Anda di halaman 1dari 12

FILARIASIS

OLEH KELOMPOK 3

SRI ULFA HANDAYANI (105111101519)

AISYAH ZUYYINA (IO5111101619)

INDAH AFRILIANI YUSUF (105111101419)

RAHAYU

ANGGUN NUR ISLAM (105111101319)

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MKASSAR
2020/2021
A. Filariasis
Filariasis / Kaki Gajah adalah suatu penyakit yang mengalami infeksi
sitemik bersifat kronis dan menahun. Filariasis merupakan jenis penyakit
reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian
tidak ada dan sekarang muncul kembali.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit yang
tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan
kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya karena
terjadi gangguan fisik.penyakit ini jarang terjadi pada anak karena
manifestasi klinisnya timbul bertahun – tahun setelah terjadi infeksi.
Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada
pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah
terpapar parasite selama bertahun-tahun. oleh karena itu Filariasis juga
sering disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita
Filariasis yaitu kecacatan permanen yang sangat mengganggu
produktivitas.
http://repository.unimus.ac.id/1092/3/BAB%20II.pdf

Bulan Oktober diperingati sebagai bulan eliminasi penyakit kaki gajah


(BELKAGA). Untuk itu, seluruh penduduk yang berusia antara 2-70 tahun
dan tinggal di wilayah endemis penyakit kaki gajah atau Filariasis akan
diingatkan untuk meminum obat pencegahan yang diberikan dalam
program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis sebanyak
1 dosis setiap tahun selama 5 tahun berturut-turut.
http://indonesiabaik.id/infografis/filariasis-penyakit-kaki-gajah-
penularannya#:~:text=Penyakit%20ini%20ditularkan%20dari
%20seseorang,masuk%20ke%20dalam%20badan%20nyamuk.
Gambar kaki gajah

B. Penyebab Filariasis
Penyakit ini umumnya menyerang negara-negara tropis dan subtropis
seperti Asia, Afrika, dan Kepulauan Pasifik. Terdapat tiga spesies cacing
filaria yang dapat menyebabkan penyakit ini, yaitu Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi, dan Brugia timori. Tiga jenis cacing tersebut ditemukan di
wilayah Indonesia, tapi hampir 70 persen yang cacing yang menyebabkan
filariasis adalah cacing Brugia malayi. Nyamuk yang menjadi penyebaran
penyakit ini umumnya disebabkan oleh Anopheles farauti dan Anopheles
punctulatus.

Proses untuk menjadi larva infektif di dalam tubuh nyamuk, diperlukan


waktu selama 1 hingga 2 minggu, sementara masuknya larva dari nyamuk
ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama 3
hingga 36 bulan. Kebanyakan orang menganggap apabila terkena satu
gigitan nyamuk ini maka filariasis menyerang dengan cepat, padahal
sebetulnya dibutuhkan ribuan gigitan nyamuk untuk menyebabkan
penyakit filariasis.
https://www.halodoc.com/artikel/ini-penyebab-filariasis-yang-perlu-
dihindari

Di Indonesia sampai saat ini, dilaporkan terdapat lebih dari 14.932


penderita kasus kronis yang tersebar di 418 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Hasil penelitian depertemen kesehatan dan fakultas kesehatan
masyarakat, Universitas Indonesia tahun 1998, menunjukkan bahwa
kerugian ekonomi penderita kronis filariasis per tahun sekitar 17,8% dari
pengeluaran keluarga atau 32,3% dari biaya makan keluarga.
Penyakit kaki gajah disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu
Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugua timori. Semua spesies
tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di
Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. Saat ini telah diketahui ada 23
spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, dan Armigera.
Yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Tetapi vektor utamanya
adalah Anopheles farauti dan Anopheles punctulatus. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa beberapa spesies dari genus Anopheles disamping
berperan sebagai vektor malaria juga dapat berperan sebagai fektor
filariasis.
Larfa infeksi yang disebut mikrofilaria memiliki panjang sekitar 200-
250µm serta lebar 5-7µm yang bersarung. Bedanya diantara Wucheria
bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, hanya Brugia timori yang
sarungnya tidak menyerap pewarna sehingga tidak kelihatan bersarung di
mikroskop. Juga yang membedakan ketiga spesies ini, pada spesies
Brugia, terdapat inti tambahan terutama diujung ekor serta karakteristik
lain seperti jarak mulut, panjang tubuh, perkembangan dari larva muda
hingga menjadi larva infektif dalam tubuh nyamuk berlangsung selama 1-
2 pekan sedangkan dari mulai masuknya larva dari nyamuk ke tubuh
manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama 3-36 bulan.
Meski terkesan gampang sekali tertular oleh nyamuk, namun
kenyataannya diperlukan ratusan hingga ribuan gigitan nyamuk hingga
bisa menyebabkan penyakit filarial.
file:///C:/Users/Asus/Downloads/infodatin-filariasis.pdf

