Anda di halaman 1dari 32

HOSPITALISASI

Fini Heryani
Pengertian
 Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana
seseorang harus dirawat di Rumah sakit karena
membutuhkan pelayanan kesehatan guna
penyembuhan dari sakit.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
timbulnya dampak hospitalisasi
 Lingkungan asing
 Kehilangan kemandirian
 Berpisah dengan keluarga
 Masalah biaya
 Kurangnya informasi/pengetahuan
menyebabkan klien merasa takut/cemas.
 Terisolir dari keluarga dan masyarakat
 Ancaman akan penyakitnya lebih parah
Reaksi anak terhadap sakit dan dirawat
di Rumah Sakit dipengaruhi oleh :
 Perkembangan usia
 Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan
dirawat
 Support sistem yang tersedia
 Keterampilan coping stess
Reaksi anak berdasarkan tahap
perkembangan :
 Bayi ( 0 -1 tahun )

Jika bayi pisah dari orang tua, rasa percaya dan


pembinaan kasih sayang terganggu.

Usia 6 bulan sulit memahami secara maksimal


reaksi bayi, sedangkan usia > 6 bulan akan
menunjukan banyak perubahan.
 Usia 8 bulan atau > telah mengenal ibu, terjadi
stranger anxiety ( cemas pada orang asing )
sehingga bayi menolak orang orang asing,
kecemasan ini dimanifestasikan dengan
menangis dan pergerakan yang berlebihan.
Bayi sudah merasa memiliki ibunya sehingga
menimbulkan cemas pisah. Kelihatan bila bayi
di tinggalkan ibunya, menangis sekuat –
kuatnya, melekat dan tergantung pada ibunya.
 Respon terhadap nyeri dapat dilihat melalui
ekspresi wajah yang tidak menyenangkan,
menggeliat, tersentak atau menangis kuat
Toddler ( 1 – 3 tahun )
 Belum mampu berkomunikasi verbal

 Hubungan anak dan ibu sangat dekat sehingga


perpisahan akan menimbulkan kehilangangan
dan lingkungan yang tidak dikenal
mengakibatkan perasaan tidak aman dan cemas

 Sumber stress utama anak adalah akibat


perpisahan
Perubahan tingkah laku akibat perpisahan :
 Tahap protes
Menangis kuat, menjerit, memanggil ibu, bertingkah laku
agresif.

Ingin agar orang lain tahu ia tidak ingin ditinggal orang


tua dan menolak perhatian orang lain.

 Tahap putus asa ( despair )


Anak tenang, menangis berkurang, tidak aktif, kurang
minat bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, sedih.
Tahap menolak/Denial
 Samar – samar menerima perpisahan, membina
hubungan dangkal dan kelihatan menyukai
lingkungan.

 Toddler mampu menunjukan kestabilan dalam


mengontrol dirinya dengan mempertahankan
kegiatan rutin seperti makan, tidur, mandi, toileting
dan bermain. Sehingga dengan dirawat dirumah sakit
toddler akan kehilangan kebebasan dan pandangan
egosentrisnya dalam mengembangkan otonominya.
 Ini akan menimbulkan regresi, ketergantungan dan
agresif merupakan karakteristiknya. Jika terjadi
gangguan dalam jangka panjang ( penyakit kronik )
mungkin anak berespon menarik diri dari hubungan
interpersonal.

 Reaksi terhadap pelukan dan nyeri mirip bayi,


namun jumlah variabel yang mempengaruhi respon
lebih kompleks. Anak bereaksi terhadap nyeri
dengan menangis, menggigit bibir, memukul dan
menyerang. Sudah mampu mengkomunikasikan
nyeri dan melokalisasikan tempatnya.
Usia Prasekolah
 Dapat menunjukan perpisahan dengan orang
tua dan dapat membentuk rasa percaya dengan
orang lain.

 Membutuhkan perlindungan dari keluarga.

 Perpisahan berdampak menolak makan,


menangis pelan – pelan, sering bertanya, tidak
kooperatif terhadap aktivitas sehari – hari.
 Kehilangan kontrol karena pembatasan aktivitas dan
kehilangan kekuatan diri.

 Membayangkan karena dihukum, dipisahkan, merasa tidak


aman dan kemandiriannya dihambat. Anak berespon dengan
perasaan malu, bersalah dan takut.

 Takut bila mengalami perlukaan, menganggap tindakan dan


prosedur mengancam integritas tubuhnya. Anak bereaksi
agresif dan ekspresif verbal. Disamping itu anak akan
menangis, bingung khususnya bila keluar darah, maka sulit
bagi anak untuk percaya bahwa injeksi, mengukur tekanan
darah, mengukur suhu perrektal dan prosedur tindakan
lainnya yang tidak menimbulkan perlukaan.
 Pada anak lebih muda fantasi merupakan fase
penting perkembangan sehingga ia percaya
bahwa tubuhnya akan rusak seperti balon bila
ditusuk atau patah seperti mainan diremas saat
mengukur tekanan darah.
Usia Sekolah ( 6 – 12 tahun )
 Khawatir berpisah dengan sekolah dan teman, takut
kehilangan keterampilan, kesepian dan sendiri.

