Anda di halaman 1dari 85

Re emerging disease

Oleh : 1. Mariana Inri 1102003170 2. Arlia syintia putri 1102005031 3. Dara indah permatasari 1102005052 4. Deddy ang 1102005055 5. Dessy 6. Lutfi aditya 1102005145 7. Ivana utami 1102005131 8. Meri wulansari 1102005154 9. Meyti 10. Anna yuliana 1102006042 11. Eliyah

Re-emerging Disease
Re-emerging Disease (resurging disease) : wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa lampau.

Atau dengan kata lain re-emerging adalah penyakit infeksi sebelumnya pernah dikenal, kemudian hilang tetapi muncul kembali

dengan tampilan lebih virulen dan pola epidemilogik.

Faktor yang mempengaruhi :


AGENT Evolution of pathogenic infectious agents (microbial adaptation & change) Development of resistance to drugs Resistance of vectors to pesticides

HOST Human demographic change (inhabiting new areas) Human behaviour (sexual & drug use) Human susceptibility to infection (Immunosuppression) Poverty & social inequality

ENVIRONMENT

Climate & changing ecosystems Economic development & Land use (urbanization, deforestation) Technology & industry (food processing & handling)

Faktor yang mempengaruhi :


Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter) Perubahan iklim dan lingkungan Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin. Pekembangan industri dan ekonomi Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel diseases) Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.

Re emerging disease
Malaria Antharx Rabies dan infeksi lyssavirus Marbug virus Bovine tuberculosis Brucella Plaque leptospirosis

MALARIA

Penyakit infeksi menular oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles

Sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di bawah gurun Sahara termasuk Indonesia bag Timur

Penemu atas penyebab malaria: seorang dokter militer Prancis Charles Louis Alphonse Laveran dpt Penghargaan Nobel untuk Fisiologi dan Medis pada 1907.

ETIOLOGI

Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa.

Plasmodium falcifarum : malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver.
Plasmodium vivax : malaria vivax (malaria tertiana ringan).

Plasmodium malariae : malaria kuartana

Plasmodium malariae : malaria kuartana

BEBERAPA SIFAT PERBANDINGAN DAN DIAGNOSTIK PADA EMPAT SPESIES PLASMODIUM PADA MANUSIA
Sifat Daur praeritrosit Hipnozoit Jumlah merozoit hati P. falciparum 5,5 hari 40.000 P. vivax 8 hari + 10.000 P. ovale 9hari + 15.000 P. malariae 10-15 hari 15.000

Daur eritrosit Eritrosit yg dihinggapi

48 jam Muda dan normosit

48 jam Retikulosit dan normosit

50 jam Retikulosit dannormosit muda

72 jam Normosit

Pembesaran eritrosit

++

Titik-titik eritrosit Pigmen

Maurer Hitam

Schuffner Kuning tengguli

Schuffner (james) Tengguli tua

Ziemann Tengguli hitam

Jumlah merozoit
Daur dalam nyamuk pada 27C

8 24
10 hari

12 18
8-9 hari

8 10
12-14 hari

8
26-28 hari

JENIS MALARIA

J E N I S

Malaria tertiana (paling ringan), yg disebabkan Plasmodium vivax gejala demam dpt terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dpt terjadi selama dua minggu stlah infeksi). Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian. Malaria kuartana disebabkan Plasmodium malariae, masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari. Malaria pernisiosa disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.

M A L A R I

PATOLOGI

Ciri khas demam malaria adalah periodisitasnya.

Perjalanan penyakit malaria terdiri atas serangan demam yang disertai oleh gejala lain dan diselingi oleh periode bebas penyakit.

MASA TUNAS INSTRINSIK

waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbulnya gejala demam, biasanya berlangsung antara 837 hari, tergantung pada spesies parasit, pada beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan parasit malaria dalam darah untuk pertama kali parasit malaria yang ditularkan melalui nyamuk kepada manusia adalah 12 hari untuk plasmodium falciparum, 13-17 hari untuk plasmodium ovale dan vivax, dan 28-30 hari untuk plasmodium malariae (malaria kuartana).