C. Fase-fase penyebarab faliriasis


Filariasis masuk ke tubuh manusia dan menular melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi. Parasit filaria tumbuh dewasa dalam bentuk cacing dan
bertahan hidup selama 6 - 8 tahun, lalu terus berkembang biak dalam
jaringan limfa manusia. Infeksi ini biasanya terjadi sejak masa kanak-
kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak
disadari jingga munculnya gejala, yakni berupa pembengkakan pada
kelenjar getah bening.

Gejala filariasis terbagi dalam tiga kategori, yaitu kondisi tanpa gejala,
akut, dan kronis. Meskipun filariasis masih dalam kondisi tanpa gejala,
infeksi ini tetap bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan limfa dan
ginjal, serta memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Sementara pada fase
akut, pengidap filariasis akan mengalami:

a. Fase adenolimfangitis akut (ADL). Ditandai dengan demam,


pembengkakan noda limfa atau kelenjar getah bening. Cairan yang
menumpuk pada lima bisa memicu infeksi jamur dan merusak kulit.
b. Limfangitis filaria akut (AFL). Gejalanya berupa munculnya benjolan-
benjolan kecil pada bagian tubuh tempat cacing-cacing sekarat
terkumpul, seperti pada sistem getah bening dalam skrotum.
c. Fase ketiga adalah filariasis kronis. Pada kondisi ini, penumpukan
cairan menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan. Penyebab
infeksi ini adalah lemahnya kekebalan tubuh yang berujung pada
kerusakan dan penebalan lapisan kulit.

Tes Darah dan Urine untuk Diagnosis Filariasis


Tes darah dan urine bertujuan untuk mendeteksi keberadaan parasit
filaria dalam tubuh. Pemeriksaan USG dibutuhkan untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem limfa, serta keberadaan cacing-cacing dewasa
dalam skrotum. Jika positif mengidap filariasis, dokter akan meresepkan
obat antifilaria seperti diethylcarbamazine (DEC). Pada kondisi kronis,
berikut penanganan yang bisa dilakukan:

a. Operasi. Tindakan ini dilakukan pada pengidap pria yang mengalami


penumpukan cairan dalam skrotum (hidrokel).
b. Melakukan olahraga ringan. Tujuannya untuk melancarkan aliran
cairan pada bagian tubuh yang terinfeksi.
c. Membersihkan bagian yang bengkak dengan sabun dan air untuk
mencegah infeksi.
d. Mensterilkan luka jika filariasis menimbulkan lesi atau luka pada
tubuh.
https://www.halodoc.com/artikel/kenali-cara-penyebaran-filariasis
D. Cara penularan filariasis
Penyakit ini ditularkan dari seseorang yang dalam darahnya terdapat
anak cacing filaria (mikrofilaria) kepada orang lain melalui gigitan
nyamuk. Pada waktu nyamuk menghisap darah orang tersebut, anak
cacing ikut terhisap dan masuk ke dalam badan nyamuk. Di dalam tubuh
nyamuk, satu hingga dua minggu kemudian anak cacing berubah menjadi
larva dan ditularkan pada orang lain waktu nyamuk menggigitnya.
Semua jenis nyamuk bisa menularkan Kaki Gajah seperti nyamuk
rumah, nyamuk got, nyamuk hutan, nyamuk rawa-rawa dan nyamuk
sawah. Gejala Penyakit Kaki Gajah Pada tahap awal, penderita penyakit
Kaki Gajah akan mengalami gejala demam dan peradangan saluran getah
bening. Terjadi bengkak pada lipatan paha atau ketiak disertai rasa panas
dan nyeri.
http://indonesiabaik.id/infografis/filariasis-penyakit-kaki-gajah-
penularannya#:~:text=Penyakit%20ini%20ditularkan%20dari
%20seseorang,masuk%20ke%20dalam%20badan%20nyamuk.
E. Tanda dan gejala
Filariasis memiliki gejala dan tanda akut serta kronis. Biasanya gejala
filariasis akut ditandai dengan:
a. Demam
Demam biasanya terjadi selama 3 sampai 5 hari. Demam juga biasanya
akan muncul secara berulang. Ketika Anda mengistirahatkan tubuh,
demam akan hilang.
Namun, ketika melakukan berbagai kegiatan berat, demam akan kembali
muncul.
b. Kedinginan
Selain demam, Anda biasanya akan merasa kedinginan atau meriang.
Kondisi ini biasanya kambuhan dan diikuti dengan demam.
c. Sakit kepala
Filariasis kronis juga ditandai dengan sakit kepala. Rasa sakit ini
umumnya cukup sering muncul berbarengan dengan demam.
d. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pembengkakan ini biasanya muncul di daerah lipatan paha dan ketiak.
Umumnya, pembengkakan ini akan terlihat kemerahan, terasa panas, dan
nyeri.
e. Radang saluran kelenjar getah bening
Biasanya kondisi ini ditandai dengan rasa panas dan sakit yang menjalar
dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan. Jika merasakan gejala ini,
jangan disepelekan dan segera periksakan ke dokter.
f. Abses filarial
Abses filarial adalah kondisi saat kelenjar getah bening yang membengkak
pecah dan mengeluarkan darah serta nanah. Kondisi ini menandakan
bahwa infeksi mulai menyebar.
g. Pembengkakan dini
Pada filariasis kronis, tungkai, lengan, buah dada, dan skrotum akan
terlihat kemerahan dan sedikit membengkak. Selain itu, Anda juga akan
merasakan sensasi panas di beberapa bagian ini.

