
meratapi mayit
Menangis yang wajar diperbolehkan sebagaimana Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis ketika menziarahi
kubur ibu beliau sehingga membuat orang-orang
disekitar beliau ikut menangis. Tetapi jika sampai tingkat
meratapi mayit, menangis dengan histeris, menampar
pipi, merobek kerah, maka hal ini diharamkan.

Rambu-rambu untuk para peziarah


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan
dengan ziarah kubur ini agar ziarah kubur yang
dilakukan menjadi amalan shalih, bukan menyebabkan
murka Allah Subhanahu wa Ta’ala :
Hikmah disyari’atkannya ziarah kubur adalah untuk
mengambil pelajaran dan mengingat akhirat, bukan
untuk tabarruk kepada mayit meskipun dia dahulu orang
sholeh.
Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah mengatakan :
“(Hendaknya) tujuan ziarahnya adalah untuk
mengambil pelajaran, nasihat, dan mendo’akan mayit.
Jika tujuannya adalah untuk tabarruk dengan kubur,
atau melakukan ritual penyembelihan di sana, dan
meminta mayit untuk memenuhi kebutuhannya dan
mengeluarkannya dari kesulitan, maka ini ziarah yang
bid’ah lagi syirik”[24]
Tidak boleh mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk
berziarah karena hal itu tidak ada dalilnya. Kapan saja
ziarah itu dibutuhkan, maka berziarahlah. Ingatlah,
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Diantara hal yang tidak ada tuntunannya juga adalah
kebiasaan menabur bunga di atas kuburan. Penta’liq
Matan Abi Syuja’ –kitab fikih madzhab syafi’i- berkata :
“Diantara bid’ah yang diharamkan adalah
menaburkan/meletakkan bunga-bunga di atas jenazah
atau kubur karena hanya buang-buang harta”[25]
Selesailah pembahasan tentang ziarah kubur ini. Semoga
Allah ‘Azza wa Jalla agar menjadikan amal ini sebagai
amalan yang memberatkan timbangan kebaikan di hari
perhitungan kelak dan memberikan manfaat kepada
kaum muslimin dengannya. Aamiin. Wallahu Ta’ala
a’lam. Walhamdu lillahi Rabbil ‘aalamin.

Penulis: Yananto
Artikel www.muslim.or.id
Fote Note :
[1] HR. At Tirmidzi (no. 2307), Ibnu Majah (no. 4258),
An Nasa’I (4/4), Ahmad (2/292,293). Syaikh Salim Al
Hilaly hafizhahullah mengatakan: “hadits shahih li
ghairihi”. Lihat Bahjatun Nazhirin (1/581), Daar Ibnul
Jauzy
[2] Dan hal yang sangat mengherankan bagi penulis
yakni adanya orang-orang yang menuduh Salafiyyun
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, atau yang mereka sebut
sebagai Wahhabi, yang senantiasa berpegang teguh
dengan sunnah Nabi, mengharamkan ziarah kubur secara
mutlak. Semoga Allah memberikan mereka petunjuk
kepada sunnah.
[3] HR. Muslim no. 977. Lihat Bahjatun Nazhirin
(1/583)
[4] Lihat Asy Syarhul Mumti (5/380)
[5] HR. Muslim no. 977
[6] Hadits ini hasan dengan beberapa penguatnya.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi no. 1056 dan beliau
berkomentar : hadits hasan shahih, juga oleh Ibnu Majah
no. 1576 dan Al Baihaqi (4/78). Lihat Jaami’ Ahkaamin
Nisaa (1/580).
[7] Lihat Fathul Baari (3/149), Maktabah As Salafiyyah
(versi pdf)
[8] HR. Bukhari no. 1283
[9] HR. Al Hakim (1/376) dan Al Baihaqi (4/78). Adz
Dzahabi berkata : “Shahih”. Al Bushiri berkata :
“Sanadnya shahih dan perawinya tsiqah”. Syaikh Al
Albani berkata : “Hadits ini (derajatnya) sebagaimana
penilaian mereka berdua”. Lihat Ahkaamul Janaa-iz hal.
230, Maktabah Al Ma’arif
[10] HR. Muslim (3/14), Ahmad (6/221), An Nasa’I
(1/286), dan Abdurrazzaq (no. 6712)
[11] Lihat Ahkaamul Janaa-iz hal. 232, Maktabah Al
Ma’arif
[12] Lihat Bahjatun Nazhirin (1/583), Daar Ibnul Jauzy
[13] Al Hujr adalah ucapan yang bathil. Lihat Al Majmu’
(5/310), Maktabah Syamilah
[14] HR. Al Hakim (1/376), dinilai hasan oleh Syaikh Al
Albani dalam Ahkaamul Janaa-iz hal. 229
[15] HR. Ahmad (6/252). Syaikh Al Albani berkata :
“Shahih sesuai syarat Syaikhain (yakni Bukhari dan
Muslim-ed)”. Lihat Ahkaamul Janaa-iz hal. 239
[16] HR. Muslim (3/65). Dalam hadits ini juga terdapat
dalil bolehnya menziarahi makam orang kafir dengan
tujuan hanya untuk mengambil pelajaran saja, bukan
untuk mendo’akannya.
[17] Lihat Subulus Salaam (1/502), Maktabah Syamilah
[18] Muttafaqun ‘alaihi dari shahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu
[19] HR. Muslim no. 974
[20] HR. Abu Dawud (2/72), An Nasa’I (1/288), Ibnu
Majah (1/474), Ahmad (5/83), dan selainnya. Al Hakim
berkata : “Sanadnya shahih”. Hal ini disetujui oleh Adz
Dzahabi dan juga Al Hafizh di Fathul Baari (3/160).
Lihat Ahkaamul Janaa-iz hal. 173, Maktabah Al Ma’arif
[21] HR. Muslim (3/62)
[22]Syaikh Al Albani mengatakan : “Diriwayatkan oleh
Ahmad (6/92), dan hadits ini terdapat di Al Muwaththo’
(1/239-240), dan An Nasa’I dengan redaksi yang semisal
tetapi disana tidak disebutkan (kalau Nabi) mengangkat
tangan. Dan sanad hadits ini hasan”. Lihat Ahkaamul
Janaa-iz hal. 246, Maktabah Al Ma’arif
[23] Lihat Ahkaamul Janaa-iz hal.227, Maktabah Al
Ma’arif
[24] Lihat Al Mulakhkhos Al Fiqhi hal. 248, Daarul
Atsar
[25] Ta’liq Matan Al Ghayah wat Taqrib fi Fiqhis Syafi’I
hal. 106, Daar Ibnu Hazm

