Anda di halaman 1dari 32

MODUL INTEGRATIF KLINIS

“MALARIA”

NAMA : Jihan An Nabillah


TUTOR : dr. Windi Indria Rini, Sp.M
LEMBAR PENGESAHAN
SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 31 tahun datang dengan
keluhan demam sejak 2 minggu
TABEL TPL & PPL
TABEL PMOR
MIND MAPPING
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dan klasifikasi demam
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dan epidemiologi malaria
3. Mahasiswa mampu mengetahui morfologi nyamuk Anopheles sp
4. Mahasiswa mampu mengetahui pathogenesis dan patofisiologi malaria
5. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis malaria
6. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosis banding malaria
7. Mahasiswa mampu mengetahui penegakan diagnosis malaria
8. Mahasiswa mampu mengetahui tatalaksana malaria
9. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dan prognosis malaria
10. Mahasiswa mampu mengetahui upaya preventif malaria
11. Mahasiswa mampu mengetahui aspek keislaman
DEFINISI DAN KLASIFIKASI DEMAM

Definisi
Demam merupakan keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas
38º Celsius (Ismoedijanto, 2016). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan
infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C) (Hartini, 2015).
Klasifikasi Demam

a. Demam septik
b. Demam remiten
c. Demam intermitten
d. Demam kontinyu
e. Demam siklik (Nelwan, 2007).
ETIOLOGI MALARIA

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles. Telah dilaporkan terdapat 4
(empat) spesies Plasmodium penyebab malaria yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium
vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Di antara keempat macam parasit
tersebut yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax, sedangkan yang paling berbahaya adalah Plasmodium falciparum (Malik, 2015).
EPIDEMIOLOGI MALARIA

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan


ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Penduduk yang berisiko terkena malaria
berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah
kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 s/d 2,7 juta
kematian, terutama di Afrika sub Sahara, Asia Selatan dan Asia Tenggara serta
Amerika Tengah (Hakim, 2011).
Di Indonesia yang merupakan negara tropis, malaria tetap menjadi salah satu
penyakit menular utama khususnya di beberapa wilayah yang dinyatakan masih
endemis terutama di luar Pulau Jawa.
MORFOLOGI PLASMODIUM

Bentuk Bentuk
tropozoit tropozoit
Bentuk seperti cincin dengan inti Bentuk seperti cincin dengan inti
yang kecil dan sitoplasma halus, yang kecil dan sitoplasma halus,
sering ditemukan bentuk cincin sering ditemukan bentuk cincin
dengan dua inti. Pada tropozoit dengan dua inti. Pada tropozoit
dewasa, sitoplasma berbentuk dewasa, sitoplasma berbentuk
ovale dan tidak teratur, pigmen ovale dan tidak teratur, pigmen
berkumpul menjadi satu berkumpul menjadi satu
kelompok dan berwarna hitam. kelompok dan berwarna hitam.
Tropozoit dewasa biasanya Tropozoit dewasa biasanya
ditemukan pada infeksi berat. ditemukan pada infeksi berat.
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
Siklus hidup Malaria Plasmodium falciparum
fase seksual di nyamuk (sebelah kiri) dan fase
aseksual di manusia (sebelah kanan).
Keterangan gambar: 1. Invasi sporozoit dan
merozoit di hepar. 2. Pelepasan merosomes di
pembuluh darah. 3. Fase intraeritrositik. 4.
Diferensiasi parasit menjadi gamet. 5. Fase
seksual di nyamuk. 6. Migrasi sprozoit ke
kelenjar saliva nyamuk. 7. Injeksi sprozoit pada
manusia saat nyamuk mengigit manusia.
(Veronica, 2020)
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI MALARIA
MANIFESTASI KLINIS MALARIA
Malaria ringan atau tanpa komplikasi :
Malaria dengan komplikasi :
-demam
-koma (disebabkan oleh malaria serebral)

-menggigil
-kejang

-berkeringat
-anemia

-sakit kepala
-gagal ginjal akut

-Muntah
-hemoglobinuria

-diare-anemia
-hipoglikemia

-penyakit kuning
-edema paru akut. (sofia, 2018)

- Pembengkakan limpa (splenomegali).


DIAGNOSIS BANDING MALARIA

1. Demam Tifoid → Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella enterica serovar typhi
(S. typhi) dan paratyphi (S. paratyphi) A dan B.
2. Demam Berdarah Dengue (DBD) → Penyakit akibat gigitan nyamuk yang terinfeksi
virus dengue.
3. Hepatitis → Peradangan sel-sel hati, biasanya disebabkan infeksi (virus, bakteri,
parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak berlebih,
dan penyakit autoimun.
4. Leptospirosis → Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi Leptospira
interrogans. Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau demam banjir

karena sering menyebabkan terjadinya wabah pada saat banjir .


PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA

Anamnesis

Demam hilang timbul, pada saat demam hilang disertai dengan menggigil,
berkeringat, disertai nyeri otot dan persendian.
Faktor risiko :
● Tinggal di daerah yang endemis malaria.
● Pernah berkunjung 1-4 minggu di daerah endemic malaria.
Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
TD : 110/70, Nadi : 96/menit, RR : 22/menit, Suhu : 38.5 C
b. Kepala : Konjungtiva anemis, sklera ikterik
c. Toraks : -
d. Abdomen : hepar (+) dan limpa (+) (hepatosplenomegali)
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah lengkap
Hb : 9,1 gr/dl, MCV : 62, MCH : 18, MCHC : 24,
Leukosit : 5.000, Trombosit : 300.000
2. Pemeriksaan apusan darah tepi
Sickle cell (+)
3. Rapid Diagnostic Test (RDT)
4. Tes fungsi hati
TATALAKSANA MALARIA

A. TATA LAKSANA KASUS MALARIA RINGAN TANPA KOMPLIKASI:

Tatalaksana kasus malaria untuk plasmodium falsiparum dan P. vivax


pada dasarnya sama yaitu memakai obat golongan ACT, perbedaan terjadi
pada pengobatan akut, yaitu pemakaian primakuin pada P. falsiparum
dengan primakuin 45 mg/ hari sebagai dosis tunggal dan pada P.vivaks
primakuin dipakai dosis 15 mg (1 tablet) tiap hari selama 14 hari.
ACT yang tersedia di Indonesia ialah:
● Kombinasi Artesunate + Amodiakuin (AS+AQ)
● Kombinasi Artemether-Lumefantrine (AL)
● Kombinasi Dihydroartemisinin- Piperaquine (DHP)

Contoh penggunaan ACT (AS-AQ) pada malaria ringan tanpa komplikasi,


● Artesunate + Amodiakuin (1 tablet artesunate 50 mg dan 1 tablet amodiakuin 200 mg
(-153 mg busa).
● Dosis artesunate ialah 4 mg/kg BB/hari selama 3 hari dan dosis amodiakuin ialah 10
mg/kg BB/hari selama 3 hari.
B. TATALAKSANA KASUS MALARIA BERAT

●Malaria berat merupakan komplikasi dari infeksi malaria yang sering menimbulkan kematian.
●Faktor yang menyebabkan perlangsungan menjadi berat ataupun kematian ialah keterlambatan
diagnosis, misdiagnosis (salah diagnose) dan penanganan yang salah/ tidak tepat/ terlambat.
●Perubahan yang besar dalam penanganan malaria berat ialah pemakaian artesunate intravena
untuk menurunkan mortalitas 34% dibandingkan dengan penggunaan kina
Pemberian OAM (Obat Anti Malaria) secara parenteral:
Pemberian intravenous dilarutkan pada pelarutnya 1 ml 5% sampai penderita sadar. Dosis tiap kali
pemberian 2,4 mg/kgBB. Bila sadar
1) ARTESUNATE INJEKSI (1 flacon = 60 mg)
● Dosis iv 2.4 mg/kg BB/ kali bicarbonate dan diencerkan dengan 5-10 cc 5% dekstrose
disuntikan bolus intravena.
● Pemberian pada jam 0, 12 jam, 24 jam dan seterusnya tiap 24 jam diganti dengan tablet
artesunate oral 2 mg/kgBB sampai hari ke-7 mulai doksisiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari
atau pada wanita hamil/ anak diberikan elindamisin 2 x 10 mg/kg BB.
● Pada pemakaian artesunate TIDAK memerlukan pemberian parenteral.
● Untuk mencegah rekrudensi dikombinasikan dengan penyesuaian dosis bila gagal organ
berlanjut Obat lanjutan setelah parenteral dapat menggunakan obat ACT.
2) ARTEMETER IM (1 ampul 80 mg)
Diberikan atas indikasi :
(a) Tidak boleh pemberian intravena infus
(b) Tidak ada manifestasi perdarahan purpura
(c) Pada malaria berat di RS perifer/ Puskesmas
Dosis artemeter: Hari 1: 1,6 mg/kg BB tiap 12 jam, Hari-2-5: 1,6 mg/kg BB. Keputusan seorang
dokter untuk menggunakan artesunate i.v pada malaria berat sudah berkonstribusi untuk menurunkan
angka kematian. Hal ini lebih sering terjadi pada keadaan keperparasitemia. Tetapi Menyebabkan
Komplikasi terhadap kegagalan fungsi organ yang sering ialah fungsi ginjal dan paru.
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS MALARIA

Komplikasi Malaria :
1. Anemia berat
2. Malaria otak/Malaria Serebral
3. Gagal fungsi organ tubuh
4. Gangguan pernapasan
5. Hipoglikemia
PROGNOSIS MALARIA :

Prognosis bergantung pada pengobatan yang dinerikan.


