بِ ْ
سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُهال َّ
PUBLIC HEALTH
ASPECTS OF
UROGENITAL SYSTEM
DISEASES
•
I. PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Instruksional Umum:
Setelah mempelajari materi ini
mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan beberapa penyakit pada
sistem Urogenitalia dan penyebabnya.
1. DISTRIBUSI
2. DETERMINAN
3. FREQUENSI
Dalam Epidemiologi diketahui ada 3 segi tiga
1. Health Promotion
2. Specific Protection
3. Early Diagnosis and Prompt Treatmen
4. Disability Limitation
5. Rehabilitation
FIVE LEVELS PREVENTION
(Leavel and Clark, 1958)
Tujuan (Objectives) :
• Untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit (To cure and prevent
diseases processes)
• Mencegah penyebaran dari penyakit menular (To prevent the spread
of communicable diseases)
• Mencegah komplikasi dan sekuel /gejala-gejala sisa (To prevent
complications and sequel)
• Memperpendek masa sakit/ketidak mampuan (To shorten period of
disability)
4. Disability Limitation (Membatasi kecatatan)
Catatan:
• CFU (Colony Forming Unit): Unit Pembentuk Koloni adalah
ukuran yang layak dari cells (bakteri atau jamur).
•CFU / mL (Unit pembentuk koloni per mililiter) untuk cairan,
•CFU / g (Unit pembentuk koloni per gram) untuk padatan.
PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH
ISK adalah infeksi disebabkan oleh mikroorganisme . (Agus Tessy,
2001)
ISK adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran
kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus/ mikroorganisme lain (Waspadji, S,1998: 264).
ISK adalah adanya mikro organisme patogenik dalam traktus
urinarius, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala.(Brunner &
Suddarth.2001)
ISK adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama
masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme.
(Corwin, E.J,2001: 480)
Kesimpulannya : infeksi saluran kemih adalah infeksi yang
disebabkan oleh berkembangbiaknya mikroorganisme di saluran
kemih
PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH
Wanita lebih rentan terkena ISK, karena jarak urethra dgn anus
lebih dekat dp laki-laki dan urethra wanita lebih pendek.
SASARAN
• Prevalensi GO pada populasi berisiko tinggi menurun hingga <
10%, dan pada populasi berisiko rendah hingga < 1%.
• Prevalensi Sifilis pada populasi berisiko tinggi menurun hingga <
1% dan pada populasi berisiko rendah hingga < 0.1%
• Eliminasi kasus Chancroid dan Sifilis Kongenital
• Tersedianya dan tersosialisasikannya kebijakan dan pedoman
yang terdiskusi hingga unit pelaksana terendah
• Terselenggaranya sistem surveilans IMS
PENGENDALIAN IMS-ISR
Skrining,
Pekerja Pengobatan Prevalensi
Seks & PPT IMS turun
Pelanggan
Promosi Penularan
Penggunaan IMS
kondom berkurang
Pasangan
Tetap
DELAPAN SINDROM KLINIS IMS YANG
SERING DIJUMPAI
1. Duh Tubuh Urethra (cairan yang keluar dari urethra, bukan urine
dan bukan darah)
2. Ulkus Genitalis
3. Bubo Inguinalis (pembesaran kelenjar getah bening di daerah
inguinal /selangkang
4. Pembengkakan Skrotum
5. Duh Tubuh Vagina (cairan yang keluar dari vagina, bukan darah)
6. Nyeri Perut Bagian Bawah
7. Konjungtivitis Neonatorum
8. Vegitasi pada Genitalia
Upaya Pengendalian IMS
Prinsip umum pengendalian IMS
adalah:
Bertujuan untuk memutus rantai
penularan infeksi IMS dan
mencegah berkembangnya IMS dan
komplikasinya.
Tujuan tersebut dapat dicapai bila
ada penyatuan semua sumber daya
dan dana untuk kegiatan
pengendalian IMS, termasuk HIV/
AIDS
Upaya tersebut meliputi:
1. Upaya promotif
a. Pendidikan seks yang tepat untuk
mengikis ketidaktahuan tentang
seksualitas dan IMS.
b. Meningkatkan pemahaman dan
pelaksanaan ajaran agama untuk
tidak berhubungan seks selain
pasangannya.
c. Menjaga keharmonisan hubungan
suami istri tidak menyeleweng untuk
meningkatkan ketahanan keluarga
2. Upaya preventif
a. Hindari hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan atau dengan
pekerja seks komersial (WTS).
b. Bila merasa terkena IMS, hindari
melakukan hubungan seksual.
c. Bila tidak terhindarkan, untuk
mencegah penularan pergunakan
kondom.
d. Memberikan penyuluhan dan
pemeriksaan rutin pada kelompok risiko
tinggi.
e. Penyuluhan dan pemeriksaan terhadap
partner seksual penderita IMS.
3. Upaya kuratif
a. Peningkatan kemampuan diagnosis dan
pengobatan IMS yang tepat.
b. Membatasi komplikasi dengan
melakukan pengobatan dini dan efektif
baik simtomatik maupun asimtomatik.
4. Upaya rehabilitatif
a. Memberikan perlakuan yang wajar
terhadap penderita IMS, tidak
mengucilkannya, terutama oleh
keluarga dan partnernya, untuk
mendukung kesembuhannya.
3. Pielonefritis tanpa komplikasi
Pengertian Pielonefritis adalah merupakan infeksi oleh bakteri pada
pelvis ginjal, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua
ginjal ( Brunner dan Suddarth, 2002: 1436). Infeksi bakteri pada jaringan
ginjal yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal.
