Anda di halaman 1dari 12

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MIMIKA

PUSKESMAS TIMIKA
P

TERAKREDITASI MADYA No: DM.0101/KAFKTP/1506/2018


Jl. Trikora No. 23, Timika - PAPUA – 99910
Telp. 0901 – 322514, email:

KERANGKA ACUAN FILARIASIS

BAB 1

A. Pendahuluan

Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang yang masih menjadi

masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh cacing filaria yang

menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang dapat menyebabkan kecacatan

menetap. Secara tidak langsung, penyakit yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk

ini dapat berdampak pada penurunan produktivitas kerja penderita, beban keluarga

dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi Negara yang tidak sedikit.

B. Latar belakang

Lebih dari 14 ribu penderita kaki gajah di Indonesia menunjukkan gejala cacat

tangan atau kaki yang membesar. Penderita kaki gajah dapat mengalami stigma

tersingkir dari lingkungannya dan menghadapi kesulitan sosial dan ekonomi yang

berat bagi dirinya dan keluarganya. Penelitian Ascorbat Gani tahun 2000

membuktikan adanya kerugian ekonomi yang sangat besar bagi keluarganya, baik
karena kehilangan waktu untuk bekerja maupun biaya pengobatannya yang mencapai

setara dengan 17,8% dari seluruh pendapatan keluarga.

Pada tahun 2017, dari 514 kabupaten/kota di wilayah Indonesia, sebanyak 236

kabupaten/kota di 34 provinsi termasuk endemis filariasis. Terdapat 12.677 kasus

kronis filariasis pada tahun 2017, jumlah ini menurun jika dibandingkan pada tahun

2016 yang memiliki 13.009 kasus kronis.

C. Tujuan Umum

Terselenggaranya kegiatan Sosialisasi Penyakit dan Pemberian Obat Pencegahan

Massal (POPM) Filariasis di wilayah kerja Puskesmas Timika untuk mencegah dan

mengeliminasi penyakit kaki gajah/filariasis.

D. Tujuan Khusus :

1) Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dalam pelaksanaan eliminasi

filariasis.

2) Meningkatkan kesiapan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengobatan masal.

3) Membuat acuan untuk keseragaman pelaksanaan eliminasi filariasis di Puskesmas

Timika
BAB II

A. Pengertian

Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah pembengkakan tungkai akibat

infeksi cacing jenis filaria. Cacing ini menyerang pembuluh getah bening dan

ditularkan melalui gigitan nyamuk.

Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan

pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan

alat kelamin baik perempuan maupun laki – laki.

B. Epidemiologi

Kaki gajah dikenal sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, secara

epidemiologi paling umum terdapat di daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Infeksi biasanya terjadi pada saat masa kanak-kanak yang menyebabkan gangguan

sistem limfatik asimtomatik. Limfedema elephantiasis dan hidrokel terjadi di

kemudian hari yang berujung pada disabilitas permanen, stigma sosial, dan masalah

ekonomi.

 GLOBAL

Di dunia, terdapat 1.39 miliar penduduk yang berisiko tertular filariasis.

Pada tahun 2000, lebih dari 120 juta orang terinfeksi filariasis dan 40 juta di

antaranya mengalami kecacatan dan tidak dapat bekerja lagi.


Secara global, wilayah Asia Tenggara merupakan daerah dengan penderita

filariasis terbanyak, mencapai 63% kasus global, dengan 9 dari 11 negara

merupakan wilayah endemik. Negara endemik yang termasuk di dalamnya

adalah Bangladesh, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka,

Thailand, dan Timor Leste.

WHO mencanangkan Global Program to Eliminate Lymphatic Filariasis /

GPELF pada tahun 2000, dengan tujuan mengeliminasi filariasis secara global

pada tahun 2020. Program ini dijalankan dengan memberikan obat cacing massal

secara reguler (Mass Drug Administration / MDA) pada masyarakat risiko tinggi

filariasis di 60 negara, termasuk Indonesia.