" Sampaikan Ilmu Dariku Walau Satu Ayat "

ABOUT AUTHOR
Yananto Sulaimansyah
View all posts by Yananto Sulaimansyah »
TENTANG KAMI
Muslim.or.id merupakan salah satu media dakwah milik
Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).
Muslim.or.id selalu berusaha menyebarkan dakwah
Islamiyyah Ahlussunnah wal Jama’ah di jagat maya.
Moto Muslim.or.id adalah “Memurnikan Aqidah,
Menebarkan Sunah”.
Yuk, kenali kami lebih dekat.
ALAMAT KAMI
Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
(YPIA).
Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia,
55284.
TENTANG YPIA
Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA) adalah
yayasan yang bergerak di bidang dakwah publik dan
pembinaan generasi muda, khususnya mahasiswa, dan
umat Islam pada umumnya.
Yayasan ini memfokuskan diri dalam pembinaan
mahasiswa yang diwujudkan dalam bentuk pengadaan
kursus bahasa Arab dasar, perbaikan bacaan Al Qur’an
(tahsin), kajian Islam intensif, dan pondok pesantren
mahasiswa.
Copyright 2021 Muslim.or.id. All Rights Reserved.
Tata cara ziarah kubur sesuai sunnah,
lengkap dengan doanya
Melalui ziarah kubur, kita diingatkan bahwa kematian adalah hal yang pasti terjadi
pada setiap makhluk yang bernyawa..

Ziarah kubur adalah perkara yang dianjurkan oleh Islam. Melalui ziarah kubur, kita
diingatkan bahwa kematian adalah hal yang pasti terjadi pada setiap makhluk yang
bernyawa. Dengan menyaksikan banyaknya jasad yang terkubur, kita diperlihatkan
bahwa tingkat sosial maupun jabatan seseorang tidak berguna ketika ia dikebumikan.
Maka menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat adalah hal yang semestinya
dilakukan setiap muslim. Karena hanya amalannya saja yang akan membantu manusia
ketika menghadapi akhirat.

Sebenarnya, dahulu Rasulullah pernah melarang ziarah kubur. Ada beberapa sebab
mengapa ziarah kubur di zaman itu tidak diperbolehkan. Pertama, orang-orang di
zaman dahulu percaya bahwa mengunjungi kuburan seseorang akan mendatangkan
keberkahan sehingga membuatnya mendekati perbuatan syirik atau menyekutukan
Allah. Kedua, karena dahulu wanita-wanita yang berziarah dikubur sangat emosional
dan menangis dengan raungan yang keras.

