Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hospitalisasi

1. Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit

dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk

beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga

kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun

orang tua dan keluarga (Wong, 2009).

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau

darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk

menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit

tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi

anak (Supartini, 2004). Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa

perubahan psikis yang dapat menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat

yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk

mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan psikis

pada anak. Perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan atau

krisis pada anak. Jika seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak

tersebut akan mudah mengalami krisis yang disebabkan anak mengalami stres

15
16

akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya

dalam kebiasaan sehari-hari.

2. Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah

2.1 Reaksi Anak Usia Prasekolah Terhadap Penyakit

Anak pra sekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun. Pada

masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan spiritual yang

signifikan. Kemampuan mereka dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan

orang lain, dan penggunaan bahasa dalam berinteraksi merupakan modal awal

anak dalam tahap perkembangan untuk mempersiapkan tahap perkembangan

berikutnya, yaitu tahap sekolah. (Wong, 2009).

Anak usia prasekolah memiliki pemikiran magis yang menyebabkan

anak memandang penyakit sebagai suatu hukuman. Selain itu anak juga

mengalami konflik psikososial dan mempunyai rasa takut terhadap mutilasi,

sehingga anak takut saat dilakukan pengukuran suhu rektal dan kateter urin.

Ketakutan anak terhadap perlukaan, muncul karena anak menganggap atau

tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal

ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal

dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama terhadap

perawat dan ketergantungannya terhadap orang tua.

2.2 Reaksi Anak Usia Prasekolah Terhadap Hospitalisasi

Wong (2009), menyatakan bahwa pengalaman stres yang paling

dirasakan adalah pada usia prasekolah yaitu pada saat pertama kali masuk

sekolah dan rumah sakit. Pada saat sakit dan mengharuskan anak untuk
17

hospitalisasi, maka anak dapat mengalami stres yang disebabkan oleh beberapa

hal, yaitu:

2.2.1 Cemas akibat perpisahan

Kecemasan akibat perpisahan adalah merupakan stressor

terbesar yang dialami anak usia pra sekolah saat hospitalisasi. Anak

merasa perawatan di rumah sakit sebagai pemaksaan untuk perpisahan

dengan lingkungan rumah, permainan dan teman-temannya. Reaksi

perpisahan yang ditunjukkan pada anak usia prasekolah adalah menolak

makan, sering menanyakan orang tua, menangis walaupun secara

perlahan, menarik diri dan tidak kooperatif terhadap perawat atau

tenaga kesehatan yang lain. Adapun fase cemas yang ditunjukkan anak

pra sekolah adalah : (1) Fase protes, anak bereaksi secara agresif

terhadap perpisahan dengan orang tua dengan cara menangis,

memanggil orang tua, menolak perhatian dari orang lain, serta anak

tidak bisa ditenangkan. (2) Fase putus asa; tangisan berhenti, muncul

depresi, anak kurang aktif, anak tidak tertarik untuk bermain, tidak

tertarik pada makan, serta menarik diri dari orang lain. (3) Fase

pelepasan; anak tampak menyesuaikan diri terhadap perpisahan, anak

mulai tertarik dengan lingkungan sekitar, mau bermain dengan orang

lain, dan membentuk hubungan baru.

2.2.2 Kehilangan kendali atau kontrol diri

Perawatan terhadap anak di rumah sakit juga membuat anak

kehilangan kontrol terhadap dirinya karena anak harus istirahat dan


18

menjalani prosedur tindakan medis yang membatasi gerakan

motoriknya. Padahal pada usia ini, terjadi peningkatan pada

perkembangan motorik kasar dan halus. Anak usia prasekolah

melakukan aktivitas fisik dengan baik seperti berlari, berjalan naik atau

turun dengan mudah, melompat, melempar atau mengakap bola.

Peningkatan keterampilan motorik halus diinterpretasikan dengan

menggambar bentuk-bentuk misalnya lingkaran, kotak, silang dan

segitiga. Keterampilan ini sebagai awal untuk anak prasekolah

memerlukan kesempatan belajar dan latihan keterampilan fisik.

