Anda di halaman 1dari 25

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

I KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi Malaria
Malaria (berasal dari bahasa Italia : mala= buruk, aria=udara) adalah penyakit
infeksi dengan demm berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan
oleh sejenis nyamuk tertentu Anopheles (Tjay, 2007).
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan
pembesaran limpa. (Dipiro, 2008)
Malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan
oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan
pembesaran limpa (Harijanto, 2006)
Kesimpulan : Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit
dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan
gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan
berbagai kumpulan gejala dan pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati
dan ginjal.

B. Epidemiologi Malaria
Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan di Indonesia, khususnya di
bagian Indonesia Timur. Angka mortalitas 20,9 – 50 %. NTT daerah endemis malaria
penyakit ini menduduki rangking ke 2 dari 10 besar dari penyakit utama di Puskesmas.
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi NTT dari tahun 1996 s/d 1997, Insiden penyakit
malaria yang diukur berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) sejak tahun 1996 s/d
1997 cenderung meningkat, seperti terlihat pada data berikut : tahun 1996 sebesar
189,17 ‰, sedangkan pada tahun 1997 sebesar 197,5 ‰ sedangkan Parasite Rate (PR)
mengalami penurunan dari tahun 1996 sebesar 4,41% dan pada tahun 1997 sebesar
1,77%, namun jika dilihat perdesa masih ada desa dengan RP > 10 %, disamping itu
penyakit malaria ini juga sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (Tjay, 2007)
C. Etiologi/Penyebab Malaria
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam
genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,

1
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh
nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi darah atau
jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya (Rampengan, 2000).
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang disebut juga sebagai malaria
tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P.
ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparummenyebabkan
malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena
malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat
menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di
dalam organ-organ tubuh (Nugroho, 2000).
Tahap reproduksi aseksual terjadi dalam tubuh manusia, sedangkan tahap
seksual terjadi dalam tubuh nyamuk. Sporozit menginvasi hepatosit parenkim, tahap ini
disebut tahap eksoeritrositik, dan kemudian menjadi bentuk vegetatif dalam hati atau
skizon. Skizon pecah melepaskan sel merozoit kemudian menginfeksi eritrosit (Dipiro,
2008).
Empat jenis penyebab malaria pada manusia :
1. Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka
kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang
meningkat jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozoitnya
menginfeksi sel darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies
ini menjadi penyebab 50% malaria di seluruh dunia.
2. Plasmodium vivax, spesies ini cenderung menginfeksi sel-sel darah merah yang
muda (retilkulosit) kira-kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan
oleh plasmodium vivax.
3. Plasmodium Malariae, mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel-sel
darah merah yang tua.
4. Plasmodium ovale, prediksinya terhadap sel-sel darah merah mirip
dengan plasmodium vivax (menginfeksi sel-sel darah muda).

D. Patofisiologi Malaria
Ketika nyamuk anoples betina yang terinfeksi plasmodium menggigit tubuh
manusia, lalu spora plasma masuk ke dalam tubuh melalui darah dan akan
menyebabkan penyakit malaria, sejumlah sporozoid yang terdapat dalam air liur
nyamuk masuk ke dalam pembuluh darah manusia. Sporozoid ini kemudian akan
menginvasi hepar, berkembang biak dan bertambah banyak secara aseksual. Situasi ini
berlangsung sekitar 8-30 hari secara asimtomatik. Plasmodium menjadi dorman dalam

2
hepar dalam suatu periode waktu tertentu, kemudian organisme ini akan melepaskan
ribuan merozoid kedalam aliran darah seiring dengan rupturnya sel-sel hepar maka
terjadilah infeksi pada hati dan menyebabkan reaksi inflamasi yang akan melepaskan
mediator inflamasi berupa prostaglandin yang menyebabkan terjadi penekanan pada
saraf tepi sehingga seseorang akan merasakan sakit kepala sehingga menimbulkan
Nyeri Akut. Nyeri yang dirasakan ini dapat membuat seseorang menjadi sulit tidur
akibatnya akan mengalami gangguan pola tidur.
Merozoid yang memasuki dan menginfeksi eritrosit akan mengalami proses
skizogoni menjadi tropozoit imatur stadium cincin atau ring stage, tropozoid ini akan
tumbuh dan berkembang menjadi tropozoid matur yang lalu berubah menjadi skison.
Skison ini akan pecah dari sel darah merah yang akan menyebabkan seseorang merasa
menggigil karena respon termoregulasi tubuh mengalami peningkatan suhu akibatnya
terjadilah Hipertermi. Saat hipertermi akan terjadinya evaporasi dan mengeluarkan
keringat yang berlebihan, IWL akan mengalami peningkatan yang menyebabkan
seseorang mengalami dehidrasi maka tubuh akan mengalami resiko kekurangan volume
cairan.
Akibat adanya skinson pecah dari sel darah merah akan menyebabkan
eritrofagositosis, hemoglobin akan menurun sehingga menurunya kadar O2 dalam
darah, akibatnya sirkulasi jaringan akan terganggu dan mengalami gangguan perfusi
jaringan. Sirkulasi jaringan yang terganggu akan berpengaruh pada lambung, sehingga
terjadi peningkatan asam lambung yang menyebabkan seseorang merasakan mual.
Akibat adanya mual yang berlebihan seseorang akan mengalami gangguan rasa
nyaman: mual.