Pada malaria tropika ( yang disebabkan oleh plasmodium
falciparum) dapat timbul komplikasi yang berbahaya
yang disebut black water fever ( hemoglobinuric feber)
dengan gagal ginjal akut(Raynes et al., 2018)
UPAYA PREVENTIF MALARIA

1. Pencegahan Primer, yaitu pencegahan yang dilakukan melalui tindakan terhadap manusia. Yang
meliputi:
● Edukasi merupakan faktor terpenting yang harus diberikan kepada setiap pelancong atau
petugas yang akan bekerja di daerah endemis malaria. Materi penting yang harus disampaikan
adalah cara penularan malaria, risiko penularan malaria, pengenalan gejala dan tanda malaria,
pengobatan malaria, dan upaya menghilangkan tempat perindukan.
● Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini melalui penyuluhan kepada masyarakat tentang
cara pencegahan malaria.
● Proteksi pribadi untuk menghidari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap,
tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk, menghindari kunjungan pada
daerah yang rawan penularan malaria.
● Modifikasi perilaku dengan mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai subuh.
(Imelda, 2016)
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat melalui diagnosis dini yang dilakukan dengan anamnesa yang
tepat untuk mengetahui gejala klinis pada penderita, melakukan pemeriksaan laboratorium,
dan pemeriksaan penunjang. (Imelda, 2016)
3. Pencegahan Tersier
●Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria
●Rehabilitasi mental/psikologis
●Pengobatan yang tepat dan adekuat (Imelda, 2016)
ASPEK KEISLAMAN

Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim.


‫ص_لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه_ َو َس_لَّ َم الطَّا ُعو ُن_ آيَة_ُ الرِّ جْ ِز ا ْبتَلَ_ى هَّللا ُ َع َّز َو َج َّ_ل بِ ِه_ نَاس_ًا ِم ْن_ ِعبَا ِد ِه_ فَِإ َذا َس_ ِم ْعتُ ْم بِ ِه فَاَل تَ ْد ُخلُوا‬
َ ِ ‫قَا َل_ َرس_ُو ُل هَّللا‬
ُ‫ض َوَأ ْنتُ ْم بِهَا فَاَل تَفِرُّ وا ِم ْنه‬ ٍ ْ‫َعلَ ْي ِه َوِإ َذا َوقَ َع بَِأر‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular)
adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-
Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di
suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di
negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan
Muslim dari Usamah bin Zaid)(Raynes et al., 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. 2015. Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1 - 3 Tahun Di SMC RS Telogorejo Semarang. Semarang: Jurnal Keperawatan.

Ismoedijanto. 2016. Sari Pediatri Demam pada anak. Journal keperawatan.

Lusia. 2019. Mengenal Demam dan Perawatannya pada Anak. Airlangga University Press.

Malik, Muhammad Mahardika. 2015. The Potential of Brotowali Stem Extract (Tinospora Crispa) as Alternative Antimalarial Drug. Lampung: J Majority.

Vensya, S.. 2017. Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria, Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp: 1-38

Suwandi, J. F., Rudiyanto, W., Basuki, W., & Wibowo, A. (2012). Efektivitas penegakan diagnosis malaria dengan menggunakan metode imunokromatografi. Jurnal Sains MIPA Universitas
Lampung, 8(1).

Tanjung P, Nugroho et all. 2019. KERAGAMAN SPESIES, KEPADATAN VEKTOR, DAN KEBERADAAN SPOROZOIT PADA Anopheles spp DI DAERAH ENDEMIK MALARIA (Studi di
Desa Jatirejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo). Universitas Muhammadiyah Semarang: Semarang

Gernauli P, Imelda et all. 2016. Promosi Kesehatan Pencegahan Penularan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Desa Ibul Besar I. Jurnal Pengabdian Sriwijaya: Palembang

Widjaja, Ucok, dan Setiyono. 2005. Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

Hartanto, D. 2021. Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa. Jurnal : Cermin Dunia Kedokteran. No 1. Vol. 48. Hal : 5 - 7.

Lardo, S. Soesatyo, M. Juffrie. Umniyati SR. 2016. Kinetika Demam Berdarah Dengue dalam Spektrum Imunopatogenesis dan Klinis. Jurnal : Cermin Dunia Kedokteran. Nomor 12. Volume 43. Hal :896 - 899.

Gozali, AP. 2020. Diagnosis, Tatalaksana, dan Pencegahan Hepatitis B dalam Kehamilan. Jurnal : Cermin Dunia Kedokteran. Nomor 5. Volume 47. Hal : 354 - 358.

Rampengan, NH. 2016. Leptospirosis. Jurnal Biomedik (JBM). Volume 8. Nomor 3. Hal : 143-150.

Hakim, L. (2011). Malaria: Epidemiologi dan diagnosis. ASPIRATOR-Journal of Vector-borne Disease Studies, 3(2), 107-116.

Samsuduhah, S. (2020) ‘Maslahah Kebijakan Pencegahan Wabah Pandemi Covid-19 Dalam Islam’, Al-Tafaqquh: Journal of Islamic Law, 1(2), p. 117. doi: 10.33096/al-tafaqquh.v1i2.63.

Anda mungkin juga menyukai