Keterbatasan terhadap aktivitasnya ini membuat anak berpersepsi

bahwa dirinya dirawat di rumah sakit sebagai hukuman sehingga anak

merasa malu, bersalah atau takut. Persepsi anak ini disebabkan mereka

memandang semua pengalaman dari sudut pandang mereka sendiri

karena pada usia prasekolah anak mengembangkan sikap egosentris dan

kemampuan berfikir anak yang bersifat magis yang membatasi

kemampuan mereka untuk memaksimalkan kegiatan motorik dengan

kondisi sakit tersebut, misalnya melalui kegiatan bermain.

2.2.3 Cedera tubuh dan nyeri

Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak

menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas

tubuhnya. Ketakutan ini membuat anak bereaksi agresif dengan marah

dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah,

tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada

orang tua. Ditinjau dari perkembangan psikososial anak usia prasekolah


19

mungkin kembali bergantung kepada orangtua seperti pada masa

perkembangan infant misalnya mengompol dan mengisap jari atau

meminta disuapi dan dipeluk oleh orang tua.

Pada usia prasekolah, terdapat ketakutan yang paling besar terhadap

sesuatu yang membahayakan tubuh misalnya tindakan perawatan yang

dilakukan oleh perawat. Sekalipun mereka bersedia untuk menjalani tindakan

keperawatan, mereka tetap merasakan ketakutan. Persepsi takut ini muncul

karena pada usia prasekolah, anak menilai benda atau orang dari penampilan

luar mereka atau apa yang tampaknya terjadi. Sehingga ketika perawat

melakukan suatu tindakan medis yang menyakiti mereka maka mereka menilai

perawat sebagai orang yang suka menyakiti sehingga timbul rasa takut

terhadap perawat. Oleh karena itu, keterlibatan anak usia prasekolah dalam

tindakan yang akan diberikan perawat kepadanya akan membuat anak

prasekolah kooperatif dengan perawat.

3. Intervensi Keperawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi Pada

Anak

Fokus intervensi keperawatan dalam upaya mengatasi masalah yang

timbul baik anak maupun orang tua selama hospitalisasi adalah meminimalkan

stressor, memaksimalkan masalah hospitalisasi, memberikan dukungan

psikologi terhadap anggota keluarga, dan mempersiapkan anak sebelum

hospitalisasi (Supartini, 2004).


20

3.1 Mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan

Dengan melibatkan orang tua dan berperan aktif dalam perawatan

anak dengan membolehkan tinggal bersama anak selama 24 jam, modifikasi

ruangan dengan suasana anak, mempertahankan kontak dengan kegiatan

sekolah dengan memfasilitasi pertemuan dengan guru dan teman sekolah.

3.2 Mencegah kehilangan kontrol pada anak

Dengan cara menghindari pembatasan fisik jika anak kooperatif,

membuat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan, bermain, dan

aktivitas lain dalam perawatan, mengurangi ketergantungan dengan memberi

kesempatan anak unuk mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam

perencanaan kegiatan.

3.3 Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri

Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dan memberikan

dukungan psikologis pada orang tua, lakukan terapi bermain sebelum

melakukan kegiatan fisik pada anak, menghadirkan orang tua pada saat anak

dilakukan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri, menunjukkan sikap empati

sebagai pendekatan untuk mengurangi rasa sakit akibat prosedur yang

menyakitkan pada anak.

Oleh karena itu, penerapan asuhan keperawatan turut berfokus pada

keluarga dalam hal ini perawat harus mengenal hubungan dalam keluarga

untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan keluarga yang dapat


21

dimanfaatkan untuk membantu keluarga beradaptasi dengan perubahan yang

terjadi (Wong 2008, Friedman 1998).

4. Faktor- Faktor Untuk Mengurangi Dampak Negatif Hospitalisasi Pada

Anak Prasekolah

Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di

rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi yang

ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Dalam

mengatasi dampak hospitalisasi pada anak, perawat dan keluarga memegang

peranan penting untuk membantu menghadapi permasalahan yang berkaitan

dengan perawatan anak di rumah sakit.

