KELOMPOK 1
DEFENISI
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Penyebaran penyakit malaria adalah genus family
plasmodiidae. Malaria adalah salah satu masalah kesehatan penting di dunia.
Lebih dari 1 juta orang meningggal setiap tahun akibat malaria.
Malaria serebral adalah suatu akut ensefalopati yang memenuhi 3 kriteria, yaitu
koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap > 30 menit
setelah kejang (GCS < 11, Blantyre coma scale < 3) disertai adanya P.
falciparum yang ditunjukkan dengan hapusan darah dan penyebab lain dari
akut ensefalopati telah disingkirkan (WHO, 2010).
Penyebab malaria serebral adalah akibat sumbatan pembuluh darah kapiler di otak
karena menurunnya aliran darah efektif dan adanya hemolisa sel darah. Hal tersebut
dikarenakan oleh infeksi Plasmodium falciparum yang ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina (Combes; Coltel; Faille; Wassmer; Grau, 2006).
ETIOLOGI
Keterangan :
1. 1 : Eritrosit normal
2. 2-18 : Trofozoit (pada gambar 2-10 saling berhubungan dengan fase ring dan trofozoit)
3. 19-26 : Skizon (pada gambar 26 adalah skizon yang pecah)
4. 27-28 : Makrogametosit (betina)
5. 29-30 : Mikrogametosit (jantan)
Siklus Hidup Plasmodium (CDC, 2017)
Keterangan :
PATOGENESIS
Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi, yaitu tersebarnya eritrosit yang
berparasit ke pembuluh kapiler organ dalam tubuh. Eritrosit yang mengandung parasit muda (bentuk cincin)
bersirkulasi dalam darah perifer tetapi eritrosit berparasit matang terlokalisasi pada pembuluh darah organ.
Pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen P. falciparum.
Sitokin (TNF, IL-6 dan lain-lain) yang diproduksi oleh sel makrofag, monosit, dan limfosit akan
menyebabkan terekspresinya reseptor endotel kapiler.
Manifestasi klinis yang didapatkan pada malaria serebral dibagi
meningeal.
KOMPLIKASI
Komplikasi (WHO, 2010) yang terjadi akibat dari malaria cerebral adalah sebagai berikut :
1. Kecacatan
2. Defisit neurologis, misalnya kelemahan, paralisis flaccid, kebutan, gangguan bicara dan epilepsy
3. Kematian
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Tes Antigen
3. Tes Serologi
4. Tes molekular
6. Pencitraan Neurologis
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan Malaria P. Falciparum saat ini menggunakan ACT ditambah primakuin. Primakuin
untuk malaria falciparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/KgBB.
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. (Kemenkes RI, 2017).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Identitas pasien
Terdiri dari : nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh seorang yang
tinggal di daerah atau lingkungan endemic malaria.
B. Data riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji : demam , penurunan kesadaran, menurunnya nafsu
makan, sakit kepala berat ,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi . otot dan tulang, berkeringat.
2. Riwayat kesehatan yang lalu : Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau
meminum obat malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah endemik.
3. Riwayat kesehatan keluarga Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan
congenital dalam keluarga.
4. Riwayat kebiasaan sehari-hari
• Pola nutrisi Menggambarkan keluhan pasien berupa : mual, muntah terus menerus, sering juga muntah darah.
• Pola eliminasi :
BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak keluar air kencing sama
sekali.
BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.
5. Pola istirahat dan tidur Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual,
muntah dan demam menggigil.
6. Pola aktivitas Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien mengalami
mual, muntah dan nyeri kepala.
7. Personal hygiene Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria masih cukup baik dan bersih.
C. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
1. Keadaan umum : Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot
2. Tanda-tanda vital : Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta
frekuensi nafas meningkat.
D. Pemeriksaan fisik
a) Pernapasan
• Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas luka.
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
• Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak, ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
• Perkusi : Resonan.
b) Pencernaan
• Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.
• Auskultasi : Bising usus (+)
• Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak pembesaran hepar atau limfa.