E. Manifestasi Klinik Malaria


Masa inkubasi bervariasi pada masing – masing plasmodium, keluhan prodromal dapat
terjadi sebelumnya terjadi demam yang diikuti kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit
belekang, nyeri pada tulang dan otot, anorexia, perut tak enak, diare ringan, dan kadang
merasa dingin dipunggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada plasmodium
vivaks dan ovale, sedangkan pada plasmodium falsifarum dan malariae, keluhan
prodromal tidak jelas bahkan bahkan gejala mendadak.
Berikut ini akan dibahas manifestasi klinis yang merupakan tanda dan gejala malaria :
a. Manifestasi klinik dari malaria tertiana/malaria vivaks/malaria benigna

3
Pada hari pertama panas ireguler, kadang remiten atau intermiten,
perasaan dingin, menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas menjadi
intermiten dan periodik selama 48 jam, dengan gejala klasik trias malaria.
Serangan paroksimal biasanya terjadi dalam sore hari. Kepadatan parasit
mencapai maksimal, dalam waktu 7 – 14 hari. Limpa mulai
teraba, parasetimia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih membesar dan
panas masih berlangsung. Pada akhir minggu kelima panas mulai menurun secara
krisis. Pada malaria vivaks manifestasi klinis dapat berlangsung secara berat,
tetapi kurang membahayakan dan mengalami pembesaran limpa.
Malaria vivaks dapat memberikan pola relapse yang berbeda, demam ireguler 2 –
4 hari, menjadi intermiten dan jelas pada sore hari, hipertermi,
timbul nausea dan vomiting. Dan sering anemia, biasanya parasetimia rendah dan
ada splenomegali.
b. Manifestasi klinis malaria malariae / quartana
Manifestasi klinis pada malaria vivaks hanya berlangsung ringan,
parsasit dapat dijumpai didarah sebelum gejala timbul. Gejala sering
timbul insidious, nausea dan muntah. Anemia jarang terjadi, splenomegali ringan,
serangan paroksimal terjadi setiap 3 – 4 hari, biasanya pada waktu sore hari
dan parasetemia sangat rendah.
c. Manifestasi malaria ovale.
Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria, masa
inkubasi 11 – 16 hari, walaupun periode laten dapat sampai 4 tahun serangan
paroksimal 3 – 4 hari, terjadi pada malam hari, bila terjadi infeksi campuran
dengan malaria lain maka plasmodium ovale tak akan nampak didarah tepi. Gejala
klinik hampir sama dengan malaria vivaks,lebih ringan, dan dapat sembuh tanpa
pengobatan. Menggigil jarang terjadi, dan splenomegali jarang sampai dapat di
raba. Parasetimia pada malaria vivaks dan gametosit terlihat pada minggu
pertama.
d. Manifestasi klinis malaria tropika falsifarum, malaria tertiana ringan
maligna, malaria sub tertiana.
Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan
panas yang ireguler, anemia, splenomegali parasetimia yang berat. Gejala
prodromal yang sering dijumpai yaitu, sakit kepala, nyeri belakang/tungkai, lesu,
perasaan dingin, mual, muntah dan diare. Panas ireguler
disertai hipertermi. Anemia sering terjadi mulai dari derajat ringan sampai berat.
Hati membesar dan tebal dan timbul ikterus.

4
Gejala-gejala umum, gejala klasik yaitu terjadinya “ Trias Malaria” Secara berurutan:
( Harijanto, 2000 )
o Stadium dingin ( cold stage )
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, seluruh badan bergetar, gigi saling
bergetak, pucat sampai sianosis, seperti orang kedinginan. Periode ini
berlangsung 15 menit sampai satu jam, diikuti dengan meningkatnya temperatur.
o Stadium panas ( hot stage)
Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap
tinggi dapat sampai 40 oC, respirasi meningkat, nyeri kepala, muntah, tekanan
darah turun, kesadaran turun sampai terjadi kejang. Periode ini lebih lama dari
fase dingin, dapat mencapai dua jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat.
o Stadium berkeringat (sweating stage)
dimulai dari temporal diikuti oleh seluruh tubuh, temperatur turun, capek dan
sering tidur, bila bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan
seperti biasa.