Pada penelitian yang dilakukan Smett (1994) menjelaskan bahwa

dukungan sosial dapat melindungi jiwa seseorang dari akibat stress atau cemas.

Dengan diterimanya dukungan sosial terutama dari orang terdekat maka

individu akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripada individu yang tidak

menerima dukungan sosial sehingga berpengaruh terhadap penurunan tingkat

kecemasan atau melindungi jiwa seseorang dari akibat stress. Penelitian

tersebut menunjukan hasil yang relevan dengan penelitian Wibowo (2010)

yang berjudul hubungan support sysytem keluarga dengan tingkat kecemasan

anak usia prasekolah yang dirawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Hasil yang relevan tersebut ditunjukkan dengan hasil bahwa dengan adanya

dukungan keluarga yang baik atau tinggi dapat menurunkan tingkat kecemasan

seseorang dan mengurangi dampak negatif hospitalisasi pada anak.


22

B. Konsep Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Friedman (2010) mengatakan keluarga adalah suatu kelompok yang

terdiri dari dari dua individu atau lebih yang memiliki hubungan darah maupun

tidak dan membentuk keluarga yang memiliki fungsinya masing- masing.

Sedangkan menurut Depkes RI (1988) dalam Effendy (2000), keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

Keluarga adalah pemberi perawatan terbaik anak. Pengaruh keluarga

sangatlah besar dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan anak

(Supartini, 2004). Keluarga juga merupakan lingkungan sosial yang sangat

dekat hubungannya dengan anak. Oleh karena itu, sebaiknya keluarga harus

selalu dilibatkan dalam perawatan anak.

2. Fungsi Keluarga

Friedman (2003) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga yaitu:

2.1 The Affective Function atau Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang gembira dan bahagia, mampu mengembangkan

gambaran diri yang positif, perasaan dimiliki, perasaan yang berarti dan
23

merupakan sumber kasih sayang, “reinforcement” dukungan yang

semuanya dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan

dalam keluarga. Dalam fungsi afektif ini, komponen yang perlu dipenuhi

oleh keluarga adalah:

2.1.1 Memelihara saling asuh (murtual nurturance)

Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga yang lain maka

kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga tercipta

hubungan yang hangat dan saling mendukung (Friedman, 2003).

2.1.2 Keseimbangan saling menghargai

Tujuan utama dari pendekatan ini adalah keluarga harus

memelihara suasana dimana harga diri dan hak- hak dari kedua

orang tua dan anak sangat dijunjung tinggi. Keseimbangan saling

menghormati dapat dicapai apabila setiap anggota keluarga

menghormati hak, kebutuhan, dan tanggung jawab anggota

keluarga yang lain (Colley, 1978 dalam Mubarak, dkk, 2006).

2.1.3 Pertalian dan identifikasi

Kasih sayang adalah ikatan emosional yang relatif unik dan

abadi antara dua orang tertentu (Wright & Leahey, 1984 dalam

Mubarak, dkk, 2006). Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan

kebutuhan- kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian


24

(bonding) dan kasih sayang (attachment) digunakan secara

bergantian.

2.1.4 Keterpisahan dan keterpaduan

Salah satu masalah pokok psikologis yang sentral dan

menonjol yang meliputi kehidupan keluarga adalah cara keluarga

memenuhi kebutuhan- kebutuhan psikologis anggota keluarga, dan

bagaimana hal ini mempengauhi identitas dan harga diri individu.

Untuk merasakan dan memenuhi kebutuhan psikologis anggota

keluarga, keluarga harus mencapai pola keterpisahan dan

keterpaduan yang memuaskan.

2.2 The Socialization Function atau Fungsi Sosialisasi

Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah. Keluarga merupakan tempat individu

melakukan sosialisasi. Sosialisasi merupakan suatu proses yang

berlangsung seumur hidup dimana pada proses perkembangan atau

perubahan yang dialami oleh sesorang individu sebagai hasil dari interaksi

yang terpola secara sosial.

