Anda di halaman 1dari 25

BAB II

DASAR TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Malaria adalah penyakit infeksi akut atau kronis

yang disebabkan oleh plasmodium malaria yang rekuren,

anemia dan hepatosplenomegali (Rampengan , 1993,)

Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam

(spesies) parasit malaria yaitu plasmodium falsiparum

yang menyebabkan malaria Tropika, vivax yang

menyebabkan malaria tertina, malariae yang

menyebabkan malaria kuartana dan ovale yang

menyebabkan malaria ovale (Brown, 1997 )

Malaria dapat menularkan dengan berbagai cara

yang pada umumnya dibagi atas alamiah dan tidak

alamiah :

a. Penularan secara alamiah (natural infection ), yaitu

melalui gigitan nyamuk anoples. Tidak semua nyamuk

anoples dapat membawa parasit malaria. Hanya


nyamuk anoples betina yang berbakat membawa

plasmodium malaria.

b. Penularan yang tidak alamiah (induksi), dibagi atas

1) Malaria bawaan (kongential), terjadi pada bayi yang

baru dilahirkan, karena ibunya menderita malaria.

Penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.

2) Secara mekanik, terjadi melalui transfusi darah atau

jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak

terjadi pada morfinis yang menggunakan jarum

suntik yang tidak steril.

Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada

manusia adalah manusia lain yang sakit malaria, baik

dengan gejala maupun tanpa gejala klinis( Nellson, 1992 ).

2. Etiologi

Malaria Tropika disebabkan oleh parasit malaria genus

plasmodium falsiparum. Pada pemeriksaan darah

labolatorium, terdapat gemetosit terbentuk pisang dan

terdapat bintik maurer pada sel darah merah untuk

sediaan darah tipis . pada saat sediaan darah tebal

dijumpai gemetosit berbentuk pisang, banyak sekali


bentuk cicin tanpa bentuk lain yang dewasa (stars in sky ),

terdapat balon merah disisi luar gemetosit (Soerdarto,

1997 ).

3. Patofisiologi

Patofisiologi penyakit malaria falsiparum

(Manjsjoer,1999;409):

Parasit / Sporozoit

Sporozoit masuk dalam aliran darah

Sel hati

( Membentuk skizom hati yang mengandung ribuan merozoit)

Skizon pecah

Merozoit keluar dan masuk aliran darah

Menyerang eritrosit
Membentuk trofozoit

Hemolisis

Demam
Anemia
Mual, Muntah
Sakit kepala
Anoreksia
4 . Gejala dan tanda

Gejala dan tanda dari malaria falsiparum adalah sebagai

berikut ;

a. Sakit kepala

b. Tidak ada selara makan

c. Mual muntah dan nyeri pada abdomen

d. Demam terdiri dari 3 stadium yaitu ;

1) Stadium dingin

Dimulai dengan mengigil dan perasaan yang

sangat dingin,gigi gemeretak, nadi cepat tapi lemah,

bibir dan jari jari pucat, berlangsung 15 menit sampai

1 jam.

2). Stadium demam


Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini

penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering

dan terasa panas, sakit kepala, mual, serta muntah dan

nadi menjadi kuat lagi, stadium ini berlangsung 2 12

jam. Pada plasmodium falsifarum skizon dari tiap

generasi menjadi matang setiap 24 jam.

3). Stadium berkeringat

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak

sekali, kemudian suhu tubuh menurun dengan cepat

kadang-kadang sampai di bawah normal ( Madesul,

1996 ).

5. Penatalaksanaan

Obat anti malaria terdiri dari 5 jenis , antara lain ;

a. Skinzontisid jaringan primer yang membasmi parasit

pra erirosit, yaitu proguinil, pirimetamin

b. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit

ekso eritrosit, yaitu primakuin.


c. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit,

yaitu kina, klorokiun dan amodiakuin.

d. Gametosit yang menghancurkan bentuk seksual,

primakuin adalah gametosit yang ampuh bagi ke empat

spesies

e. Sporontosit mencegah gametosit dalam darah untuk

membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk

anopheles

Pengunaan obat anti malaria tidak terbatas pada

pengobatan kuratif saja tapi juga termasuk ;

a. Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan

mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya gejala

klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan pemberian

terapi jenus ini pada infeksi malaria olah plasmodium

falsiparum

b. Pengobatan kuratif dapat dilakukan dengan obat

malaria jenis skinzontisid.

c. Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah

infeksi malaria oleh pada nyamuk atau mempengaruhi

sporogonik nyamuk. Obat anti malaria yang dapat di

gunakan seperti gametosit atau sporontosid.