F. Klasifikasi Malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis
plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling
berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia
yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang
sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali
menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak
tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat
obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari

5
infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan
gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan
Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru.
Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang
mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-
10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit
sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri
pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum.
Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan
komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema,
asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium
malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di
tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit
yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated.
Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria
disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode
laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari
10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda
yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan
plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah
menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin
eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan
gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan
puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria
tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

G. Gejala Klinis Malaria

6
Gejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam
turun naik, anemia sekunder dan splenomegali. Gejala fase awal berupa malaise, sakit
kepala, nyeri pada tulang atau otot, anoreksia, mual, diare ringan dan kadangkadang
merasa dingin di punggung. Keluhan ini sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,
sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan awal tidak jelas bahkan gejala dapat
mendadak (Harijanto, 2010).
Demam periodik berkaitan dengan saat pecahnya schizon matang (sporolasi).
Pada malaria tertiana (P.Vivax dan P.vale), pematangan schizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke tiga, sedangkan malaria kuartana (P. Malariae)
pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap empat hari. Gejala klasik
malaria biasanya terdiri atas tiga stadium yang berurutan, yaitu stadium dingin, demam
dan berkeringat (Depkes, 2005)
Stadium dingin (cold stage), penderita akan merasakan dingin menggigil yang
amat sangat, nadi cepat dan lemah, sianosis, kulit kering, pucat, dan kadang 12 muntah.
Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai satu jam diikuti dengan meningkatnya
temperatur. Stadium demam (hot stage) muka penderita terlihat merah, kulit panas dan
kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih, dapat
terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).
Periode ini lebih lama dari fase dingin dapat berlangsung sampai dua jam atau lebih.
Stadium berkeringat (sweating stage) dimulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh
sampai basah, temperature turun, lelah dan sering tidur, dan jika penderita bangun akan
merasa sehat dan bisa melakukan aktifitas seperti biasa, hal ini berlangsung dua samapi
tiga jam (Harijanto, 2010).
Daerah dengan endemisitas malaria tinggi, seringkali pada orang dewasa tidak
ditemukan gejala klinis meskipun dalam darahnya ada parasit malaria. Hal ini
merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi berulang-ulang. Gejala anemia yang
sering dijumpai pada infeksi malaria, dan lebih sering dijumpai pada penderita daerah
endemik terutama pada anak-anak dan ibu hamil (Harijanto,2010). Splenomegali adalah
pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa merupakan organ
penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba setelah
tiga hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri dan hiperemis.
Pembesaran terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah
(Harijanto, 2012). Hampir semua kematian akibat penyakit malaria disebabkan oleh P.
falciparum. Pada infeksi P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat yang menurut

7
13 World Health Organisation (WHO) didefinisikan sebagai infeksi P. falciprum
stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi

H. Komplikasi Malaria
Penyakit malaria dapat mengakibatkan beberapa komplikasi, diantaranya adalah :
 Rupture lienalis
 Malaria cerebral
 Anemia hemolitik
 Black water fever
 Algid malaria

I. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostic Malaria


Untuk menegakkan diagnosis malaria dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, antara
lain:
1. Pemeriksaan mikroskopis
 Darah Terdapat dua sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis darah, yaitu
sediaan darah hapus tebal dan sediaan darah hapus tipis. Pada pemeriksaan ini
bisa melihat jenis plasmodium dan stadium stadiumnya. Pemeriksaan ini
banyak dan sering dilakukan karena dapat dilakukan puskesmas, lapangan
maupun rumah sakit. Untuk melihat kepadatan parasit, ada dua metode yang
digunakan yaitu semi-kuantitatif dan kuantitatif. Metode yang biasa digunakan
adalah metode semi-kuantitatif dengan rincian sebagai berikut :
(-) : SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
Sedangkan untuk metode kuantitatif, pada SDr tebal menghitung jumlah
parasit/200 leukosit dan SDr tipis penghitungannya adalah jumlah parasit/1000
eritrosit.
 Pulasan Intradermal ( Intradermal Smears ) Penelitian di Cina belum lama ini,
memperlihatkan bahwa pulasan dari darah intradermal lebih banyak
mengandung stadium matur/matang dari Plasmodium falciparum daripada
pulasan darah perifer. Penemuan ini bisa menjadi pertimbangan untuk
mendiagnosis malaria berat dengan lebih baik dan akurat. Pulasan ini hasilnya
dapat positif atau dapat juga terlihat pigmen yang mengandung leukosit
setelah dinyatakan negatif pada pulasan darah perifer. Untuk uji