• Perkusi: Timpani
c) Penglihatan
• Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
• Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
d) Pengecapan : Mulut terasa pahit
e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran
f) Kardiovaskuler
• Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.
• Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung.
• Perkusi : Redup pada bagian jantung.
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.
g) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti teh.
h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
j) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul
menurut Muttaqin (2011) adalah :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase eritrosit oleh
Plasmodium Faciparum.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi penyakit.
INTERVENSI
SDKI SLKI SIKI
Definisi : L.14134 Termogulasi I.15506 Menejemen Hipertermia
Suhu tubuh meningkat di 1. Observasi
atas rentang normal tubuh. Setelah dilakukan Tindakan • Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi
keperawatan diharapkan terpapar lingkungan panas penggunaan incubator)
Penyebab : termogulasi membaik dengan • Monitor suhu tubuh
1. Dehidrasi kriteria hasil : • Monitor kadar elektrolit
2. Terpapar lingkungan • Monitor haluaran urine
panas 1. Menggigil meningkat. 2. Terapeutik
3. Proses penyakit (mis. 2. Kulit merah meningkat. • Sediakan lingkungan yang dingin
infeksi, kanker) 3. Akrosianosis meningkat. • Longgarkan atau lepaskan pakaian
4. Ketidaksesuaian pakaian 4. Konsumsi oksigen meningkat. • Basahi dan kipasi permukaan tubuh
dengan suhu lingkungan 5. Piloereksi meningkat. • Berikan cairan oral
5. Peningkatan laju 6. Vasokonstriksi perifer • Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
metabolism meningkat. mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih).
6. Respon trauma 7. Kutis memorata meningkat. • Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
7. Aktivitas berlebihan 8. Pucat meningkat. hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
8. Penggunaan incubator 9. Takikardi meningkat. dada, abdomen,aksila)
10. Takipnea meningkat. • Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
11. Bradikardi meningkat. • Batasi oksigen, jika perlu
12. Dasar kuku sianolik meningkat.
Gejala dan Tanda Mayor 13. Hipoksia meningkat. 3. Edukasi
Subjektif 14. Suhu tubuh membaik. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion,heat
(tidak teredia)
15. Suhu kulit membaik. stroke
Objektif 16. Kadar glukosa darah membaik. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar
1. Suhu tubuh diatas nilai 17. Pengisian kapiler membaik. udara dingin
normal 18. Ventilasi membaik. Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru
Gejala dan Tanda Minor
19. Tekanan darah membaik. (PMK) untuk bayi BBLR
Subjektif
4. Kolaborasi
(tidak teredia)
1. Kulit merah Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
1. (tidak teredia) 6. Menarik diri menurun • Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
7. Berfokus pada diri sendiri menurun sudah diberikan
Objektif
8. Diaphoresis menurun • Monitor efek samping penggunaan analgetic
2. Tampak meringis
9. Perasaan tertekan (depresi) menurun 2. Trapeutik
3. Bersikap protektif (mis.
10. Perasaan takut mengalami cedera • Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
waspada, posisi menghindari
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
berulang menurun
nyeri) musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
11. Anoreksia menurun
4. Gelisah imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
12. Perineum terasa tertekan menurun
5. Frekuensi nadi meningkat bermain)
13. Uterus teraba membulat menurun
6. Sulit tidur • Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
14. Ketegangan otot menurun
Gejala dan Tanda Minor (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
15. Pupil dilatasi menurun
Subjektif • Fasilitasi istirahat dan tidur
16. Muntah menurun
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
(tidak teredia) 17. Mual menurun
strategi meredakan nyeri
7. Tekanan darah meningkat 18. Frekuensi nadi membaik
3. Edukasi
8. pola napas berubah 19. Pola napas membaik • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
9. nafsu makan berubah 20. Tekanan darah membaik • Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. proses berpikir terganggu 21. Proses berpikir membaik • Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
11. Menarik diri 22. Focus membaik • Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
12. Berfokus pada diri sendiri 23. Fungsi berkemih membaik • Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
13. Diaforesis 24. Perilaku membaik rasa nyeri
25. Nafsu makan membaik 4. Kolaborasi
26. Pola tidur membaik • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
TERIMA KASIH