MASA PREPATEN

MASA TUNAS EKSTRINSIK

CARA PENULARAN

PENULARAN SECARA ALAMIAH (NATURAL INFECTION)

penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles

PENULARAN SECARA TIDAK ALAMIAH

a. Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta. b. Secara mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi c. Secara oral (Melalui Mulut). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinik

SIKLUS HIDUP PLASMODIUM DALAM TUBUH MANUSIA

GEJALA KLINIS

DEMAM
demam secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah (sporulasi)

STADIUM:menggigil,puncak demam,berkeringat

Dimulai dengan gejala prodromal yaitu lesu, sakit kepala, tidak nafsu makan, kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah

SPLENOMEGALI
gejala khas terutama pada malaria yang menahun.
Pada malaria menahun jaringan ikat bertambah tebal, sehingga limpa menjadi keras.

Perubahan limpa biasanya disebabkan oleh kongesti, tetapi kemudian limpa berubah warna menjadi hitam, karena pigmen yang ditimbun dalam eritsosit yang mengandung kapiler dan sinusoid

ANEMIA
Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya
Anemia terutama tampak jelas pada malaria falsiparum dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat dan pada malaria menahun.

Jenis anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan normositik.


Pada serangan akut kadar hemoglobin turun secara mendadak.

GEJALA

Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali menderita malaria

Tiga stadium berurutan : menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin. demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiperparasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius. berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.

GEJALA
Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria : Demam Menggigil Berkeringat Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah. Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegalpegal pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigildingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).

Gejala malaria berat atau komplikasi,: gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah satu gejala di bawah ini : Gangguan kesadaran (>30 menit) Kejang, beberapa kali kejang Panas tinggi diikuti gang kesadaran Mata kuning dan tubuh kuning Prdrhan hidung,gusi/ sal pcernaan Jumlah kencing kurang (oliguri) Warna urine seperti I tua Klemahan (tdk bs duduk/berdiri) Nafas sesak

MANIFESTASI

MANIFESTASI KLINIK
Malaria ringan atau tanpa komplikasi Malaria ini umumnya disertai gejala dan tanda klinis yang ringan terutama sakit kepala, demam, menggigil dan mual serta tanpa kelainan fungsi organ. Kadang-kadang dapat disertai dengan sedikit penurunan trombosit dan sedikit peningkatan bilirubin serum. Malaria berat atau dengan komplikasi Malaria berat adalah malaria falsiparum yang cenderung menjadi fatal atau malaria dengan komplikasi Patofisiologi malaria berat sangat kompleks dan tergantung pada sistim organ yang terkena.

ANTHRAX
Penyakit menular akut atau perakut pd hewan ternak (pemamah biak, kuda, babi dll), disertai demam tinggi Sinonim radang limpa, malignant pustule, woolsorters` disease, miltvuur, malignant edema, ragpicker disease Bacillus anthracis Indonesia : Teluk Betung (1884) Endemis DKI Jakarta, Ja-Bar, Ja-Teng, Yogyakarta, NTB, NTT, Sum-Bar, Jambi, Sul-Teng, Sul-Sel dan Papua (DEPKES RI, 2004).

ETIOLOGI Bacillus anthracis batang, lurus dgn ujung siku-siku, berkapsul (jar. Tubuh) bersifat gram (+), Uk. 1 mikron dan panjang 3 mikron dan tidak dapat bergerak bersifat aerob spora (tanah puluhan thn) Bentuk spora lebih tahan terhadap suhu pasteurisasi, oleh macam-macam desinfektan atau proses pembusukan dibandingkan bentuk vegetatif B. anthracis

CARA PENULARAN

inhaled anthrax spora terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan cutaneous anthrax (95%) spora mel. kulit yang terluka gastrointestinal anthrax daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih megandung spora dan termakan.

GEJALA KLINIS Dalam 24 jam demam 400C Cutaneus anthrax Masa inkubasi 2-5 hari gatal, kemudian melepuh yang jika pecah membentuk keropeng hitam di tengahnya bengkak & nyeri GI anthrax mual, muntah darah, diare disertai darah, nyeri epigastrium Inhalation anthrax batuk, sesak napas Meningitis anthrax sakit kepala dan kejang

PENGOBATAN Antibiotik penisilin akan menghentikan pertumbuhan dan produksi toksin Antitoksin mencegah pengikatan toksin terhadap sel Terapi tambahan : sedation Jika toksin sudah menyebar dalam PD dan telah menempel pada jaringan tidak dapat dinetralisasi risiko kematian

