By :
Ns. Kasmad, M.Kep.
Definisi
• Penyakit tropis adalah penyakit yang terjadi hanya di
daerah tropis. Pada praktiknya, istilah ini sering
digunakan untuk mengacu pada penyakit menular
yang berkembang di kondisi yang panas dan lembap,
seperti malaria, demam berdarah, dan lainnya (WHO).
• Penyakit ini meliputi penyakit menular maupun tidak
menular
• Penyakit infeksi dan non infeksi
• Indonesia: tropis, multi ethnik, genetik, sosial budaya
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Lingkungan
Host Agen
1. Keadaan geografis
2. Kelembaban udara
3. Temperatur
4. Lingkungan tempat tinggal
lanjutan
lokal)
Politik (suksesi kepemimpinan yang
Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
Nafsu makan menurun.
Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
plasmodium Falciparum.
Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan
kesadaran.
Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah mencret (diare) dan pucat karena kekurangan darah
(anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria
Lanjutan
• Demam
• Splenomegali (pembesaran limpa)
• Anemia
• Ikterus
• Sakit kepala
• Pucat
• Muntah
• Batuk
• Diare cair
• Nafas cepat
• Nyeri otot
• Lemah
Manifestasi Klinis Lanjut (WHO, 2010)
• Perubahan kesadaran
• Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
• Tidak bisa makan dan minum
• Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
• Distres pernafasan
• Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada anak: <50
mmHg)
• Ikterus disertai disfungsi organ vital
• Hemoglobinuria
• Perdarahan spontan abnormal
• Edema paru (radiologi)
Demam
• Demam periodik yang berkaitan dengan saat
pecahnya skizon matang (sporolasi).
• Pada malaria tertiana (p. Vivax p. ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas
demamnya setiap hari ke-3, sedangkan malaria
kuartana (p. Malariae) pematang tiap 72 jam dan
periodisitas demam tiap 4 hari.
• Tiap serangan ditadai dengan beberapa serangan
periodik.
• Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “trias malaria” (malaria proxysm) secara
berurutan :
1. Periode dingin
Mulai mengigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat mingigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling teratuk, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Preode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur
2. Periode panas
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi samapai 40 oc atau lebih,
respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase
dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3. Preode berkeringat
Penderita berkeringat malai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, samapi basah, temperatur turun,
penderita capai dan sering tertidur, bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan biasa.
Splenomegali
• Spenomegali adalah pembesaran limpa yang
merupakan gejala khas malaria kronik, limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigman eritrosit dan
jaringan ikat bertambah.
• Pembesarn limpa terjadi pada beberapa infeksi
ketika membesr sebesar 3 kali lipat, lien dapat
teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada
batas anterior.
Anemia
• Derajat anemia tergantung pada spesies
penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena falciparum.
• Anemia disebabkan oleh penghancuran
eritrosit normal tidak dapat hidup lama
(reduced survival time).
• Ganguan pembentukan eritrosit karena
depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
Ikterus
• Kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirium adalah produk penguraian
sel darah merah terhadap tiga jenis ikterus antara lain :
1. Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan.
Ikterus ini dapat terjadi pada diktruksi sel darah merah yang berlebihan dan
hati dapat mengkonjukasikan semua bilirubin yang dihasilkan
2. Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada
disfungsi hepatosit dan disebut dengan hipatoseluler
3. Ikterus obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus
biliaris disebut dengan ikterus obstuktif.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah untuk mendiagnosa
malaria meliputi tes diagnostik cepat malaria
(RDT / Rapid Diagnostic Test malaria) dan
pemeriksaan darah penderita di bawah
mikroskop.
• Tujuan pemeriksaan darah di bawah mikroskop
adalah untuk mendeteksi parasit
penyebab malaria dan mengetahui jenis
malarianya.
Gambaran laboratorium
Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%)
Hiperparasitemia (parasit >2 % per 100.000/μL di
daerah endemis rendah atau > 5% per 100.0000/μl
di daerah endemis tinggi)
Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
Hemoglobinuria
Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Patofisiologi
• Nyamuk anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria yang mengigit
manusia.
• Apabila kekebelan (daya tahan) tubuh baik, maka parasit yang dibawa oleh
nyamuk tersebut akan lemah dan hilang dari tubuh.
• Apabila daya tahan tubuh kurang baik maka parasit tersebut akan menginfeksi
darah. Jenis plasmodium akan mempengaruhi berat ringanya malaria.
