Anda di halaman 1dari 27

TREND ISSUE DAN PERAN FUNGSI PERAWAT PADA

KASUS GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM
OBSTRUKSI SALURAN KEMIH (BATU GINJAL DAN
BPH)

Disusun oleh

Ruth setyorini (010216A048)

Asih Tri Kalina (010216A065)

Veronica Ria S (010216A16079)

Semester 2

Transfer reguler kelas B

PSIK
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit saluran kemih adalah penyakit yang menyerang organ-organ sistem
perkemihan, penyakit tersebut bisa disebabkan oleh virus, bakteri atau obstruksi yang
menghambat proses berkemih. Transplatasi organ manusia yang pertama kali berhasil
dilakukan adalah transplatasi ginjal pada tahun 1953. Karena donor darah dan penerima
darah adalah kembar identik, tidak terjadi penolakan. Sejak saat itu telah ribuan
transplantasi ginjal dilakukan, dan perkembangan pengobatan imunosupresif telah
memungkinkan sebagian besar orang hidup normal dengan ginjal donor (Valirie c.
Scalon, 2007)
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan
eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Beberapa jenis gangguan pada saluran kemih
yang saling mempengaruhi dan seringkali terjadi pada klien dengan lama perawatan baik
di pelayanan kesehatan maupun di rumah adalah inkontinensia urine, retensi urine atau
pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna dan infeksi saluran kemih. Kondisi ini
banyak ditemukan pada unit perawatan jangka panjang pada pelayanan kesehatan, dan
pada beberapa kasus dapat mengancam jiwa ( Kelly, CE, 2004).
Menurut WHO dalam Safitri (2013), Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit
infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak
8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita
dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar dunia
setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Infeksi saluran kemih makin meningkat seiring
meningkatnya usia. Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang
timbul dari Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 ( 2,3 % angka.
kematian). Pada usia muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2% sedangkan
diatas 65 tahun angka infeksi saluran kemih sebesar 20%. (Sochilin, 2013).
Di Indonesia masalah, masalah penyakit sistem perkemihan yang terbanyak adalah
disfungsi kandung kemih dengan masalah klinis inkontinensia urine (UI), retensi urine
(UR), dan ISK yang masuk peringkat utama penyebab kematian,rawat inap dan rawat
jalan pada pusat pelayanan kesehatan selama tahun 2004. Sementara itu Penduduk
Indonesia yang menderita Infeksi Saluran Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta
jiwa.Infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, Menurut
perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia
adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Depkes RI,2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Aceh angka
kejadian Infeksi Saluran Kemih sekitar 1.264 kasus yang dilaporkan dan diperkirakan
masih banyak kejadian Infeksi Saluran Kemih di Provinsi Aceh yang tidak terlaporkan
(Ramadhan, 2015).
B. Rumusan maslah
1. Bagaimana tren dan issue system perkemihan ?
2. Bagaimana peran dan fungsi perawat pada kasus pasien dengan gangguan sistem
perkemihan ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan batu ginjal ?

C. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan benigna prostan hyperplasi ?

D. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mampu memahami tren issu dan peran fungsi perawat pada kasus gangguan
sistem pekemihan, dan asuhan keperawatan pada pasien dengan batu ginjal dan BPH
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui trend dan issue gangguan sistem perkemihan
2. Mengetahui fungsi dan peran perawat dalam kausu gangguan sistem perkemihan.
3. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan batu ginjal
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH
BAB II
TREN ISSUE PADA KASUS GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