6. Komplikasi

Organ yang terkena adalah ;

a. Otak timbul delirium, disorientasi, stupor, koma, kejang

dan tanda neurologist fokal.

b. Saluran gastroentistinal ; muntah, diare hebat,

perdarahan dan malabsrobsi.

c. Ginjal : nekrosis tubuler akut, hemoglobinuria, dan GGA.

d. Hati : timbul ikterus karena adanya ganguan hepar,

billius remitten fever yang ditandai dengan muntah

hijau empedu karena adanya komplikasi hepar

e. Paru : odem paru.

f. Lain-lain : anemia, hiperpireksia, hipoglikemi, demam,

kencing hitam ( black water fever)

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat untuk

melihat keberadaan parasit dalam darah tebal dan tipis

dilakukan tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin-

cincin ( Prabu, 1997 ).

B . Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian dalah tahap awal dari proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (lyer

et al., 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam

memberikan asuhan keperawatan seseuai dengan kebutuhan

individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap,

sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting

dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan

memberikan pelayan keperawatan sesuai denagan respon

individu, sebagaimana yang telah di tentukan dalam standar

praktik keperawatan dari ANA (American Nursing Association) .

Tujuan pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan

data, mengelompokkan data dan menganalisa data sehingga

ditemukan diagnosa keperawatan. Manfaat pengkajian

keperawatan adalah membantu mengidentifikasi status

kesehatan, pola pertahanan klien dan kebutuhan klien serta

merumuskan dignosa keperawatan, pengkajian, keperawatan

terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data atau

pengorganisasian serta menganalisa dan merumuskan dignosa

keperawatan.
a. Pengumpulan data

Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data,

yaitu:

1) Observasi adalah cara pengumpulan data melaui hasil

pengamatan (melihat, meraba, mendengarkan) tentang

kondisi klien dalm kerangka asuhan keperawatan.

2) Anamnesa / wawancara adalah cara pengumpulan data

melalui Tanya jawab kepada klien/ keluarganya.

3) Pemeriksaan fisik adalah cara pengumpulan data

melalui inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan

pemeriksaan fisik lainya, seperti pengukuran CRT

(Capillary Refilling Timing).

b. Pengelompokan data

Setelah selesai mengumpulkan data maka

selanjutnya data data yang terkumpul dikelompokkan .

c. Analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan

Tahapan terakhir dari pengkajian adalah analis data

untuk menentukan diagnosa keperawatan .

Karena keterbatasan ;Literatur, maka penulis menyusun

rumusan pengkajian keperawatan berdasarkan data respon

induvidu yang mungkin muncul terhadap perjalanan


patofisiologi penyakit malaria falsiparum, kemudian

disesuaikan dengan diagnosa menurut Marlyn E. Doenges :

a. Aktivitas / isatirahat

data subjektif: adanya malaise.

b. Eliminasi

Data subjektif: diare

c. Makanan / Cairan

Data subjektif : anoreksia, mual muntah

Data objektif : penurunan berat badan, penurunan

lemak sub kutan / massa otot (malnutrisi).

d. Neurosensori

Data subjektif: sakit kepala.

Data objektif: Gelisah, ketakutan, kacau mental,

disorientasi, delirium / koma.

e. Nyeri/ kenyamanan

Data subjektif : kejang abdominal, lokalisasi rasa

sakit / ketidak nyamanan

f. Pernapasan
Data: Suhu umumnya meninglat (37,9 C). dan

mengangu klien, kadang sub normal (dibawah 36,6 C).

atau dibawah normal dan mengigil.

g. Penyuluhan dan pembelajaran

Data subjektif : Masalah kesehatan kronis /

melemahkan, misalnya hati, ginjal, dan paru.

Pengunaan antibiotic (baru saja atau pun jangka

panjang).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan

yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau

resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana

perawat secata akontabilitas dapat mengidentifikasikan

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah (Carpenito, 2000)

Gordon (1994) mendefinisikan bahawa diagnosa

keperawatan adalah masalah kesehatan actual dan

potensial dimana berdasarkan pendidikan dan

pengalaman, dia mampu dan mempunyai kewenangan


untuk memberikan tindakan keperawatan. Kewenangan

tersebut didasarkan pada standar praktek keperawatan

dan etik keperawatan yang berlaku di Indonesia.

NANDA mengatakan bahwa diagnosa keperawatan

adalah keperawatan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan

actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan

sesuai, dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa

keperawatan harus didukung oleh data, dimana

berdasarkan NANDA diartikan sebagai definisi

karakteristik. Definisi karakteristik tersebut dinamakan

tanda dan gejala. Tanda adalah sesuatu yang dapat

diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh

klien.