Kondisi ini menjadi tanda yang cukup jelas bahwa Anda terinfeksi kaki
gajah.
Sementara itu, untuk gejala filariasis kronis, Anda mengalami
pembengkakan yang permanen dengan ukuran cukup besar pada:
 Kaki
 Kelamin
 Payudara
 Lengan

Bagian tubuh yang terinfeksi akan membengkak, terasa nyeri, dan


kehilangan fungsi secara bertahap akibat infeksi pada sistem limfatik
(limfedema).

Selain itu, kulit tubuh Anda juga biasanya akan terpengaruh dan
ditunjukkan dengan berbagai gejala seperti:

 Kering
 Tebal
 Luka
 Berwarna lebih gelap dari biasanya
 Berbintik-bintik

Pada pria, infeksi ini dapat menyebabkan pembengkakan dan hidrokel


pada skrotum. Dikarenakan filariasis memengaruhi sistem kekebalan
tubuh, pengidapnya juga berisiko tinggi terkena infeksi lainnya.

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/kaki-gajah-filariasis/#gref

F. Kasifikasi
Klasifikasi limfedema filariasis oleh WHO:
Grade I : biasanya pitting edema, menghilang spontan
dengan peninggian.
Grade II : biasanya non pitting edema, yang tidak
menghilang spontan dengan peninggian
Grade III (elephantiasis): peningkatan yang hebat
dari grade II limfedema, disertai
dermatosclerosis dan lesi papilomatous.
file:///C:/Users/Asus/Downloads/tmd_176_slide_filariasis.pdf

G. Dampak filariasis
a. Bagi penderita filariasis
Penyakit filariasis akan berdampakkepada penderita filariasis dari
berbagai aspek dan juga berakibat pada kualitas hidup yang semakin
menurun
1) Fisik
Aspek fisik penyakit filariasis akan berdampak kecacatan tubuh
menetap pada pendarita.
2) Psikologis
Paradigma masyarakat beranggapan bahwa penyakit filariasis
adalah penyakit keturunan, penyakit yang bisa menular lewat
apapun, dan tidak bisa disembuhkan. Stigma masyarakat yang
seperti itu akan membuat penderita filariasis mengalami
depresi dan bahkan ada keinginan untuk bunuh diri. Penelitian
Suliswati (2005) mendapatkan hasil bahwa ada hubungan
antara stigma yang dirasakan oleh penderita filariasis dengan
depresi pada penderita filariasis. Sebagian besar penderita
filariasis yang tidak bisa menerima keadaan cacat tubuhnya
akibat penyakit filariasis mengalami kecemasan, keputusasaan
dan perasaan depresi. Pertolonga pertama yang harus diberikan
kepada penderita filariasis adalah pada kesehatan psikologisnya
selanjutnya baru pengobatan fisik.
3) Ekonomi
Kemiskinan adalah salah satu dampak dari penyakit filariasis
yang begitu besar. Perilaku penderita cenderung negatif,
diantaranya penderita filariasis banyak yang menjadi pengemis
dan pengangguran. Pengemis adalah pekerjaan utama mereka
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penderita filariasis
yang berusia produktif yang mengalami kecacatan akan
memberikan dampak yang negatif sebagai pengangguran.
4) Sosial
Penelitian di Cina yang memfokuskan pada masalah sosial
menunjukkan bahwa penderita filariasis sering terisolasi dari
masyarakat, hidup sendiri, dan memiliki kesulitan dalam
melakukan perawatan diri, aktivitas sehari-hari, penurunan
produktivitas dan partisipasi sosial. Masalah sosial muncul
akibat ketakutan yang dialami penderita filariasis di
masyarakat, rendahnya pengetahuan, kekurangan bersosialisasi
dimasyarakat, dan stigma buruk dimasyarakat, sehingga
berakibat pada kurangnya peran serta masyarakat dalam
pemberantasan penyakit filariasis.