PENCEGAHAN cuci tangan sebelum makan hindari kontak dengan hewan atau manusia yang sudah terjangkit anthrax beli daging dari rumah potong hewan yang resmi masaklah daging dengan sempurna hindari menyentuh cairan dari luka anthrax melaporkan secepat mungkin bila ada masyarakat yang terjangkit anthrax bagi peternak atau pemilik hewan ternak, upayakan untuk menvaksinkan hewan ternaknya

RABIES

Rabies ?
RABIES : adalah suatu penyakit infeksi, akut menyerang S.S.P. dan biasanya berakibat fatal Termasuk : penyakit Zoonosis Penyakit yang dapat ditularkan dari Hewan yang menderita Rabies pada manusia melalui gigitan / jilatan * 90% oleh karena anjing

Epidemiologi
Seluruh dunia, kecuali Antartika Lebih dari 30.000 kasus per tahun Terbanyak di Asia tenggara, Philipina Akhir tahun 1977, 5 Propinsi di Indonesia bebas historis rabies, yaitu Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Irian Jaya. Data tahun 2001menunjukkan terdapat 7 provinsi yang bebas rabies adalah Jawa tengah, Jawa timur, Kalimantan Barat, Bali, NTB, Maluku dan Irian Jaya. Data terakhir pada tahun 2004, di Ambon, Maluku jumlah orang yang meninggal akibat rabies tercatat 21 orang

Epidemiologi

CARA PENULARAN RABIES :


1. Gigitan / jilatan binatang yang terkena rabies 2. Exposure laboratorium
Suntikan Gigitan hewan percobaan

3. Mucosa conjunctiva (di Laboratorium) cara menggosok bola mata 4. Inhalasi aerosol 5. Transplasental tidak terjadi

VIROLOGI :
Famili : Rhabdoviridae, genus Lyssavirus, dgn 7 genotype sudah teridentifikasi Bentuk seperti peluru Virus neurotropik = saraf Single-strand RNA Panjang : 120 200 nm Diameter : 100 150 nm Envelope (+)

Virus ini akan cepat mati, oleh karena :


Sinar UV Sinar matahari Asam kuat & Basa kuat Ion-ion Mg

PATOGENESIS
Gigitan anjing (Rabies) Suntikan

Manusia

LUKA
Susunan saraf sensoris

S.S.P

(Replikasi)
Susunan saraf perifer

Jaringan tubuh / Kelenjar ludah

* Untuk virus Rabies tidak terjadi viremia

GEJALA KLINIS :
I. Periode inkubasi : Sangat bervariasi ( 18-90 hari) tergantung : jumlah virus, lokasi gigitan dan keadaan umum penderita II. Phase Prodromal : malaise, mual, pusing demam rasa semutan / tidak enak (rasa nyeri) pada luka gigitan Berlangsung 2-10 hari

III. Phase Neurologik Akut


cemas rangsang sensoris (peka terhadap sentuhan) kemudian terjadi stadium Eksitasi = tonus-otot meningkat sehingga timbul gejala-gejala : - Hiperhidrosis - Hipersalivasi - Hiperlakrimasi

Pada stadium eksitasi timbul suatu fobi HIDROFOBI (takut air) IV. KOMA meninggal oleh karena spasme otot-otot pernafasan

PERAWATAN / PENCEGAHAN
Perawatan - Luka gigitan / jilatan dicuci dengan sabun atau detergen, kemudian disiram dengan alkohol 40-70% (jauh dari R.S.) - Luka dalam dicuci alkohol diberi lokal anaestesi disayat X sekitar gigitan dicuci dengan H2O2 3% Kemudian ditutup kasa steril tanpa dijahit + desinfectans Diberi ATS (Anti Tetanus Serum) / Antibiotik Diberi H.I.S. (Hiper Immune Serum) -(serum antibodi Rabies) (imunisasi pasif) (WHO)

Pencegahan 1. Oleh karena penularannya melalui gigitan anjing (90%) Vaksinasi Hewan Peliharaan 2. Vaksinasi manusianya untuk pekerja-pekerja Laboratorium Rabies / Pemburu (Pre-Exp. Imun) Di USA banyak kasus Rabies diperoleh pada pemburu oleh karena gigitan hewan liar di hutan 3. Pencatatan & Pelaporan Pada kasus-kasus gigitan hewan 4. Bila ada orang digigit anjing Observasi * Jangan dibunuh keperluan Tx
Tx / Diteruskan / stop a.d. ada / tidak negri-bodies pada anjing

PENGOBATAN
VAR = Vaksin Anti Rabies (masa tunas yang panjang)