8
kesensitifitasannya, pulasan intradermal sebanding dengan pulasan darah dari
sumsum tulang yang lebih sensitif dari pulasan darah perifer.
2. Tes Diagnostik Cepat ( Rapid Diagnostic Test )
Metode ini untuk mendeteksi adanya antigen malaria dengan cara
imunokromatografi. Tes ini dapat dengan cepat didapatkan hasilnya, namun lemah
dalam hal spesifitas dan sensitifitas. Tes ini biasanya digunakan pada KLB
(Kejadian Luar Biasa) yang membutuhkan hasil yang cepat di lapangan supaya
cepat untuk ditanggulangi.
J. Penatalaksanaan (secara nonfarmakologi dan farmakologi)
a. Terapi Non Farmakologi
The Center for disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan hal
berikut untuk membantu mencegah merebaknya malaria:
 Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur
 Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar
 Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi
nyamuk mendekat
 Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau tempat
lain yang bisa menjadi sarang nyamuk
b. Terapi Farmakologi
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan
pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kllnis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan (Depkes RI, 2008).
Beberapa jenis obat antimalaria yang sudah digunakan di Indonesia di antaranya
adalah:
o Kina
Kina merupakan obat antimalaria kelompok alkaloid kinkona yang bersifat
skisontosida darah untuk semua jenis Plasmodium manusia dan gametosida P.
vivax dan P. malariae. Obat ini merupakan obat antimalaria alternatif untuk
pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi yang resisten terhadap
klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin (multidrug) (Zein, 2005)
o Klorokuin
Klorokuin merupakan obat antimalaria kelompok 4-aminokuinolin yang bersifat
skizontosida darah untuk semua jenis Plasmodium pada manusia sehingga dip
akai sebagai obat malaria klinis dengan menekan gejala klinis. Obat ini juga
bersifat gametosidal (melawan bentuk gamet) immature (muda) pada P. vivax, P.

9
ovale, P. malariae dan P. falciparum (stadium 1-3). Obat ini tidak efektif
terhadap bentuk intrahepatic, digunakan bersama primakuin dalam pengobatan
radikal pada P. vivax dan P. ovale. Penggunaan klorokuin sebagai pilihan
pertama mulai terbatas karena berkembangnya resistensi klorokuin dari P.
falciparum dan P. vivax (Depkes, 2008).
o Sulfadoksin-primetamin
Menurut Zein (2005), Sulfadoksin-pirimetamin adalah obat antimalaria
kombinasi antara golongan sulfonamide/ sulfon dengan diaminopirimidine yang
bersifat skizontosida jaringan, skizontosida darah dan sporontosidal. Obat ini
sangat praktis karena dapat diberi dalam dosis tunggal namun obat ini memiliki
kelemahan karena mudah mengalami resistensi. Oleh karena itu kombinasi obat
ini digunakan secara selektif untuk pengobatan radikal malaria falsiparum di
daerah yang resisten terhadap klorokuin.
o Primakuin
Menurut Depkes RI (2008), Primakuin merupakan obat antimalaria kelompok
senyawa 8-aminokuinolin yang sangat efektif melawan gametosit seluruh
spesies Plasmodium. Obat ini juga aktif terhadap skizon darah P. falciparum dan
P. vivax tetapi dalam dosis tinggi sehingga harus berhati-hati, efektif terhadap
skizon jaringan P. falciparum dan P. Vivax
o Derivat Artemisinin
Menurut Depkes RI (2008), derivat artemisinin merupakan kelompok obat
antimalaria baru yang penggunaannya terbatas pada daerah-daerah yang
resistensi klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin.

K. Prognosis Malaria
Pada serangan primer dengan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium
malariae akan terjadi penyembuhan sempurna pada pemberian terapi yang adekuat dan
prognosisnya baik. Pada Plasmodium falciparum prognosis berhubungan dengan
tingginya parasitemia, jika parasit dalam darah > 100.000/mm3 dan jika hematokrit <
30% maka prognosisnya buruk. Apabila cepat diobati maka prognosis bisa lebih baik,
namun apabila lambat pengobatan akan menyebabkan angka kematian meningkat.

10
L. PATHWAY
Gigitan Nyamuk Anoples betina mengandung plasmodium
Eritrofagositosis

Spora plasma masuk ke dalam tubuh melalui darah

Malaria

Sporozoid beredar dalam pembuluh darah

Berkembang menjadi nerosoid di hati

Reaksi Inflamasi Infeksi pada hati

Melepaskan mediator Berkembang menjadi skinson dlm sel


inflamasi: IL darah merah yang baru terbentuk

Skinson pecah di sel


Melepaskan Prostaglandin
darah merah

Sakit kepala Menggigil


Hb menurun

Nyeri Akut Respon termoregulasi tubuh


meningkatkan suhu Kadar O2 dlm
darah menurun
Sulit Tidur
Demam
Sirkulasi jaringan
terganggu
Gangguan Pola
Hipertermi
Tidur
Gangguan Gangguan pada
Terjadinya Lambung
Perfusi Jaringan
Evaporasi
Asam Lambung
Keringat berlebihan meningkat

Peningkatan IWL Mual

Dehidrasi
Gangguan rasa nyaman:
Mual
Resiko Kekurangan Volume Cairan

11
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MALARIA


1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan
dan status ekonomi menengah kebawah dan sanitasi kesehatan yang kurang
ditunjang dengan padatnya penduduk.
b. Penanggung Jawab Pasien
Nama, umur ,jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
pernikahan, hubungan dengan pasien.
c. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini, waktu dan frekuensi timbulnya serangan, tindakan yang telah
dilakukan untuk mengurangi gejala.Biasanya keluhan yang paling menonjol
pada pasien Malaria untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan
lemah. Kadang-kadang disertai dengan diikuti kelesuan, malaise, sakit kepala,
sakit belekang, nyeri pada tulang dan otot, anorexia, perut tak enak, diare
ringan, dan kadang merasa dingin dipunggung.
d. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan malaria.
e. Riwayat penyakit keluarga
Dari genogram keluarga apakah terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita malaria.

f. Riwayat Alergi
Mencari adanya suatu alergi pada pasien seperti obat, makanan, debu, cuaca
dan yang lainnya
g. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk.
h. Genogram

12
Menggambarkan anggota keluarga dari pasien yang diminimalkan adalah tiga
keturunan
i. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi manajemen kesehatan
Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan klien terhadap sakit yang
dideritanya, tindakan atau usaha apa yang dilakukan klien sebelum datang
kerumah sakit, obat apa yang telah dikonsumsi pada saat akan datang
kerumah sakit.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit,
kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai dan banyaknya minum yang dikaji sebelum dan
sesudah masuk RS.
3. Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi, volume,
adakah disertai rasa nyeri, warna dan bau.
4. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi pernapasan
dan fungsi sirkulasi. Pada kasus malaria menyebabkan penderita tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.
Skala ketergantungan :
a) Pasien mendiri
b) Pasien bergantung pada alat
c) Pasien bergantung pada orang
d) Pasien bergantung pada alat dan orang
e) Pasien total care
Aktivitas menggunakan tonus otot:
a) Tidak ada kontraksi
b) Ada kontraksi tapi tidak ada pergerakan sendi
c) Ada pergerakan sendi tapi tidak bisa menahan gaya grafitasi
d) Dapat menahan gravitasi sedang
e) Dapat menahan sekuat-kuatnya gaya gravitasi
5. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu senggang,
kesulitan dan hambatan dalam tidur, pada pasien dengan kasus angina
pectorisbiasanya merasakan nyeri, lemah dan sesak nafas, situasi rumah
sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita,
sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.
6. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan tentang hubngan klien dengan lingkungan disekitar serta
hubungannya dengan keluarga dan orang lain.

13
7. Pola kognitif perceptual
Menggambarkan pola kemampuan klien untuk proses berpikir, pola
penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan persepsi sensasi
nyeri serta kemampuan berkomunikasi dan mengerti akan penyakitnya
8. Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri seseorang
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga.
9. Pola reproduksi dan seksual
Meggambarkan tentang seksual klien. Dampak angiopati dapat terjadi pada
sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan
gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
10. Pola penanggulangan stress
Menggambarkan kemampuan koping pasien terhadap masalah yang
dialami dan dapat menimbulkan ansietas. Lamanya waktu perawatan,
perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa
marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap kepercayaan
yang dianut dan bagaimana dia menjalankannya.Adanya perubahan status
kesehatan dan penurunan fungsi tubuh tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

J. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi,palpasi,auskultasi,dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki
a. Pemeriksaan Fisik
Meliput inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
1. Kepala dan leher

14
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda,
diplopia, lensa mata keruh.

2. Pemeriksaan pada kulit, rambut dan kuku.


Inspeksi : Warna kulit, jaringan parut, lesi, kondisi vaskularisasi
superfsial, warna dan bentuk kuku, distribusi rambut
dan warna dan tekstur rambut.
Palpasi : Suhu kulit/kelembaban, tekstur (halus/kasar), turgor
(elastic atau tidak), edema.