A. Trend - Issue Gangguan Sistem Perkemihan


Patofisiologi gangguan sistem perkemihan, meliputi :
 Kelainan pada tubulus dan interstisium
 Kelainan pada pembuluh darah
 Obstruksi aliran kemih
1. GLOMERULONEPHRITIS
Glomerulus merupakan bagian dari nefron yang terletak dalam kapsul, Bowman,
mempunyai fungsi sebagai filter darah, setiap glomerulus terdiri dari anyaman kapiler
yang kompleks yang menonjol di dalam ruang Bowman.
Kapiler glomerulus tersusun atas: Sel endotel, membran basalis, sel epitel.
Glomerulonephritis adalah istilah yang secara luas digunakan yang mengacu pada
sekelompok penyakit ginjal di mana inflamasi terjadi di glomerulus (Brunner dan
Suddarth, 2001 ).
a. Glomerulonefritis primer : Proliferatif yang difus dan akut, glomerulonefritis yang
progresif cepat, glomerulonefritis.
b. Penyakit sekunder (sistemik) : lupus erimatosus sistemik, diabetes melitus,
amiloidosis, sindrom googpastur membran, nefrosis lipoid, glomerulosklerosis
segmental dan fokal, glomerulonefritis membrane proliferatif, nefropati
imunoglobulin A, glomerulonefritis kronik, poliarteritis nodosa, granulomatosis
wagener, purpura henockschonlein, endokarditis bakteri
2. NEPHROTIC SYNDROME
Yaitu Kerusakan kapiler glomerulus, kehilangan protein plasma (Hipoalbuminemia)
mekanisme kompensasi dengan meningkatkan sintesa lipoprotein yang dapat
menyebabkan hiperlipidemia.
3. Hypertensi maligna
Yaitu kalinan vaskuler diginjal (hipertensi benigna kronis) yang menyebabkan cedera
pada dinding arteriol yang terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah kecil
terhadap fibrinogen dan protein plasma, terjadi cedera endotel dan pengendapan
eritrosit, nekrosis fibrinoid di arteriol dan arteri kecil serta trombosis intravaskuler,
ginjal mengalami iskemia berat, jika arteriol aferen terkena, kondisi ini akan memicu
aktivasi renin angiotensin, proses ini terjadi secara terus menerus, yang akan
menyebabkan vasokonstriksi ginjal dan iskemia yang terjadi mendorong sekresi renin.,
erjadi peningkatan aldosteron dan retensi garam yang akan meningkatkan TD, dan
akhirnya terjadi nefroslerosis maligna.
4. Obstruksi
Faktor resiko batu kalsium : meningkatnya konsentrasi konstituen batu didalam urin,
sehingga kelarutan konstituen tersebut didalam urin terlampaui, pada batu magnesium
amonium phosfat (struvit), hampir selalu terjadi pada pasien dengan urin alkalis
menetap akibat UTI, bakteri pemecah urea seperti proteus vulgaris dan stafilokokus
mempermudah pasien mengalami urolithiasis, bakteri dapat sebagai pencetus terjadinya
batu, pada batu sistein, biasanya berkaitan dengan kelainan transport asam amino
tertentu termasuk sistin di ginjal, pada batu magnesium amonium phosphat, baik sistin
dan asam urat, kemungkinan terbentuk karena lingkungan urin relatif asam.
5. RAA system
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron : Perannya Dalam Pengaturan Tekanan Darah
Dan Hipertensi.
Angiotensin (bahasa Inggris: angiotensin, hypertensin, angiotonin) adalah sebuah
dipsogen dan hormon oligopeptida di dalam serum darah yang menyebabkan pembuluh
darah mengkerut hingga menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Angiotensin merupakan stimulan bagi sekresi aldosteron dari adrenal korteks, dan
merupakan bagian dari sistem RAA (renin-angiotensin-aldosteron).
Prekursor angiotensin adalah angiotensinogen yang disekresi oleh hati, yang akan
berubah menjadi angiotensin I dan oleh enzim "Angiotensin Convertizing Enzim" akan
diubah menjadi Angiotensi II.
6. Retensi urine
Adalah ketidakmampuan melakukan pengosongan kandung kemih secara maksimal,
efek yang akan timbul akibat retensi urin adalah peningkatan jumlah urin dalam
kandung kemih banyak terjadi pada pasien diatas usia 60 tahun. Residu: 50-100 ml
faktor resiko terjadinya retensio urin adalah DM, BPH, uretral patology (tumor, infeksi,
batu), SCI, SVA.
Retensio urin dapat terjadi pada pasien post operasi jika pembedahan tersebut
melibatkan daerah perineal atau anal. Hal ini akan menyebabkan spasme spincter.
Anastesi umum menyebabkan penekanan kontraksi dinding KK, sehingga menyebabkan
retensio urin penyebab lain terjadinya retensio urin adalah medikasi yang dapat
meningkatkan resistensi KK jenis medikasi : antikolinergik (SA), antispasmodik,
antidepresan.
BAB III

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT PADA KASUS GANGGUAN PERKEMIHAN

1. Pemberi asuhan keperawatan


memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, dari yang sederhana
sampai dengan kompleks
Contoh : memberikan pelayanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan meliputi melakukan pengkajian, menegakan diagnose keperawtan, membuat
rencana keperawatan melakukan intervensi sampai mengevaluasinya pada pasien dengan
kasus perkemihan.
2. Advokat pasien / klien– menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien- mempertahankan dan melindungi hak-hak
pasien.
Contoh : sebagai saksi buat pasien dalam penandatanganan inform consent tindakan medis
( USG, OPERASI perkemihan )
3. Pendidik / Edukator
membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
Contoh : memberikan penkes tentang perawatan kateter
4. Koordinator
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
Contoh : mengkoordinasikan seluruh pelayanan keperawatan.
Pasien kasus BPH DPJP dr bedah urologi dikonsulkan dr penyakit dalam maka
perawat akan mengkoordinasikan dengan dr tersebut.
5. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya
Contoh : pasien CRF dikonsulkan gizi sehubungan dengan diet makanan dan minuman yang
boleh di konsumsi.
6. Konsultan
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan
Contoh : memberikan informasi ketika pasien atau keluarga bertanya tentang proses
keperawatan pasien.
7. Peneliti
mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan

FUNGSI PERAWAT

1. Fungsi Independen
o Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter.
o Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan.
o Perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang
diambil
o Contoh: melakukan pengkajian
2. Fungsi Dependen
o Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan
khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti
pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan.
o Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter
3. Fungsi Interdependen
o Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan.

ASIHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BATU GINJAL

Angka kejadian pada pasien yang mengalami batu ginjal 3-4 banyak laki-laki
dibandingkan perempuan. Angka kejadian batu ginjal diindonesia adalah 37636 kauisu
dengan jumlah kunjungan 499.800 orang. (Rikesda, 2013)
1. Pengertian
Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih di dalam pelvis atau
calyces dari ginjal. (indridason,2005)
Menurut sun et al,2010 pembentukan batu ginjal dapat terjadi dibagian mana saja dari
saluran kencing, tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian tebalnya pada ginjal yaitu di pasu
ginjal dan calcyx renalis, batu dapat terbentuk dari kalsium fosfat, atau kombinasi asam urat
yang biasanya larut dalam urine.
2. Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkanterbentuknya batu ginjal, menurut eric,2005 adalah
sebagai berikut :
a. Faktor interistik
- Usia : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
- Jenis kelamin : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita
- Keturunan
b. Faktor ekteristik
- Kondisi geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
- Iklim dan temperatur
- Kebiasaan makan dan minum : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih dan diet tinggi purin,
oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
- Zat atau bahkan kimia yang terkandung dalam air

Menurut dwi nur, 2011 terjadinya batu ginjal antara lain :

a. Tingkat kesedaha air yang dikonsumsi yaitu air yang mengandung ca 2+. Mg2+ dan caco3
yang melebihi batas kualitas.
b. Riwayat keluarga
c. Kebiasaan makan
d. Konsumsi protein yang tinggi
e. Sumber asam urat : peningkatan kadar asam urat dalam air yang dikonsumsi dapat
memicu pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
f. Kebiasaan sumber oksalat
g. Kebiasaan makan sumber asam sitrat
3. Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih

a. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap
di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal
atau benda asing saluran kemih.
b. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
c. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk
kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika
kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu
dalam saluran kemih.
4. Komposisi Batu
a. Batu Kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:

- Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya
peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme
primer atau tumor paratiroid.
- Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai
pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat
seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau
terutama bayam.
- Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu
kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan
kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
- Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi
atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
- Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan
kalsium dengan oksalat.
b. Batu Struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah
urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini
memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita
gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2
liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
Soeparman (2001:378)
5. Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan yang
tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu
adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari
intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih
atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan
adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat
presipitasi kalsium dan magnesium pospat
6. Manifestasi klinik
a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada.
Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih
tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral.
b. Hematuria : darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma
yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik (ilmu kesehatan anak, 2002:840)

c. Infeksi : batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi
asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.
d. Kencing panas dan nyeri
e. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Urin
- PH lebih dari 7
- sediment sel darah merah lebih dari 90%
- Biakan urin
- Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Darah
- Hb turun
- Leukositosis
- Urium krestinin
- Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologist
- Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
- USG abdomen

8. KOMPLIKASI
Komplikasi batu ginjal antara lain :

a. Gagal ginjal : terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah
yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat.
Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal

b. Infeksi : dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada
peritoneal.
c. Hidronefrosis : oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
d. Avaskuler ischemia : terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga
terjadi kematian jaringan
9. Pencegahan
a. Minum lebih banyak : menambah masuknya cairan ke dalam tubuh adalah langkah
pertama untuk tetap bebas dari sakit ginjal. Minimum 12 gelas setiap harinya. Cairan
bentuk apapun dapat di minum, seperti air, jus, soda, kopi, dan teh. Bagi orang yang
mempunyai kadar asam urat yang tinggi sebaiknya menghindari teh dan kalsium dalam
susu.
b. Periksa : dokter menyarankan untuk melihat berapa banyak cairan yang dikeluarkan
dalam satu hari. Dibawah 1000 cc adalah bahaya.

c. Kurangi produk susu : sejauh ini, batu ginjal yang paling biasa adalah batu yang dibentuk
oleh kalsium: kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Bila Anda sering menggunakan
produk-produk suplemen kalsium untuk menguatkan tulang. Kemungkingan besar Anda
meningkatkan resiko pembentukan batu ginjal. Produk-produk yang berasal dari susu
merupakan sumber kalsium terbesar. Batasi mentega dan keju, selain sumber kalsium,
juga sumber lemak yang tidak baik untuk jantung Anda.

d. Jangan menggunakan antasida yang mengandung kalsium. Antasid, atau obat pereda sakit
perut yang banyak dijual kebanyakan mengandung kalsium. Karenanya lihat dan periksa
label sebelum membeli.

e. Kurangi produk daging : penderita batu ginjal jenis asam urat biasanya banyak
mengkonsumsi makanan yang tinggi dalam protein hewani. Karenanya, bagi anda yang
beresiko tinggi untuk membentuk batu ginjal sebaiknya mengurangi pemasukan protein
hewani.