Jenis VAR : I. NTV = Neurotropic Vaccine (jaringan otak) - SMB (suckling mouse brain) (Biofarma) mencit II. Non NTV 1. Duck Embryo Vaccine 2. TCV (HDCRV = Human Diploid Cell Rabies Vaccine)

ES: NTV : Encephalitis Allergica


Jenis HDCRV lebih aman daripada NTV

LEPTOSPIROSIS Def :Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme leptospira. Etiology:Leptospira, anggota dari ordo Spirochaetales. Leptospira yang menularkan penyakit termasuk kedalam spesies Leptospira interrogans Transmisi : - kontak urin,darah hewan terinfeksi - Kontak langs. dgn lingkungan (tanah/air) yg terkontaminasi Tahan hidup ditanah/air lama (musim hujan banjir) Masa inkubasi biasanya 10 hari, dengan rentang 4-19 hari.

Definisi

Manifestasi Klinis
Leptospirosis mempunyai 2 fase: 1.Fase septicemia atau fase leptospiraemania Septik (4-7 hari) Leptospira (-) darah.Lcs Gejala: - Demam tinggi disertai menggigil - Mialgia (betis,pinggang abdomen) - Mual dan Muntah - Mata foto fobia,merah pada konjungtiva - limpadenofati,splenomegali,ruam kulit 2.Fase Imun Meningkatnya titer antibodi leptospira Leptospiuria Gejala: - Demam - meningitis aseptik - Gangguan fungsi ginjal - Ikterik

Diagnosis

Anamnesis :
Kontak dengan binatang/tanah/air yg terkontaminasi dengan urin hewan - Demam,mengigil,mialgia,nyeri kepala - Ikterik - Mata Merah pada konjungtiva - Ggn ginjal - Meningitis

Laboratorium
Leptospira (+) dari cairan tubuh (pasti) Kenaikan titer antibodi

Pengobatan
ampisilin/amoksilin 7 hari

Prognosis

- Baik - tergantung virulensi & daya tahan - anak > tua - ikterus (+) 15 -40 %

Plague/PES (Sampar)
Pes (sampar), merupakan penyakit yang terdaftar dalam Karantina International, dan masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atupun wabah. Selain itu pes juga dikenal dengan nama Pesteurellosis atau Yersiniosis/Plague

Definisi : Pes merupakan penyakit Zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat ditularkan kepada manusia Etiologi: Kuman/BAKTERI Yersinia pestis(Pasteurella pestis), bakteri yersinia : - Berbentuk batang - Gram negatif Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan - hewan rodent (tikus,kelinci) Cara penularan : Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent.Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.

1. \ TIKUS HUTAN
2. 3.
TIKUS HUTAN

PINJAL

MANUSIA

MANUSIA

TIKUS RUMAH

PINJAL

MANUSIA

4.
5. 6.

TIKUS HUTAN

PINJAL

TIKUS RUMAH

MANUSIA

PINJAL

MANUSIA

PINJAL MANUSIA

MANUSIA

MANUSIA

DROPLET

MANUSIA

VEKTOR PES
- Vektor pes adalah pinjal. -Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu : 1. Xenopsylla cheopis 2. culex iritans 3. Neopsylla sondaica 4. Stivalus cognatus

MASA INKUBASI
Masa inkubasi untuk penyakit pes bubo adalah 2-6 hari, sedang masa inkubasi untuk pes paru paru adalah 2-4 hari Gejala Klinis : Pes Bubo : Demam tinggi. Tubuh menggigil. Nyeri otot. Sakit Kepala hebat. Pembengkakan kelenjar lipat paha,ketiak,dan leher (bubo sebesar buah duku bentuk oval dan lunak,serta nyeri). Pembengkakan kelenjar limpa. Serangan tiba-tiba Pes Pneumonik : Batuk hebat. Berbuih air liur berdarah. Susah bernafas. Sesak nafas.

PENGOBATAN
1. Tersangka pes : a) Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut atau b) Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut 2. Untuk Penderita Pes : Streptomycine 3gr/hari (IM) selama 2 hari dosis dikurangi menjadi 2gr/hari selama 5 hari Setelah panas hilang dilanjutkan dengan pemberian : a) Tetracycline 4-6 gr/hari selama 2 hari kemudian 2 gr/hari selama 5 hari, atau b) Chlomphenicol 6-8 gr/hari selama 5 hari kemudian 2 gr/hari selama 5 3. Untuk pencegahan terutama ditujukan pada:
a) Penduduk yang kontak (serumah) dengan pendeita pes bobo. b) Seluruh penduduk desa/dusun/RW jika ada penderita pes paru
dianjurkan adalah dengan pemberian Tertracycline 500mg/hari selama 10 hari berturut-turut.

PENCEGAHAN
1. Penempatan kandang ternak di luar rumah. 2. Perbaikan konstruksi rumah dan gedung-gedung sehingga mengurangi kesempatan bagi tikus untuk bersarang (rat proof). 3. Membuka beberapa buah genting pada siang hari atau memasang genting kaca sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah sebanyak-banyaknya. 4. Lantai semen. 5. Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi di tempat yang tidak mungkin dicapai atau mengundang tikus. 6. Melaporkan kepada petugas Puskesmas bilamana menjumpai adanya tikus mati tanpa sebab yang jelas (rat fall). 7. Tinggi tempat tidur lebih dari 20 cm dari tanah

Brucellosis
Brucellosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri genus Brucella dan dikategorikan oleh OFFICE INTERNATIONAL DES EPIZOOTIES (OIE) sebagai penyakit zoonosis (ALTON et al., 1988) Brucella abortus, B. melitensis, B. suis dan B. canis adalah strain yang patogen terhadap manusia.

PENDAHULUAN
Hewan yang terinfeksi kuman Brucella dapat mengalami abortus, retensi plasenta, orchitis dan epididimitis serta dapat mengekskresikan kuman ke dalam uterus dan susu .Penularan penyakit ke manusia terjadi melalui konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi atau melalui membrana mukosa dan kulit yang luka . Berat ringan penyakit tergantung strain Brucella yang menginfeksi.

BRUCELLOSIS DI INDONESIA
brucellosis di Indonesia hanya dikenal oleh masyarakat sebagai penyakit reproduksi menular pada sapi, yang mengakibatkan terjadinya abortus pada sapi bunting yang terinfeksi . Sedangkan,brucellosis sebagai penyakit zoonosis belum banyak diketahui oleh masyarakat.

Gejala klinis
Masa inkubasi brucellosis pada manusia umumnya berkisar 1 - 2 bulan dan kemudian penyakit dapat bersifat akut atau kronis. Brucellosis yang bersifat akut ditandai dengan gejala klinis :
demam yang intermiten, sakit kepala, arthralgia, myalgia, orchitis (epididimitis) pada laki-laki dan abortus spontan pada wanita hamil .

Brucellosis kronis dapat menimbulkan : sacroilitis, hepatitis, endocarditis, colitis dan meningitis . Kematian akibat brucellosis pada manusia biasanya terjadi karena adanya komplikasi endocarditis yang disebabkan oleh infeksi B. melitensis dengan angka kejadian mencapai 80%.

Penularan penyakit
Cara penularan brucellosis pada manusia dapat melalui konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi . Penularan brucellosis melalui aerosol, kontaminasi kulit yang luka dan membran mukosa biasanya terjadi pada pekerja rumah potong hewan dan peternak . Dokter hewan biasanya dapat tertular ketika melakukan vaksinasi dengan vaksin B. abortus dan B.melitensis ke hewan . Sedangkan, pekerja laboratorium mikrobiologi dapat terekspos secara aerosol pada waktu memproses spesimen .

Diagnosis
Gambaran klinis dan lesi yang ditimbulkan oleh infeksi brucellosis pada manusia sering kali sulit dikenali sehingga peneguhan diagnosis harus didukung dengan uji secara laboratorium (SANTINI et al ., 1994 MADKOUR, 1989). Isolasi bakteri dari darah masih merupakan metode standar yang digunakan untuk diagnosis tetapi metode ini hanya efektif selama fase akut(KOLMAN et al., 1991) . Diagnosis brucellosis secara serologis dengan enzyme immunoassay banyak digunakan secara luas . Terdeteksinya antibodi IgA dan IgG dalam darah merupakan indikasi terjadinya infeksi aktif dalam tubuh

Terapi
Pengobatan brucellosis harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan relapsis,Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik seperti doksisiklin, streptomisin dan rifampisin setiap hari selama minimal 6 minggu (WHO, 1986).

