Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI KASUS MALARIA

Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat
diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.
Berdasarkan derajat ketidakpastiannya diagnosis kasus dapat dibagi menjadi:
1. Kasus definitif/konfirmatif (definite/confirmed case) adalah diagnosis kasus yang
dianggap pasti berdasarkan verifikasi laboratorium
2. Kasus sangat mungkin (probable case) adalah diagnosis kasus yang ditegakkan
berdasarkan berbagai gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi laboratorium
3. Kasus mungkin/dicurigai (possible/suspected case) adalah diagnosis kasus yang
ditegakkan berdasarkan sedikit gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi
laboratorium.
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk
Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki endemisitas tinggi
(Oswari, E 2003). Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae,
dan order Coccidiidae.
Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:
1) Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas) atau
dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap
hari.
2) P. Vivax
Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna (jinak).
3) P. Malariae
Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
4) P. Ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat,
menyebabkan malaria ovale (Soegijanto,2006).
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua jenis
parasit, yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P. malariae. Kadangkadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi.

Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya (Soedarto,
1992).
Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis
sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untuk P. vivax dan P. ovale, dan 7-30 hari
untuk P. malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8- 10 bulan terutama pada
beberapa strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi
tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2
bulan. Dosis pengobatan yang tidak adekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak
tepat dapat

menyebabkan memanjangnya masa inkubasi (Soedarto, 2003).

P. falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling
berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu P.
vivax, P. malariae, dan P. ovale. Saat ini, P. falciparum merupakan salah satu spesies
penyebab malaria yang paling banyak diteliti. Hal tersebut karena spesies ini banyak
menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada manusia.
Gejala Malaria
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam
dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali
dari demam. Gejala klinis malaria antara lain sebagai berikut

(Rahayu, 2007).

1) Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
2) Nafsu makan menurun.
3) Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
4) Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum.
5) Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6) Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
7) Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol
adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya
riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu:
1. Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium kedinginan, stadium panas,
dan stadium berkeringat

2. Splenomegali (pembengkakan limpa)


3. Anemi yang disertai malaise
Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu
(Achmadi, 2008) :
1. Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat

dingin. Gigi

gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian
dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat
kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak
sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam
2. Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.
Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala dan
muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus
dan suhu badan dapat meningkat sampai 41C atau lebih. Stadium ini berlangsung
antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah
matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.
Pada P. vivax dan P. ovale skizon-skizon dari setiap generasi menjadi matang
setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan
demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada P.
malaria, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya
interval demamnya tidak jelas. Serangan demam diikuti oleh periode laten yang
lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang
kemudian timbul pada penderita.
3. Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat
tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah
suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur
merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4
jam.
Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita,
tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya
terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini
disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan skizon) untuk

berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.
Gejala berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal.
Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadangkadang gejalanya mirip
kolera atau disentri. Black water fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya
hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam.
Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah- muntah yang warnanya sama
dengan warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita
infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat (Rahayu, 2007).
Secara klasik demam terjadi setiap dua hari untuk parasit tertiana (P. falciparum, P.
vivax, dan P. ovale) dan setiap tiga hari untuk parasit quartan (P. malariae). CDC (2004)
dalam Sembel (2009) mengemukakan bahwa karakteristik parasit malaria dapat
mempengaruhi adanya malaria dan dampaknya terhadap populasi manusia. P. falciparum
lebih menonjol di Afrika bagian selatan Sahara dengan jumlah penderita yang lebih banyak,
demikian juga yang meninggal dibandingkan dengan daerah-daerah tempat parasit yang lain
lebih menonjol. P. Vivax dan P. ovale memiliki tingkatan hynozoites yang dapat tetap dorman
dalam sel hati untuk jangka waktu tertentu (bulan atau tahun) sebelum direaktivasi dan
menginvasi darah. P. falciparum dan P. vivax kemungkinan mampu mengembangkan
ketahanannya terhadap obat antimalaria.
Daftar Pustaka :
Oswari, E, 2003. Penyakit dan Penanggulangannya . Cetakan V . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Soegijanto, Soegeng, 2006. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia . Cetakan I. Airlangga, Surabaya.
Soedarto, 1992. Entomologi Kedokteran. Cetakan I. EGC, Jakarta.
Soedarto, 2003. Zoonosis Kedokteran. Cetakan I. Universitas Airlangga, Surabaya
Rahayu, Dwi Sri, 2007. Malaria. http://www.riau.go.id. Diakses pada tanggal 17 Mei 2016
Achmadi, Umar Fahmi, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas Indonesia, Jakarta.

IDENTIFIKASI KASUS MALARIA


Identifikasi kasus KLB malaria dapat dipastikan apabila memenuhi kriteria KLB yang
sudah ditetapkan. Untuk mengidentifikasi kasus malaria tidak hanya dilakukan analisis kasus
namun dilakukan juga identifikasi faktor-faktor lain yaitu informasi tentang vektor,
lingkungan dan perilaku penduduk. Pada identifikasi kasus malaria perlu dilakukan
pengamatan terhadap vektor Anopheles yang mempunyai tempat perindukan yang
berhubungan dengan lingkungan seperti genangan air, tambak liar, kobangan, persawahan
dan lain-lain. Selain itu dipengaruhi juga dengan perilaku penduduk yang tidak tidur
menggunakan kelambu, sering berpergian di daerah endemis malaria dan sering keluar
malam hari tanpa menggunakan baju pelindung.
Syarat malaria dapat dikatakan kasus yang menyebabkan KLB :
a
b

Kasus yang dilaporkan harus mewakili kasus yang sesungguhnya ada.


Penyelidik harus menggunakan sebanyak mungkin sumber yang ada untuk

c
d
e

menemukan tambahan kasus.


Sumber data adalah praktek dokter, rumah sakit dan laboratorium
Jika pada tempat terbatas maka lakukan survei pada seluruh populasi.
Menggambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu bertujuan untuk melihat secara
kronologis waktu timbulnya kejadian penyakit dalam hari, minggu, bulan, jam (pada
kasus-kasus tertentu), memperkirakan waktu penyebaran dan cara-cara penyebaran.
Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu disajikan dalam bentuk kurve
epidemic.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2004. Prosedur Tetap Penanggukangan KLB dan
Bencana Provinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai