Tahap awal Tahap lanjut Pembesaran massa 1. Wanita yang belum menikah, tetapi melakukan
Terapi hubungan seks.
2. Umur (hubungan pertama dilakukan pada usia dini
Nekrosis jaringan serviks Menyebar ke Penipisan sel epitel kurang dari 20 tahun).
pelvik 3. Jumlah kehamilan atau partus.
Malu 4. Jumlah perkawinan.
Rusaknya permeabilitas 5. Berganti – ganti pasangan seksual (multipatner).
Tekanan intrapelviks
pembuluh darah 6. Infeksi virus (virus herpes aimpleks dan virus
naik
Hambatan interaksi sosial papilloma virus.
PENATALAKSANAAN
Radiasi Kemoterap Pembedahan / histerektomi
i 1. PENGOBATAN
Pre Post a. Operasi.
Pre Post Pada stadium dini dilakukan tindakan mengangkat sebagian leher Rahim yang terkena kanker atau pegangkatan
Rahim.
b. Pada stadium lanjut dapat dilakukan dengan pemberian Radiadi, Kemoterapi dan terapi biologis.
Kurang Aktifitas fisik
Defisiasi Peningkatan Gastrointestin penngetahuan terbatas 2. PENCEGAHAN
pengetahuan pemanasan pada al a. Tidak berganti – ganti pasangan seksual.
epidermis kulit b. Menjaga hygiene alat kelamin dan jalan lahir agar terhindah dari infeksi.
Peningkatan Ansietas Intoleransi c. Tidak menikah di usia muda (<20tahun).
tekanan gaster aktivitas d. Rutin untuk melakukan pemeriksaan Pap’s smear 2 kali dalam setahun.
Ansietas Eritema, Pecah – e. Penggunaan kondom saat melakukan hubungan seks.
pecah dan kering
Mual dan Muntah
Dx. 1 Nyeri Akut Dx. 2 Resiko Ketidakseimbangan Volume cairan. Dx. 3 Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Dx. 4 Resiko Infeksi
Kebutuhan Tubuh.
Tujuan : Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang kekurangan volume cairan teratasi. status nutrisi dipertahankan untuk memenuhi pasien tidak terjadi penyebaran infeksi dan dapat
atau berkurang. Kriteria Hasil : kebutuhan tubuh. menjaga diri dari infeksi .
Kriteria : a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan Kriteria hasil : Kriteria hasil :
a. pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang BB, BJ urine normal, Ht normal. a. Pasien menghabiskan makanan yang telah a. Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar
b. Tekanan darah, nadi , suhu tubuh dalam batas normal.
dengan skala nyeri 0 diberikan oleh petugas. serviks.
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, turgor kulit baik,
b. Ekspresi wajah rileks. membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus berlebih.
b. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik. b. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
c. Tanda - tanda vital dalam batas normal. Intervensi : c. Berat badan klein normal. c. Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat
Intervensi : a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. d. Hasil hemoglobin dalam batas normal. ke pasien, pasien.
a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, b. Monitor vital sign. Intervensi : d. keluarga, pasien ke pasien lain dan klien ke
intensitas, dan skala nyeri. c. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake a. Kaji status nutrisi pasien pengunjung.
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, kalori harian. b. Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi. e. Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari
distraksi, imajinasi, message. d. Dorong masukan oral. c. Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi leukosit.
c. Awasi dan pantau TTV. e. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan. kalori, kaya protein dan tetap sesuai diit ( Rendah Intervensi :
d. Berikan posisi yang nyaman. f. Kolaborasi dengan dokter. Garam ). a. Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.
e. Kolaborasi pemberian analgetik. g. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan. d. Pantau masukan makanan setiap hari. b. Tekankan pada pentingnya personal hygiene.
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering. c. Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.
d. Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan
antisepik.
e. Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar
dari infeksi.
f. Koloborasi pemeberian antibiotik
Dx. 5 Resiko gangguan intregitas kulit Dx. 6 Ansietas Dx. 7 Intoleransi Aktivitas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan intoleransi
tidak terjadi kerusakan intergritas kulit. kecemasan hilang atau berkurang. aktifitas dapat teratasi.
Kriteria hasil : Kriterial hasil : Kriteria Hasil :
a. Pasien atau keluarga dapat mempertahankan a. Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang a. Mampu melakukan aktivitas sehari – hari secara
keberhasilan pengobatan tanpa mengiritasi kulit. atau berkurang. mandiri.
b. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan.
b. Pasien dan keluarga dapat mencegah terjadi b. Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman
c. Tanda – tanda vital normal.
infeksi atau trauma kulit. bagi pasien. d. Kebutuhan ADL bisa terpenuhi.
c. Pasien keluarga beserta TIM medis dapat c. Pasien tampak rileks, tampak senang karena Intervensi :
meminimalkan trauma pada area terapi radiasi. mendapat perhatian. a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
d. Pasien, keluarga beserta tim medis dapat d. Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai mampu dilakukan.
menghindari dan mencegah cedera dermal karena dan mengklarifikasi rasa takut. b. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.
kulit sangat sensitif selama pengobatan dan e. Pasien mendapat informasi yang akurat, c. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi
setelahnya. serta prognosis dan pengobatan dan klien kekurangan dalam beraktifitas.
Intervensi : mendapat dukungan dari terdekat. d. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi dan
a. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan. Intervensi : penguat.
b. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk a. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan e. Monitor respon fisik, emosi , sosial dan spiritual
dan menepuk kulit yang kering dari pada perasaannya.
menggaruk. b. Beri lingkungan terbuka dimana pasien
c. Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang merasa aman untuk mendiskusikan perasaan
mendapat terapi radiasi. atau menolak untuk bicara.
d. Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan c. Pertahankan bentuk sering bicara dengan
longgar pada, biarkan pasien menghindari pasien, bicara dengan menyentuh klien.
penggunaan bra bila ini memberi tekanan d. Bantu pasien atau orang terdekat dalam
mengenali dan mengklarifikasi rasa takut.Beri
informasi akurat, konsisten mengenai prognosis,
pengobatan serta dukungan orang terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
Andrijono. 2009. Sinopsis Knker Ginekologi. Jakarta : Pustaka Spirit.
Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan medical bedah : buku saku untuk Brunner dan Suddarth. Cetakan I. Jakarta : EGC.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajarar Keperawatan Maternitas. Edisi. 4. Jakarta : EGC.
Emilia, O, dkk. 2010. Bebas Ancamman Kanker Serviks. Yogyakarta : Media Pressindo.
Faizah, SA. 2010. Waspada Kanker Serviks. Yogyakarta : Lintang Aksara.
Irwan. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menula.Edisi 1. Yogyakarta : Deepublish.
Kumalasari, I. Iwan. 2014. Kesehatan Reproduksi Untuk mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Keperawatan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta : MediAction.