Pada tahun 2017, WHO menerbitkan laporan perkembangan pelaksanaan

GPELF yang menyebutkan bahwa sebanyak 465,4 juta orang di 37 negara telah

mendapat terapi filariasis. Di Afrika, 202.1 juta orang telah bebas filariasis

dengan cakupan kasus mencapai 59% (cakupan tertinggi dibanding negara lain),

dan pada tahun 2017 kebutuhan MDA turun sebesar 25%. Di wilayah Asia

Tenggara dan Asia Pasifik, sudah ada 3 wilayah yang dinyatakan bebas filariasis

yaitu Thailand, Sri Lanka, dan Maldives dengan kebutuhan MDA turun sebesar

42%. Dengan program ini, jumlah kasus filariasis hidrokel menurun hingga 49%

dan limfedema menurun sebesar 23%.

 INDONESIA

Pada tahun 2017, dari 514 kabupaten/kota di wilayah Indonesia, sebanyak

236 kabupaten/kota di 34 provinsi termasuk endemis filariasis. Terdapat 12.677

kasus kronis filariasis pada tahun 2017, jumlah ini menurun jika dibandingkan

pada tahun 2016 yang memiliki 13.009 kasus kronis.


Provinsi dengan jumlah kasus kronis filariasis terbanyak di Indonesia

adalah sebagai berikut:

a) Papua : 1.184 kasus kronis

b) Nusa Tenggara Timur : 2.864 kasus kronis

c) Papua Barat : 1.244 kasus kronis

d) Jawa Barat : 904 kasus kronis

e) Aceh : 591 kasus kronis

Persentase kabupaten/kota yang telah berhasil mengeliminasi filariasis

terbesar terdapat di Provinsi Gorontalo, yaitu 67%. Peringkat kedua adalah Banten,

dengan 60% kabupaten/kota endemis di provinsi tersebut telah mencapai status

eliminasi filariasis pada tahun 2017. WHO merilis bahwa Indonesia dinyatakan telah

berhasil menerapkan strategi yang direkomendasikan oleh WHO dan berada di bawah

monitoring dan evaluasi untuk menunjukkan bahwa eliminasi filariasis telah tercapai.

C. Penyebab & Vector Penular

Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria

pada pembuluh getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain

melalui gigitan nyamuk. Walaupun menyerang pembuluh getah bening, cacing filaria

juga beredar di pembuluh darah penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit

oleh nyamuk, cacing filaria dapat terbawa bersama darah dan masuk ke dalam tubuh

nyamuk. Lalu bila nyamuk ini menggigit orang lain, cacing filaria di tubuh nyamuk

akan masuk ke dalam pembuluh darah dan pembuluh getah bening orang tersebut.
Cacing filaria kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening dan

menyumbat peredaran getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.

Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah adalah :

1) Wuchereria bancrofti

2) Brugia malayi,

3) Brugia timori

4) Sedangkan jenis nyamuk penyebar cacing filaria adalah nyamuk jenis Culex,

Aedes, Anopheles, dan Mansonia.

Melihat cara penularannya, seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit kaki gajah

jika tinggal di lingkungan endemik kaki gajah, tinggal di lingkungan yang tingkat

kebersihannya buruk, sering digigit nyamuk atau tinggal di lingkungan yang banyak

nyamuk.

D. Cara Penularan

Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria

pada pembuluh getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain

melalui gigitan nyamuk. Walaupun menyerang pembuluh getah bening, cacing filaria

juga beredar di pembuluh darah penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit

oleh nyamuk, cacing filaria dapat terbawa bersama darah dan masuk ke dalam tubuh

nyamuk. Lalu bila nyamuk ini menggigit orang lain, cacing filaria di tubuh nyamuk

akan masuk ke dalam pembuluh darah dan pembuluh getah bening orang tersebut.

Cacing filaria kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening dan

menyumbat peredaran getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.


Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah adalah

Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timor. Sedangkan jenis nyamuk

penyebar cacing filaria adalah nyamuk jenis Culex, Aedes, Anopheles, dan Mansonia.