3. PemeriksaanKepala
Inspeksi :Bentuk kepala, kesimetrisan wajah, warna dan
distribusi rambut, dan tengkorak, kulit kepala.
Palpas :Massa, pembengkakan, Nyeri tekan, keadaan
tengkorak,kulit kepala.

4. Pemeriksaan Mata
Inspeksi : Bentuk bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sclera,
kornea, warna iris, ukuran dan bentuk pupil, gerakan
bola mata, lapang pandang, visus.
Palpasi : Palpasi tekanan bola mata.

5. PemeriksaanTelinga
Inspeksi : Daun telinga (ukuran, bentuk, warna, lesi, massa).
Palpasi : Kartilago, uji pendengaran.

6. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi :Warna dan pembengkakan hidung luar, secret,
perdarahan dan penyumbatan.
Palpasi :Tekan di samping daerah hidung untuk mengetahui ada
sinusitis maksilaris, frontalis dan etmoidalis, septum.

7. PemeriksaanMulut
Inspeksi :Bibir, gigi, kebersihan mulut dan bau mulut, lidah
(kesimetrisan, kelurusan, warna, ulkus), selaput lender.
Palpasi : Pipi palatum dan dasar mulut.
Perkusi : Gigi.

8. Pemeriksaan Dada

15
Inspeksi :Bentuk dada, warna kulit, retraksi dada.
Palpasi :Nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi
dada, taktil fremitus.
Perkusi :Perkusi paru-paru anterior dengan posisi px terlentang,
perkusi paru-paru posterior dengan posisi px
duduk/berdiri, perkusi paru-paru posterior untuk
menentukan gerakan diafragma.
Auskultasi : Auskultasi paru-paru kanan dan kiri.

9. Pemerksaan Jantung
Inspeksi dan palpasi : Palpasi pd daerah apical dan pulsasi aorta.
Perkusi : Ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
Auskultasi : Auskultasi suara jantung S1, S2 dan suara jantung
tambahan.

10. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


Inspeksi : Ukuran, bentuk, kesimetrisan payudara, warna, lesi,
vaskularisasi,edema.
Palpasi : Daerah klavikula dan ketiak, payudara kanan dan kiri.

11. Pemeriksaan Perut


Inspeksi : Retraksi, penonjolan, ketidaksimetrisan.
Auskultasi : Bising usus, suara pembuluh darah (jarangterdengar)
Perkusi : Dilakukan dari kuadran kanan atas dan memutar searah
dengan jarum jam.
Palpasi : Palpasi keadaan hepar, limpa ginjal dan kandung kemih.

12. Pemeriksaan Alat Kelamin


Inspeks : Rambut, pubis, kulit, ukuran, skrotum, penis.
Palpasi : Adakah nyeri tekanpd penis/vagina, ukuran, konsistensi,
massa.

13. Pemeriksaan Muskuluskeletal


Inspeksi : Otot (ukuran, kontraktur, kontraksi, kekuatan)
Palpasi : Kelemahan, kontraksi, gerakan.
Inspeksi : Tulang (susunantulang, pembengkakan)
Palpasi : Odema, nyeri tekan.
Inspeksi :Persendian (Kaku, ROM, nyeritekan, bengkak,
krepitasi).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermia berhubungan dengan penyakit
2) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi
4) Gangguan rasa nyaman: mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal

16
5) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri
6) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya suplai
oksigen ke jaringan.

3. INTERVENSI

No DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN

1. Hipertermi NOC : NIC :


berhubungan
Setelah dilakukan Perawatan demam
dengan penyakit
asuhan
a) Pantau suhu dan TTV lainnya
keperawatan b) Monitor warna kulit dan suhu
diharapkan c) Berikan obat atau cairan iv
d) Monitor penurunan tingkat
1.Termoregulasi kesadaran
normal
e) Tutup pasien dengan
Kriteria Hasil: selimutataupakaian ringan
tergantung pada fase demam
a) Tidak ada a) Dorong konsumsi cairan
peningkatan b) Fasilitasi istirahat
c) Kompres hangat pasien pada
suhu tubuh
b) Tidak ada lipat paha dan aksila
hipertermia
c) Tidak ada sakit
kepala
d) Tidak ada sakit
otot

e) Tidak ada
perubahan
warna kulit
f) Tidak ada
dehidrasi
2. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan
Setelah dilakukan Manajmen nyeri
dengan agen cidera
tindakan
biologis a) Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan
secara komperhensif termasuk