 Butuh rasa aman dan perlindungan dari orang tua


namun tidak memerlukan ditemani.

 Berusaha indefendent dan produktif.

 Dirawat mengakibatkan kehilangan kontrol dan


kekuatan, terjadi karena perubahan peran, kelemahan
fisik dan takut mati.
 Dapat mengekspresikan perasaannya dan
mentolerir perasaan nyeri, menutupi rasa nyeri
dengan menggigit bibir atau menggenggam
sesuatu, selalu mengamati apa yang dikatakan
perawat dan merasa takut mati waktu tidur.
Usia Remaja ( 12 – 18 tahun )
 Cemas yang timbul akibat pisah dengan teman
sebaya dan kelompok.

 Tidak takut berpisah dengan orang tua tetapi


takut kehilangan status dan hubungan dengan
teman.

 Juga oleh akibat penyakit fisik, kecacatan dan


kurangnya privacy.
 Sakit dan dirawat merupakan ancaman identitas diri,
perkembangan dan kemampuan anak. Merasa
kemampuannya terancam sehingga tidak kooperatif,
menarik diri, marah dan frustasi.

 Cepat mengalami perubahan body image selama


perkembangan. Adanya perubahan dalam body image
akibat penyakit/pembedahan menimbulkan rasa tidak
aman, berespon bertanya, menarik diri dan menolak
orang lain.
Reaksi keluarga terhadap anak yang
sakit dan dirawat di rumah sakit
 Reaksi orang tua
Stress ---- jika sakit dan dirawat

Kecemasan meningkat ------- jika kurang informasi tentang


prosedur dan pengobatan.

Tidak percaya ------- jika penyakit tiba – tiba dan serius


Marah dan merasa bersalah ------ tidak mampu merawat anak

Ketakutan, anxietas dan frustasi


Reaksi sibling
 Marah, cemburu, benci dan merasa bersalah
Peran perawat dalam mengurangi
stress akibat hospitalisasi
 Meminimalkan stress akibat perpisahan,
kehilangan kontrol dan perlukaan tubuh.

 Memberi support pada keluarga, membantu


perkembangan hubungan dan memberi
informasi
Mencegah dampak perpisahan akibat
perawatan, yang utama adalah pada umur
> 5 tahun
 Rooming In
Mempetahankan komunikasi antara orang tua
dan anak.

 Partisipasi orang tua


Memberi kesempatan menyiapkan makanan
Perawat berperan sebagai Health Education
 Mendekorasi dinding memakai poster
Anak merasa aman

 Mempertahankan kontak dengan kegiatan


Mendatangkan tutor

Kunjungan teman

Surat atau telpon


Mencegah perasaan kehilangan kontrol
 Phisical restriction ( pembatasan fisik )
Immobilisasi ekstremitas

Bayi dan toddler kontak dengan orang tua berarti


penting untuk mengurangi stress akibat restrain

Tindakan beresiko nyeri, orang tua dipersiapkan


membantu, mengobservasi atau menunggu di luar
Gangguan dalam memenuhi kegiatan sehari -
hari
 Respon anak terhadap kehilangan dan kegiatan
rutinitas dapat dilihat dengan adanya masalah makan,
tidur, berpakaian, mandi, toileting dan interaksi sosial.

 Dengan teknik “time structuring “, yaitu : membuat


jadwal kegiatan, penting bagi perawat dan anak,
misalnya waktu pengobatan, latihan, bermain, nonton
Tv dsb. Cocok untuk anak usia sekolah dan remaja,
perlu kesepakatan perawat, orang tua dan anak.
Meminimalkan rasa takut terhadap
perlukaan tubuh dan rasa nyeri
 Persiapan anak terhadap prosedur

 Menjelaskan apa yang akan dikerjakan, siapa


yang dapat ditemui anak jika merasa sakit
Memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi
 Nilai positif hospitalisasi
Membantu perkembangan hubungan orang tua
anak
o Orang tua tahu tentang tahapan tumbuh

kembang dan respon stress

Memberi kesempatan untuk pendidikan


o Belajar tentang tubuh, profesi kesehatan dll.
 Meningkatkan selfmastery
 Mengetes fantasi dan realita
 Usia dewasa punya kesempatan untuk
mengambil keputusan, percaya diri dan tidak
tergantung

 Memberi kesempatan untuk sosialisasi


Memberi support pada anggota keluarga

 Memberi informasi tentang penyakit

 Melibatkan sibling dalam program


pengobatan/bermain, mengunjungi secara
teratur.
Bermain untuk mengurangi stress akibat
hospitalisasi
 Tujuan bermain di Rumah Sakit
1. Melanjutkan tumbuh kembang.
2. Mengekspresikan pikiran dan fantasi
melalui bermain.
3. Mengembangkan kreatifitas melalui
pengalaman bermain yang tepat.
4. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress,
karena penyakit, dirawat dan mendapat
keten angan.
Prinsif bermain di Rumah Sakit
 Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.
 Mempertimbangkan keamanan dan infeksi
silang.
 Kelompok umur yang sama.
 Permainan tidak bertentangan dengan
pengobatan.
 Semua alat permainan dapat di cuci.
 Melibatkan orang tua
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai