Anda di halaman 1dari 4

WOC GAGAL GINJAL KRONIK

Infeksi Vaskuler Zat toksik Retensi urine

Reaksi Ag - Ab Arterosklerosis Akumulasi di ginjal Refluks

Suplai Hidronefrosis

Peningkatan
GFR turun tekanan

CKD Gg. Fungsi renal Nefron Kompresi

Penurunan fungsi Retensi Na Tekanan Sekresi K ↓ Sekresi eritropoietin ↓


CES ↑ kapiler naik
eksresi ginjal & H2O
`
Hiperkalemia Produksi Hb ↓
Sindrom uremia HCO3- ↓ Volume
intertisial naik
Gg. Penghantaran Oksihemoglobin ↓
Perubahan Asidosis kelistrikan jantung
warna kulit Edema paru Gg. Perfusi Intoleransi
jaringan aktivitas
Mual,
Gg. muntah Gangguan Kelebihan Disritmia Suplai O2
Pruritus Integritas Anaerob ↑ asam laktat
pertukaran volume jaringan ↓
Kulit
gas cairan ↓ COP
↑ preload
Nyeri
Suplai O2
Ketidakefektivan Hiper- Risiko gangguan Synkope
pola nafas ventilasi nutrisi otak ↓
↑ beban
jantung
DEFINISI :
 Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
 Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan  irreversible. Sedangkan gangguan  fungsi ginjal  yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam
kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).

Menurut Brunner & Suddart (2005) setiap sistem tubuh Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus) dimana Penatalaksanaan keperawatan pada pasien
pada gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut : dengan CKD dibagi tiga yaitu :
uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda a) Konservatif
dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2) - Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan
pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien 1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90 urin
dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien 2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89 - Observasi balance cairan
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut : 3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59 - Observasi adanya odema
a. Manifestasi kardiovaskuler 4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29 - Batasi cairan yang masuk
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan 5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis b) Dialysis
natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin- Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI - Peritoneal dialysis biasanya dilakukan
aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), pada kasus – kasus emergency.
edema periorbital, Friction rub perikardial, Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan
Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare PEMERIKSAAN PENUNJANG :
pembesaran vena leher. dimana saja yang tidak bersifat akut
(2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah : Pemeriksaan lab.darah
b. Manifestasi dermatologi adalah CAPD ( Continues Ambulatori
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis - Hematologi : Hb, Ht, Eritrosit,
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, Peritonial Dialysis )
metabolik, katabolisme, dan masukan diit Lekosit, Trombosit
bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, - Hemodialisis
berlebih. - RFT ( renal fungsi test ): ureum
rambut tipis dan kasar. Yaitu dialisis yang dilakukan melalui
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad dan kreatinin
c. Manifestasi Pulmoner tindakan infasif di vena dengan
jantung akibat retensi produk sampah uremik - LFT (liver fungsi test )
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, menggunakan mesin. Pada awalnya
dan dialisis yang tidak adekuat. - Elektrolit : Klorida, kalium,
pernapasan Kussmaul hemodiliasis dilakukan melalui daerah
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium kalsium
d. Manifestasi Gastrointestinal femoralis namun untuk
serta malfungsi sistem renin angiotensin - Koagulasi studi : PTT, PTTK, BGA
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan mempermudah maka dilakukan :
aldosteron. Urine
pada mulut, anoreksia, mual,muntah, konstipasi - AV fistule : menggabungkan vena dan
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin. - urine rutin
dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal arteri
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik - urin khusus : benda keton,
e. Manifestasi Neurologi - Double lumen : langsung pada daerah
akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang analisa kristal batu
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, jantung ( vaskularisasi ke jantung )
rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal Pemeriksaan kardiovaskuler
kejang, kelemahan tungkai, panas pada telapak c) Operasi
dan peningkatan kadar alumunium akibat - ECG
kaki, perubahan perilaku. Diseguilibrium - Pengambilan batu
peningkatan nitrogen dan ion anorganik. - ECO
syndrome : Mual, muntah , kelelahan dan sakit - Transplantasi ginjal
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam Radidiagnostik
kepala
tubuh. - USG abdominal
f. Manifestasi Muskuloskeletal
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung - CT scan abdominal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang,
yang berlebihan. - BNO/IVP, FPA
foot drop
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah. - Renogram : RPG ( retio
g. Manifestasi Reproduktif
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan pielografi )
h. Amenore dan atrofi testikuler
Hiperfosfatemia.
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan NOC : Fluid Balance Fluid Management :
b.d penurunan haluran  Terbebas dari edema, efusi, anasarka 1. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema
urin dan retensi cairan  Bunyi nafas bersih,tidak adanya dipsnea 2. Batasi masukan cairan
dan natrium.  Memilihara tekanan vena sentral, 3. Identifikasi sumber potensial cairan
tekanan kapiler paru, output jantung dan 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan cairan
vital sign normal. 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
Hemodialysis therapy
1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah (misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium, tingkat phospor) sebelum
perawatan untuk mengevaluasi respon thdp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah untuk mengevaluasi respon terhadap
terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan jumlah yang tepat dari cairan berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet, keterbatasan cairan dan
obat-obatan untuk mengatur cairan dan elektrolit pergeseran antara pengobatan

2 Gangguan nutrisi kurang NOC : Nutritional Status Nutritional Management


dari kebutuhan tubuh  Nafsu makan meningkat 1. Monitor adanya mual dan muntah
b.d anoreksia mual  Tidak terjadi penurunan BB 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan status nutrisi.
muntah.  Masukan nutrisi adekuat 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan hematocrit level yang menindikasikan status nutrisi dan untuk
 Menghabiskan porsi makan perencanaan treatment selanjutnya.
 Hasil lab normal (albumin, kalium) 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
5. Berikan makanan sedikit tapi sering
6. Berikan perawatan mulut sering
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi
3 Perubahan pola napas NOC : Respiratory Status Respiratory Monitoring
berhubungan dengan  Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
hiperventilasi paru adekuat 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
 Bebas dari tanda tanda distress pernafasan 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes
 Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
dan dyspneu (mampu mengeluarkan Oxygen Therapy
sputum, mampu bernafas dengan mudah, 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
tidak ada pursed lips) 2. Ajarkan pasien nafas dalam
 Tanda tanda vital dalam rentang normal 3. Atur posisi senyaman mungkin
4. Batasi untuk beraktivitas
5. Kolaborasi pemberian oksigen
4 Gangguan perfusi NOC: Circulation Status Circulatory Care
jaringan berhubungan  Membran mukosa merah muda 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur
dengan penurunan suplai  Conjunctiva tidak anemis ekstremitas).
O2 dan nutrisi ke  Akral hangat 2. Kaji nyeri
jaringan sekunder.  TTV dalam batas normal. 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
 Tidak ada edema 4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
5. Monitor status cairan intake dan output
6. Evaluasi nadi, oedema
REFERENSI :

Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010

Anda mungkin juga menyukai