f. Kurangi garam oksalat ; mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran dalam jumlah


yang besar akan banyak memberikan anda vitamin dan mineral. Namun, beberapa dari
makanan ini juga dapat memberikan anda oksalat, yang perlu dikurangi untuk mencegah
pembentukan batu ginjal. Karenanya cobalah mengurangi bahan-bahan makanan yang
mengandung oxalat seperti: teh, cola, coklat, kacang, jeruk, dan bayam.
g. Perbanyak vitamin A : vitamin A sangat penting untuk kesehatan saluran kemih Anda.
Bahan-bahan makanan yang kaya vitamin A termasuk ubi manis, labu, brokoli, dan
wortel. Jumlah vitamin A yang direkomendasikan untuk seorang dewasa sehat adalah
5000 unit internasional. Namun jangan buru-buru mengkonsumsi suplemen vitamin A.
Jika Anda mendapat vitamin A terlalu banyak, Anda dapat keracunan karena tubuh tidak
bisa membuang kelebihannya.

h. Perbanyak vitamin B, para ilmuwan menemukan bahwa vitamin B6 dapat menurunkan


kadar oksalat dalam darah sehingga mengurangi resiko pembentukan batu ginjal.
Magnesium juga mempunyai dampak negatif dalam pembentukan batu ginjal. Dokter
Anda mungkin menyarankan suplemen vitamin B6 dan/atau magnesium untuk sehari-
hari. Jika Anda mengambil vitamin B6, jangan lebih dari 25 mg per hari.

i. Kurangi vitamin C : dengan berita-berita mengenai kehebatan vitamin C akhir-akhir ini,


banyak orang mengira bahwa vitamin C adalah vitamin ajaib. Namun, vitamin C dalam
dosis tinggi - lebih dari 3000 mg per hari - dapat menjadi masalah potensial bagi Anda
yang mempunyai resiko batu ginjal. Hal itu disebabkan karena vitamin C dirubah
menjadi oksalat dalam tubuh. Karenanya, orang yang beresiko mempunyai batu ginjal
sebaiknya menjauh dari suplemen-suplemen vitamin C.

j. Bergerak ; salah satu keuntungan dari olahraga teratur adalah membuka jalan bagi
kalsium untuk keluar dari aliran darah dan masuk ke dalam tulang. Hasilnya, tulang yang
lebih kuat dan berkurangnya resiko pembentukan batu ginjal.

k. Kurangi garam : batu ginjal dan konsumsi garam sangat erat hubungannya. Sebanyak, 2
gram sehari adalah jumlah konsumsi yang wajar.

10. Penatalaksanaan
a. Pembedahan jika batunya besar
- Urs dj stain
- Eswl
- Laparascopi
- Uretrolitotomi
b. Konservativ jika batunya kecil dengan minum air putih yang banyak dan dengan obat-
obat (prorenal, neprolit, batugin dan lain sebagainya)
ASKEP
1. Pengkajian
a. Identitas pasien meliputi nama, usia, jenios kelamin, status, agama, suku/bangsa, bahasa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, penanggung jawab
b. Riwayat sakit dan sehat
- Riwayat sebelum sakit
 Riwayat penyakit berat yang pernah diderita pasien : misalkan TBC, HIV,
hepatitis dan sebagainya
 Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat yang biasa diminum pasien saat tidak dan
mengalami keluhan
 Kebiasaan berobat
 Alergi
 Alat bantu yang digunakan
- Riwayat penyakit sekarang
 Keluhan utama : nyeri pinggang, hematuri, nyeri saat berkemih dan lain
sebagainya
 Tanggal mulai sakit
 Proses terjadinya sakit
 Upaya yang sudah dilakukan untuk menanggulanginya
c. Riwayat kesehatan keluarga
- Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : batu saluran kemih dan gagal
ginjal.
- Penyakit yang sedang diderita keluarga : batu saluran kemih dan gagal ginjal.
- Genogram
d. Pola fungsi kesehatan
- Persepsi terhadap kesehatan
- Pola aktivitas dan latihan : olah raga, berjalan, aktivitas sehari-hari
- Pola istirahat dan tidur
- Pola nutrisi dan metabolik : berapa banyak minum air putih, konsumsi air
mengandung sedahan, magnesium, kalisum yang tinggi, makan tinggi asam urat,
makanan tinggi purin.
- Pola eliminasi : keluhan saat bak, warna urine, kebiasaan menahan bak, frekwensi,
alat bantu yang digunakan pasien.
- Pola kognitif perseptual : nyeri pinggang (pengkajian P,Q,R,S,T), ansietas.
- Pola konsep diri : gambaran diri, ideal diri, harga diri, identitas diri dan peran diri.
- Pola konping
- Pola seksual dan reproduksi
- Pola peran dan hubungan
- Pola nilai dan kepercayaan
e. Pengkajian fisik
- TTV
- Pemeriksaan fisik ginjal : nyeri tekan pada pinggang
f. Pemeriksaan penunjang
- Usg abdomen
- Bno polos saat kadar ureum dan creatinin tinggi
- Bno ivp
- Laborat ureum dan creatingn
- Laborat lekosit
- Laborat elektrolit kalsim dan magnesium
- Laborat asam urat
2. Diagnosa keperawatan
- Nyeri berhubungan dengan inflamasi, sumbatan dan abrasi saluran kemih oleh
pindahnya batu.
- Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan sumbatan aliran urine oleh batu.
- Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan aliran urine dan instrumen selama
pengobatan.
- Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)
Nyeri kronis(00133) 1.E.1400.1 lakukan pengkajian
keperawatan selama 1x24 jam :
 Kontrol nyeri (1605) nyeri komprehensif
1.E.1400.2 observasi adanya
dipertahankan pada skala 2
petunjuk non verbal
ditingkatkan pada skala 4
1.E.1400.19 ajarkan prinsip-
 Tingkat nyeri (2102)
prinsip manajemen nyeri
dipertahankan pada skala 2
1.E.1400.22 ajarkan penggunaan
ditingkatkan pada skala 4
teknik non farmakologi
1.E.1400.31 pastikan pemberian
analgetik

Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi perkemihan


urine (00016) keperawatan selam 3x24 jam : (0590)
 Eliminasi urine (0503) 1.B.0590.1 monitor eliminasi
dipertahankan pada skala 2 urine
ditingkatkan pada skala 4 1.B.0590.2pantau tanda dan
gejalaretensi urine
1.B.0590.5 catat waktu eliminasi
terakhir
1.B.0590.9 rujuk ke dokter jika
tanda dan gejala ISK terjadi
Hipertermi (00007) Setelah dilakukan tindakan Perawatan hipertermi (3786)
2.M.3786.2 Monitor tanda-tanda
keperawatan selama 1x24 jam :
 Termoregulasi (0800) vital
2.M.3786.7 Longgarkan pakaian
dipertahankan pada skala 2
2.M.3786.8 berikan metode
ditingkatkan pada skala 4
pendinginan eksternal
 Tanda-tanda vital (0802)
2.M.3786.9 tempatkan pasien di
dipertahankan pada skala 2
tempat yang dingin
ditingkatkan pada skala 4 2.M.3786.10 Basahi permukaan
tubuh dan kipasi pasien

Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi (6540)


4.V.6540.2 bersihkan lingkungan
(00004) keperawatan selama 3x24 jam :
 Keparahan infeksi (0703) dengan baik setelah digunakan
dipertahankan pada skala 4 untuk setiap pasien
4.V.6540.3 ganti peralatan
ditingkatkan pada skala 4
perawatan per pasien sesuai
protokol institusi
4.V.6540.9 ajarkan pasien cara
cuci tangan
4.V.6540.11 gunakan sabun
antimikroba untuk cuci tangan
4.V.6540.22 ganti iv perifer dan
tempat saluran penghubung serta
balutasnnya sesuai dengan
pedoman saat ini.q

4. Evaluasi

Diagnosa Evaluasi
Nyeri S: pasien mengatakan nyeri berkurang
O: ttv dalam batas normal
Pasien mampu mengontrol nyeri
A: nyeri teratasi
P: pertahankan intervensi
Gangguan eliminasi urine S:pasien mengatakan eliminasi bak adekuat
O: pasien dapat bak
A:gangguan eliminasi urine teratasi
P:pertahankan intervensi
Hipertermi S:pasien mengatakan tidak demam
O:ttv dalam batas normal
Termoregulasi tubuh pasien adekuat
A:hipertermi teratasi
P: pertahankan intervensi
Resiko infeksi S:pasien mengatakan tidak nyeri saat bak,
pasien mengatakan tidak ada darah saat bak
O: pasien tidak ada tanda-tanda ISK
A: resiko infeksi teratasi
P: pertahankan intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH

Angka kejadian menurut Rikesda,2013 kejadian gangguan prostat di jawa tengah mencapai 206
kasus dan sebanyak 152 didiagnosis BPH