b. Bagi keluarga
Depkes RI (2006) menyatakan bahwa penyakit filariasis akan
berdampak pada kelangsungan hidup keluarga. Dampak yang muncul
dalam keluarga dinyatakan keluarga panik saat salah satu anggota
keluarga mendapat diagnosa filariasis, berusaha untuk mencari
pertolongan kedukun, keluarga takut tertular penyakit filariasis
sehingga tidak jarang penderita diusir dari rumah, keluarga takut
diasingkan oleh masyarakat dan jika anggota keluarga yang menderita
filariasis adalah kepala keluarga, akan berdampak pada sosial ekonomi
keluarga tersebut. Dampak yang dirasakan oleh keluarga akan
mempengaruhi keluarga dalam memberikan perawatan kepada
penderita filariasis.
c. Bagi masyarakat
Stuart (2006) menyatakan bahwa selain berdampak pada keluarga,
filariasis juga akan berdampak pada lingkungan masyarakat sekitar
tempat tinggal penderita filariasis. Dampak yang muncul yaitu
masyarakat merasa jijik dan takut terhadap penderita, masyarakat
menjauhi penderita dan keluarganya, dan masyarakat merasa
terganggu dengan adanya penderita sehingga berusaha untuk
menyingkirkan dan mengisolasi penderita filariasis.
http://repository.ump.ac.id/5910/3/Sofia%20Monic%20Nurani
%20BAB%20II.pdf
H. Pengobatan dan pencegahan
a. Pengobatan Kaki Gajah
Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan
untuk mencegah infeksi bertambah buruk dan menghindari komplikasi
filariasis. Untuk mengurangi jumlah parasit dalam tubuh, pasien dapat
mengonsumsi obat cacing, seperti ivermectin, albendazole, atau
diethylcarbamazine.
Setelah diberikan obat-obatan tersebut, cacing penyebab kaki gajah
akan mati, sehingga pembengkakan kelenjar getah bening mereda dan
aliran getah bening kembali lancar.
Bila filarisis sudah menimbulkan pembengkakan tungkai dan kaki,
ukurannya tidak dapat kembali seperti semula. Namun ada beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan kaki yang
bengkak, antara lain:
 Istirahatkan tungkai dan selalu jaga posisi tungkai lebih tinggi,
saat duduk atau berbaring.
 Gunakan stocking kompres, sesuai anjuran dokter.
 Bersihkan bagian tungkai yang bengkak dengan air dan sabun
setiap hari.
 Jika mengalami luka, segera bersihkan luka dengan antiseptik.
 Gerakkan tungkai melalui olahraga ringan untuk menjaga
kelancaran aliran getah bening di bagian yang bengkak.
Jika pembengkakan pada tungkai sudah sangat parah, atau jika terdapat
pembengkakan skrotum (hidrokel), pasien dapat menjalani operasi untuk
mengecilkan pembengkakan tersebut. Operasi yang dilakukan akan
mengangkat sebagian kelenjar dan pembuluh limfa yang mengalami
infeksi.

Kaki yang sudah mengalami pembengkakan akibat filariasis tidak


dapat kembali normal. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan
filariasis sangat penting untuk dijalankan, terutama bagi orang yang
berisiko terkena penyakit ini.

Pencegahan Kaki Gajah

Langkah utama untuk mencegah kaki gajah adalah dengan menghindari


gigitan nyamuk. Hal ini sangat penting dilakukan, terutama di daerah
endemik kaki gajah. Untuk memaksimalkan perlindungan terhadap gigitan
nyamuk, Anda dapat melakukan langkah-langkah sederhana berikut ini:

 Mengenakan baju dan celana panjang


 Mengoleskan losion antinyamuk
 Tidur dalam kelambu
 Membersihkan genangan air di sekitar rumah

Penyebaran kaki gajah juga dapat dihentikan dengan cara mengikuti


program pemerintah untuk memberantas kaki gajah, yaitu pemberian obat
pencegahan massal (POPM).

Program ini dilakukan di daerah yang masih memiliki kasus kaki


gajah, seperti provinsi Papua, Papua Barat, Jawa Barat, Nusa Tenggara
Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Sulawesi Tenggara.

https://www.alodokter.com/filariasis

Anda mungkin juga menyukai