2.3 The Reproductive Function atau Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.
25

2.4 The Economic Function atau Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

2.5 The Health Care Function atau Fungsi Perawatan Keluarga/ Pemeliharaan

Kesehatan Keluarga

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Keluarga memberikan perawatan

kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama- sama merawat

anggota keluarga yang sakit.

3. Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Friedman (2003), tugas kesehatan keluarga terbagi menjadi:

3.1 Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan

karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana

keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan- perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil

apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi

perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya

perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang

terjadi dan seberapa besar perubahannya.


26

3.2 Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

3.3 Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Seringkali keluarga telah mengambil keputusan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh

keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga/ anak yang mengalami

gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan dan perawatan

agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di

institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah

memiliki kemampuan tindakan untuk pertolongan pertama.

3.4 Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota

keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan

yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi

pemeliharaan kesehatan anggota keluarga.

3.5 Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan sumber

fasilitas kesehatan yang ada di sekitar. Apabila mengalami gangguan atau

masalah yang berkaitan dengan penyakit, keluarga dapat berkonsultasi

atau meminta bantuan tenaga keperawatan dalam rangka memecahkan


27

problem yang dialami anggota keluarga, sehingga keluarga dapat bebas

dari segala macam penyakit.

4. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai

siklus kehidupan (Friedman, 2003). Dukungan keluarga juga didefinisikan

sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau

tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di

dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat

memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku

penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara

emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang

menyenangkan pada dirinya (Smet, 1994).

5. Komponen Dukungan Keluarga

Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan atau proses

terapeutik dalam setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga yang

sakit. Proses ini menjadikan seorang pasien mendapatkan pelayanan

kesehatan meliputi serangkaiaan keputusan dan peristiwa yang terlibat dalam

interaksi antara sejumlah orang termasuk keluarga, teman-teman dan para

profesional yang menyediakan jasa pelayanan kesehatan. Komponen-

komponen dukungan keluarga menurut Friedman (1998) terdiri dari:


28

5.1 Dukungan Penilaian/ Penghargaan

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu dan strategi

koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini

juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang

positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat

diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi

pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,

persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan

positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu.

Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping

individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang

berfokus pada aspek-aspek yang positif.

5.2 Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau

jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya

bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan

uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan,

menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun

mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah.

Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi

depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk

mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.


29

5.3 Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung

jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan

tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang

mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan

masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed

back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun

informasi dan pemberi informasi.

5.4 Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara

emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi

mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan

emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat

mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya,

perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada

dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan

memberikan semangat.
30

6. Sumber Dukungan keluarga pada Anak usia Prasekolah yang

Mengalami Hospitalisasi

Dukungan sosial keluarga merujuk pada dukungan sosial yang

dirasakan oleh anggota keluarga ada/ dapat diakses (dukungan sosial dapat

atau tidak dapat digunakan, tetapi anggota keluarga menerima bahwa orang

pendukung siap memberikan bantuan dan pertolongan jika dibutuhkan).

Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal,

seperti dukungan ayah/ ibu, atau dukungan dari saudara kandung atau

dukungan sosial keluarga eksternal bagi keluarga inti. Bantuan dari keluarga

besar juga dilakukan dalam bentuk bantuan langsung, termasuk bantuan

finansial yang terus menerus dan intermitten, merawat anak, dan bantuan

praktis selama masa krisis (Caplan, 1974). Oleh karena itu, saat ini keluarga

inti (ayah/ibu) memberikan dukungan sosial penting pada anak yang sakit.

Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial

keluarga itu sendiri (Friedman, 2003).