MARBURG VIRUS
Yaitu penyakit yang ditandai dengan gejala akut yang parah dan diikuti : demam mendadak kelemahan nyeri otot sakit kepala serta faringitis muntah diare dan ruam makulopapuler sering diikuti dengan diatesa hemoragia disertai kerusakan hati gagal ginjal kerusakan otak berat

Hasil pemeriksaan laboratorium : Limfopeni Trombositopenia peningkatan kadar transaminase (AST lebih banyak daripada ALT) kadang diikuti hiperamilasemia. Selanjutnya sekitar 25% kasus primer dari Marburg virus berakibat fatal; CFR infeksi Ebola di Afrika berkisar antara 50-90%. Selanjutnya sekitar 25% kasus primer dari Marburg virus berakibat fatal; CFR infeksi Ebola di Afrika berkisar antara 50-90%.

Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan : Elisa terhadap antibodi Ig G (adanya antibodi lg M sebagai tanda infeksi baru) :
dengan tes Elisa dapat dideteksi antigen dalam darah, serum atau organ homogenitas PCR dengan tes IFA menggunakan antibodi monoklonal dapat ditemukan antigen virus didalam sel hati; dengan isolasi virus pada kultur sel pada marmut.

Virus kadang-kadang dapat dilihat dengan preparat irisan hati dengan menggunakan Electron Microscope (EM) Diagnosa postmortem melalui uji Immunohistochemical dari biopsi kulit yang difiksasi dengan formalin dapat juga dilakukan Tes IFA terhadap antibodi sering salah terutama dalam survei serologis untuk membuktikan adanya infeksi masa lalu Pengamanan terhadap masyarakat, petugas dan staf laboratorium dari infeksi Ebola harus benarbenar dilakukan (BSL-4= Biosafety Level-4), oleh karena virus ini sangat menular dan berbahaya.

2. PENYEBAB PENYAKIT Virion Marburg berdiameter 80nm dengan panjang 790 nm sedangkan virion Ebola berdiameter 80 nm dengan panjang 970 nm termasuk filoviridae. Dengan ukuran yang lebih panjang, struktur yang berhubungan dengan virion yang berbentuk aneh, bercabang, melingkar mencapai panjang sampai 10 nm. Virus Marburg memiliki antigen berbeda dengan Ebola. Strain Ebola dari Republik Demokratik Kongo (Zaire), Pantai Gading, Gabon dan Sudan menyebabkan penyakit pada manusia. Strain keempat dari Ebola yaitu Reston dapat menyebabkan penyakit perdarahan fatal pada primata, namun infeksi dapat terjadi juga pada manusia dengan gejala yang asimtomatik. 3. RESERVOIR Belum diketahui dan masih dalam penelitian yang ekstensif.

4. CARA PENULARAN
Penularan dari orang ke orang dapat terjadi karena kontak langsung melalui darah, sekret, organ dan semen yang terinfeksi. Risiko penularah tertinggi terjadi selama stadium lanjut dari penyakit pada saat penderita muntah, diare, atau mengalami perdarahan. Sedangkan risiko selama masa inkubasi adalah rendah. Pada kondisi alami penularan melalui udara pada manusia belum pernah dilaporkan. Infeksi nosokomial sering terjadi; sebagai gambaran semua penderita Ebola (Zaire) terjadi karena terpajan alat suntik dan jarum yang tercemar dan semua penderita meninggal. Penularan melalui semen pernah ditemukan setelah 7 minggu si penderita sembuh. Masa inkubasi 3 9 hari untuk virus Marburg

Lyssavirus
Genus virus yang termasuk dalam virus rabies dan terkait virus yang menginfeksi hewan pengerat serta mamalia (Rabies) . Morfologi : Virus memiliki bentuk heliks atau kubik simetris . lyssaviruses memiliki partikel infeksius didalam nukleus . Ini adalah ciri dari plant-infecting virus . Human-infecting virus lebih sering berbentuk kubik simetris dan polyhedra . Strukturnya terdiri dari sebuah envelope , lapisan luar berduri berupa glikoprotein dan lapisan tengah terdiri dari matriks protein , dan lapisan yang lebih dalam terdiri dari kompleks ribonucleocapsid , yang terdiri dari genom terkait dengan protein lainnya .