1. Pengertian
Prostat merupupakan kelenjar eksokrin pada sistem reproduksi pria, fungsi utamanya untuk
mengeluarkan dan menyimpan cairan yang menjadi dua per tiga bagian dari air mani.
Kelenjar prostan memproduksi cairan semical dan skresi lain yang membuat saluran uretra
terjaga kelembabannya. (7)
Bph adalah pertumbuhan berlebih sel-sel prostat yang tidak ganas bph kadang tidak
manimbulkan gejala, tetapi jika tumor ini terus berkembang pada akhirnya akan mendesak
uretra yang mengakibatkan rasa tidak nyaman pada penderita (5,15)
BPH (hiperplasi prostat jinak) adalah pembesaran klenjar prostat yang mamanjang ke atas, ke
dalam kandung kemih yang menghambat serta menutupi orifisium uretra
(smeltzer&bare,2003)
2. Klasifikasi
Menurut sjamsuhidajat dan de jong, 2005 BPH (benigna prostat hiperplasi) dapat
diklasifikasikan menjadi 4 gradasi yaitu :
a. Derajat 1 : apabila ditemukan keluhan prostatisium pada colok dubur ditemukan
penonjolan prostt, batas atas mudah teraba dan sisa urine kurang dari 50 ml.
b. Derajat 2 : apabila ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur dan batas
atas dapat dicapai sedangkan sisa volume urine 50-100 ml.
c. Derajat 3 : apabila ditemukan pada saat dilakukan colok dubur batas atas prostat tidak
dapat teraba dan sisa volume urine lebih dari 100 ml.
d. Derajat 4 : apabila sudah terjadi retensi urine total.
3. Etiologi
Menurut jurnal yang diteliti oleh rizki tahun 2005 di rumah sakit di semarang didapatkan
faktor risiko yang mengakibatkan terjadinya BPH sebagai berikut :
a. Usia : laki-laki yang berusia >50 tahun memiliki risiko lebih bersar dibanding dengan
laki-laki berusia <50 tahun yang berhubungan dengan kelemahan umum pada buli otot
(otot detrusor) dan penurunan fungsi persyarafan.
b. Riwayat keluarga : penderita BPH yang mempunyai keluarga yang menderita BPH lebih
besar dibanding dengan keluarga yang tidak ada keluarga yang menderita BPH. Karena
dalam keluarganya yang menderita BPH terdapat mutasi dalam gen yang menyebabkan
fungsi gen penekanan tumor menurun sehingga akan berpoliferasi secara terus menerus
tanpa adanya batas kendali.
c. Pola konsumsi makanan rendah serat
Laki-laki yang mengkonsumsi serat rendah memiliki risiko lebih besar dibanding dengan
yang mengkonsumsi serat yang tinggi. Pada sayuran terdapat mekanisme multifaktor
dimana didalamnyadijumpai bahan atau substansi anti karsinogen seperti karotenoid,
selenium dan tocopherol, dengan makanan berserat atau karoten diharapkan mengurangi
pengaruh bahan-bahan dari luar dan akan memberikan lingkungan yang akan menekan
berkembangnya sel-sel yang abnormal.
d. Kebiasaan merokok : laki-laki yang merokok mempunyai risiko lebih besar dibanding
dengan yang tidak merokok. Hal ini karena nikotin dan koniti pada rokok meningkatkan
aktifitas enzim perusak androgen sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron.

4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinis
a. Peningkatan frekwensi berkemih : sering BAK tapi dengan volume sedikit.
b. Dorongan ingin berkemih : dikarenakan vesika urinaria masih terisi urin
c. Abdomen tegang : karena penuhnya volume urin yang terdapat pada vesika urinaria yang
tidak bisa keluar.
d. Volume urine saat miksi menurun : karena ada sumbatan pada saluran kencing
dikarenakan terhimpitnya prostat yang membesar.
e. Mengejan untuk bisa miksi : karena urine tidak tuntas dan masih terisi vesika urinaria
maka untuk mengeluarkan urine pasien BPH mengejan.
f. Aliran urine tidak lancar,kencing tidak puas : karena terdapat sumbatan pada saluran
kencing
g. Dribling ( menetes saat berkemih)
h. Retensi urine kronis
i. Akumulasi produk sampah nitrogen karena zat sampah yang ada dalam urine tidak bisa
keluar dengan sempurna sehingga menumpuk disaluran perkemihan.
j. Gagal ginjal : terbendungnya volume urin di saluran perkemihan maka akan merusak
fungsi ginjal.
6. Scor internationaL gejala prostat I-PPS
Untuk petanyaan No 1-6 jawaban dapat diberikn skor sebagai berikut :
0=tidak pernah
1= Kurang dari sekali dari 5 kejadian
2= kurang dari sepauh kejadian
3= kurang lebih separuh dari kejadian
4= lebih dari separuh dari kejadian
5= Hampir selalu
Pasien ditanya keluhan
Dalam satu bulan terakhir berapa seringkah anda:

1. Merasakan masih terdapat sisa urine sehabis kencing?

2. Harus kencing lagi padahal belum ada ½ jam yang lalu anda baru saja kencing?

3. Harus berhenti pd saat kencing dan segera mulai kencing lagi dan hal ini dilakukan
berkali-kali?

4.Tidak dapat menahan keinginan untuk kencing?

5.Merasakan pancaran urine yang lemah?

6.harus mengejan dalam memulai kencing?

