Disusun oleh:
Gresyela Paulina V 30140118002
Lidya Deniati 30140118007
Nyi. Rd. Mega Aroviani 30140118002
Silpi Nuryani 30140118016
Sejumlah faktor risiko membuat anak-anak tertentu lebih rentan terhadap stres hospitalisasi
dibandingkan dengan lainnya. Ditemukan pula bahwa anak pedesaan menunjukkan tingkat
kekacauan psikologis yang lebih signifikan daripada anak kota, karena anak kota memiliki
kesempatan untuk mengenal rumah sakit setempat (Gillis, 1990). Mungkin karena perpisahan
merupakan masalah penting seputar hospitalisasi bagi anak-anak lebih muda, anak yang aktif dan
berkeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi disbanding dengan anak yang
pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak yang menerima secara pasif semua
perubahan dan pemintaan; anak ini dapat memerlukan dukungan yang lebih banyak daripada
anak yang aktif.
Berkembangnya gangguan emosional jangka panjang lanjutan dapat berkaitan dengan lama
dan jumlah masuk rumah sakit dan jenis praktik rumah sakit.hospitalisasi tunggal selama 4
minggu atau lebih dan masuk rumah sakit berulang dikaitkan dengan dimasa yang akan datang.
Akan tetapi, praktik pendukung seperti, kunjungan keluarga yang sering, dapat mengurangi efek
merugikan dari hal tersebut. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengalaman nyeri anak
menentukan bagaimana hospitalisasi dialami keseluruhan (Woodgate dan Kristjanson, 1996).
Hal lain yang menyebabkan anak mengalami kecemasan pada saat proses hospitalisasi adalah
anak harus menerima perawatan anak biasanya takut pada proses-proses yang harus dijalaninya,
seperti proses operasi,penyuntikan,mutilasi,dan mengomsumsi obat-obatan secara rutin. Ketakutan
selama proses perawatan juga bias diakibatkan karena adanya bayangan tentang rasa nyeri,
perubahan tentang penampilan tubuh, dan kecemasan akan kematian.
Anak juga dapat mengalami hilang kontrol diri ketika menjalani proses hospitalisasi. Misalnya,
anak kehilangan kontrol terhadap kebutuhan-krbutuhan pribadi,waktu makan, waktu tidur, dan
waktu untuk menjalankan sebuah prosedur. Anak juga biasanya kehialangan kepercayaan diri karena
dianggap sakit. Biasanya orang disekitarnya akan sangat membatasi aktivitas yang boleh dilakukan.
Berikut reaksi anak terhadap sakit dan proses hospitalisasi sesusai tahapan perkembangan anak.
Untuk mencegah perasaan kehilanagan control,dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif terhadap petugas kesehatan.
Apabila anak harus di isolasi, lakukan modifikasi lingkungan sehingga isolasi tidak
terlalu dirasakan oleh anak dan ornag tua, pertahankan kontak antara orang tua dan
anak, terutama pada bayi dan anak toddler.
b. Buat jadwal kegiatan untuk prsedur terapi, latihan,bermain,dan aktivitas lain dalam
perawatan guna menghadapi perubahan kebiasaan/kegiatan sehari-hari
c. Fokuskan intervensi keperawatan pada upaya mengurangi ketergantungan dengan
cara memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua
dalam perencanaan keputusan kegiatan asuhaan keperawatan
Upaya menimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
a. Memperispakan psikoligis anak dan orang tua untuk tindakn prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri,yaitu dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan
memberikan dukungan psikologis pada oraang tua.
b. Lakukan permainan terlebuh dahulu sebelum melakukan perispakan fisik anak,
misalnya dengan cara bercerita, menggambar, menonton video kaset dengan cerita
yang berkaitan dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan pada anak.
c. Pertimbamlan utnuk menghadirkan orang tua pada saat anak menerima prsedur yang
menimbulkan rasa nyeri. Dalam kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang tua untuk
mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak selama prosedur tersebut
dilakukan.
d. tunjukan sikap empati sebagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut
prsosedur yang menyakitkan.
e. Pada tindakan pembedahan elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya
apabila mengkinkan mislanya dengan mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang
akan dilakukan, dan petugas yang akan menangani anak melalui cerita gambar, atau
menonton dilm video yang menggambarkan kegiatan oeprasi tersebut. Hal ini
dilakukan dengan catatn perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu tentang
kemampuan psikologis anak dan orangtua untuk menerima informasi dengan terbuka.
Lakukan pula latihan relaksasi pada fse sebleum operasi sebagai persiapan untuk
perawatan pascaoperasi.