MORFOLOGI

KLASIFIKASI
Genus Lyssavirus dalam keluarga Rhabdoviridae terdiri dari klasik virus Rabies (RABV; genotipe 1) dan setidaknya ada enam garis-keturunan genetik tambahan yang berbeda genotipe virus. Genetika virus ini terdiri dari , rantai RNA: nucleoprotein, phosphoprotein, matriks protein, glikoprotein dan RNA polimerase (Tordo, 1996). Genus Lyssavirus termasuk: Lagos bat virus (genotipe 2), Mokola virus (genotipe 3), Duvenhage virus (genotipe 4),European bat lyssavirus 1 dan 2 (EBLV-1 dan 2, genotipe 5 dan 6) dan Australian bat lyssavirus (genotipe 7) (Bourhy et al., 1993). Anggota dari genus ini dapat ditempatkan ke dalam dua kelompok yang luas. Genotipe 1, 4, 5, 6 dan 7 milik phylogroup I, sementara genotipe 2 dan 3 ditempatkan di phylogroup II pada dasar dari urutan glikoprotein.

GEJALA
Gejala dari lyssavirus meliputi : Sakit kepala Demam Mati rasa Kelemahan otot Pingsan koma Lyssavirus bisa menjadi fatal ,dilaporkan terdapat dua kematian di australia sejak virus itu pertama kali ditemukan .

TRANSMISI
Lyssavirus ditularkan melalui gigitan , goresan atau percikan darah atau urin dari hewan yang terinfeksi melalui mata , mulut atau hidung seseorang .

IMUNISASI
Immunisasi dengan vaksin rabies yang dapat mencegah penyakit . vaksinasi terdiri dari tiga suntikan vaksin rabies secara intramuskular di bahu . dosis yang kedua diberikan tujuh hari setelah suntikan pertama dan kemudian yang ketiga diberikan 21 hari dari yang pertama. Booster tambahan mungkin diperlukan oleh orang yang memiliki kebiasaan kontak langsung dengan kelelawar. Tes darah setiap dua tahun harus dilakukan untuk memeriksa apakah booster diperlukan .

PENATALAKSANAAN
Mencuci luka dengan air dan sabun Segera mengobati dengan lima dari dosis vaksin rabies ( hari ke- 0 ) dan pada hari ke- 3 , 7 , 14 dan 28 jika orang tersebut belum di vaksinasi sebelumnya. jika orang yang telah divaksinasi , sebelumnya mereka hanya membutuhkan dua dosis vaksin rabies ( hari ke- 0 ) dan pada hari ke- 3 . Ditambah dengan imunoglobulin rabies ( untuk memberikan tambahan perlindungan ) , jika tidak divaksinasi sebelumnya

TUBERKULOSIS PADA SAPI, SUATU PENYAKIT ZOONOSIS


Penyebab Tuberkulosis sapi disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis var. bovis (M. bovis) Merupakan penyakit infeksius,menular dan menahun. Spesies bakteri ini merupakan bagian dari Mycobacterium tuberculosis complex, dapat menginfeksi ternak sapi, dan lainnya, hewan liar dan manusia (zoonosis). Transmisi Patogen tuberkulosis dapat ditularkan ke hewan lain dan manusia. Melalui sekresi pernafasan dan ekskresi. Manusia dapat tertulari M. bovis melalui saluran pencernaan.

Gejala klinis : temperatur fluktuatif, anoreksia, bobot hidup turun, pembengkakan kelenjar limfoglandula, batuk-batuk dan frekuensi pernafasan naik. Lesi patologik anatomik terbentuknya granuloma (tuberkel) yang melokalisir bakteri penyebab, terutama pada organ paru-paru dan limfoglandula, Lesi granuloma biasanya berbentuk nodul kecil atau tuberkel berwarna kekuningan, perkejuanperkapuran

Patogenesis tuberkulosis sapi terdiri dari dua tahapan yaitu: masa infeksi primer (pada semua jenis hewan) masa reinfeksi (hanya pada sapi). Diagnosis tuberkulosis pada sapi hidup dapat dilakukan secara serologik dan secara bakteriologik adanya bakteri M. bovis pada sampel sekresi dan ekskresi. Pada hewan yang mati dapat dilakukan pemeriksaan secara PA dan histopatologik untuk melihat adanya lesi limfogranuloma

Pencegahan infeksi M. bovis pada manusia adalah dengan melakukan pasteurisasi pada susu sapi sebelum dikonsumsi. Tindakan eradikasi biasanya diawali dengan uji tuberkulinasi secara berulang, uji menyeluruh sehingga seluruh sapi diketahui status kesehatannya: bebas tuberkulosis, atau Jika ditemukan reaktor positif tuberkulosis, maka segera dimusnahkan

Anda mungkin juga menyukai