Melihat cara penularannya, seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit kaki gajah

jika:

1) Tinggal di lingkungan endemik kaki gajah.

2) Tinggal di lingkungan yang tingkat kebersihannya buruk.

3) Sering digigit nyamuk atau tinggal di lingkungan yang banyak nyamuk.

E. Tanda dan Gejala

Faktanya, seseorang yang terinfeksi cacing ini tidak bisa langsung dipastikan karena

penyakit ini memiliki beberapa fase, yaitu tanpa gejala, akut, dan kronis.

1) Fase tanpa gejala

Saat seseorang terinfeksi cacing filaria, dia tidak akan langsung menunjukkan

gejala tertentu. Meski demikian, pada fase ini sebenarnya telah terjadi

kerusakan sistem aliran getah bening dan limpa, seiring terjadinya perubahan

pada sistem kekebalan tubuh.

2) Fase akut

Ditandai dengan adanya peradangan pada kulit, kelenjar getah bening, dan

pembuluh getah bening, yang biasanya menyertai pembengkakan kelenjar

getah bening yang sudah kronis, dan kaki gajah. Hal ini disebabkan oleh

respons sistem kekebalan tubuh terhadap parasit. Gejala-gejala yang dapat


muncul pada fase akut ini meliputi demam, pembengkakan kelenjar getah

bening, dan pembengkakan pada tungkai kaki dan kantung zakar.

3) Fase kronis

Saat memasuki fase kronis, pembengkakan jaringan limfa dan penebalan kulit

pada kaki dan zakar bisa terjadi. Pada wanita, dapat terjadi pembengkakan

pada payudara dan organ kelamin.

 Kapan harus ke dokter

Bila Anda berencana berpergian ke daerah yang terdapat kasus kaki

gajah, berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter. Tanyakan kepada

dokter adakah cara untuk mencegahnya. Anda juga perlu berkonsultasi dengan

dokter bila di lingkungan tempat tinggal Anda ada yang menderita penyakit

kaki gajah.

Temui dokter bila timbul pembengkakan pada saluran dan kelenjar

getah bening, terutama bila Anda tinggal di tempat yang banyak terdapat kasus

kaki gajah atau sehabis berpergian ke daerah yang terdapat kasus kaki gajah.

Apalagi bila pembengkakan kelenjar getah bening tersebut terjadi berulang.

F. Komplikasi

Komplikasi utama yang dapat muncul akibat kaki gajah adalah pembengkakan parah

pada bagian tubuh yang terinfeksi. Pembengkakan ini dapat menimbulkan rasa nyeri

dan menyebabkan kecacatan. Namun, rasa nyeri dan tidak nyaman yang timbul dapat

diredakan melalui langkah-langkah pengobatan kaki gajah. Kaki yang bengkak juga
dapat mengalami infeksi bakteri sekunder, karena kulit kaki gajah sering mengalami

luka.

G. Penegakkan Diagnosa

Dokter akan bertanya kepada penderita mengenai gejala yang dirasakan dan

sejak kapan gejala muncul. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik

untuk memeriksa gejala tersebut. Jika menduga pasien menderita kaki gajah, dokter

akan menganjurkan tes darah. Sampel darah akan diperiksa guna mengetahui apakah

terdapat cacing filaria atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mikroskop atau

melalui tes kimia khusus menggunakan antigen.

Jika diperlukan, penderita juga dapat menjalani pemeriksaan penunjang

lainnya untuk melihat dampak dari penyakit kaki gajah yang dideritanya. Pemeriksaan

yang dilakukan antara lain tes pemindaian dengan USG atau foto Rontgen dan tes

urine.

H. Pengobatan

Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan untuk mencegah

infeksi bertambah buruk dan menghindari komplikasi filariasis. Untuk mengurangi

jumlah parasit dalam tubuh, pasien dapat mengonsumsi obat cacing, seperti

ivermectin, albendazole, atau diethylcarbamazine.