Namun Allah kemudian memperbolehkan melakukan ziarah kubur, dan Rasulullah


pun menyampaikan pada kaumnya. Dalam suatu hadits Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya aku dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka
sekarang berziarahlah karena akan bisa mengingatkan kalian pada akhirat dan akan
menambah kebaikan pada kalian".

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika ingin melaksanakan ziarah kubur.
Berikut tata cara ziarah kubur sesuai sunnah lengkap dengan doanya.

Tata cara ziarah kubur.


1. Berwudhu.

Sebelum berziarah kubur, ambillah air dan berwudu. Perkara ini adalah hal yang
disunnahkan.

2. Mengucapkan salam kepada ahli kubur.

Jika ingin memasuki area pemakaman, maka ucapkan salam:

"Assalamu'alaikum ahlad diyaar minal mukminiina wal musliminn."

Artinya: "Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari
golongan orang beriman, dan orang-orang Islam".
Atau sebagai berikut

Kemudian lanjutkan dengan doa, yang bacaannya:

"Yarhamulloohul mustaqdimiina minnaa wal musta'khiriin. Wa inna insyaa alloohu


bikum la laahiquun wa as alullooha lanaa walakumul 'aafiyah".

Artinya: "Semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-
orang yang datang belakangan. Kami insyaallah akan menyusul kalian, saya meminta
keselamatan untuk kami dan kalian"

3. Berdoa untuk almarhum dan berzikir dengan posisi menghadap ke kiblat.

Dzikir dengan membaca istighfar sebanyak tiga kali, membaca surat Al Fatihah,
membaca surat al Ikhlas tiga kali, membaca surat Al Falaq, membaca surat An Nas,
dan membaca tahlil tiga puluh kali.

4. Mengirim doa.

Berdo'a dengan berdzikir terlebih dahulu. Di antara zikir dan doa yang dibaca sebagai
berikut:

1. Pertama, membaca istigfar 3x


2. Kedua, membaca surat Al-Fatihah.
3. Ketiga, Membaca surat Al-Ikhlas 3x
4. Keempat, membaca surat al-Falaq 1x
5. Kelima, membaca surat al-Nas 1x
6. Keenam, melafalkan kalimat tahlil 33x

setelah berdzikir, maka dilanjutkan dengan doa ziarah kubur, bacaannya:


“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia. Berilah
kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, es,
dan embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju
yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya,
isteri yang lebih baik dari isterinya. Masukkanlah dia ke dalam surga, lindungilah dari
azab kubur dan azab neraka. Lapangkanlah baginya dalam kuburnya dan terangilah
dia di dalamnya.” (HR. Muslim)

Atau dengan do'a sebagai berikut :

"Audzubillahi minasyaithoonir rojim. Bismillahirrohmanirrohim.


Alhamdulillahi robbil 'alamin, hamdan syakiriin, hamdannaa'imin, hamdan
yuwaafiini'amahu wayukaafii mazidah, yaa robbanaa lakal hamdu kamaa
yanbaghi lijalali wajhika wa'adzimi sultonik, allohumma shoolli wasalim
'ala muhammad wa'ala alii muhammad.

Allahhumma taqobal wa ausil sawaaaba maa qoro, nahu minal qur'anil


'adzim, wa maa halalna wa maa sabahna wamastaghfarnaa wamaa sholaina
'atsayyidina muhammad sollallohu'alaihi wasallam, hadiyatan wasilatan,
warohmatan najilatan wa barokatan samilatan ilaa hadoroti habibina
wasafi'ina waquroti a'ayuninaa sayyidina wamaulanaa muhammadin
sollallohu 'alaihi wa sallam, wa ila jami'ii ikhwanihi minal anbiyaai
walmursaliina wal auliyaai, wassuhadai, wassolihina, wassohabati
wattabi'ina wal'ulamail 'alimina wal mushonnafiinal mukhlisiina wa jami'il
mujaa-hidiina fi sabilillahi robbil 'alaminn, wal malaikatil muqorrobina
khusushan ila sayyidina syaih abdul qodir zailanii.

Summa ilaa jami'i ahlil qubur, minal muslimiina wal muslimati, wal mu
miniina wal mu minaati, min masaarikil ardhi ila magooribiha barriha
wabahriha khusushan ila aabaaina wa ummahaa tiinaa, wa ajdaadina,
wanakhussu khusushan manijtam'anaa hahunaa bisababihi waliajlihi.

Allahhummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu anhu wa akrim nujulahu


wawasi' madholahu, waghsilhu bilmai wassalji wal barodi wanaqihi minal
khotooya, kama yunaqqo saubul abyadu minaddannasi wa abdilhu, darron
khoiron min daarihi wa ahlan khoiron min ahlihi wa jaujan khoiron min
jauzihi wa adhilhul jannata wa 'aidhu min 'adzabil qobri wa fitnatihi wa min
'adzabinnar, allohhumaghfir lihayyina wa mayyitina wa sahhidiina wa
ghoniina washogiirona wa kaabirona wadakirona wa ansana, allohumma
man ahyaitahu minna fa ahyihi 'alal islami wa man tawafaitahu minna
fatawafahu alal iiman allohumma la tuhrimna azrohu wa laa tudillanaa
ba'dahu birohmatikayaa arhamarroohimiin, wal hamdu lillahi robbil
'aalamiin."
Artinya:
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah
penguasa alam semesta, sebagaimana orang-orang yang bersyukur dan orang-orang
yang mendapat banyak kenikmatan memujiNya. Dengan pujian yang sepadan dan
nikmatNya dan memungkinkan pertambahannya. Wahai Tuhan kami, pujian hanya
untuk Mu, sebagaimana yang layak akan kemuliaan Dzat Mu dan keagungan kuasa
Mu. Ya Allah limpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad dan
kepada keluarga beliau.

Ya Allah terimalah dan sampaikan pahala Al Quran yang kami baca, tahlil kami,
tasbih kami, istighfar kami dan shalawat kami kepada Nabi Muhammad sebagai
hadiah yang menjadi penyambung. Sebagai rahmat yang turun dan sebagai berkah
yang menyebar kepada kekasih kami, penolong kami dan buah hati kami, pemuka dan
pemimpin kamiyaitu Nabi Muhammad SAW, juga kepada seluruh kawan-kawan
beliau dari kalangan para Nabi dan Rasul, para wali, para syuhada’, orang-orang
shalih, para sahabat, para tabi’in, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para
pengarang yang ikhlas dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah Tuhan semesta
alam, serta para malaikat yang selalu beribadah, khususnya ditujukan kepada Syekh
Abdul Qadir Jailani.

Kemudian kepada seluruh penghuni kubur dari kalangan orang-orang islam laki-laki
dan perempuan, orang mukmin laki-laki dan perempuan, dari belahan bumi timur dan
barat, di laut dan di darat, terutama kepada bapak-bapak dan ibu-ibu kami, kakek dan
nenek kami, lebih utamakan lagi kepada orang yang menyebabkan kami berkumpul di
sini.

Ya Allah, ampunilah, rahmatilah, bebaskanlah dan lepaskan dia. Mulikanlah tempat


tinggalnya dan luaskanlah. Muliaknlah tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya,
cucilah dia dengan air jernih dan sejuk. Bersihkanlah dia dari segala kesalahan
bagaikan abju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilah rumahnya dengan rumah
yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik dari
yang ditinggalkannya, serta suami/istri yang lebih baik dari yang ditinggalkannya
pula. Masukkanlah dia ke dalam surga dan lindungilah dia dari siksa kubur dan
fitnahnya serta siksa api neraka. Ya Allah berikanlah ampun bagi kami yang masih
hidup, dan kami yang telah meninggal dunia, kami yang hadir, kami yang ghoib, kami
yang kecil, kami yang dewasa, kami yang pria atau wanita. Ya Allah siapapun yang
Egnkau hidupkan dari kami maka hidupkanlah dalam keadaan iman. Ya Allah
janganlah Engkau menghalangi kami akan pahal beramal kepadanya. dan janganlah
Engkau menyesatkan kami sepeninggalannya dengan mendapat rahmat Mu Yang
Maha Pengasih. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam"

5. Tidak melakukan hal yang dilarang pada saat di kuburan.

Ada beberapa larangan yang tidak diperbolehkan saat berada di pemakaman. Dalam
suatu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim: "Janganlah kalian sholat (berdoa)
kepada kuburan dan janganlah kalian duduk di atasnya".

Kemudian dalam hadits lain disebutkan "Rasulullah SAW melarang dari memberi
kapur pada kubur, duduk di atas kubur dan mendirikan bangunan di atas kubur".
Oleh: Deta Jauda

Disclaimer
Artikel ini merupakan tulisan pembaca Brilio.net. Penggunaan konten milik pihak lain
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Silakan klik link ini untuk membaca
syarat dan ketentuan creator.brilio.net. Jika keberatan dengan tulisan yang dimuat di
Brilio Creator, silakan kontak redaksi melalui e-mail redaksi@brilio.net

© 2021 Brilio.net
KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved

Anda mungkin juga menyukai