Kelompok V 1. Frinesya K Pattipawaej 2. Polnaya Batserin 3. Vally Bilmaskosu 4. Dessi I Siwabessy 5. Fyelita Septory 6. Johana Renyaan 7. Leodris Faifet 1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan atau yang dikenal dengan promosi
kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
• Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Akan tetapi pernyatan ini tidak didukung dengan kenyataan yang ada. karena program pelayanan kesehatan yang ada kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Pendidikan merupakan ‘behavior investment’ jangka panjang. Artinya pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek, pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan. • Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dimensi sasaran pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok : 1) Pendidikan kesehatan individual 2) Pendidikan kesehatan kelompok 3) Pendidikan kesehatan masyarakat 2. Wabah “MALARIA” • Defenisi Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal. Etiologi Penyebab penyakit malaria adalah parasit malaria, suatu protozoa dari genus Plasmodium. Saat ini dikenal ada 5 jenis plasmodium yang dapat menginfeksi manusia secara alami (Harijanto, 2012), yaitu:
yang sering menyebabkan malaria yang berat (malaria serebral dengan kematian) dan mudah menyebabkan resisteni obat 2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana 3. Plasmodium malariae, dapat menimbulkan sindrom nefrotik dan penyebab malaria quartana Lanjutan.... 4. Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale banyak dijumpai di daerah Afrika dan Pasik Barat, di Indonesia dijumpai di Irian Jaya dan Nusa Tenggara, memberikan infeksi yang paling ringan dan sembuh spontan tanpa pengobatan 5. Plasmodium Knowlesi, pertama kali dilaporkan tahun 2004 jenis malaria baru yang sudah ditemukan di Malaysia, dan juga ditemukan Singapura, Thailand, Myanmar serta Filipina penularannya dari monyet, bentuk plasmodium menyerupai P. malariae. Tingkat keganasan seperti falsifarum dan tingkat kekebalan seperti malaria vivax. Gejala Malaria Gejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam turun naik, anemia sekunder dan splenomegali. Gejala fase awal berupa malaise, sakit kepala, nyeri pada tulang atau otot, anoreksia, mual, diare ringan dan kadangkadang merasa dingin di punggung. Keluhan ini sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan awal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak (Harijanto, 2010). Demam periodik berkaitan dengan saat pecahnya schizon matang (sporolasi). Pada malaria tertiana (P.Vivax dan P.vale), pematangan schizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke tiga, sedangkan malaria kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap empat hari. Gejala klasik malaria biasanya terdiri atas tiga stadium yang berurutan, yaitu stadium dingin, demam dan berkeringat (Depkes, 2005). Lanjutan....
Stadium dingin (cold stage), penderita akan merasakan dingin
menggigil yang amat sangat, nadi cepat dan lemah, sianosis, kulit kering, pucat, dan kadang muntah. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai satu jam diikuti dengan meningkatnya temperatur. Stadium demam (hot stage) muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin dapat berlangsung sampai dua jam atau lebih. Stadium berkeringat (sweating stage) dimulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh sampai basah, temperature turun, lelah dan sering tidur, dan jika penderita bangun akan merasa sehat dan bisa melakukan aktifitas seperti biasa, hal ini berlangsung dua samapi tiga jam (Harijanto, 2010). Lanjutan.... Daerah dengan endemisitas malaria tinggi, seringkali pada orang dewasa tidak ditemukan gejala klinis meskipun dalam darahnya ada parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi berulang-ulang. Gejala anemia yang sering dijumpai pada infeksi malaria, dan lebih sering dijumpai pada penderita daerah endemik terutama pada anak-anak dan ibu hamil (Harijanto,2010). Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba setelah tiga hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Pembesaran terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Harijanto, 2012). Hampir semua kematian akibat penyakit malaria disebabkan oleh P. falciparum. Pada infeksi P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat yang menurut World Health Organisation (WHO) didefinisikan sebagai infeksi P. Falciprum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi. Masa Inkubasi Menurut Depkes RI (1999) dalam Susana (2011) masa inkubasi ada dua tahap: 1. Masa inkubasi ekstrinsik Jenis Pasmodium Masa Inkubasi
Plasmodium falciparum 12-14 hari
Plasmodium vivax 8-11 hari
Plasmodium malariae 14 hari
Plasmodium ovale 15 hari
2. Masa inkubasi intrinsik
Masa inkubasi intrinsik adalah waktu mulai saat masuknya sporozoit ke dalamdarah sampai timbulnya gejala klinis/demam atau sampai pecahnya scizon. Jenis Pasmodium Masa Inkubasi
Plasmodium falciparum 9-14 hari (12)
Plasmodium vivax 12-17 hari (15)
Plasmodium malariae 18-40 hari (28)
Plasmodium ovale 16-18 hari (17)
Faktor-faktor yang Berperan dalam