Bila filarisis sudah menimbulkan pembengkakan tungkai dan kaki, ukurannya

tidak dapat kembali seperti semula. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan

untuk menjaga kebersihan kaki yang bengkak, antara lain:


1) Istirahatkan tungkai dan selalu jaga posisi tungkai lebih tinggi, saat duduk atau

berbaring.

2) Gunakan stocking kompres, sesuai anjuran dokter.

3) Bersihkan bagian tungkai yang bengkak dengan air dan sabun setiap hari.

4) Jika mengalami luka, segera bersihkan luka dengan antiseptik.

5) Gerakkan tungkai melalui olahraga ringan untuk menjaga kelancaran aliran

getah bening di bagian yang bengkak.

6) Jika pembengkakan pada tungkai sudah sangat parah, atau jika terdapat

pembengkakan skrotum (hidrokel), pasien dapat menjalani operasi untuk

mengecilkan pembengkakan tersebut. Operasi yang dilakukan akan

mengangkat sebagian kelenjar dan pembuluh limfa yang mengalami infeksi.

7) Kaki yang sudah mengalami pembengkakan akibat filariasis tidak dapat

kembali normal. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan filariasis sangat

penting untuk dijalankan, terutama bagi orang yang berisiko terkena penyakit

ini.

I. Pencegahan

Langkah utama untuk mencegah kaki gajah adalah dengan menghindari gigitan

nyamuk. Hal ini sangat penting dilakukan, terutama di daerah endemik kaki gajah.

Untuk memaksimalkan perlindungan terhadap gigitan nyamuk, Anda dapat

melakukan langkah-langkah sederhana berikut ini:

1) Mengenakan baju dan celana panjang

2) Mengoleskan lotion anti nyamuk

3) Tidur dalam kelambu


4) Membersihkan genangan air di sekitar rumah

5) Penyebaran kaki gajah juga dapat dihentikan dengan cara mengikuti program

pemerintah

J. Jenis Kegiatan

Kegiatan POPM Filariasis dengan mengkonsumsi obat Diethylcarbamazine

100 mg dan Albendazole 400 mg. Dosis Sebelum mengkonsumsi obat dianjurkan

untuk makan terlebih dahulu. Adapun dosis yang dapat diberikan adalah :

N OBAT
USIA
Diethylcarbamazine 100 mg Albendazole 400 mg
O
1. 2 – 5 tahun 1 tablet 1 tablet
2. 6 – 14 tahun 2 tablet 1 tablet
3. 15 – 70 tahun 3 tablet 1 tablet

K. Waktu Pelaksanaan

POPM Filariasis dilakukan satu tahun satu kali pada bulan Oktober 2012 untuk tahap

pertama dan akan di lakukan selama 5 tahun berturut- turut sampai tahun 2020.

L. Sasaran

Sasarannya adalah penduduk usia 2 tahun – 70 tahun di 5 kelurahan dan 1 kampung

yang berada di wilayah kerja Puskesmas Timika, diantaranya :

1) Kelurahan Koperapoka

2) Kelurahan Kwamki Baru

3) Kelurahan Kebun Sirih

4) Kelurahan Otomona

5) Kelurahan Dingo Narama


6) Kampung Nayaro

Pemberian obat pencegahan filariasis diberikan dari usia 2 tahun – 70 tahun, diberikan

dalam keadaan sehat, tidak sedang sakit dan tidak sedang mengkonsumsi obat,.

Pengobatan dapat ditunda sementara bagi :

1) Anak usia < 2 tahun

2) Ibu hamil

3) Ibu menyusui

4) Penderita gangguan fungsi ginjal

5) Penderita gangguan fungsi hati dan jantung ( kronik, akut)

6) Penderita epilepsi

7) Sedang sakit berat

8) Penderita kronis filariasis dalam serangan akut

9) Anak dengan marasmus dan atau kwashiorkor

10) Penduduk usia lanjut ( >70 tahun )

Anda mungkin juga menyukai