17
diharapkan lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor
1. Tingkat nyeri
persipitasi
berkurang b) Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidak nyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi
a) Tidak ada nyeri
terapiutik untuk mengetahui
yang dilaporkan
b) Tidak ada pengalaman nyeri pasien.
d) Kaji kultur yang
mengerang dan
mempengaruhi respon nyeri
menangis e) Evaluasi pengalaman nyeri
c) Tidak ada
masa lampau
menyeringit f) Evaluasi bersama pasien dan
d) Tidak ada
tim kesehatan lain tentang
ketegangan otot
e) Tidak ada ketidak efektifan control nyeri
kehilangan masa lampau.
g) Bantu pasien keluarga untuk
nafsu makan
f) Tidak ada mencari dan menunjukkan
ekspresi wajah dukungan
h) Control lingkungan yang dapat
nyeri
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
2. Kontrol nyeri dan kebisingan
i) Kurangi factor presipitasi nyeri
teratasi j) Pilih dan lakukan penanganan
Kriteria Hasil : nyeri (farmakologi, non

a) Sering farmakologi dan interpersonal)


k) Kaji tipe dan sumber nyeri
menunjukan
untuk menentukan intervensi
mengenali l) Berikan analgetik untuk
kapan nyeri mengurangi nyeri
terjadi m) Evaluasi keefektifan control
b) Secara nyeri
konsisten
n) Dukung tingkatan istirahat atau
menunjukan
tidur yang adekuat untuk
menggambarkn
membantu penurunan nyeri
factor nyeri o) Kolaborasi dengan dokter jika
c) Sering
ada keluhan dan tindakan nyeri

18
menunjukan yang tidak berhasil
menggunakan Pemberian Analgetik
tindakan
a) Tentukan lokasi, karakteristik,
pengurangan
kualitas, dan derajat nyeri
(nyeri tanpa
sebelum pemberian obat.
analgetik) b) Cek intruksi dokter tentang
d) Sering
jenis obat, dosis, dan frekuensi
menunjukan c) Cek riwayat alergi
melaporkan d) Pilih analgesic yang

perubahan diperlukan atau kombinasi dari

terhadap gejala analgesic ketika pemberian

nyeri pada lebih dari satu


e) Tentukan pilihan analgesic
professional
tergantung tipe dan beratnya
kesehatan
nyeri
f) Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
g) Pilih rute pemberian secara IV,

3. Status IM untuk mengobati nyeri

kenyamanan secara teratur


h) Monitor vital sign sebelum dan
meningkat
sesudah pemberian analgesic
Kriteria Hasil :
pertama kali
i) Berikan analgesic tepat waktu
a) Tidak terganggu
terutama saat nyeri hebat
kesejahteraan
fisik j) Evaluasi efeltifitas analgesic,
b) Tidak terganggu
tanda dan gejala (efek
control terhadap
samping)
gejala
c) Tidak terganggu
kesejahteraan
fisikologis
d) Tidak terganggu
lingkungan fisik
e) Tidak terganggu
suhu ruangan
f) Tidak terganggu

19
dukungan social
dari keluarga

3. Kekurangan volume NOC : NIC :


cairan berhubungan
Setelah dilakukan Manajemen cairan
dengan kegagalan
asuhan
mekanisme regulasi a) Pertahankan catatan intake dan
keperawatan
output yang akurat
diharapkan b) Monitor status hidrasi
(misalnya: membrane mukosa
1. Keseimbangan
lembab, denyut nadi adekuat,
nutrisi dan tekanan darah)
c) Monitor vital sign
Kriteria Hasil : d) Monitor masukan atau cairan

a) Tekanan darah dan hitung intake kalori harian


e) Monitor status nutrisi
tidak terganggu f) Dorong pasien untuk
b) Kesimbangan
menambah asupan oral
intake dan
misalnya : memberikan
output tidak
sedotan, menawarkan cairan
terganggu
c) Berat badan diantara waktu makan
g) Tawari makanan ringan
stabil tidak h) Kolaborasi pemberian cairan
terganggu IV
d) Turgor kulit i) Monitor hasil lab
tidak terganggu
e) Hematrokrit
sedikit
terganggu
f) Berat jenis urin
sedikit
terganggu

2. Hidrasi tidak
terjadi
Kriteria Hasil :
a) Turgor kulit
tidak terganggu
b) Membrane

20
mukosa lembab
tidak terganggu
c) Intake cairan
tidak terganggu
d) Output urin
tidak terganggu
e) Perfusi jaringan
tidak terganggu
f) Tidak ada haus
g) Tidak ada
peningkatan
hematocrit
h) Tidak ada nadi
cepat dan lemah

4. Gangguan rasa mual NOC : NIC


berhubungan
Setelah dilakukan Manajemen Mual
dengan iritasi
asuhan
gastrointestinal a) Dorong pasien untuk
keperawatan
memantau pengalaman diri
diharapkan
terhadap mual
b) Dorong pola makan dengan
1.Nafsu Makan
porsi sedikit makanan yang
Kriteria Hasil : menarik bagi pasien mual
c) Timbang berat badan secara
a) Ada keinginan
teratur
untuk makan d) Berikan informasi mengenai

b) intake makanan mual, seperti penyebab mual

tidak terganggu dan berapa lama itu akan


berlangsung.
c) Intake cairan
tidak terganggu.