• Plasmodium valciparum akan menyebabkan malaria yang berat.
• Parasit yang masuk ke pembuluh darah akan memasukan seporozoit.
• Parasit akan tumbuh dan mengalami pembelahan.
• Setelah 6-9 kali, skizone menjadi dewasa dan pecah serta melepaskan beribu-
ribu merozoit.
• Sebagian merozoit akan memasuki sel-sel darah merah dan berkembang disini
(CDC,2009).
PATOFISIOLOGI
Invasi Sporozit
Terjadi anemia
Metabolisme tubuh
Pembentukan energi
Intoleransi aktifitas
reflek mual dan muntah
• Demam timbul bersamaan dengan pecahnya sekizone darah yang mengeluarkan anti
gen. Kemudian, antigen akan merangsang mikrofak, monosit atau limposit yang
mengeluarkan sitokin dan tumor nectrosits faktor (TNF) yang dibawah kehipotalamus
yang merupakan puisat pengaturan suhu tubuh.
• Kemudian terjadinya demam. Pembesaran limpa terjadi karena plasmodium
dihancurkan oleh monosit yang menyebabkan bertambahnya sel radang dan terjadi
peningkatan jumlah eritrosit yang berinfeksi parasit.
• Penyebaran eritrosit ke pembuluh kapiler menyebabkan oftruksi dalam pembulu
dkapiler sehingga terjadi inskemia jaringan (prossete), yaitu berkumpulnya sel darah
merah yang berparasit dengan sel darah merah lainya (depkesri,2008).
• Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh sistem
retikuloendotelian.
• Hemolisis dipengaruhi oleh jenis fasmodium dan status imunitas pejamu.
• Selain itu, anemia juga disebakan oleh komolisis atau imun dan sekuestrasi oleh
limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal, serta gangguan eritopoesit
Komplikasi
1. Malaria selebral : coma yang tidak bisa dibangunkan dengan total GCS adalah
kurang dari sebelas yang terjadi 30 menit setelah kejang ; yang tidak disebabkan
oleh penyakit lain.
2. Anemia beratHb < 5 gr% atau Ht < 15% pada keadaan hitung parasit > 10000.
3. Gagal ginjal akut, dengan urin < 400 ml/ 24 jam pada orang dewasa atau < 12
ml/kg BB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg
%
4. Hipoglikemia : gula darah < 40 mg %. Hal ini disebabkan kebutuhan metabolik
dari parasit telah menghabiskan cadangan glikogen dalam hati.
5. Syok ; tekanan sistolik < 70 mmHg (anak 1-5 < 50 mmHg) yang disertai kringat
dingin dengan perbedaan temperatur kulit-mukosa > 1 derajat C.
6. Oedema paru/ARDS, dimana tekanan vena sentral normal dan pulmonary
wedge pressure menurun. Ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat
yakni > 35 kali/ menit.
Penatalaksanaan
• Pengobatan
Dihydroartemisinin + Piperaquine (DHP)
Artemisinin-based Combination Therapy (ACT)
• Obat antimalaria/OAM (PMK No 5/2013) saat ini
ialah terapi kombinasi berbasis artemisilin yaitu
kombinasi dihidroartemisinin dan piperakuin (DHP)
ditambah primakuin
Sumber:
https://mediaindonesia.com/read/detail/98859-202
5-indonesia-bebas-malaria
Kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi insiden malaria sbb :
Mengindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk
anopheles (memakai kelambu, repelen, obat nyamuk
dll).
Membunuh nyamuk dewasa menggunakan berbagai
insektisida.
Membunuh jentik/kegiatan anti larva, baik secara
kimiawi dengan larvasida maupun biologik dengan
ikan, tumbuhan, jamur dan bakteri.
Mengurangi tempat perindukan (source reduction).
Mengobati penderita malaria.
Pemberian pengobatan untuk pencegahan (profilaksis).
Vaksinasi (masih dalam tahap riset dan clinical trial).
Program Pemerintah dalam
Penanganan Malaria
2025, Indonesia bebas dari malaria
Dijadikan sebagai program prioritas nasional
Daerah wajib mengalokasikan anggaran sebagaimana diatur UU No
Sumber:
https://mediaindonesia.com/read/detail/98859-2025-indonesia-b
ebas-malaria
Terima Kasih