7. Manfaat Dukungan Keluarga bagi Anak Usia Prasekolah yang

Mengalami hospitalisasi

Wills (1985) dalam Friedman (2003) menyimpulkan bahwa baik efek-

efek penyangga (dukungan keluarga menahan efek-efek negatif dari stres

terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan keluarga secara lansung

mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya

efek-efek penyangga dan utama dari dukungan keluarga terhadap kesehatan

dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi sama. Secara lebih spesifik,


31

keberadaan dukungan keluarga yang adequat terbukti dengan menurunnya

mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit (Ryan dan Austin dalam

Friedman, 2003).

Menurut Caplan dalam Friedman (2003), berpendapat bahwa keluarga

merupakan sumber pertolongan praktis dan konkret. Kehidupan anak

dipengaruhi oleh keluarga, apabila dukungan keluarga baik maka

pertumbuhan dan perkembangan anak juga baik sebaliknya apabila dukungan

keluarga terhadap anak kurang baik maka akan mengganggu perkembangan

psikologis anak (Hidayat, 2005).

Klien yang mengalami perawatan di rumah sakit mengalami

kecemasan pada semua tingkat usia terutama pada anak-anak khususnya usia

prasekolah. Pada anak usia prasekolah pengalaman takut terhadap suatu hal

lebih besar dibandingkan dengan usia yang lain. Anak usia prasekolah sudah

dapat berespon dengan baik terhadap perpisahan, tetapi karena daya khayalan

yang mereka alami sebagai bentuk hukuman terhadap suatu kesalahan yang

mereka buat sehingga mereka merasakan ketakutan yang besar. Selain itu,

kecemasan juga dipengaruhi faktor eksternal misalnya perawat, lingkungan

rumah sakit dan dukungan dari keluarga selama perawatan anak.

Dukungan keluarga memiliki peranan penting karena dukungan

keluarga yang diberikan dapat menunjang kesembuhan klien, sebaliknya

apabila dukungan yang diberikan tidak maksimal dikarenakan kecemasan

keluarga terhadap perawatan anak dapat membuat anak turut merasakan

kecemasan tersebut karena tampak pada perilaku perawatan yang diberikan


32

keluarga kepada anak. Penerapan perawatan anak di rumah sakit harus

memperhatikan pelayanan secara holistik untuk menunjang kesembuhan.

Perawatan yang holistik meliputi dukungan sosial keluarga, lingkungan

rumah sakit yang kondusif dan pelayanan dari perawat yang terapeutik.

8. Dukungan Keluarga pada Anak Prasekolah yang Mengalami

Hospitalisasi

Menurut Keliat, BA (1995), keluarga yang mempunyai kemampuan

mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan

primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan sekunder), dan

memulihkan perilaku maladaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat

kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal. Maka dari

itu dukungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dilihat dari

berbagai faktor yaitu : (1) Keluarga merupakan tempat dimana anak memulai

hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi

pendidikan utama bagi anak untuk belajar dan mengembangkan nilai,

keyakinan, sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982) dikutip oleh

Keliat (1995). Anak menguji perilakunya di dalam keluarga dan umpan balik

keluarga mempengaruhi anak dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua ini

merupakan persiapan anak untuk berperan di masyarakat. (2) Jika keluarga

dipandang sebagai suatu sistem, maka anak prasekolah yang dihospitalisasi

mempengaruhi seluruh sistem. Sebaliknya disfungsi keluarga dapat pula

merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada anggota keluarga.


33

Dengan demikian jelas sekali bahwa keluarga berperan penting dalam

peristiwa hospitalisasi anak dan proses terjadinya penyesuaian kembali setiap

anak. Menurut House (1981) dalam Glanz, et al (2002), dukungan yang

seringkali diberikan oleh keluarga sebagai pendukung ada empat jenis, yaitu:

dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan

dukungan informatif.

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap anak. Bentuk dukungan ini membuat anak memiliki

perasaan nyaman, yakin, diperdulikan, dan dicintai oleh sumber dukungan

keluarga sehingga anak dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.

Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang tidak bisa

dikontrol.