Untuk pertanyaan no 7. jawablah dengan skor di bawah ini:

0=tidak pernah 3= Tiga kali

1= satu kali 4= empat ali

2=dua kali 5= lima kali

7. Dalam satu bulan terakhir ini berapa kali anda terbangun dari tidur malam untuk kencing?
Total skor (S)=
Klasifikasi:
 Ringan: skor 0-7
 Sedang: skor 8-19
 Berat: skor 20-35
8. Pemeriksaan penunjang
Ada dua pemeriksaan yang mendasar untuk pasien dengan BPH yaitu pemeriksaan darah dan
urine. Pemeriksaan darah khusunya untuk yang berhubungan dengan prostat antara lain
kreatinin, elektrolit (natrium, kalium), PSA (prostat Spesifis Antigen) sedangkan pemeriksaan
urin adalah sedimen urin dan kultur urine. Pada pemeriksaan PSA normal bernilai 8ng/dl
dedangkan rata-rata penderita BPH memiliki nilai 12,9-24,6 ng/dl.
Sedangkan pemeriksaan yang lain
a. Urodinamik tes
 Pemeriksaan uroflowmetri(pancaran urine) ml/dtk
 Tes residu(ml post miksi)
b. USG terdapat gambaran pembesaran prostat.
c. Cystoskopi adalah teknik pemeriksaan beresiko rendah yang menentukan kondisi
dariuretra dan kandung kemih, yaitu denga tabung lentur atau kaku dengan kamera dan
sumber cahaya bergerak melaui uretra dan masuk ke kandung kemih, cahaya menerangi
bagian dalam organ yang sementara camera mengirim gambar ke layar.
9. Penatalaksannan
Tergantung dari: penyebab,keparahan, dan kondisi pasien
Jika diketahui sejak dini dengan obat:
• Terazosin untuk melemaskan otot halus colum kandung kemih dan prostat
• Finasteride /proscar (anti androgen) untuk mencegah testesteron menjadi
hidrotestesteron shg menyebabkan supresi /penurunan aktivitas sel glanduler shg
prostat mengecil

Jika masuk rumah sakit karena retensi urine (kedaruratan):

a. Kateterisasi urine dengan menggunakan mandrin atau kateter logam


b. Sistotomi : pembuatan lubang pada daerah hipogartrik yang biasanya menggunakan iv
chateter nomer 14 dandisalurkan melalui selang untuk mengeluarkan air kencing yang
mungkin dikarenakan striktur uretra.
c. Operasi
 Prostatektomi Trans Uretra Reseksi (TURP) yaitu jaringan prostat dikerok lewat uretra
Keuntungan: Tidak ada insisi abdomen, pemulihan lebih singkat, lebih aman untuk
pasien beresiko dalam pembedahan, angka morbiditas lebih rendah, nyeri minimal
Kerugian: membutuhkan Dr. Bedah urologi, sering kambuh, striktur uretra, perdarahan
lama
Implikasi Keperawatan
 Pantau hemoragik
 Jangka waktu lama pantau gejala striktur uretra(disuri,mengejan, pancaran lemah)
 Prostatektomi trans vesika/suprapubik(TVP)

Keuntungan : Secara teknis sederhana, kelenjar yang diangkat lebih komplit, dapat
mengekplorasi kandung kemih

Kerugian: kandung kemih terbuka, kontrol perdarahan lebih sulit, pemulihan mungkin
lama, tidak nyaman
Implikasi Keperawatan:

 Pantau perdarahan

 Pantau tanda shock

 Perlu perawatan secara aseptik


 Prostatektomi Retro Pubik(Terence Millin Prostatektomi/TMP)
Keuntungan: vesika utuh, kontrol perdarahan lebih mudah, periode pemulihan lebih
cepat, kerusakan spingter kandung kemih minimal
Kerugian: tidak dapat mengobati penyakit kandung yg berkaitan, osteotis pubis
Implikasi keperawatan:
• Pantau perdarahan
• Antisipasi kebocoran paska pengangkatan kateter
 Prostatektomi trans perineal
Keuntungan: lebih dekat secara anatomi, drainse oleh grafitasi, ideal untuk prostat
yang besar mortalitas rendah, dapat dipakai untuk terapi dengan pengangkatan secara
radikal
Kerugian: kerusakan pada rektum dan spingter anus, bidang operasi sempit, resiko
infeksi besar, resiko impotensi post operasi tinggi
Implikasi keperawatan:
• Hindari selang rektal
• Antsipasi kebocoran urine
10. Kompliksai
Jangka pendek:
a. Hemoragik dan shock
b. Infeksi
c. Trombosis
d. Obstruksi kateter
Jangka panjang:
a. Impoten jarang terjadi, pada trans perineal terjadi karena nervus pudendal rusak
b. Ejakulat masuk kanfdung kemih
c. Jika terjadi impotensi dilakukan implantasi shg penis dapat ereksi kembali
d. Aktivitas seksual bisa dilakukan kembali setelah 6-8 mgg pasca operasi

