FILARIASIS
DI SUSUN OLEH :
1. ANDI RISAL SOLO
2. ADMI KALIKIT RIU
3. ADELIN CALUDIA LEDE
4. CHRISTINA TANGE WINI
5. JULIA KRISDAYANTI KOMBA
6. JINI MARTHEN
7. JOHNIYANTO UBU YABU RANDJAWALI
8. NOVA RAMBU KAHI TIMBA
9. NOSTRI KARERI ATA KASSI
10. SATRIA B.J PARALOMI
11. YULINDA LIHA LONI
12. VERONINGSI MIRA DAPA
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dan melaksanakan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan penyakit filariasis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang definisi penyakit filariasis
b. Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Etiologi penyakit filariasis
c. Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Tanda dan Gejala penyakit
filariasis
d. Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Patofisiologi penyakit filariasis
e. Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Klasifikasi penyakit Filariasis
f. Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Komplikasi penyakit filariasis
g. Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Konsep Asuhan Keperawatan
penyakit filariasis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Filariasis
Filariasis atau lebih dikenal elephantiasis (kaki gajah) adalah penyakit akibat
nematode yang seperti cacing yaitu wuchereria bancrofti. Brugia malayi dan brugia
timon yang dikenal sebagai filaria. Infeksi ini biasanya terjadi pada saat kanak-
kanak dan manifestasi yang dapat terlihat mucul belakangan, menetap dan
menimbulkan ketidak mampuan menetap(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144).
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematode
yang tersebar dindonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian,
tetapi dapat menurunkan produktifitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik
penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-
tahun kemudian setelah infeksi gejala pembengkakan kaki muncul karena
sumbatan mikrofilaria pada pembulu limfe yang biasanya terjadi pada usia diatas 30
tahun setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun. Oleh karena itu filariasis
sering juga disebut kaki gajah. Akibat paling vatal bagi penderita adalah kecacatan
permanen yang sangat mengganggu produktifitas (Kunoli, 2012, p. 199).
2.2. Etiologi Filariasis
Wuchereria bancrofti merupakan cacing dewasa berwarna putih, kecil seperti
benang. Cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm, sedangkan cacing betina
berukuran dua kali cacing jantan yaitu 80-100 mm x 0,2-0,3 mm. Manusia merupakan
satu-satunya hospes yang diketahui. Penularan nyamelalui proboscis (labela)
sewaktu gigitan nyamuk yang mengandung larva inefektif. Larva akan terdeposit
di kulit, berpindah kepembuluh limfa berkembang menjadi cacing dewasa selama
6-12 bulan, dan menyebabkan kerusakan dan pembesaran pembuluh limfe.
Filariasis dewasa hidup beberapa tahun di tubuh manusia. Selama periode tersebut
filarial berkembang menghasilkan jutaan microfilaria (umur 3-36 bulan) yang belum
masak, beredar di daerah perifer dan dapat dihisap oleh nyamuk yang kemudian
menularkan kemanusia lain(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 144).Cacing panjang halus
seperti benang yaitu: filariasis yang disebabkan oleh Wuchereria Bancrofti, (filariasis
Bancrofti), filariasis yang disebabkan oleh brugia malayi (filariasis malayi, filariasis
brugia), filariasis yang disebabkan oleh brugia timori (Kunoli, 2012, p. 200)
2.3. Tanda dan Gejala Filariasis
Tanda dan gejala yang biasa terjadi:
1. Gejala tampak setelah 3 bulan infeksi
2. Umumnya masa tunas 8-12 bulan
3. Fase akut menimbulkan peradangan seperti limfangitis,
limfadenitis,funikulitis,epididymitis dan orkitis
4. Gejala dari limfa denitis nyeri local, keras didaerah limfe, demam, sakit
kepala
5. Fase akut dapat sembuh spontan setelah beberapa hari dan beberapa kasus
mengalami dan badan, mual, lesu dan tidak nafsu makan kekambuhan tidak
teratur selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum sembuh
6. Fase kronik terjadi dengan gejala hidrocel, kiluria, limfedema, dan
elephantiasis
ADL ditandai dengan demam tinggi, peradangan limfe (limfangitis dan
limfadenitis), serta edema local yang bersifat sementara. Limfangitis ini bersifat
retrograde, menyebar secara periferdari KGB menuju arah sentral. Sepanjang
perjalanan ini,KGB regional akan ikut membesar atau sekedar memerah dan
meradang.
2.4. Patofisiologi
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembulu getah bening
akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh
mikrofilaria. Cacing dewasa hidup dipembuluh getah bening aferen atau sinus
kelenjar getah bening dan menyebabkan pelebaran pembulu getah bening dan
penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan magrofag
didalam dan sekitar pembuluh getah bening yang mengalami inflamasi bersama
dengan proliferasi sel endotel dan jaringan penunjang, menyebabkan berliku-
likunya sistem limfatik dan kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah
bening.Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama edema keras terjadi
pada kulit yang mendasari. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat filasriasis ini
disebabkan oleh efek langsung dari cacicng ini dan oleh respon imun yang
menyebabkan pejamu terhadap parasit. Respon imun ini dipercaya
menyebabkan proses granulomatosa dan proliferasi yang menyebabkan obstruksi
total getah bening (Sudoyo dkk, 2010, p. 2932).filasriasis ini disebabkan oleh efek
langsung dari cacicng ini dan oleh respon imun yang menyebabkan pejamu terhadap
parasit. Respon imun ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosa dan
proliferasi yang menyebabkan obstruksi total getah bening (Sudoyo dkk, 2010, p.
2932).
2.5. Pathway
Parasit
Sirkulasi
Peningkatan mediato
proinflamasi Reaksi Demam
granulomatosa
Kematian parasit
Kerusakan struktur
menebalnya dinding fibrosis
Pembuluh limfe