Dukungan penghargaan merupakan dukungan yang diberikan

keluarga dalam bentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk

melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang

membuka wawasan anak yang sedang dalam keadaan stres. Dukungan ini

cenderung memotivasi anak untuk tetap mempunyai harapan sembuh dalam

menjalani proses pengobatan/ untuk menambah harga dirinya. Dukungan ini

terjadi lewat ungkapan kasih sayang, hormat/ penghargaan positif, dorongan

maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaaan individu, dan

perbandingan positif anak dengan orang lain (House 2002, Nursalam 2005).

Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara

langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang


34

diperlukan, membiayai pengobatan, memberikan makan/ minum, dan

permainan . Dukungan instrumental diperlukan anak untuk mendapatkan

sarana dalam memenuhi kebutuhan pengobatannya sehingga anak mampu

mendapatkan pengobatan secara tuntas (House dalam Sarafino dikutip oleh

Smet, 1994).

Dukungan informasi yaitu memberikan penjelasan tentang situaasi

dan segala yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh

anak. Dukungan ini meliputi memberikan nasihat, petunjuk, masukan atau

penjelasan bagaimana harus bersikap dan bertindak dalam menghadapi situasi

perawatan dan pengobatan di rumah sakit.

Menurut Canam dalam Wong (2008), tugas yang dijalankan keluarga

secara adaptif dalam perawatan anak di rumah sakit sangat mempengaruhi

dalam mencapai tujuan perawatan anak. Tugas adaptif tersebut dapat

diterapkan dalam kondisi sebagai berikut:

a. Menerima kondisi anak

Saat anak menjalani hospitalisasi, orangtua berusaha mencari tahu

mengenai penyakit anak dan orangtua membantu anak atau dirinya sendiri

untuk menemukan mekanisme koping yang konstruktif.

b. Mengelola kondisi anak

Orangtua terbuka untuk menjalin hubungan kerjasama dengan

perawat untuk mnedapatkan informasi mengenai kondisi anak sehingga

dapat memahami kondisi anak dengan baik. Oleh karena itu perawat perlu
35

mensosialisasikan sistem pelayanan kesehatan yang tersedia kepada

orangtua.

c. Memenuhi kebutuhan perkembangan anak

Orangtua memenuhi kebutuhan perkembangan anak selama di

rumah sakit dengan cara memberikan pengasuhan seperti ketika anak di

rumah dan memperlakukannya seperti anak yang lain. Peran perawat

adalah menjelaskan kepada orangtua untuk memberikan pengasuhan

kepada anak sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.

d. Memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga

Anak yang menjalani hospitalisasi tentu membutuhkan perhatian

lebih dari orangtua terutama pada fase akut. Oleh karena itu, untuk tetap

dapat memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga maka orangtua harus

mempertahankan hubungan diantara anggota keluarga dengan

mengidentifikasi kebutuhan keluarga termasuk anak dengan hospitalisasi

kemudian mengatur prioritas kebutuhan yang harus dipenuhi dan mencari

sistem dukungan sosial yang adequat.

e. Menghadapi stresor dengan positif

Orangtua harus menyelesaikan setiap masalah yang ada sehingga

dapat mencegah stres pada keluarga dengan mengembangkan mekanisme

koping yang positif. Oleh karena itu, perawat mengkaji masalah dan

mekanisme koping keluarga kemudian membantu keluarga untuk

menetapkan prioritas masalah yang akan diselesaikan dengan

mengembangkan mekanisme koping yang ada sehingga reaksi stres yang


36

muncul bisa dicegah dan tidak mempengaruhi perawatan yang dilakukan

oleh orangtua kepada anak.

9. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Pada Anak

Prasekolah Yang Dihospitalisasi

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti

kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan

keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman

perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih

banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu,

dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh

usia. Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih

tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih

egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah

kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat

pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Tingkat

pendidikan akan mempengaruhi pemahaman tentang perawatan anak dan

proses adaptasi keluarga terhadap hospitalisasi anak serta mempermudah

perawat memberikan instruksi melalui prosedur sesuai kebijakan ruang

(Sacharin, 1993). Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang

lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas

bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua

dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan

keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

Anda mungkin juga menyukai