21
5. Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan
Setelah dilakukan 1. Terapi Musik
dengan nyeri
asuhan
a) Definisikan perubahan spesifik
keperawatan
perilaku dan fisiologi seperti
diharapkan tidur
yang diinginkan
membaik dengan
criteria hasil : b) pertimbangkan minat klien
pada music
a) Pola tidur
membaik c) Identifikasi music yang disukai
klien
b) Tidur dari awal
sampai habis d) Bantu individu untuk

dimalam hari menentukan posisi yang

secara konsisten nyaman

c) Tidak 2. Manajemen nyeri


a) Lakukan pengkajian nyeri
mengalami
kompherensif yang meliputi
kesulitan dalam
lokasi,karakteristik,onset/dura
tidur
si,frekuensi,kualitas,intensitas/
beratnya nyeri & faktor
pencetus
b) Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri dengan tepat
c) Kolaborasi dengan
pasien,orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri non farmakologi
sesuai kebutuhan.
d) Evaluasi keefektifan dari
tindakan pengontrol nyeri yang
dipakai selama pengkajian
nyeri dilakukan.

22
3. Terapi latihan : Ambulasi
a) Beri pasien pakaian yang
tidakmengekang
b) Sediakan tempat tidur yang
berketinggian rendah sesuai
kebutuhan
c) Tempatkan saklar posisi
tempat tidur di tempat yang
mudah dijangkau.

6. Gangguan perfusi NOC : NIC :


jaringan perifer
Setelah dilakukan Manajemen Hipovilemi
berhubungan
asuhan
dengan kurangnya a) Monitor status hemodinamik,
keperawatan
suplai oksigen ke melipuiti nadi, tekanan darah,
diharapkan
jaringan MAP, CVP, PAP, CO.
b) Monitor adanya tanda-tanda
1. Perfusi
dehidrasi (misalnya, turgor
jaringan: perifer
kulit buruk, capillary refill
tidak terganggu
terlambat, nadi lemah, sangat
Kriteria Hasil : haus, membrane mukosa
a) Tidak ada kering, dan penurunan urin
deviasi dari output.
c) Monitor adanya sumber-
kisaran
sumber kehilangan cairan
normal
(misalnya, perdarahan, muntah,
pengisian
diare, keringan yang
kapiler jari
berlebihan, dan takpnea)
dan jari kaki d) Posisikan untuk perfusi perifer
b) Tidak ada
deviasi dari
kisaran
Monitor tanda-tanda vital
normal suhu
kulit ujung a) Monitor tekanan darah, nadi,

23
kaki dan suhu, dan status pernapasan
b) Inisiasi dan pertahankan
tangan
c) Kekuatan perangkat pemantauan suhu
denyut nadi tubuh secara terus-menerus
karotis, dengan tepat
c) Monitor warna kulit, suhu dan
brakialis,
kelembaban
radialis,
d) Monitor sianosis sentral dan
femoralis,
perifer
pedal bagian e) Identifikasi kemungkinan
kiri dan kanan penyebab perubahan tanda vital
dalam kisaran
normal
d) Tekanan darah
sistolik dan
diastolic tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal
tekanan darah
sistolik dan
diastolic
dalam kisaran
normal
e) Tidak ada
muka pucat
f) Tidak ada
kelemahan
otot

24
4) IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011). Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai peningkatan kesehatan baik
yang dilakukan secara maniri maupun kolaborasi dan rujukan.

5) EVALUASI
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan
Tujuan :
a. Untuk menentukan status perkembangan pasien.
b. Mendapatkan umpan balik.
c. Untuk menilai efektifitas,efisiensi,dan produktifitas dari tindakan
keperawatan.
d. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.

Macam-Macam Evaluasi:
a. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat /
setelah dilakukan tindakan keperawatan ditulis pada catatan keperawatan
Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30
menit tanpa pusing.
b. Evaluasi Sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan.Ditulis pada catatan perkembangan.

25

Anda mungkin juga menyukai