Diagnosa keperawatan pada klien dengan malaria

falsiparum yang disesuaikan menurut Marlyn E. Doenges, (

2000 ) meliputi :

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan :

1). Efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus.
2). Dehidrasi

b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan :

1). Sakit kepala,

2). Sakit otot-otot

c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan :

1). Mual dan muntah

2). Anoreksia

d. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan :

1). Mual dan muntah

2). Peningkatan suhu tubuh

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan :

1). Kurang informasi tentang kondisi penyakit

2). Keterbatasn kognitif

3. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi

desain untuk mencegah, mengurangi atau mengkoreksi

masalah-masalah yang ditemukan pada diagnosa


keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan

diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Iyer, Taptich & Bernocchi. Losey , 1996).

Secara tradisional rencana keperawatan diartikan

keperawatan suatu dokumen tulisan tangan dalam

menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana

keperawatan merupakan metode komunikasi tentang

asuhan keperawatan kepada klien. Setiap klien yang

memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan

yang baik.

Rencana keperawatan pada klien dengan malaria

falsifarum yang disesuaikan menurut Marlyn E. Doenges,

( 2000 ) yaitu :

Diganosa keperawatan pertama

1). Tujuan : Suhu dalam batas normal, bebas kedinginan

2). Kriteria evaluasi : suhu tubuh normal (36 o C 37oC)

dan tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.

3). Intervensi

a). Pantau suhu klien (derajat dan pola) ; perhatikan

menggigil/diaforesis.
b). Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahan linen

tempat tidur sesuai indikasi.

c). Berikan kompres mandi hangat; hindari

penggunaan alcohol.

d). Berikan selimut pendingin

e). Kolaborasi dengan tim medis lain dalam

pemberian antipiretik

4. Rasional

a). Suhu 38,9o 41,1o C menunjukkan proses

penyakit infeksi akut. Pola demam membantu

dalam diagnosis.

b). Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal.

c). Dapat membantu mengurangi demam

d) Digunakan untuk mengurangi demam umumnya

lebih besar dari 39,5o 40o C pada waktu terjadi

kerusakan / gangguan otak.

e) Digunakan untuk mengurangi demam dengan

aksi sentralnya pada hipotalamus.

b. Diagnosis keperawatan kedua

1). Tujuan : Nyeri dapat berkurang atau teratasi


2). Kriteria evaluasi : Prilaku rileks dan tenang,

ungkapan tentang rasa nyeri telah berkurang /

teratasi, dapat menunjukkan tehnik relaksasi

sesuai indikasi.

3). Intervensi

a). Kaji keluhan nyeri (intensitas, karakteristis, dan

lokasi)

b). Berikan kompres dingin pada kepala

c). Berikan latihan dan lakukan tehnuik relaksasi

d). Observasi tanda tanda nyeri non verbal : TD,

RR, nadi, ekspesi wajah.

e). Anjurkan untuk berisrirahat dalam ruangan

yang tenang.

f). Kolaborasi untuk mendapatkan therapy

analgetik yang sesuai.

4). Rasional

a). Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan

harus dijelaskan oleh klien

b). Meningkatkan rasa nyaman dengan

menurunkan vasodilatasi
c). Untuk menurunkan ketegangan otot stress

yang dapat merangsang timbulnya sakit

kepala.

d). Merupakan indikator / derajat nyeri yang tidak

langsung dialami.

e). Menurunkan stimulasi berlebihan yang dapat

mengurangi nyeri

f). Penanganan pertama dari sakit kepala karena

gangguan vaskuler

c. Diagnosa keperawatan ketiga

1). Tujuan : Intake nutrisi sesuai dengan

kebutuhan tubuh.

2). Kriteria evaluasi : Mual dan muntah berkurang

atau teratasi, selera makan kembali normal

3). Intervensi

a). Awasi pemasukan diet / jumlah kalori.

Berikan makan sedikit tapi sering

b). Berikan perawatan mulut sebelum makan

c). Anjurkan makan pada posisi tegak

d). Timbang sesuai indikasi


e). Berikan suasana menyenangkan pada saat

makan

f). Berikan diet sesuai indikasi

g). Berikan terapi anti emetik dan antasida

sesuai indikasi.

4). Rasional

a). Mengidentifikasikan kekurangan dan

kebutuhan klien terhadap nutrisi

b). Menghilangkan rasa tidak enak dan dapat

meningkatkan nafsu makan

c). Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan

dapat meningkatan pemasukan

d). Mengawasi keefektifan rencana diet

e). Untuk meningkatkan nafsu makan,

menurunkan mual.

f). Berguna dalam perencanaan sesuai rute

yang benar

g). Dapat menurunkan mual dan iritasi asam

lambung.

d. Diagnosa keperawatan keempat

1). Tujuan : Volume sirkulasi adekuat


2). Kriteria evaluasi : Tanda-tanda vital dalam

batas normal, nadi perifer teraba dan asupan

cairan normal.