Bakteri ini biasanya melalui anus atau vagina.Infeksi ini dapat mengenai
parenchym maupun pelvis renalis (pyelum= piala ginjal).
Ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai
ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang
dari 3%.
Pielonefritis dibagi menjadi 2 macam: AKUT dan KRONIK
Pielonefritis umumnya disebabkan Escherichia coli
(bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus
besar), mencapai vesica urinaria melalui urethra dan
naik ke ginjal.
Bakteri ini penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah
sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di RS
Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik
ke kandung kemih.
Pielonefritis menunjukkan adanya infeksi bakteri pada
parenkim ginjal. Pielonefritis initermasuk dalam infeksi
saluran kemih bagain atas.
Pielonefritis sering terjadi terutama wanita
muda.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks
ureterivesikal, dimana katup uretevesikal yang
tidak kompeten meynyebabkan urine mengalir
balik (refluks) ke dalam ureter.
Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan
kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor
kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik
benigna, dan batu urinarius merupakan
penyebab yang lain.
Pielonefritis dapat akut dan kronis.
Faktor risiko untuk terjadinya Pielonefritis:
kehamilan
hubungan seksual
riwayat infeksi saluran kemih
penggunaan spermisida
batu ginjal
penggunaan kateter urin
diabetes , dan pembedahan atau instrumentasi
saluran kemih.
• demam,
• panas dingin,
• sakit perut,
• mual,
• muntah ,
• nyeri buang air kecil ,
• sering buang air kecil .
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PIELONEFRITIS
Epidemiologi kejadian Pielonefritis (pyelonephritis), di dunia
mencapai 10,5 - 25,9 juta kasus setiap tahunnya dengan angka
mortalitas sebesar 7,4-20%.
Kejadian pyelonephritis di dunia diperkirakan terjadi sebanyak 10,5
juta sampai 25,9 juta kasus setiap tahunnya di dunia. Di Amerika
Serikat didapatkan 459.000–1.138.000 kasus. Terdapat 1 dari 830
orang di Inggris mengalami pyelonephritis setiap tahunnya.
Perempuan didapatkan 6 kali lipat lebih sering mengalami infeksi
dibandingkan dengan laki-laki.
Di Indonesia, pyelonephritis merupakan salah satu penyebab
penyakit ginjal kronik. Departemen Kesehatan RI tahun 2014
mendapatkan data jumlah penyakit infeksi saluran kemih secara
keseluruhan di Indonesia mencapai 90-100 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Namun, data epidemiologi pyelonephritis di
Indonesia masih sangat terbatas.
Lanjutan
Berdasarkan Indonesian Renal Registry, pyelonephritis kronik
merupakan salah satu penyebab penyakit ginjal kronis. Dari total
21.248 pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis, 7%nya
disebabkan oleh pyelonephritis.
Saluran kemih merupakan tempat yang relatif sering mengalami
infeksi pada bayi dan anak kecil.
Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak sering ditemukan &
merupakan penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak,
sesudah infeksi saluran napas.
Prevalensi pada anak wanita berkisar 3-5 % dan pada anak pria ±
1%.
Infeksi oleh bakteri Gram negatif enterococcus merupakan
penyebab terbanyak, tetapi virus dan fungus
dapat juga ditemukan pada beberapa penderita.
Infeksi berulang sering terjadi pada penderita yang rentan, atau
terjadi karena adanya kelainan anatomik atau fungsional saluran
kemih yang menyebabkan adanya stasis urine atau refluk.
Refluks vesicoureteral ini merupakan faktor risiko yang paling
penting dalam terjadinya pielonefritis pada anak-anak.
Refluks vesico Refluks vesico urethral terditeksi sekitar 10 % - 45%
dari anak-anak yang memiliki gejala ISK.
Sekitar 95 % kasus ISK pada anak-anak adalah akibat dari
penyebaran assendens. Oleh karena itu perlu pengenalan dini
dan pengobatan yang adekuat untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut.
Pencegahan Pielonefritis
• Untuk mencegah infeksi ginjal, pastikan tidak pernah mengalami ISK
dengan memperhatikan cara membersihkan setelah BAK/BAB terutama
pada wanita.
• Senantiasa membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang
ke depan untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari faeses
sewaktu BAB agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang urethra.
• Pada waktu pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan
kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi
• Infeksi ginjal kadang-kadang dapat dicegah dengan sering mengubah
kateter kemih.
• praktik-praktik kebersihan yang baik (PHBS)
• Pemberian antibiotik pencegahan pada orang tertentu yang berisiko
tinggi .
• Jika diobati dini dan memadai , infeksi ginjal umumnya memiliki hasil
yang baik.
4. FIMOSIS DAN
PARAFIMOSIS
FIMOSIS
Pengertian Fimosis adalah kondisi di
mana prepusium tak bisa ditarik
ke proksimal sampai korona glandis
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru
lahir karena terdapat adhesi alamiah antara
prepusium dengan glans penis.
Fimosis pada bayi terjadi sebab adanya adhesi
alamiah antara prepusium dan glans penis ,
sehingga fimosis harus segera diobati.
ETIOLOGI FIMOSIS (PHIMOSIS)
3. Retraksi preputium
ini ke bagian
proksimal biasanya
dilakukan pada saat
bersenggama atau
masturbasi atau
dapat juga sehabis
pemasangan
kateter.
ETIOLOGI PARAFIMOSIS (lanjutan)
4. Paling sering,
parafimosis terjadi
setelah penarikan
kulup selama
pemeriksaan rinci
penis, pembersihan,
kateterisasi urethra
atau cytoscopy
ETIOLOGI PARAFIMOSIS (lanjutan)