ASKEP
1. Pengkajian
a. Identitas pasien meliputi nama, usia, jenios kelamin, status, agama, suku/bangsa, bahasa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, penanggung jawab
b. Riwayat sakit dan sehat
- Riwayat sebelum sakit
 Riwayat penyakit berat yang pernah diderita pasien : misalkan TBC, HIV,
hepatitis dan sebagainya
 Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat yang biasa diminum pasien saat tidak dan
mengalami keluhan
 Kebiasaan berobat
 Alergi
 Alat bantu yang digunakan
- Riwayat penyakit sekarang
 Keluhan utama : hematuri, nyeri saat berkemih, pancaran urine yang lemah, harus
mengejan dalam memulai kencing dan lain sebagainya
 Tanggal mulai sakit
 Proses terjadinya sakit
 Upaya yang sudah dilakukan untuk menanggulanginya
c. Riwayat kesehatan keluarga
- Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : BPH
- Penyakit yang sedang diderita keluarga : BPH
d. Pola fungsi kesehatan
- Persepsi terhadap kesehatan
- Pola aktivitas dan latihan : olah raga, berjalan, aktivitas sehari-hari, merokok
- Pola istirahat dan tidur
- Pola nutrisi dan metabolik : makan tinggi serat, makan makanan instan.
- Pola eliminasi : keluhan saat bak, warna urine, kebiasaan menahan bak, volume saat
bak, frekwensi, alat bantu yang digunakan pasien.
- Pola kognitif perseptual : nyeri saat berkemih (pengkajian P,Q,R,S,T), ansietas.
- Pola konsep diri : gambaran diri, ideal diri, harga diri, identitas diri dan peran diri.
- Pola konping
- Pola seksual dan reproduksi
- Pola peran dan hubungan
- Pola nilai dan kepercayaan
e. Pengkajian fisik
- TTV
- Pemeriksaan fisik abdomen : tegang pada vesika urinaria
- Colok dubur terdapat pembesaran prostat.
f. Pemeriksaan penunjang
- Usg abdomen
- Cytoscopy
- Laborat urine
- Laborat kretinin
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan post operasi ((00132)
b. Retensi urine berhubungan dengan sumbatan saluran perkemihan (00023)
c. Ansietas berhubungan dnegan stresor (00146)
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh (pembedahan) (00059)
3. Intervensi

Diagnosa NOC NIC


Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)
1.E.1400.1 lakukan pengkajian
keperawatan selama 1x24 jam :
 Kontrol nyeri (1605) nyeri komprehensif
1.E.1400.2 observasi adanya
dipertahankan pada skala 2
petunjuk non verbal
ditingkatkan pada skala 4
1.E.1400.19 ajarkan prinsip-
 Tingkat nyeri (2102)
prinsip manajemen nyeri
dipertahankan pada skala 2
1.E.1400.22 ajarkan penggunaan
ditingkatkan pada skala 4
teknik non farmakologi
1.E.1400.31 pastikan pemberian
analgetik

Retensi urin (00023) Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi perkemihan


keperawatan selama 1x1 jam : (0590)
1.B.0590.1 monitor eliminasi
 Eliminasi urine (0503)
urine
dipertahankan pada skala 2
1.B.0590.2pantau tanda dan
ditingkatkan pada skala 4
gejalaretensi urine
1.B.0590.5 catat waktu eliminasi
terakhir
1.B.0590.9 rujuk ke dokter jika
tanda dan gejala ISK terjadi
Ansietas (00146) Setelah dilakukan tindakan
keperawtana selama 2x24 jam :
Disfungsi seksualitas Setelah dilakukan tindakan
(00059) keperawatan selama 3x24 jam :
Daftar Pustaka

Amali, rizki.2007.jurnal faktor-faktor risiko terjadinya pembesarab prostat jinak.semarang

Sjamsuhidajat, R & Jongm de W.2005.buku ajar ilmu bedah edisi(2).ECG.hal 782-786: jakarta

Eric N.2005.obesity, weight gain and the risk of kidney stones.JAMA,293(4):455-462

Indridasin, O.S et. Al.2005.epidemiology of kidney stones in iceland: a population based study
scandivian journal of urology and nephrology,40:21-220

Krisna, dwi nur patria, 2011.faktor risiko penyakit batu ginjal.journal.unnes,Semarang

Nanda, 2015, diagnosa keperawatan, penerbit buku kedokteran ECG: jakarta

Bulechek, dkk, 2013, nursing outcomes classification edisi ke lima, mocomedia:yogyakarta

Bulechek, dkk, 2013, nursing interventions classification edisi ke lima, mocomedia:yogyakarta


Setiadi, 2012. Konsep dan penulisan dokumentasi asuhan keperawatan. Graha ilmu ;yogyakarta

Soeparman & Waspadji (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Sun et al.2010.diagnosis,treatment and follow-up of 25 patient with melamine induced kidney


stones complicated by acute obstructive renal failure in beijing children’s hospital. Eur j
pediatr,169:483-483

www.rikedes 2013.com

Anda mungkin juga menyukai