Terjadinya Malaria 1. Faktor Agent ( penyebab infeksi) Untuk kelangsungan hidupnya, plasmodium sebagai penyebab infeksi memerlukan dua macam siklus yaitu: Sporogoni (seksual) dan Skizoni (Aseksual). Lanjutan... 2. Host (penjamu) Penjamu terdiri dari nyamuk Anopheles (host definitive) dan manusia (host intermediate). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak. Lanjutan... 3. Faktor Lingkungan (Environment) Lingkungan berperan dalam pertumbuhan vektor penular malaria, ada beberapa faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu: lingkungan fisik, biologi, kimiawi,dan sosial budaya. Lingkungan fisik terdiri dari suhu, kelembaban, hujan, angin,sinar matahari, arus air, kedalaman air dan ketinggian (Susana, 2010) Diagnosis Malaria Diagnostik malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan pada gejala klinis, penemuan fisik, pemeriksaan laboratorium darah dan uji imunoserologis. Ada dua cara diagnostik yang diperlukan untuk menentukan seseorang itu positif malaria atau tidak yaitu pemeriksaan darah tepi (tipis/tebal) dengan mikroskop dan deteksi antigen (Harijanto, 2010). Meskipun sangat sederhana pemeriksaan darah tepi dengan mikroskop merupakan gold standard dan menjadi pemeriksaan terpenting yang tidak boleh dilupakan. Interpretasi yang didapat dari hasil pemeriksaan darah tepi adalah jenis dan kepadatan parasit (Guerin, 2002). Deteksi antigen digunakan apabila tidak tersedia mikroskop untuk memeriksa preparat darah tepi atau pada daerah yang sulit dijangkau dan keadaan darurat yang perlu diagnosis segera. Teknik yang digunakan untuk deteksi antigen adalah immunokromatografi dengan kertas dipstick yang dikenal dengan Rapid Diagnostic Test (RDT). Alat ini dapat mendeteksi antigen dari P. falciparum dan non falciparum terutama P. vivax (Tjitra, 2005). Pencegahan Malaria Pencegahan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam penanggulangan malaria. Cara terbaik untuk mencegah terjadinya relaps adalah dengan mencegah infeksi awal terutama bila berada di daerah endemis malaria. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan profilaksis bagi mereka yang akan berkunjung ke daerah malaria (Barnas, 2003).
Selanjutnya pencegahan terhadap serangan ulang malaria atau relaps yang
perlu dilakukan adalah mecegah terjadinya reinfeksi dengan menghindari gigitan nyamuk. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah endemis, dianjurkan untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah pada malam hari, memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat tidur, juga menggunakan lotion anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur atau keluar rumah di malam hari (Susana,2011). Penelitian Dasril (2005) menunjukkan bahwa resiko penularan malaria pada rumah yang tidak dipasang kawat kasa lima kali lebih besar dibandingkan dengan rumah yang dipasang kawat kasa. Masyarakat dengan kebiasaan tidak menggunakan repellent malam hari kemungkinan risiko dua-tiga kali lebih besar dibandingkan masyarakat dengan kebiasaan menggunakan repellent malam hari. Lanjutan... Pengobatan yang adekuat pada penderita malaria diberikan obat anti malaria yang sesuai dengan dosis dan aturan yang tepat. Seluruh kasus yang telah di konfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium harus mendapatkan pengobatan radikal dengan primaquin. Pengobatan radikal dapat membunuh semua stadium parasit yang ada dalam tubuh manusia dan bertujuan mendapatkan kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan (Depkes, 2006). Pemberian primaquin selama 14 hari pada infeksi oleh P.vivax dapat menghancurkan bentuk hipnozoit dan untuk sterilisasi gametocyt P.falciparumdiberikan primaquin single dose. Resistensi Resistensi terhadap obat anti malaria didefinisikan sebagai kemampuan parasit untuk bertahan hidup dan/atau berkembang biak pada pemeberian dosis setara atau lebih tinggi dari dosis yang direkomendasikan, tetapi masih dalam batas toleransi dari pasien (Harijanto, 2012). Menurut Aditama (2014) ada enam faktor penyebab resistensi obat malaria dan pencegahanya : a. Vektor nyamuk: mutasi genetik, imunitas, pengendalian vektor b. Plasmodium: mutasi genetik, resistensi alamiah, cross resistance c. Obat: kualitas obat, efikasi d. Provider: kepatuhan standar pengobatan, (dosis obat), monitoring dan pengawasan pengobatan. e. Pasien: imunitas, kepatuhan dan tuntas terhadap pengobatan f. sistem manajemen: ketersediaan obat, akses layanan. Penularan a) Penularan secara alamiah (natural infection) Dengan gigitan nyamuk anopheles . bila nyamuk anophes menggigit orang sakit malaria maka akan parasit akan ikut terhisap darah penderita . dalam tubuh nyamuk parasit tersebut berkembang biak sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut menggigit orang sehat maka parasit tersebut akan ditularkan keorang tersebut dala tubuh manusia parasit akan berkembang biak menyerang sel-sel darah merah dalam waktu kurang lebih 12 hari orang tersebut akan sakit malaria
b) Penularan yang tidak alamiah
1) Malaria bawaan/ congenital Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibumya menderita malaria penularan terjadi melalui tali pusat dan plasenta. 2) Secara mekanik Penularan terjadi melalui trnsfusi darah / melalui jarum suntik. 3) Secara oral Penularan ini pernah dibuktikan melalui burung, ayam dan monyet
Penatalaksanaan
Obat anti malaria terdiri dari 5 jenis yaitu :
1. Skizontizid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit yaitu progvanil 2. Skizontiasid jaringan sekunder yang membasmi parasit fase eritrosit 3. Skifzonfisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina. 4. Gamefosid yang menghancurkan bentuk seksual 5. Sporonfosid mencegah gamefosid dalam darah untuk membentuk ookista. 3. Peta Zonasi Malaria Di Kota Ambon