3). Intervensi :

a). Kaji membran mukosa kering, turgor kulir

yang kurang baik dan rasa haus

b). Pantau tekanan darah dan denyut jantung

c). Palpasi denyut perifer

d). Anjurkan pemasukan cairan oral sesuai

toleransi

e). Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian cairan IV sesuai indikasi.

Rasional :

a). Indikator langsung kedekatan volume cairan

b). Tekanan darah ortostatik berubah dan

peningkatan takikardi menunjukkan

kekurangan cairan sitemik

c). Indikator dehidrasi / hipovelumia

d). Pemenuhan kebutuhan dasar cairan dan

kebutuhan penggantian.
e). Pada dasarnya penurunan masukan / banyak

kehilangan, penggunaan parenteral dapat

memperbaiki / mencegah kekurangan.

3). Intervensi

a). Indentifikasi kesulitan dalam keperawatan diri/

berpakaian.

b). Berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan

perawatan kulit, rambut dan gosok gigi.

c). Bantu untuk menggunakan pakaian yang rapi /

berikan pakaian yang rapi dan bersih.

d). Berikan umpan balik yang positif untuk setiap

usaha yang berhasil dilakukan

e). Sertakan klien dalam rencana perawatan.

4). Rasional

a). Memahami penyebab yang mempengaruhi

pilihan intervensi / strategi

b). Sesuai dengan perkembangan penyakit,

kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin

akan dilupakan.
c). Meningkatkan kepercayaan pada diri klien

d). Meningkatkan perasaan makna diri,

meningkatkan kemandirian.

e). Meningkatkan perasaan kontrol dan

meningkatkan kerja sama dan kemandirian.

e. Diagnosa keperawatan keenam

1) Tujuan : Menunjukkan pemahaman akan proses

penyakit dan prognosis.

2) Kriteria evaluasi : Dengan tepat menunjukkan

prosedur yang diperlukan dan menjelaskan

rasional dari tindakan, ikut serta dalam

program pengobatan.

3) Intervensi :

a) Tinjauan penyakit, prognosis, dan harapan

masa depan

b) Berikan informasi mengenai proses

penyakit, prognosis, terapi obat, interaksi,

efek samping pentingnya taat pada

program.

c) Diskusikan kebutuhan untuk pemenuhan

nutrisional yang tepat / seimbang


d) Berikan penkes tentang pentingnya

kesehatan pribadi dan lingkungan

e) Tekankan untuk evaluasi perawatan /

rehabilitasi

4) Rasional :

a) Memberikan pengetahuan dasar dimana

klien dapat membantu pilihan berdasar

informasi

b) Meningkatkan pemahaman dan

penyembuhan

c) Proses untuk penyembuhan optimal dan

kesejahteraan umum

d) Membantu mengontrol peremajaan

lingkungan dengan mengurangi penularan

penyakit.

e) Dukungan jangka panjang dengan evaluasi

ulang kontinu untuk sembuh optimal

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer et al., 1996).

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan

disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

Ada tiga fase implementasi keperawatan (Griffith,

et all, 1996) yaitu:

a. Fase persiapan meliputi pengetahuan tentang

rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan

keterampilan mengimplementasikan rencana,

persiapan klien dan lingkungan.

b. Fase operasional merupakan puncak implementasi

dengan berorientasi pada tujuan, implementasi dapat

dilakukan dengan intervensi independen atau mandiri,

dependen atau tidak mandiri serta interdependen atau

sering disebut intervensi kolaborasi. Bersamaan

dengan ini, perawat tetap melakukan assessment


berupa pengumpulan data yang berhubungan dengan

reaksi klien termasuk reaksi fisik, psikologi, sosial dan

spiritual.

c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan

klien serta implementasi dilakukan.

5. Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan

dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor kealfaan yang

terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan

pelaksanaan tindakan (Ignatavicus & Bayne, 1994).

Menurut Griffit & Christensen (1996) evaluasi

sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan

yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan

mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu


tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas

tindakan keperawatan.

Hal-hal lain yang dievaluasi adalah keakuratan,

kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya

masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan

intervensi keperawatan. Akhirnya, penggunaan proses

keperawatan serta tepat pada praktek keperawatan akan

memberi keuntungan pada klien dan perawat. Perawat

dapat mendemonstrasikan tanggung jawab dan tanggung

gugatnya yang merupakan salah satu ciri profesi dan amat

penting adalah menjamin efisiens dan efektifitas asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien.

Anda mungkin juga menyukai